Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Minyak pelumas

Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda bergerak
untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang
memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak
dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin
yang dipakai pada mesin pembakaran dalam (Eka Mulya Ade)

Minyak pelumas terdapat dalam bagian minyak mentah yang mempunyai daerah didih yang
paling tinggi, yaitu sekitar 4000 C ke atas. Fraksi minyak pelumas dipisahkan dari residu hasil
distilasi minyak mentah dengan distilasi hampa. Dalam distilasi ini biasanya diperoleh tiga fraksi
yaitu fraksi minyak pelumas ringan, fraksi minyak pelumas sedang dan minyak pelumas berat.
Karena malam dan aspal mempunyai daerah didih yang kira-kira sesuai dengan daerah didih
minyak pelumas maka distilasi untuk memperoleh fraksi minyak pelumas selalu akan tercampur
dengan malam atau aspal, tergantung kepada jenis minyak mentahnya (Eka Mulya Ade, 2004)

B. Komposisi Pelumas

Minyak pelumas terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon paraffin, naften, aromat, dan
sejumlah keci senyawa organik yang mengandung oksigen dan belerang yang dipandang sebagai
pengotor. Sturktur utama molekul minyak pelumas adalah inti naften, dan inti aromat, yang
tersusun dalam kelompok-kelompok sampai sebanyak enam cincin. Pada kelompok cincin ini
dapat terikat rantai parafin. Makin panjang dan makin banyak rantai parafin ini, maka minyak
pelumas makin bersifat parafin. (Eka Mulya Ade, 2014).

Minyak pelumas naftenik, mengandung lebih banyak cincin aromat dan lebih sedikit rantai
parafin. Karena penghilangan malam dengan zat pelarut (solvent dewaxing) akan menghilangkan
senyawa hidrokarbon parafin normal dan isoparafin, sedangkan ekstraksi solven akan
menghilangkan molekul-molekul yang terutama mengandung cincin aromat, maka minyak
pelumas yang telah dimurnikan cenderung terdiri dari cincin-cincin naften kompleks, dengan
rantai-rantai cabang parafin. (Eka Mulya Ade, 2014)

C. Fungsi Pelumas

1. Sebagai fungsi pelumasan.

Oli mesin melumasi permukaan metal yang bersinggungan dalam mesin dengan cara
membentuk lapisan film oil. Lapisan oli ( oil film ) tersebut berfungsi mencegah kontak
langsung antara permukaan metal yang bersinggungan dan membatasi keausan dan kehilangan
tenaga yang minim akibat gesekan. (Firmasnsyah, 2006)

2. Sebagai bahan perapat.

Oli mesin membentuk semacam lapisan antara torak dan silinder. Ini berfungsi sebagai
perapat (seal) yang dapat mencegah hilangnya tenaga mesin. Sebaliknya bila ada kebocoran
maka gas campuran yang dikompresikan atau gas pembakaran akan menekan di sekeliling
torak dan masuk ke dalam bak engkol, berarti akan kehilangan tenaga. (Firmasnsyah, 2006)

3. Sebagai pembersih.

Kotoran (lumpur) akan mengendap dalam komponen–komponen mesin. Ini menambah


pergesekan dan menyumbat saluran oli. Oli akan membersihkan kotoran yang menempel tersebut
untuk mencegah pengendapan yang menyebabkan oli tertimbun dalam mesin. (Firmasnsyah,
2006)

4. Sebagai pendingin.

Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin akan menjadi panas sekali. Hal ini akan
menyebabkan keausan yang cepat, bila tidak diturunkan temperaturnya. Untuk menghindari hal
ini oli harus disirkulasikan di sekeliling komponen agar dapat menyerap panas dan
mengeluarkannya dari mesin. (Firmasnsyah, 2006).
4. Sebagai penyerap tegangan.

