Anda di halaman 1dari 20

Pengetahuan Umum Tentang Lubricating Oil

(Minyak Pelumas)
Pendahuluan

Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu rangkaian alat-
alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli (oil pump), pipa-pipa saluran
minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar sampai kepada bagian-bagian yang
memerlukan pelumasan.

Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain:

 Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu oli
membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan
logam dengan logam.
 Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian yang
mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem
pendingin.
 Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian
mesin.
 Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
 Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
 Sebagai perantara oksidasi.

Pengertian

Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada diantara dua permukaan yang
bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut.

Klasifikasi

Berdasarkan wujudnya, minyak pelumas dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu cair
(liquid) atau biasa disebut oli, dan setengah padat (semi solid) atau biasa disebut gemuk.

Minyak pelumas cair (oli) dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, yaitu:

 Berdasarkan bahan pelumas itu dibuat

Pelumas mineral (pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral yang terbaik
digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal, dan industri.

Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-
tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau
belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat
gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang
berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.

Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral.
Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan
tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti
daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau
nabati, daya tahan terhadap asam, dll

 Berdasarkan viscosity atau kekentalan minyak pelumas yang dinyatakan dalam


nomor-nomor SAE (Society of Automotive Engineer). Angka SAE yang lebih besar
menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental.

Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan hanya satu angka.

Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam lebih dari
satu angka.

 Berdasakan penggunaan minyak pelumas (diatur oleh The American Petroleum


Institutes Engine Service Classification)

Penggunaan minyak pelumas untuk mesin bensin.

Penggunaan minyak pelumas untuk mesin diesel.

Karakteristik

Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:

 Viscosity

Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya
bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar
perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga
sebaliknya.

 Viscosity Index

Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas


terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil
perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini
dibagi dalam 3 golongan, yaitu:

HVI (High Viscosity Index) di atas 80.

MVI (Medium Viscosity Index) 40 – 80.

LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.

 Flash Point

Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas
menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard,
tetapi metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
 Pour Point

Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan
kemudian menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang
dalam pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara
yang dingin.

 Total Base Number (TBN)

Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh


pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas
tersebut dipakai dalam jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun.
Untuk mesin bensin atau diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa
hingga kurang dari 1, lebih baik diganti dengan minyak pelumas baru, karena
ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah tidak ada.

 Carbon Residue

Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu
tes khusus.

 Density

Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.

 Emulsification dan Demulsibility

Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang
kemungkinan bersentuhan dengan air.

Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas
juga memiliki sifat-sifat penting, yaitu:

 Sifat kebasaan (alkalinity)

Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang)
dan asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.

 Sifat detergency dan dispersancy

Sifat detergency  Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian


dari mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.

Sifat dispersancy  Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak


pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam
lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah
menjadi partikel-partikel yang cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga
partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat
dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa
tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan
pembersihan atau penggantian filter elemennya.

 Sifat tahan terhadap oksidasi

Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di
dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi
embun dan bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan
minyak pelumas menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air
dan belerang sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya
sangat korosif.

Gemuk Pelumas

Penambahan additive seperti sabun yang dicampur dengan pelumas mineral dapat
menghasilkan gemuk lumas. Jenis-jenis sabun tersebut ada beberapa macam, antara lain
lithium, calcium, sodium, aluminium, dan ada pula yang bahan dasarnya sintetik.

Gemuk pelumas ini memiliki daya lekat yang baik pada permukaan logam, sehingga dapat
melindungi dari pengaruh udara lembab dan air, serta daya tahan terhadap beban kejut pada
bantalan.

Gemuk pelumas ini memiliki beberapa sifat-sifat khusus, antara lain:

 Menyekat kotoran-kotoran yang masuk atau keluar.

 Tidak terpengaruh oleh temperatur.


 Sukar mengalir dan menguap.
 Mencegah masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air, daya lumas tidak
berubah.
 Mempunyai sifat menahan benturan yang besar.
 Mempunyai sifat anti korosi dan oksidasi.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gemuk pelumas ini dapat digunakan untuk melumasi
bagian-bagian yang tidak dapat dilumasi oleh pelumas cair (oli), seperti:

Bagian yang mudah terkena debu dan air.

Bagian yang tidak rapat.

Bagian yang mempunyai tekanan tinggi.

Bagian yang sukar dicapai.

