Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PELUMAS
2.1.1 Pengertian Pelumas

Pelumas adalah zat kimia yang umumnya cairan dan diberikan di


antara dua benda bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini
merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-
1350C. Minyak pelumas terdapat dalam bagian minyak mentah yang
mempunyai daerah didih yang paling tinggi, yaitu sekitar 4000 C ke atas.
(Eka Mulya Ade, 2014)

Pelumas merupakan elemen esensial yang digunakan untuk


meningkatkan efisiensi operasi dan mereduksi hilangnya energi dan
material di hampir kebanyakan industri manufaktur. (Gatot S dan
Hariyadi, 2015)

Arisandi dkk (2012) pelumas/oli yaitu zat kimia yang umumnya


berjenis cairan yang diberikan diantara dua benda atau lebih yang
besinggungan tujuannya untuk mengurangi gesekan yang berlebihan. Zat
ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi yang memiliki suhu 105-
135 derajat celcius, umumnya unsur pelumas terdiri dari 90% minyak
dasar dan 10% zat tambahan. Oli biasanya didapat dari pengolahan minyak
bumi melalui proses destilasi bertingkat berdasarkan titik didihnya.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA’s) proses pembuatan oli
ada beberapa tahap, yaitu:
a) Destilasi
b) Deasphalting bertujuan untuk menghilangkan kandungan aspal pada
oli.
c) Hidrogenasi untuk menaikkan kualitas viskositas.
d) Pencampuran katalis untuk menghilangkan kandungan lilin dan
menaikkan temperatur pelumas.
e) Clay or Hydrogen finishing untuk meningkatkan warna, stabilitas
naften, dan inti aromat, yang tersusun dalam kelompok-kelompok
terhadap perubahan temperatur dan kualitas oli pelumas. (Raharjo,
2010)

2.1.2 Komposisi Pelumas


Minyak pelumas terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon
paraffin, naften, aromat, dan sejumlah keci senyawa organik yang
mengandung oksigen dan belerang yang dipandang sebagai pengotor.
Sturktur utama molekul minyak pelumas adalah inti sampai sebanyak
enam cincin. Pada kelompok cincin ini dapat terikat rantai parafin. Makin
panjang dan makin banyak rantai parafin ini, maka minyak pelumas makin
bersifat parafin.
Fraksi minyak pelumas dipisahkan dari residu hasil distilasi
minyak mentah dengan distilasi hampa. Dalam distilasi ini biasanya
diperoleh tiga fraksi yaitu fraksi minyak pelumas ringan, fraksi minyak
pelumas sedang dan minyak pelumas berat. Karena malam dan aspal
mempunyai daerah didih yang kira-kira sesuai dengan daerah didih
minyak pelumas maka distilasi untuk memperoleh fraksi minyak pelumas
selalu akan tercampur dengan malam atau aspal, tergantung kepada jenis
minyak mentahnya. (Eka Mulya Ade, 2014)

Minyak pelumas tidak hanya mengandung minyak dasar tetapi


juga mengandung zat aditif untuk meningkatkan kinerja dari pelumas
tersebut, misalnya zat aditif dengan jenis zinc dithiophospate dapat
meningkatkan indeks viskositas dan menghambat terjadinya korosi.
Sebagian pelumas yang banyak digunakan saat ini memiliki komposisi 80
sampai 95% berupa minyak dasar dan 5 sampai 20% berupa aditif. (Singh
dan Yee dalam Gatot S dan Hariyadi, 2015)
2.1.3 Fungsi Pelumas

Fungsi pelumas adalah sebagai pendingin, yaitu dengan


menyerap panas dari bagian-bagian yang bergesekan dan
memindahkannya ke sistem pendingin. Oli juga berfungsi sebagai bahan
pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin
dan mencegah karat pada komponen mesin. Salah satu benda yang dapat
mempengaruhi kualitas dari pelumas yaitu partikel logam yang tercampur
di dalamnya. Partikel logam di dalam oli pelumas tersebut terjadi akibat
dua benda logam yang bergesekan, sehingga kandungan partikel logam
tersebut dapat merusak elemen mesin, kerja mesin tidak dapat optimal dan
tentunya dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu
harus dilakukan tindakan pencegahan agar pelumas tidak terkontaminasi
dari partikel logam agar kualitas dan kerja pelumas tetap optimal. (Akrom,
2009)

Beberapa fungsi lain yang bervariasi tergantung oli tersebut


diaplikasikan, fungsi tersebut antara lain:

2.1.3.1 Pencegah korosi


Fungsi minyak pelumas yang lain adalah pencegah terjadinya
karat pada mesin yang diakibatkan oleh terbentuknya asam selama
proses pembakaran bahan bakar berlangsung. Karena pada suhu mesin
dalam keadaan mesin dihidupkan, asam-asam yang terbentuk berupa
gas yang akan dibuang melalui emisi gas buang, tetapi dalam keadaan
temperatur mesin rendah asam-asam ini akan berkondensasi dan
akibatnya mesin menjadi berkarat dibagian dalam. Bila minyak
pelumas yang digunakan mengandung sedikit akkaline, maka asam-
asam yang terkandung pada mesin tersebut dapat dinetralisir.
Penetralisiran asam ini dapat dibantu dengan menggunakan minyak
pelumas cair yang disirkulasikan pada mesin sewaktu mesin dalam
kondisi dingin (Northop. RS, 2003)
2.1.3.2 Bahan perapat (Sealing)
Oli mesin membentuk semacam lapisan antara torak dan
silinder. Ini berfungsi sebagai perapat (seal) yang dapat mencegah
hilangnya tenaga mesin. Sebaliknya bila ada kebocoran maka gas
campuran yang dikompresikan atau gas pembakaran akan menekan
di sekeliling torak dan masuk ke dalam bak engkol, berarti akan
kehilangan tenaga. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.3.3 Pembersih (Cleaning)
Kotoran atau garam yang timbul akibat gesekan, akan
terbawa oleh minyak pelumas menuju carter yang selanjutnya akan
mengendap di bagian bawah carter dan ditangkap oleh magnet pada
dasar carter. Kotoran yang ikut aliran minyak pelumas akan di saring
di filter oli agar tidak terbawa dan terdistribusi kebagian-bagian mesin
yang dapat mengakibatkan kerusakan/menggangu kinerja mesin.
(Arisandi, 2012)
2.1.3.4 Pendingin (Cooling).
Pembakaran menimbulkan panas dan komponen mesin akan
menjadi panas sekali. Hal ini akan menyebabkan keausan yang cepat,
bila tidak diturunkan temperaturnya. Untuk menghindari hal ini oli
harus disirkulasikan di sekeliling komponen agar dapat menyerap
panas dan mengeluarkannya dari mesin. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.3.5 Sebagai penyerap tegangan.
Oli mesin menyerap dan menekan tekanan lokal yang
bereaksi pada komponen yang dilumasi, serta melindungi agar
komponen tersebut tidak menjadi tajam saat terjadinya gesekan pada
bagian yang saling bersinggungan. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.3.6 Mengurangi koefisien gesek
Salah satu fungsi oli adalah untuk melumasi bagian-bagian
mesin yang bergerak untuk mencegah keausan karena komponen yang
bergesekan. Oli membentuk oil film di dalam dua benda yang
bergerak sehingga dapat mencegah gesekan/kontak langsung diantara
komponen tersebut. (Arisandi, 2012)
2.1.4 Sifat-sifat Dasar Minyak Pelumas
2.1.4.1 Warna
Warna merupakan indikator awal tingkat kemurnian bahan.
Jika warna pelumas semakin lama semakin hitam maka dapat
dipastikan bahwa pada pelumas tersebut terdapat kontaminan. (Adhe
Mulat, 2013)
2.1.4.2 Specific Gravity
Pada pelumas bekas akan terjadi penurunan angka specific
gravity, yang mana hal ini mengindikasikan bahwa pelumas bekas
tersebut telah mengalami fuel dilution. Tetapi bila angka specific
gravity meningkat dari biasanya maka hal ini mengindikasikan bahwa
pada pelumas bekas tersebut telah terdapat kontaminan seperti
material-material yang telah teroksidasi. (Arluky N, TT)
2.1.4.3 Viskositas
Viskositas adalah sifat yang sangat penting dalam minyak
pelumas.Viskositas minyak pelumas menunjukkan kemampuan dan
kemudahan minyak pelumas mengalir. Tantangan minyak pelumas
adalah mengalir dengan mudah pada waktu start serta memberikan
perlindungan yang baik terhadap komponen-komponen mesin yang
bergerak terutama pada temperatur operasi yang relatif tinggi.
Viskositas minyak pelumas diukur pada suhu tertentu untuk
menentukan kemampuan pelumas mengalir melalui alat viskosimeter
standar. (Firmasnsyah, 2006)
Minyak pelumas viskositas rendah berarti minyak tersebut
encer, sehingga lapisan minyaknya tipis dan mudah mengalir.
Sedangkan minyak viskositas tinggi berarti minyak tersebut kental,
lapisannya sangat tebal dan sulit mengalir tetapi tahan terhadap beban
berat. Viskositas ini dapat bertubah karena kontaminan, perubahan