Oli mesin menyerap dan menekan tekanan lokal yang bereaksi pada komponen yang dilumasi,
serta melindungi agar komponen tersebut tidak menjadi tajam saat terjadinya gesekan pada
bagian yang saling bersinggungan. (Firmasnsyah, 2006)

5. Sebagai pencegah terjadinya karat.

Fungsi minyak pelumas yang lain adalah pencegah terjadinya karat pada mesin yang diakibatkan
oleh terbentuknya asam selama proses pembakaran bahan bakar berlangsung. Karena pada suhu
mesin dalam keadaan mesin dihidupkan, asam-asam yang terbentuk berupa gas yang akan
dibuang melalui emisi gas buang, tetapi dalam keadaan temperatur mesin rendah asam-asam ini
akan berkondensasi dan akibatnya mesin menjadi berkarat dibagian dalam. Bila minyak pelumas
yang digunakan mengandung sedikit akkaline, maka asam-asam yang terkandung pada mesin
tersebut dapat dinetralisir. Penetralisiran asam ini dapat dibantu dengan menggunakan minyak
pelumas cair yang disirkulasikan pada mesin sewaktu mesin dalam kondisi dingin (Northop. RS,
2003).

D. Sifat sifat dasar minyak pelumas

1. Viskositas

Viskositas adalah sifat yang sangat penting dalam minyak pelumas.Viskositas minyak pelumas
menunjukkan kemampuan dan kemudahan minyak pelumas mengalir. Tantangan minyak
pelumas adalah mengalir dengan mudah pada waktu start serta memberikan perlindungan yang
baik terhadap komponen-komponen mesin yang bergerak terutama pada temperatur operasi yang
relatif tinggi. Viskositas minyak pelumas diukur pada suhu tertentu untuk menentukan
kemampuan pelumas mengalir melalui alat viskosimeter standar. (Firmasnsyah, 2006)

Minyak pelumas viskositas rendah berarti minyak tersebut encer, sehingga lapisan minyaknya
tipis dan mudah mengalir. Sedangkan minyak viskositas tinggi berarti minyak tersebut kental,
lapisannya sangat tebal dan sulit mengalir tetapi tahan terhadap beban berat. Viskositas ini dapat
bertubah karena kontaminan, perubahan temperatur dan tekanan. (Firmasnsyah, 2006)
2. Indeks Viskositas

Indeks viskositas merupakan konstanta yang menunjukan pengaruh temperatur terhadap


viskositas. Indeks viskositas besar berarti pengaruh temperatur terhadap perubahan viskositas
rendah atau stabil viskositas kecil berarti pengaruh temperatur terhadap viskositas tinggi.
(Firmasnsyah, 2006)

3. Titik Nyala

Titik nyala minyak pelumas adalah suhu dimana uap dipermukaan minyak pelumas itu mulai
dapat terbakar. Titik nyala merupakan temperatur minyak pelumas menguap bercampur udara
dan terbakar. Minyak pelumas dengan titik nyala rendah menunjukkan banyak komponen-
komponen yang rendah. Minyak pelumas yang baik memerlukan titik nyala yang tinggi karena
jika rendah akan terbakar ketika melumasi mesin. (Firmasnsyah, 2006)

4. Titik Tuang

Titik tuang minyak pelumas merupakan kemampuan minyak pelumas dalam mengisi celah-celah
yang akan dilumasi. Pada keadaan suhu rendah minyak pelumas tidak dapat mengalir karena
pengaruh densitas. Kondisi ini juga mempengaruhi ketebalan lapisan minyak
pelumas.Diharapkan dalam segala keadaan bagian permukaan yang saling bergesekan dapat
terlumasi. Sifat ini sangat penting uintuk melindungi permukaan pada saat mulai bergerak yaitu
pada saat minyak pelumas belum cukup banyak saat pompa minyak belum bekerja sebagaimana
mestinya. Titik tuang merupakan temperatur terendah pada saat yang sama minyak tidak
mengalami kesulitan dapat dituang dari kontainer atau wadah. (Firmasnsyah, 2006)