Additive
Kualitas pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan cara proses pengolahan maupun
pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan bahan-bahan kimia tertentu yang lebih
dikenal dengan aditif. Aditif yang ditambahkan ke dalam minyak pelumas bertujuan untuk
memperbaiki kualitas minyak pelumas. Penambahan aditif dalam minyak pelumas ini
berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi, temperatur, dan kerja dari mesin itu sendiri. Oleh
karena itu jenis-jenis minyak pelumas berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran.

Penambahan aditif ke dalam minyak pelumas bukan perkara mudah karena minyak pelumas
akan bereaksi dengan aditif tersebut, dan juga aditif tersebut akan mempengaruhi aditif
lainnya. Oleh karena itu, formulasi penambahan aditif terus dilakukan untuk mendapatkan
minyak pelumas kualitas tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenis aditif yang biasa digunakan:

 Deterjen

Merupakan aditif dalam bentuk ikatan kimia yang memberikan kemampuan


mengurangi timbulnya deposit dari ruang bakar maupun dari bagian mesin lainnya.
Minyak pelumas yang diberi aditif ini bekerja untuk mesin yang beroperasi pada
temperatur tinggi. Jenis deterjen yang digunakan adalah sulfonat, fosfonat, dan fenat.

 Dispersan

Aditif yang bekerja pada temperatur rendah yang berfungsi untuk menghalangi
terbentuknya lumpur atau deposit di dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan
pada mesin-mesin mobil kendaraan pribadi yang sering berhenti dan berjalan.

 Antioksidan

Karena lingkungan kerja, minyak pelumas sering berhubungan (kontak) dengan udara
luar pada temperatur dan kondisi kerja tinggi. Minyak pelumas juga kontak dengan
logam atau bahan kimia yang bersifat sebagai katalisator oksidasi. Karena hal di atas,
minyak pelumas akan mengalami sederetan reaksi oksidasi yang dapat menurunkan
viskositas minyak pelumas.

Untuk itu, antioksidan diberikan untuk mengurangi peroksida. Bahan-bahan kimia


yang digunakan adalah sulfida, fosfit, disulfida, selenida dan zink ditiofosfat.

 Pelindung Korosi

Berfungsi untuk melindungi bahan-bahan non logam yang mudah terkena korosi
dalam mesin, terutama bantalan yang perlu tahan terhadap kontaminasi asam dari
minyak pelumas. Kontaminasi ini terjadi sebagai hasil oksidasi minyak pelumas dan
hasil pembakaran bahan bakar yang merembes melalui cincin piston.

March 11, 2009 sabretooth23 8 Comments


Categories: Power Plant Tags: lube oil, Minyak pelumas

Pengetahuan Umum Tentang Diesel Oil


Pengertian
Pada proses penyulingan minyak mentah, terdapat 5 fraksi produk yang dihasilkan, yaitu:
refinery gas (banyak mengandung metana, etana, dan hidrogen), light distillates (LPG,
gasoline, naptha), middle distillates (kerosene, diesel oil), heavy distillates (fuel oil), dan
residuum (lubricating oils, wax, tar). Tiap kategori dari bahan bakar ini memiliki boiling
point pada kisaran temperatur yang berbeda-beda, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Fractional distillation pada minyak mentah.

Bahan bakar diesel secara umum adalah bahan bakar yang dapat digunakan di mesin diesel.
Yang paling banyak digunakan antara lain adalah minyak diesel dan juga minyak solar.
Namun, terdapat juga alternatif lain yaitu biodiesel, biomass to liquid (BTL) diesel, ataupun
gas to liquid (GTL) diesel, yang sedang dalam perkembangan. Hal ini dimaksudkan agar
emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran diesel fuel hanya mengandung sedikit
kandungan sulfur.

Minyak diesel merupakan hasil penyulingan minyak yang berwarna hitam dan
berbentuk cair pada temperatur rendah, dengan cetane number 40-45. Biasanya memiliki
kandungan sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Engine di sektor
industri. Selain itu, minyak diesel juga memiliki boiling point yang tidak terlalu rendah dan
tidak terlalu tinggi. Oleh karena itulah, minyak diesel disebut juga Industrial Diesel Oil (IDO)
atau Marine Diesel Fuel (MDF). Spesifikasi dari minyak diesel dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Spesifikasi minyak diesel sesuai Surat Keputusan Dirjen Migas No.002/P/DM/MIGAS/1979
Tanggal 25 Mei 1979.