temperatur dan tekanan. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.4.4 Indeks Viskositas
Indeks viskositas (VI) adalah bilangan empiris yang
dirancang untuk menunjukkan jumlah perubahan viskositas selama
rentang suhu tertentu. Indeks viskositas dapat diperoleh dengan
pengukuran viskositas pada suhu 40°C dan 100°C (pengukuran dibuat
pada 100°F dan 212°F dalam Sistem Inggris). Bedanya kemudian
digunakan untuk perbandingan dalam sebuah buku tabel untuk
mendapatkan indeks viskositas. Jumlah ini tidak bisa digunakan
sebagai ukuran milik pelumas lainnya. (Mark De Benedetto, TT)
2.1.4.5 Kestabilan Minyak Pelumas
Kestabilan minyak pelumas dimaksudkan tidak terjadi
perubahan komponenkomponen pada waktu disimpan lama.
Komponen-komponen yang menyebabkan tidak stabil biasanya
senyawa tak jenuh karena bersifat mudah teroksidasi, sehingga
menyebabkan terjadinya gumpalan-gumpalan pada minyak pelumas.
(Firmasnsyah, 2006)
2.1.4.6 Angka Basa Total (TBN) dan Angka Asam Total (TAN)
TBN adalah ukuran alkalinitas cadangan atau netralisasi
asam cadangan yang tersisa dalam minyak. TAN mengukur
peningkatan oksidasi minyak dan pembentukan senyawa asam
korosif. Produsen mesin sering menganjurkan untuk memanfaatkan
kedua tes tersebut untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam
tentang kondisi minyak dan perlindungan oli mesin yang tersisa.
Dalam memanfaatkan kedua tes tersebut, TBN akan menurun seiring
waktu dan TAN akan meningkat seiring berjalannya waktu. Titik di
mana dua angka bertemu atau menyeberang bisa dianggap sebagai
titik di mana minyak tidak bisa lagi memberikan proteksi yang
memadai. (Mark Betner, 2014)
2.1.4.7 Daya Emulsi Minyak Pelumas
Emulsi minyak pelumas merupakan suatu kemampuan
minyak pelumas untuk memisahkan diri (tidak tercampur) dengan air.
Semakin tinggi daya emulsi semakin baik kualitas minyak pelumas.
(Firmasnsyah, 2006)
2.1.4.8 Titik Nyala
Titik nyala minyak pelumas adalah suhu dimana uap
dipermukaan minyak pelumas itu mulai dapat terbakar. Titik nyala
merupakan temperatur minyak pelumas menguap bercampur udara
dan terbakar. Minyak pelumas dengan titik nyala rendah menunjukkan
banyak komponen-komponen yang rendah. Minyak pelumas yang
baik memerlukan titik nyala yang tinggi karena jika rendah akan
terbakar ketika melumasi mesin. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.4.9 Titik Tuang
Titik tuang minyak pelumas merupakan kemampuan minyak
pelumas dalam mengisi celah-celah yang akan dilumasi. Pada keadaan
suhu rendah minyak pelumas tidak dapat mengalir karena pengaruh
densitas. Kondisi ini juga mempengaruhi ketebalan lapisan minyak
pelumas. Diharapkan dalam segala keadaan bagian permukaan yang
saling bergesekan dapat terlumasi. Sifat ini sangat penting uintuk
melindungi permukaan pada saat mulai bergerak yaitu pada saat
minyak pelumas belum cukup banyak saat pompa minyak belum
bekerja sebagaimana mestinya. Titik tuang merupakan temperatur
terendah pada saat yang sama minyak tidak mengalami kesulitan
dapat dituang dari kontainer atau wadah. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.4.10 Nilai Karbon pada Minyak Pelumas
Nilai karbon pada minyak pelumas menjelaskan jumlah
karbon yang terbentuk pada saat dipanaskan pada suhu tinggi.
Semakin banyak jumlah karbon yang terbentuk dari hasil pembakaran,
menandakan minyak pelumas tersebut kurang baik. Hal ini
disebabkan banyaknya karbon hasil pembakaran menyebabkan
terhambatnya saluran pelumasan dan dapat berakibat kemacetan pada
komponen-komponen yang bergerak. Minyak pelumas yang baik
adalah minyak pelumas yang sedikit terjadinya pembentukan
karbonnya. (Firmasnsyah, 2006)
2.1.4.11 Kandungan Abu Sulfat
Uji ini untuk mengukur adanya material yang tidak habis
terbakar yang terkandung di dalam minyak pelumas. Material yang
tidak dapat terbakar ini biasanya terdapat pada aditif yang
ditambahkan pada pelumas dan biasanya mengandung senyawa
metallo-organic yang akan membentuk residu pada uji abu sulfat.
Pada pelumas bekas, bila uji abu sulfat meningkat maka hal ini
menunjukkan bahwa pada pelumas bekas tersebut telah terdapat
berbagai kontaminan. (Arluky N, TT)