5. Kestabilan Minyak Pelumas

Kestabilan minyak pelumas dimaksudkan tidak terjadi perubahan komponenkomponen pada


waktu disimpan lama. Komponen-komponen yang menyebabkan tidak stabil biasanya senyawa
tak jenuh karena bersifat mudah teroksidasi, sehingga menyebabkan terjadinya gumpalan-
gumpalan pada minyak pelumas. (Firmasnsyah, 2006)

6. Nilai Karbon pada Minyak Pelumas


Nilai karbon pada minyak pelumas menjelaskan jumlah karbon yang terbentuk pada saat
dipanaskan pada suhu tinggi. Semakin banyak jumlah karbon yang terbentuk dari hasil
pembakaran, menandakan minyak pelumas tersebut kurang baik. Hal ini disebabkan banyaknya
karbon hasil pembakaran menyebabkan terhambatnya saluran pelumasan dan dapat berakibat
kemacetan pada komponen-komponen yang bergerak. Minyak pelumas yang baik adalah minyak
pelumas yang sedikit terjadinya pembentukan karbonnya. (Firmasnsyah, 2006)

7. Daya Emulsi Minyak Pelumas

Emulsi minyak pelumas merupakan suatu kemampuan minyak pelumas untuk memisahkan diri
(tidak tercampur) dengan air. Semakin tinggi daya emulsi semakin baik kualitas minyak pelumas.
(Firmasnsyah, 2006)

New oil (Minyak pelumas baru)

New oil adalah minyak pelumas yang baru dibuat atau belum terpakai. New oil memiliki
beberapa parameter yang harus diuji antara lain: Colour, indeks viskositas, viskositas kinematik
pada suhu 40°C dan pada suhu 100°C, Densitas pada suhu 15°C, TAN, TBN, Flash point COC,
pour poin, Appearance, metal additive (Ca, Mg, Zn), water content.

1. Colour
Penentuan warna produk minyak bumi yang digunakan terutama untuk tujuan pembuatan
manufaktur dan merupakan hal yang penting karakteristik kualitas, karena warna siap diamati
oleh pengguna produk. Dalam beberapa kasus, warna dapat berfungsi sebagai indikasi tingkat
penyempurnaan materi. Ketika rentang warna produk tertentu diketahui, variasi di luar kisaran
yang ditetapkan dapat mengindikasikan kemungkinan kontaminasi dengan produk lain. Namun,
warna tidak selalu merupakan panduan yang dapat diandalkan kualitas produk dan tidak boleh
digunakan tanpa pandang bulu dalam Spesifikasi Produk (ASTM D1500-12).

Dalam melakukan pengujian colour / warna dapat menggunakan standar ASTM D 1500-12 yang
mencakup penentuan visual dari warna berbagai macam produk minyak bumi, seperti minyak
pelumas, minyak pemanas, minyak solar, dan minyak bumi lilin.

Metode dalam test ini menggunakan sumber cahaya standar, sampel cairan ditempatkan dalam
wadah uji dan dibandingkan dengan cakram kaca berwarna mulai dalam nilai 0,5 hingga 8,0.
Ketika tidak ada yang sama persis ditemukan dan warna sampel jatuh di antara dua warna
standar, lebih tinggi dari dua warna dilaporkan (ASTM D1500-12).

2. Titik Tuang

Titik tuang minyak bumi adalah indeks suhu terendah dimana minyak bumi atau produknya
masih dapat mengalir dengan sendirinya pada suhu pemeriksaan (ASTM D97-17a).

Untuk menguji pour point maka menggunakan standar ASTM D 97-17a. Metode ini mencakup
produk minyak bumi apapun. Prosedur instalasi cocok untuk spesimen hitam, stok silinder, dan
minyak bakar non distilat.