Sedangkan minyak solar merupakan bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan
yang jernih dengan cetane number 45. Penggunaan minyak solar ini pada umumnya adalah
untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (di atas 1.000 RPM).
Minyak solar ini biasa disebut juga Automotive Diesel Oil (ADO) atau High Speed Diesel
(HSD). Spesifikasi dari minyak solar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Spesifikasi minyak solar sesuai Surat Keputusan Dirjen Migas 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17
Maret 2006.

Teknologi

 Pengolahan
Minyak mentah yang baru dikeluarkan dari dalam bumi disalurkan ke kilang minyak untuk
dilakukan penyulingan. Di kilang minyak ini, minyak mentah dibagi-bagi menjadi fraksi-
fraksi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Proses penyulingan minyak mentah tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Diagram skematik penyulingan minyak mentah.

Untuk menghasilkan diesel oil, proses-proses yang ditempuh antara lain melewati:
Desalter Unit: untuk membersihkan minyak mentah dari garam yang iktu terbawa.

Atmospheric Distillation Unit: untuk menyuling minyak mentah menjadi fraksi-


fraksi.

Hydrotreater ataupun Hydrocracker: Menggunakan hidrogen untuk meng-upgrade


heavier fractions menjadi lighter fractions.

Dengan proses penyulingan minyak (oil refinery) ini, dimaksudkan untuk mengurangi
kandungan sulfur yang terdapat di dalam minyak diesel. Kemudian, digunakan juga diesel
particulate filter untuk mengontrol diesel particulate emission dan penggunaan NOx adsorber
untuk mengurangi emisi NOx.

 Alternatif bahan bakar

Untuk alternatif dari minyak diesel antara lain:

Biodiesel: merupakan bahan bakar non-fosil yang dapat dihasilkan dari minyak
nabati (vegifuel) ataupun dari lemak hewan (bio-lipids). Pencampuran biodiesel
ini dengan minyak diesel dapat mengurangi emisi pembakaran yang dihasilkan.

Biomass to Liquid (BTL) Diesel: merupakan produksi biofuel dari biomass.

Gas to Liquid (GTL) Diesel: merupakan konversi dari gas alam menggunakan
metode Fischer-Tropsch process atau mobile process, sehingga menjadi diesel oil
(liquid).

Distribusi

Di Indonesia, sarana dan fasilitas atau lembaga yang berperan dalam pendistribusian bahan
bakar minyak diesel umumnya melakukan kegiatan penerimaan, penimbunan, dan penyaluran
bahan bakar.

Jenis bahan bakar minyal diesel ini banyak digunakan pada sektor transportasi untuk jenis
angkutan kendaraan air khususnya kapal laut, dan juga pada sektor industri. Titik penyerahan
atau penyaluran bahan bakar ini ke konsumen adalah di depot atau instalasi bahan bakar atau
di bunker Pertamina. Pada sistem distribusi ini, bahan bakar minyak diesel disalurkan ke
konsumen dari instalasi atau depot dengan menggunakan sarana transportasi berupa:
tongkang, oil barge lighter, truk tangki, rail tank wagon, maupun jaringan pipa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Skematik alur distribusi minyak diesel di Indonesia.

Analisa Minyak Diesel

Pada minyak diesel, terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk membedakan tiap
jenis minyak diesel. Uji analisa untuk mengecek kualitas dan kandungan yang terdapat dalam
minyak diesel mencakup antara lain:

 API Gravity / Density / Relative Density


 Ash Content Test
 Flash Point Test
 Pour Point Test
 Sediment Content
 Sulfur Content Analysis
 Viscosity – Kinematic pada 40 dan 100 oC
 Water Content
 Cloud Point Test
 Color
 Copper Corrosion
 Distillation Test

Harga Minyak Diesel


Tabel 3. Harga bahan bakar diesel pertamina di daerah Jawa dan Sumatera per 15 Februari
2009.