2.1.5 Aditif pada minyak pelumas


Aditif adalah suatu bahan tambahan yang berfungsi untuk
meningkatkan performance dan sebagai vitamin bagi oli, yang mempunyai
kegunaan bermacam-macam antara lain : melindungi permukaan metal
(ring, bearing, gears dll), memperpanjang usia pelumas, mencegah
penimbunan lumpur, mengurangi keausan dan korosi, sebagai pembersih
(detergent dispersent), anti beku (anti freeze), anti busa (anti foam),
mempertahankan kekentalan oli dan sebagai penguat lapisan film. (Dheni
Anggoro, 2014)
Jenis aditif yang sering digunakan pada minyak pelumas adalah :
2.1.5.1 Anti oksidant
Anti oksidant adalah zat pencegah terjadinya oksidasi dan
bahan kimia yang digunakan adalah suffides dan sulfarides. Bahan
anti oksidant ditambahkan untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi pada minyak pelumas. Terjadinya proses oksidasi akan
terbentuk zat-zat kimia seperti peroksida-peroksida, asam, asam-
asam hidroksida, ester, anhidrida, lakton, keton, aldehid, alkohol,
dan olefin. Zat-zat kimia yang terbentuk akan bereaksi dengan
logam-logam mesinsehingga mengakibatkan terjadinya karat dan
membentuk lumpur. (Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.2 Detergent
Pembakaran yang terjadi pada mesin akan menghasilkan
kotoran. Bila terkumpul kotoran itu dapat menghambat aliran minyak
pelumas keseluruh bagian mesin. Detergen sebagai bahan tambah
dapat berfungsi menyebarkan partikel-partikel kotoran sehingga
terkumpulnya kotoran dapat dihindari. (Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.3 Extreme Presure (EP)
Lapisan oil film akan terbentuk bila dua metal yang bergerak
diberi pelumas. Jika lapisan itu terkena tekanan atau kecepatan tinggi
maka pelumas menjadi terganggu. Hal itu akan merugikan karena dua
bagian yang bergerak itu akan saling bergesekan dan menjadi aus.
Penambahan extreme presure akan bereaksi dengan permukaan metal
dan membentuk lapisan film yang akan melekat pada permukaan
logam, dan lapisan itu akan mengontrol gesekan sehingga kontak
langsung antara dua bagian mesin yang bergerak dapat terhindarkan
(dikurangi). (Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.4 Metal passifator
Bereaksinya logam dengan udara maupun minyak
pelumas, dapat diperlambat dengan suatu zat yang dinamakan
pasivator. Zat ini akan mengakibatkan permukaan logam menjadi
pasif sehingga tidak mudah bereaksi. (Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.5 Emulsifier
Air yang terlepas dari emulsinya dapat menyebabkan
kontak langsung dengan logam, akibatnya dapat menyebabkan
logam mudah menjadi korosi. Untuk mengurangi emulsi Zat ini
digunakan untuk mempertahankan emulsi antara minyak dengan
air. (Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.6 Anti foam
Dua bagian mesin yang diberi minyak pelumas bergerak
dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan udara masuk
kedalamnya. Akibat yang dapat ditimbulkanya adalah terbentuknya
buih, timbulnya buih akan mengganggu sistem pelumasan. Untuk
menghindari hal ini maka minyak pelumas sering ditambah zat anti
buh (anti foam). Zat ini akan menurunkan tegangan permukaan
pada gelembung-gelembung udara, sehingga gelembung-
gelembung itu dapat terpisah. (Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.7 Viskosity index improver
Indeks viskositas adalah suatu angka yang menunjukkan
besarnyaperubahan kekentalan suatu minyak pelumas, bila terjadi
perubahan suhu. Apabila suhunya naik maka kekentalan minyak
peluamas akan turun. Penambahan Viskosity index improver akan
mencegah pengenceran minyak pelumas bila terjadi kenaikan suhu.
(Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.8 Dispersant
Digunakan untuk mendepres lumpur yang terjadi dan
biasanya digunakan bahan kimia palymar dari acrylic, methacrylic.
(Dheni Anggoro, 2014)
2.1.5.9 Corrosion inhibitors
Corrosion inhibitors digunakan untuk melindungi logam-
logam non ferrous dalam mesin, dan bahan kimia yang digunakan
adalah metal-ditheophos phates dan metal dicarbonates. (Dheni
Anggoro, 2014)
2.1.5.10 Pour point depressant
Pour point depressant untuk mencegah terjadinya
kristallasi parafin wax pada suhu rendah. Bahan kimia yang
digunakan adalah polymethacrylates dan polycrylamides. (Dheni
Anggoro, 2014)