Dasar pengujiannya adalah sampel dilakukan pemanasan awal. setelah pemanasan awal,
sampel didinginkan pada tingkat yang ditentukan dan diperiksa pada interval 3 ° C untuk aliran
karakteristik. Suhu terendah di mana gerakan sampel diamati dicatat sebagai titik tuang (ASTM
D97-17a).
3. Flash point

Flash poin atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak (uap minyak) dan produknya
dalam campuran dengan udara akan menyala jika terkena api dan kemudian mati kembali
(ASTM D93-16a).

Minyak bumi atau produknya akan berbahaya jika memiliki titik nyala yang rendah, karena
mudah terbakar. Akan tetapi minyak bumi yang memiliki titik nyala yang tinggi juga kurang baik,
karena mempengaruhi proses pembakaran. Untuk itu pengujian Flash poin (Titik nyala) sangat
penting.

Untuk menguji new oil maka menggunakan flash point dengan metode cawan tertutup (pensky-
martens closed cup) berdasarkan ASTM D 93-16a

.Metode Pengujian

Metode uji ini menguraikan penetapan titik nyala produk minyak bumi dengan rentang
temperatur diatas 790C dan dibawah 4000C (kecuali bahan bakar) menggunakan peralatan cawan
Cleveland terbuka semi otomatis.

Kurang lebih 70 mL sampel diisikan ke dalam cup flash dan diletakkan pada apparatus alat flash
point. Pertama, temperatur sampel dinaikkan dengan cepat dan kemudian lebih lambat dengan
kecepatan tetap saat mendekati titik nyala. Pada selang waktu tertentu dilewatkan api melintas di
atas cawan. Titik nyala adalah temperatur terendah dari cairan pada saat dilewatkan api
menyebabkan uap sampel menyala (ASTM D 93-16a).

4. Water Content

Pengujian water content adalah pengujian untuk menentukan kadar air dalam sampel produk
minyak bumi (ASTM D1123-99).

Tujuan pengujian water content adalah untuk mengetahui tentang kandungan air dari produk
minyak bumi penting dalam pemurnian, pembelian, penjualan, dan transfer produk. Juga untuk
menentukan jumlah air sebagaimana ditentukan oleh metode uji ini (hingga 0,05 atau 0,1%
volume terdekat, tergantung pada perangkap ukuran yang digunakan) dapat digunakan untuk
memperbaiki volume yang terlibat dalam Transfer hak asuh atas produk minyak bumi dan
pasangan bituminous (ASTM D1123-99).

Metode pengujian ini mencakup penentuan air dalam kisaran dari 0 hingga 25% volume dalam
produk minyak bumi, dan material bitumen lainnya dengan metode distilasi (ASTM D1123-99).

Dasar pengujian

Bahan yang akan diuji dipanaskan di bawah refluks dengan pelarut yang tak dapat larut dalam
air, yang menyuling bersama dengan air masuk contoh. Pelarut terkondensasi dan air terus
menerus dipisahkan dalam perangkap, air yang menetap di bagian yang lulus perangkap dan
pelarut kembali ke diam (ASTM D1123-99).

5. Indeks viskositas

Viskositas index adalah bilangan atau angka yang menunjukkan kestabilan kekentalan oli
terhadap perubahan temperatur. Oli berubah kekentalannya karena perubahan panas atau
temperatur oli akan menjadi encer akibat panas (ASTM D2270-10).

Indeks viskositas banyak digunakan dan diterima ukuran variasi dalam viskositas kinematik
karena perubahan dalam suhu produk minyak antara 40 ° C dan 100 ° C. Indeks viskositas yang
lebih tinggi menunjukkan penurunan yang lebih kecil dalam viskositas kinematik dengan
meningkatnya suhu pelumas. Indeks viskositas digunakan dalam praktek sebagai satu nomor
yang menunjukkan ketergantungan suhu viskositas kinematik. Indeks Viskositas kadang-kadang
digunakan untuk mengkarakterisasi basis minyak untuk keperluan menetapkan persyaratan
pengujian mesin untuk kategori kinerja oli mesin (ASTM D2270-10).