March 11, 2009 sabretooth23 2 Comments


Categories: Power Plant Tags: analisa diesel oil, diesel oil, distribusi diesel oil

Pengetahuan Umum Tentang Gas Alam


Natural gas atau gas alam merupakan komponen yang vital dalam hal suplai energi,
dikarenakan karakteristiknya yang bersih, aman, dan paling efisien dibandingkan dengan
sumber energi yang lain. Karakterisik lain dari gas alam pada keadaan murni antara lain tidak
berwarna, tidak berbentuk, dan tidak berbau. Selain itum, tidak seperti bahan bakar fosil
lainnya, gas alam mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan hampir tidak
menghasilkan emisi buangan yang dapat merusak lingkungan.

Gas alam merupakan suatu campuran yang mudah terbakar yang tersusun atas gas-gas
hidrokarbon, yang terutama terdiri dari metana. Gas alam juga dapat mengandung etana,
propana, butana, pentana, dan juga gas-gas yang mengandung sulfur. Komposisi pada gas
alam dapat bervariasi. Pada tabel 1 di bawah ini digambarkan secara umum komposisi pada
gas alam murni sebelum dilakukan pengolahan.

Tabel 1. Komposisi gas alam murni

Pembentukan Gas Alam

Gas alam merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak dan
batubara, yang terbentuk dari tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme yang hidup jutaan
tahun silam, yang tertimbun di lapisan tanah di bawah laut.

Gambar 1. Pembentukan minyak bumi dan gas alam


Pada gambar 1 di atas, terlihat bahwa tumbuhan dan hewan jutaan tahun silam tertimbun di
dalam tanah. Dengan adanya tekanan dan temperatur yang sangat tinggi di dalam bumi dalam
waktu yang lama, menyebabkan ikatan karbon pada timbunan organik tersebut terlepas.
Semakin dalam deposit tertimbun di perut bumi, semakin tinggi temperaturnya. Pada
temperatur yang tidak terlalu tinggi, biasanya terdapat minyak bumi yang lebih banyak
dibandingkan gas alam. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi temperatur, gas alam yang
dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan minyak bumi.

Transportasi dan Penyimpanan Gas Alam

Sistem transportasi gas alam pada dasarnya meliputi:

 Transportasi melalui pipa salur.


 Transportasi dalam bentuk Liquefield Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker LNG
untuk pengangkutan jarak jauh.
 Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan
road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan
menengah (antar pulau).

Untuk metode penyimpanan gas alam, dilakukan dengan ”Natural Gas Underground
Storage”, yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah. Terdapat 3 tipe penyimpanan gas alam
di bawah tanah, yaitu depleted fields, aquifers, dan salt caverns.

Depleted fields merupakan tipe yang paling banyak digunakan karena berupa formasi
geologis bawah tanah yang sudah tersedia secara alami, sehingga hanya perlu dikembangkan
saja. Dibandingkan dengan tipe yang lain, tipe ini merupakan tipe yang paling murah, mudah
dikembangkan, mudah dioperasikan, dan mudah dipelihara.

Tipe aquifers berupa rongga-rongga bawah tanah, tersusun dari batuan yang
permeable, yang bertindak sebagai penyimpanan air alami. Pada situasi tertentu, formasi ini
dapat direkondisikan dan digunakan sebagai fasilitas penyimpanan gas alam. Fasilitas
penyimpanan dengan tipe ini adalah yang paling mahal dan paling jarang digunakan
dibandingkan dengan tipe yang lain disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya harus
dilakukan berbagai macam tes untuk memastikan karakteristik geologis dari formasi batuan .
Kemudian, harus dibangun semua infrastruktur terkait dengan pengembangan fasilitas
penyimpanan ini, dengan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tipe ini biasanya hanya
digunakan apabila tidak terdapat depleted reservoirs.

Tipe salt caverns terbentuk akibat adanya deposit garam di bawah tanah. Ada dua
bentuk deposit garam di bawah tanah, yaitu salt domes dan salt beds. Walaupun biaya
pengembangan untuk tipe ini cukup mahal, tapi tipe ini merupakan tipe yang memiliki tingkat
deliverability paling tinggi dan juga dapat diisi kembali lebih cepat dibanding tipe yang yang
lain.

Pemanfaatan Gas Alam


Gambar 2. Sektor-sektor penggunaan gas alam

Berdasarkan gambar 2 di atas, dapat dilihat bahwa gas alam dapat dimanfaatkan di berbagai
sektor. Selain berdasarkan sektor-sektor seperti dijelaskan di atas, secara garis besar
pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok, yaitu:

 Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar pembangkit listrik,
bahan bakar industri, bahan bakar kendaraan bermotor, dsb.
 Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku plastik, bahan baku pabrik
pupuk, petrokimia, metanol, dsb.
 Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni LNG.