2.1.6 Klasifikasi Minyak Pelumas


2.1.6.1 Berdasarkan wujud
Berdasarkan wujudnya minyak pelumas dapat digolongkan
menjadi tiga bentuk, yaitu:
a. Cair (liquid) atau biasa disebut oli
b. Setengah padat (semi solid) atau biasa disebut gemuk
c. Padat (solid). (Sukirno,TT)

2.1.6.2 Berdasarkan Viskositas atau Kekentalan


SAE (Society of Automotive Engineer) mengembangkan
sistem klasifikasi berdasarkan viskositas atau kekentalan. Angka SAE
yang lebih besar menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental.
Kode SAE lebih sering digunakan pada oli otomotif.
 Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan
hanya satu angka.
 Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan
lebih dari satu angka. (Petro Canada Lubricants, 2017)
Untuk pengunaan oli non engine digunakan pelumas kode
Iso Viscosity Grade. Angka Iso VG yang lebih besar menunjukkan
minyak pelumas terebut lebih kental. Penguunaan pelumas dengan
kode Iso VG ditujukkan untuk suhu rendah (40oC)

2.1.6.3 Berdasakan Penggunaan


Sejak tahun 1970, API, ASTM dan SAE bekerjasama
mendirikan sistem The American Petroleum Institute Engine Service
Classification. Sistem ini memungkinkan oli atau pelumas mesin
harus didefinisikan dan dipilih berdasarkan karakteristik kinerjanya
atau pengunaannya. Sistem ini dibagi menjadi 2 yaitu pelumas untuk
mesin bensin dan untuk mesin diesel. (Petro Canada Lubricants, 2017)
a. Penggunaan minyak pelumas untuk mesin bensin
 SA, untuk mesin bensin tugas sangat ringan
 SB, untuk mesin bensin tugas ringan
 SC, untuk mesin bensin buatan tahun 1964-1967
 SD, untuk mesin bensin buatan tahun 1968-1971
 SE, untuk mesin bensin buatan 1972-1979
 SF, untuk mesin bensin buatan tahun 1980 dan sesudahnnya
(Wahyudi, 2014)
b. Penggunaan minyak pelumas untuk mesin diesel
 CA, untuk mesin diesel tugas ringan
 CB, untuk mesin diesel tugas ringan, bahan bakar dengan kadar
belerang tinggi
 CC, untuk mesin diesel tugas berat
 CD, untuk mesin diesel tugas sangat berat (Wahyudi, 2014)

2.1.6.4 Berdasarkan Pengawasan Mutu


a. Pelumas motor bensin 4 langkah

b. Pelumas motor bensin 2 langkah berpendingin udara:

c. Pelumas motor bensin 2 langkah berpendingin air:


d. Pelumas motor diesel putaran tinggi

e. Pelumas motor diesel putaran menengah (industri dan kapal)


f. Pelumas transmisi dan gardan

g. Pelumas transmisi otomatis (ATF)


h. Pelumas hidrolik

i. Pelumas Transformator

2.1.6.5 Berdasarkan Bahan Dasar


a. Pelumas mineral (pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral
yang terbaik digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel
otomotif, kapal, dan industri. (Wahyudi, 2014)
b. Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau
tumbuh-tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini
ialah bebas sulfur atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi,
sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang baik biasanya
sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan
minyak mineral, biasa disebut juga compound oil. (Wahyudi,
2014)
c. Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati
ataupun mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang
dihasilkan dari pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas
sintetik mempunyai sifatsifat khusus, seperti daya tahan terhadap
suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau nabati,
daya tahan terhadap asam, dll (Wahyudi, 2014)

2.1.6.6 Berdasarkan Spesifikasi


a. SAE (Society of Automotive Engineer)
SAE merupakan badan atau asosiasi yang mengeluarkan
spesifikasi pelumas berdasarkan kekentalannya. (SAE dalam
Anonim, 2016)
Pada kemasan oli akan tertulis kode oli monograde (misal
SAE 30) dan multigrade (misal SAE 10W-30). Angka pada oli
multigrade yang berada di paling depan adalah tingkat kekentalan
oli pada suhu dingin dan angka setelah w adalah tingkat kekentalan
ketika mesin dalam kondisi bekerja atau menyala sementara pada
angka oli monograde hanya menunjukkan tingkat kekentalan
ketika mesin dalam kondisi bekerja atau menyala saja. (Anonim,
2016)
b. API (American Petroleum Institute)
API adalah suatu institusi yang menetapkan spesifikasi
pelumas berdasarkan penggunaannya baik untuk mesin bensin
maupun mesin diesel. Grading untuk mesin bensin yaitu diawali
dengan huruf S yang berarti Service Oils terdiri dari SA, SB, SC,
dan sebagainya dan untuk mesin diesel yaitu diawali dengan huruf
C yang berarti Commercial Oils terdiri dari CA, CB, CC, dan
sebagainya. Semakin tinggi API service nya, semakin baik pula
kualitas pelumasnya (Sukirno, TT)
c. JASO (Japanese Automotive Standards Organization)
JASO adalah suatu badan organisasi yang menetapkan
spesifikasi pelumas berdasarkan kandungan phospor dalam
pelumas standar yang dibuat oleh Jepang untuk memenuhi tuntutan
teknologi di sepeda motor yang di dalamnya terdapat kopling
 JASO MA merupakan pelumas khusus yang digunakan untuk
mesin dengan gesekan yang besar seperti kopling basah. Jenis
motor yang memiliki kopling basah seperti type cub (bebek) dan
sport (manual)
 JASO MB merupakan pelumas khusus untuk mesin dengan
gesekan lebih kecil seperti kopling kering. Jenis motor yang
memiliki kopling kering seperti motor matic atau automatic dan
mobil pada umumnya (Anonim, 2016)

2.1.7 Sistem Pelumasan


2.1.7.1 Pelumasan Hidrodinamika
Sistem pelumasan dimana logam-logam yang dilumasi
dipisahkan secara utuh oleh cairan pelumas. Pelumas dapat mengalir
secara laminair diantara dua logam yang dilumasi, terjadi pada kondisi
kerja dengan beban rendah dan kecepatan tinggi. Contoh : journal
bearing (Buku Minyak Bumi dan Produk Migas, 2015)
2.1.7.2 Pelumasan Lapisan Selaput
Aliran laminair pelumas terganggu tetapi masih dapat
mengalir. Didaerah tertentu terjadi kontak antara dua permukaan
logam yang dilumasi, terjadi pada kondisi kerja dengan beban berat
dan kecepatan rendah. Contoh : piston ring dari mesin kendaraan.
(Buku Minyak Bumi dan Produk Migas, 2015)
2.1.7.3 Pelumasan Batas
Permukaan logam satu dengan yang lain saling bersentuhan
tetapi tidak mengakibatkan keausan pada kedua permukaan yang
dilumasi dengan membuat sentuhan antara kedua permukaan logam
sebagai tumbukan lenting sempurna, terjadi pada kondisi kerja dengan
beban sangat berat dan kecepatan sangat rendah. Contoh : pelumasan
roda gigi gardan kendaraan (Buku Minyak Bumi dan Produk Migas,
2015)

2.2 Bahan Bakar


2.2.1 Pengertian Bahan Bakar

Bahan bakar adalah bahan-bahan yang di gunakan dalam proses


pembakaran. Tanpaadanya bahan bakar tersebut pembakaran tidak akan
mungkin dapat berlangsung. Banyak sekali jenis bahan bakar yang kita
kenal dalam kehidupan kita sehari-hari. Penggolongan ini dapat
dibagiberdasar dari asalnya bahan bakar dapat di bagi menjadi tiga
golongan, yaitu: (1) bahan bakarnabati, (2) bahan bakar mineral, dan (3)
bahan bakar fosil. Apabila dilihat dari bentuknya, makabahan bakar di bagi
menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) bahan bakar padat, (2) bahan bakar cair,
dan (3)bahan bakar gas. Namun demikian hingga saat ini bahan bakar yang
paling sering di pakai adalahbahan bakar mineral cair. (Dika Kira, 2015)

Adapun tujuan dari pembakaran bahan bakar adalah untuk mem


peroleh energi yang disebut dengan energi panas (heat energy). Hasil
pembakaran bahan bakar yang berupa energi panas dapat di bentuk
menjadi energi lain, misalnya : energi untuk penerangan, energi mekanis
dansebagainya. Dengan demikian setiap hasil pembakaran bahan bakar
akan di dapatkan suatu bentukenergi yang lain yang dapat di sesuaikan
dengan kebutuhan. Sisa-sisa hasil pembakaran dalambahan bakar harus di
perhatikan. Oleh karena itu sisa dari hasil pembakaran yang kurang
sempurnaakan dapat berpengaruh negatif terhadap lingkungan. (Dika Kira,
2015)

2.2.2 Sumber Bahan Bakar


Bahan bakar minyak berasal dari minyak bumi dan ada juga yang
berasal dari sumber daya hayati. Minyak bumi diperoleh dari dalam perut
bumi yang berasal dari sisa-sisa/ fosil hewan-hewan yang terkubur jutaan
tahun yang lalu yang telah berubah menjadi minyak. Minyak bumi yang
diperoleh dari perut bumi tadi selanjutnya dibawa ke kilang pengolahan.
(Rifki Darma, 2012)

Disana minyak bumi diproses secara bertingkat menghasilkan


jenis-jenis bahan bakar tadi. Jenis-jenis bahan bakar yang dihasilkan
adalah gas, bensin, minyak tanah, solar, minyak berat (digunakan untuk
minyak pelumas, lilin, umpan proses petrokimia), dan residu (digunakan
untuk bahan bakar mesin pembangkit uap panas, aspal, bahan pelapis anti
bocor). Sedangkan bahan bakar minyak yang berasal dari sumbar daya
hayati dapat berupa campuran lemak nabati dan hewani seperti biodiesel.
(Rifki Darma, 2012)

2.2.3 Klasifikasi Bahan Bakar


Jenis bahan bakar berdasarnkan wujunya dibagi menjadi 3 yaitu:
2.2.3.1 Bahan Bakar Minyak
Bahan Bakar Minyak terdiri dari berbagai jenis hydrocarbons
yang berasal dari minyak bumi, dan sering pula terdiri dari campuran-
campuran lain. Sifat mudah menguap di dalam mesin menentukan
jenis hydrocarbons dan campuran yang digunakan pada Bahan Bakar
Minyak. Komposisi dan sifat dari BBM ditentukan dari jenis dan
kandungan minyak bumi mentah asalnya, metode penyulingan yang
digunakan dan tergantung dari sifat zat-zat campuran yang
ditambahkan untuk meningkatkan mutu Bahan Bakar Minyak. (Rifki
Darma, 2012)
Jenis bahan bakar minyak antara lain :
a. Avgas (Aviation Gasoline)
Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus
yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avgas didisain untuk
bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin sistem pembakaran
dalam (internal combution), mesin piston dengan sistem
pengapian. Performa BBM ini ditentukan dengan nilai octane
number antara nilai dibawah 100 dan juga diatas nilai 100 . Nilai
octane jenis Avgas yang beredar di Indonesia memiliki nilai
100/130. (BPH Migas)

b. Avtur (Aviation Turbine)


Bahan Bakar Minyak ini merupakan BBM jenis khusus
yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Avtur didisain untuk
bahan bakar pesawat udara dengan tipe mesin turbin (external
combution). performa atau nilai mutu jenis bahan bakar avtur
ditentukan oleh karakteristik kemurnian bahan bakar, model
pembakaran turbin dan daya tahan struktur pada suhu yang rendah.
(BPH Migas)

c. Bensin
Jenis Bahan Bakar Minyak Bensin merupakan nama
umum untuk beberapa jenis BBM yang diperuntukkan untuk mesin
dengan pembakaran dengan pengapian. Di Indonesia terdapat
beberapa jenis bahan bakar jenis bensin yang memiliki nilai mutu
pembakaran berbeda. Nilai mutu jenis BBM bensin ini dihitung
berdasarkan nilai RON (Randon Otcane Number). Berdasarkan
RON tersebut maka BBM bensin dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
 Premium (RON 88)
Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat
berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat
adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada
umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor
bermesin bensin, seperti : mobil, sepeda motor, motor tempel dan
lain-lain. Bahan bakar ini sering juga disebut motor gasoline atau
petrol. (http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)
 Pertamax (RON 92)
Ditujukan untuk kendaraan yang mempersyaratkan
penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan tanpa timbal
(unleaded). Pertamax juga direkomendasikan untuk kendaraan
yang diproduksi diatas tahun 1990 terutama yang telah
menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection
dan catalytic converters. (http://www.bphmigas.go.id/komoditas-
bbm)
 Pertamax Plus (RON 95)
Jenis BBM ini telah memenuhi standar performance
International World Wide Fuel Charter (WWFC). Ditujukan
untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang
mempersyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan
ramah lingkungan. Pertamax Plus sangat direkomendasikan
untuk kendaraan yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga
yang menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI),
Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers
dan catalytic converters. (http://www.bphmigas.go.id/komoditas-
bbm)

d. Minyak Tanah (Kerosene)


Minyak tanah atau kerosene merupakan bagian dari
minyak mentah yang memiliki titik didih antara 150 °C dan 300 °C
dan tidak berwarna. Digunakan selama bertahun-tahun sebagai alat
bantu penerangan, memasak, water heating, dll. Umumnya
merupakan pemakaian domestik (rumahan), usaha kecil.
(http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)

e. Minyak Solar (HSD)


High Speed Diesel (HSD) merupakan BBM jenis solar
yang memiliki angka performa cetane number 45, jenis BBM ini
umumnya digunakan untuk mesin trasportasi mesin diesel yang
umum dipakai dengan sistem injeksi pompa mekanik (injection
pump) dan electronic injection, jenis BBM ini diperuntukkan untuk
jenis kendaraan bermotor trasportasi dan mesin industri.
(http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)

f. Minyak Diesel (MDF)


Minyak Diesel adalah hasil penyulingan minyak yang
berwarna hitam yang berbentuk cair pada temperatur rendah.
Biasanya memiliki kandungan sulfur yang rendah dan dapat
diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor industri. Oleh
karena itulah, diesel oil disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO)
atau Marine Diesel Fuel (MDF).
(http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)

g. Minyak Bakar (MFO)


Minyak Bakar bukan merupakan produk hasil destilasi
tetapi hasil dari jenis residu yang berwarna hitam. Minyak jenis ini
memiliki tingkat kekentalan yang tinggi dibandingkan minyak
diesel. Pemakaian BBM jenis ini umumnya untuk pembakaran
langsung pada industri besar dan digunakan sebagai bahan bakar
untuk steam power station dan beberapa penggunaan yang dari segi
ekonomi lebih murah dengan penggunaan minyak bakar. Minyak
Bakar tidak jauh berbeda dengan Marine Fuel Oil (MFO).
(http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)

h. Biodiesel
Jenis Bahan Bakar ini merupakan alternatif bagi bahan
bakar diesel berdasar-petroleum dan terbuat dari sumber terbaharui
seperti minyak nebati atau hewan. Secara kimia, ia merupakan
bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak. Jenis Produk yang dipasarkan saat ini
merupakan produk biodiesel dengan campuran 95 % diesel
petrolium dan mengandung 5 % CPO yang telah dibentuk menjadi
Fatty Acid Methyl Ester (FAME).
(http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)

i. Pertamina Dex
Adalah bahan bakar mesin diesel modern yang telah
memenuhi dan mencapai standar emisi gas buang EURO 2,
memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas,
memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di bawah 300
ppm, jenis BBM ini direkomendasikan untuk mesin diesel
teknologi injeksi terbaru (Diesel Common Rail System), sehingga
pemakaian bahan bakarnya lebih irit dan ekonomis serta
menghasilkan tenaga yang lebih besar.
(http://www.bphmigas.go.id/komoditas-bbm)

2.2.3.2 Bahan bakar padat.


Bahan bakar padat adalah suatu materi padat yang dapat
diubah menjadi energi. Contohnya adalah batubara. Sifat fisik
batubara termasuk nilai panas, kadar air, bahan mudah menguap dan
abu.Sifat kimia batubara tergantung dari kandungan berbagai bahan
kimia seperti karbon,hidrogen, oksigen, dan sulfur. Nilai kalor
batubara beraneka ragam dari tambang batubara
yang satu ke yang lainnya. (Rifki Darma, 2012)

2.2.3.3 Bahan Bakar Gas


Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural
Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG). CNG pada dasarnya
terdiri dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari propana,
butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor
rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa
digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor. (Rifki Darma, 2012)

Anda mungkin juga menyukai