6. Metal additive dengan ICP-OES (INDUCTIVELY COUPLED PLASMA - OPTICAL


EMMISION SPECTROMETRY)
Metode pengujian ini mencakup penentuan barium, kalsium, fosfor, sulfur, dan seng dalam
minyak pelumas yang tidak digunakan pada rentang konsentrasi unsur tertentu (ASTM 4927-
15).

Beberapa minyak diformulasikan dengan aditif organo-logam yang bertindak sebagai deterjen,
antioksidan, agen antiwear, dan sebagainya. Beberapa aditif ini mengandung satu atau lebih
dari elemen: barium, kalsium, fosfor, sulfur, dan seng. Metode uji ini bertujuan untuk
menentukan konsentrasi elemen-elemen ini yang pada gilirannya memberikan indikasi dari
kandungan aditif dari minyak ini (ASTM 4927-15).

Dasar metode

Metode pengujian ini mencakup penentuan elemen aditif, kandungan logam, dan kontaminan
dalam minyak pelumas bekas oleh Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectrometry
(ICP-OES). Metode pengujian ini menggunakan logam yang larut dalam minyak untuk kalibrasi.

Sampel dikocok/dihomogenkan kemudian dilarutkan 10 kali lipat dari volume sampel dengan
larutan pengencer (xylene, kerosen, dan orthoxylene). Untuk standar dilakukan dengan cara yang
sama. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat ICP dengan peristaltic pump. Dibandingkan
hasil intensitas elemen pada sampel dengan hasil intensitas elemen terukur pada standar,
kemudian konsentrasi elemen pada sampel dihitung (ASTM 4927-15).

7. Viskositas kinematik

Banyak produk minyak bumi, dan beberapa non-minyak bumi bahan, digunakan sebagai
pelumas, dan operasi yang benar peralatan tergantung pada viskositas yang sesuai cairan yang
digunakan. Selain itu, viskositas banyak minyak bumi bahan bakar penting untuk perkiraan
penyimpanan optimal, penanganan, dan kondisi operasional. Dengan demikian, penentuan
viskositas yang akurat sangat penting untuk banyak spesifikasi produk (ASTM D445-17a).
Untuk menguji viskositas dapat menggunakan metode ASTM D1445-17a. Cara uji ini
menetapkan prosedur untuk penentuan viskositas kinematik dari produk cair minyak bumi, baik
transparan dan buram, dengan mengukur waktu untuk volume cairan mengalir di bawah
gravitasi melalui dikalibrasi kaca kapiler viskometer. Dinamis viskositas, η, dapat diperoleh
dengan mengalikan kinematik viskositas, ν, dengan kepadatan, ρ, dari cairan (ASTM D445-17a).

Ringkasan metode

Metode uji ini menggariskan suatu prosedur untuk penetapan viskositas kinematik produk
minyak bumi cair, baik yang transparan maupun yang gelap, dengan mengukur waktu yang
diperlukan oleh sejumlah cairan untuk mengalir dengan gaya berat melalui suatu viskometer
kapiler gelas yang telah dikalibrasi. Viskositas dinamis dapat diperoleh dengan cara mengalikan
viskositas kinematik terukur dengan kerapatan cairan (ASTM D445-17a)

Waktu yang diukur untuk mengalirkan volume cairan tertentu di bawah gaya berat lewat kapiler
viskometer yang telah dikalibrasi pada suatu “driving head” yang reprodusibel pada temperatur
yang diketahui dan terkontrol dengan baik. Viskositas kinematik adalah hasil pengukuran waktu
alir dan viskometer tetap yang terkalibrasi (ASTM D445-17a).