Khusus untuk pembangkitan energi listrik, penggunaan gas alam makin populer,
karena mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan juga harganya tidak terlalu mahal.
Berbeda dengan batubara yang merupakan bahan bakar yang paling murah, namun juga
merupakan yang paling kotor dan menghasilkan level polusi yang tinggi terhadap lingkungan
di sekitarnya. Di bawah ini terdapat grafik yang menggambarkan peningkatan yang
diharapkan dari penggunaan gas alam di sektor pembangkit listrik.

Grafik 1. Penggunaan bahan bakar di sektor pembangkit listrik 1980-2030 (billion kilowatt
hours)

Teknologi dan Inovasi yang Sudah Dilakukan Terhadap Potensi dari Gas Alam

Selama 30 tahun terakhir ini, industri minyak dan gas alam telah menjadi salah satu dari
industri yang menerapkan teknologi canggih. Hal ini diawali dengan keinginan dari industri
untuk meningkatkan produksinya, sehingga menghasilkan inovasi-inovasi teknologi. Diantara
inovasi-inovasi tersebut, yaitu:

 Kemajuan teknologi di sektor eksplorasi dan produksi. Teknologi ini membuat proses
eksplorasi dan produksi dari gas alam menjadi lebih efisien, aman, dan ramah
lingkungan. Inovasi teknologi tersebut antara lain:

- 3-D dan 4-D Seismic Imaging.

- CO2-Sand Fracturing

- Coiled Tubing

- Measurement While Drilling (MWD) System

- Slimhole Drilling

- Offshore Drilling Technology

 Liquefied Natural Gas (LNG)

LNG ini didapatkan dengan cara mendinginkan gas alam pada temperatur -260oF,
tekanan normal. Pada temperatur tersebut, gas alam akan berubah menjadi cair dan
volumenya berkurang sampai 600 kali. LNG ini lebih mudah disimpan dan lebih
mudah pula untuk ditransportasikan, sehingga biayanya pun menjadi lebih ekonomis.
Selain itu, dengan proses liquifikasi ini LNG dapat menghilangkan O2, CO2, S, dan
H2O sehingga LNG yang dihasilkan hampir pure metana.

 Natural Gas Fuel Cell

Fuel cells biasanya menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya. Namun, hidrogen
tidak terdapat di alam, sehingga harus dibuat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mereaksikan antara steam (H2O) dan gas alam (CH4), seperti terlihat di bawah ini.

Teknologi ini merupakan teknologi baru yang sangat menarik dan menjanjikan untuk
pembangkitan listrik yang efisien dan bersih. Fuel cells memiliki kemampuan untuk
menghasilkan listrik tanpa reaksi pembakaran, melainkan menggunakan reaksi
elektrokimia. Beberapa keuntungan dari teknologi ini antara lain:

- Clean electricity - Dependability

- Distributed generation - Efisien


Natural Gas Pricing

Grafik 2. Gas alam hystorical chart tahun 2008 (NYMEX)

Grafik 3. Indeks harga gas alam awal tahun 2009 (NYMEX)


Grafik 4. Harga gas alam di tiap sektor dalam kurun waktu 2005-2009

Dari 3 buah grafik di atas, dapat dilihat tren harga gas alam pada tahun 2008, pada awal tahun
2009, dan pada kurun waktu 2005 sampai 2009.

March 11, 2009 sabretooth23 6 Comments


Categories: Power Plant Tags: distribusi gas alam, gas alam, harga gas alam, pemanfaatan gas
alam, pembentukan gas alam

Pengetahuan Umum Tentang Batubara


Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat terbakar,
yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk
akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.

Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer sedang
naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif lebih mahal.
Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya cadangan batubara yang
sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar ton tersebar di seluruh dunia.
Kemudian, batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang
stabil, serta aman untuk ditransportasikan dan disimpan. Kemudian, pengaruh pemanfaatan
batubara terhadap lingkungan disekitarnya sudah dipahami dan dipelajari secara luas,
sehingga teknologi batubara bersih dapat dikembangkan dan diaplikasikan.

Penambangan dan Pengolahan Batubara

Penambangan batubara dilakukan dengan dua metode, yaitu tambang bawah tanah dan
tambang terbuka. Pemilihan metode penambangan ini berdasarkan pada unsur geologi dari
endapan batubara dan pertimbangan ekonomisnya.

Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah sering kali memiliki kandungan campuran
yang tidak diinginkan seperti batu dan lumpur, dan berbentuk pecahan dengan berbagai
ukuran, padahal pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang konsisten.
Oleh karena itu, dilakukan pengolahan batubara yang mengarah pada penanganan batubara
untuk menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan pengguna akhir tertentu.
Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan penggunaannya.
Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana atau mungkin
memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi kandungan campuran yang
terdapat pada batubara.

Distribusi Batubara

Cara pengangkutan batubara ke tempat batubara tersebut akan digunakan tergantung pada
jaraknya. Untuk jarak dekat, umumnya diangkut dengan menggunakan belt conveyor atau
truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batubara diangkut
menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batubara dicampur
dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Sedangkan
untuk pengangkutan internasional, umumnya digunakan kapal laut. Pengangkutan batubara
ini dapat sangat mahal, bahkan dapat mencapai 70% dari biaya pengiriman batubara.

Klasifikasi Batubara

Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu:

a) Gambut (peat)

Golongan ini sebenarnya belum termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar.
Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan
batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-
tumbuhan).

b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”)

Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan
gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini
bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena
panas yang dikeluarkan sangat rendah.

c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah)

Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan
sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan
pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi.

d) Bituminous

Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan
membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air
bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan
transportasi dan industri.

e) Anthracite

Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan
pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan
derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang
memerlukan temperatur tinggi.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-
bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang
rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan
semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,
kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga
kandungan energinya juga semakin besar.

Penggunaan Batubara

Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh dunia. Penggunaan yang
paling penting adalah untuk membangkitkan tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen
dan proses industri lainnya serta bahan bakar cair. Selain itu, batubara juga merupakan suatu
bahan yang penting dalam pembuatan produk-produk tertentu seperti karbon aktif (digunakan
pada saringan air dan pembersih udara serta mesin pencuci darah), serat karbon (bahan
pengeras yang sangat kuat namun ringan yang digunakan pada konstruksi), dan metal silikon
(digunakan untuk memproduksi silikon dan silan, yang digunakan untuk membuat pelumas,
bahan kedap air, dan resin). Hasil sampingan dari batubara juga dapat digunakan untuk
memproduksi beberapa produk kimia seperti minyak kreosot, naftalen, fenol, dan benzene.

Analisa Kualitas Batubara

Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dahulu kualitasnya. Hal ini
dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang memanfaatkan batubara sebagai
bahan bakarnya sesuai dengan mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin-mesin
tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan lama. Analisa yang dilakukan antara lain analisa
proximate, analisa ultimate, mineral matters, physical & electrical properties, thermal
properties, mechanical properties, spectroscopic properties, dan solvent properties.

Secara umum, parameter kualitas batubara yang sering digunakan adalah:

a) Kalori (Calorivic Value atau CV, satuan cal/gr atau kcal/gr)

CV merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara, dan
merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur.

b) Kadar kelembaban (Moisture, satuan persen)

Hasil analisis untuk kelembaban terbagi menjadi free moisture (FM) dan inherent
moisture (IM). Jumlah dari keduanya disebut dengan Total Moisture (TM). Kadar
kelembaban ini mempengaruhui jumlah pemakaian udara primer untuk mengeringkan
batubara tersebut.

c) Zat terbang (Volatile Matter atau VM, satuan persen)

Kandungan VM mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas api. Hal ini


didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon (fixed carbon)
dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio bahan bakar (fuel ratio). Semakin
tinggi nilai fuel ratio, maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga
semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya lebih dari 1,2 maka pengapian
akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun.

d) Kadar abu (Ash content, satuan persen)

Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran,
keausan, dan korosi peralatan yang dilalui.

e) Kadar sulfur (Sulfur content, satuan persen)

Kandungan sulfur dalam batubara biasanya dinyatakan dalam Total Sulfur (TS).
Kandungan sulfur ini berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terdapat
pada pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah daripada titik embun
sulfur. Selain itu, berpengaruh juga terhadap efektivitas penangkapan abu pada
electrostatic presipitator.

f) Kadar karbon (Fixed carbon atau FC, satuan persen)

Nilai kadar karbon ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya kualitas
batubara. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk
menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio.

g) Ukuran (Coal size)

Ukuran batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. Butir paling halus
untuk ukuran maksimum 3 mm, sedangkan butir paling kasar sampai dengan ukuran
50 mm.

h) Tingkat ketergerusan (Hardgrove Grindability Index atau HGI)

Kinerja pulverizer atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk HGI lebih
rendah, mesin harus beroperasi lebih rendah dari nilai standarnya untuk menghasilkan
tingkat kehalusan yang sama.

Batubara dan Lingkungan Hidup

Konsumsi energi kita dapat memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. Menekan
dampak negatif dari kegiatan manusia terhadap lingkungan hidup merupakan prioritas global.
Sementara batubara memberikan kontribusi yang penting bagi perkembangan ekonomi dan
sosial di seluruh dunia, dampak terhadap lingkungan hidup merupakan suatu masalah.

Masalah yang berkaitan dengan batubara antara lain:

 Tambang batubara

Gangguan lahan, amblesan tambang, pencemaran air, serta polusi debu dan suara.

 Penggunaan batubara
Munculnya polutan, seperti oksida belerang dan nitrogen (SOx dan NOx), partikel dan
unsur penelusuran (merkuri), emisi karbondioksida (CO2), dan emisi partikel-partikel
halus (abu).

Untuk mengurangi dampak-dampak negatif tersebut, digunakanlah teknologi batubara bersih


(Clean Coal Technology), yang mampu meningkatkan kinerja lingkungan batubara.
Teknologi ini dapat mengurangi emisi, mengurangi limbah, dan meningkatkan jumlah energi
yang diperoleh dari setiap ton batubara.

Contoh teknologi batubara bersih antara lain teknologi pembersihan dan pengolahan batubara
untuk meningkatkan mutu batubara dengan menurunkan kadar belerang dan mineral.
Kemudian, penggunaan electrostaric presipitator untuk menangkap emisi partikel-partikel
halus. Kemudian, penggunaan FGD (flue gas desulphurization) untuk meminimalisasi emisi
SOx , serta SCR (Selective Catalytic Reduction) dan SNCR (Selective Non Catalytic
Reduction) untuk mengurangi emisi NOx. Selain itu, untuk mengurangi emisi SOx dan NOx
juga dapat digunakan teknologi FBC (Fluidized Bed Combustion). Sedangkan teknologi
untuk mengurangi emisi CO2 adalah CCS (Carbon Capture and Storage). Teknologi-
teknologi tersebut selain dapat mengurangi emisi batubara, juga dapat meningkatkan
efektivitas dari pembakaran batubara.

Indeks Harga Batubara

Indonesian Coal Indices incorporating assessments by Argus Media and PT


Coalindo
Grade Basis Price(US$/ton)
Indonesian 6500 Kcal GAR 148.90
Indonesian 5800 Kcal GAR 126.47
Indonesian 5000 Kcal GAR 87.48
Indonesian 4200 Kcal GAR 48.83

Tabel 1. Indonesian Coal Index (ICI) 8 Agustus 2008

ICI yang selalu berubah setiap minggu ini disusun oleh PT. Coalindo Energy dan Argus
Media, yang merupakan lembaga pricing dari Inggris. ICI disusun oleh panelis ahli yang
terdiri dari 21 orang, dimana sebanyak delapan orang merupakan produsen batubara, delapan
orang konsumen pembeli, dan lima orang broker.

Dengan adanya ICI, maka Indonesia memiliki patokan harga jual batubara untuk pasar
domestik maupun pasar internasional. Selain itu, Indonesia juga jadi mampu menjadi negara
yang menentukan harga batubara yang diproduksinya tanpa tergantung pada harga
internasional seperti London Stock Exchange (LME), Barlow Jonker, atau Platt.

Indonesia saat ini menjadi negara eksportir batubara terbesar di dunia menggeser Australia.
Saat ini Indonesia memiliki cadangan batubara mencapai 61,3 miliar ton, dimana sebanyak
6,7 miliar ton merupakan cadangan terbukti.

Anda mungkin juga menyukai