8. Total Acid Number (TAN)

Total Acid Number (TAN) adalah salah satu metode yang tersedia di bidang analisis minyak yang
digunakan untuk memperkirakan jumlah deplesi aditif, kontaminasi asam dan oksidasi. TAN
tidak secara langsung mengukur laju oksidasi, itu hanya mengukur produk sampingan dari
oksidasi. Ini juga bermanfaat untuk menentukan tingkat penipisan aditif tertentu (Mechenery
Lubricantion)

TAN adalah ukuran konsentrasi asam dalam larutan tidak berair. Ini ditentukan oleh jumlah basa
kalium hidroksida (KOH) yang diperlukan untuk menetralkan asam dalam satu gram sampel
minyak. Satuan ukuran standar adalah mg KOH / g. TAN tidak mewakili konsentrasi asam absolut
dari sampel minyak. Pengukuran TAN mendeteksi asam organik lemah dan asam anorganik kuat
(ASTM D974-14)

Perubahan konsentrasi asam minyak dapat berasal dari berbagai sumber. Kontaminan asam,
minyak yang salah, deplesi cadangan alkali dan produk samping oksidasi dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi asam.

Ringkasan metode

Angka asam adalah sejumlah basa yang dinyatakan sebagai mg KOH/g sampel, yang diperlukan
untuk titrasi sampel sampai titik akhir yang ditetapkan. Metode Uji ini dapat digunakan untuk
menunjukan adanya perubahan relatif sifat minyak yang terjadi selama pemakaian karena
teroksidasi menghasilkan perubahan warna atau sifat yang lain. TAN digunakan untuk
memperkirakan kemampuan kerja suatu minyak lumas selama kondisi pemakaian (ASTM D974-
14).

9. Total Base Number (TBN)

Nilai kuantitas asam yang dinyatakan dalam jumlah setara miligram kalium hidroksida per gram
sampel, diperlukan untuk mentitrasi sampel dalam pelarut tertentu ke titik akhir yang ditentukan
menggunakan sistem deteksi yang ditentukan (ASTM 974-12)

Dalam metode uji ini, indikatornya adalah p-naphtholbenzein dititrasi ke titik akhir oranye dalam
pelarut air-isopropanol toluena.

Ringkasan Metode

Angka basa adalah jumlah asam perklorat yang dinyatakan dengan mgKOH/g yang diperlukan
untuk titrasi sampel yang dilarutkan dalam pelarut yang telah ditetapakan sampai diperoleh titik
belok yang tajam. Sampel dilarutkan dalam campuran dari Klorobenzene dan asam asetat glacial
dan dititrasi dengan larutan asam perklorat dalam asam asetat glacial dengan menggunakan
titrimeter potensiometrik.

10. DENSITY, SPECIFIC GRAVITY, API GRAVITY


Tujuan

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan penetapan dari kerapatan, kerapatan relatif
(berat jenis) atau berat jenis API dari minyak bumi dan produk-produknya (Standard ASTM )

Ringkasan Metode Uji

Metode uji ini mencakup penetapan secara laboratorium dengan menggunakan hidrometer gelas,
untuk penetapan kerapatan, kerapatan relatif (berat jenis), atau berat jenis API suatu minyak
mentah, produk minyak bumi atau campuran produk minyak bumi dan produk non minyak bumi,
yang biasa ditangani sebagai cairan dan mempunyai tekanan uap Reid 101,325 kPa (14,696 psi)
atau lebih kecil (Standard ASTM).

Temperatur contoh dibawa pada temperatur tertentu dan contoh uji dituang ke silinder
hidrometer yang temperaturnya mendekati sama. Masukkan hidrometer yang sesuai kedalam
contoh uji pada temperatur yang sama dan dibiarkan sampai tenang. Setelah temperatur
mencapai keseimbangan, skala hidrometer dan temperatur dibaca dan dicatat. Pembacaan
pengamatan hidrometer dirubah ke temperatur acuan dengan menggunakan Tabel Pengukuran
Minyak (Standard ASTM).

Referensi:

-Standar ASTM

-http://fitriakrisna12.blogspot.com/2015/02/flash-point-dengan-cawan-terbuka.html?m=1

-http://www.sampling-analisis.com/2016/01/prosedur-analisis-flash-point.html?m=1

-http://java-borneo.blogspot.com/2011/04/viskositas-grade-dan-viskositas-index.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai