Anda di halaman 1dari 10

Rahasia Dibalik Kode SAE Oli Motor | Pelumas Motor

AUG
Rahasia dibalik Kode SAE Oli Motor | Pelumas Motor
Kode SAE Oli Motor | Pelumas
Motor. Kekentalan Oli Pelumas adalah hal paling menentukan saat memilih Oli Motor,
Kekentalan Oli Pelumas merupakan salah satu sifat karakteristik fisik oli mesin yang sangat
penting. Dalam istilah oli mesin kekentalan biasa dikenal sebagai viskositas. Sebelumnya ada
baiknya jika kita membahas sedikit teori Oli Pelumas, sebelum memilih Oli
Pelumas berdasarkan Kode SAE Oli Motor.
SAE
SAE (Society of Automotive Engineer) adalah lembaga standarisasi seperti ISO, DIN atau JIS,
yang mengkhususkan diri di bidang otomotif.
Viscosity
Viskositi adalah kemampuan laju liquid dalam hal ini mungkin Oli Pelumas. untuk Oli Pelumas
Otomotif kita kenal dengan lube oil grade, yang kemudian oleh SAE di uji pada temp tertentu
shingga kita mengenal oli multi grade 10W40, 20W50 dsb serta oli mono grade seperti SAE 20,
40 dsb
Ini berbeda dengan pengujian Oli Pelumas Industri. pengujian dilakukan oleh ISO, shingga kita
mengenal istilah lubrcant ISO VG 32, 46, 100, 680, 100, dsb. Dimana ISO melakukan standar
pengujian pada 40 deg C dan 100 deg C.. atau mungkin untuk applikasi gear oil digunakan
standar AGMA atau SAE gear viscosity..

Viscosity Index
Sedangkan Viscosity Index (VI) adalah kemampuan lubricant mempertahankan kekentalannya
terhadap temperature, baik itu hi or low temp, smakin tinggi nilai VI smakin baik lubricant itu
tahan terhadap perubahan temperature
Setelah bicara sedikit teknis, sekarang kita lanjutkan pada rahasia kode SAE Oli Pelumas Motor
kita :
Tingkat kekentalan suatu oli mesin mengacu pada lembaga SAE berdasarkan table SAE J
300 th 1999.
Ada sekitar 30 jenis kekentalan SAE yg dikenal selama ini, diantaranya sepertiSAE SAE
40, SAE 10w, SAE 20w50,SAE 15w50,SAE 10w40,SAE 15w40 dst.
Angka di belakang huruf SAE inilah yang menunjukkan tingkat kekentalannya (viskositas).
Contohnya, kode SAE 50 menunjukkan oli tersebut mempunyai tingkat kekentalan 50 menurut
standar SAE. Semakin tinggi angkanya, semakin kental pelumas tersebut.
Ada pula kode angka yang menunjukkan multi grade seperti 10W-50. Kode ini menandakan
pelumas mempunyai kekentalan yang dapat berubah-ubah sesuai suhu di sekitarnya. Huruf W di
belakang angka 10 merupakan singkatan kata winter (musim dingin). Maksudnya, pelumas
mempunyai tingkat kekentalan sama dengan SAE 10 pada saat suhu udara dingin dan SAE 50
ketika udara panas.
Pertanyaan :
Lalu Oli ber SAE manakah yang cocok untuk Motor Kita ? SAE20w50,10w40,15w40 atau
15w50?
Benarkah kalau tarikan entengpake oli encer, menandakan oli yg dipake cocok utk motor
Kita?
Mari kita cari jawabannya, Kita akan coba membahas beberapa kode SAE untuk mendapatkan
Oli Pelumas yang ideal untuk motor kita, kita akan bahas satu-persatu dari 4 tingkat SAE Oli
Pelumas motor yang paling cocok untuk iklim Indonesia
Performa mesin dan hasil pengujian,idealnya dapat dibagi 4 jenis yaitu: SAE 20w50, 10w40,
15w40, atau 15w50.

SAE 20w50
Makna sesungguhnya : oli mesin yg masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -10 sd -
15 C (kode 20w) dan pd suhu 150 c dg tk.kekentalan tertentu .
Oli jenis ini relative kurang efisien dalm pemakain BBM namun sangat baik dlm perlindungan
/perawatan mesin, khususnya utk kondisi jalan di Jakarta yg sering macet, jarang brjalan jauh
,polusi dan beban berat.
Pd kondisi ini dikenal dg istilah boundary lubrication, dimana pada kondisi tsb. lapisan oli
sangat tipis diantara celah mesin yg cenderung berpotensi terjadinya kontak antara logam dg
logam.Oli jenis ini relative paling kecil nilai viskositas indeksnya (VI), diantara 3 jenis oli
lainnya (minimal utk.oli mineral/semi sintetis 120, utk. sintetis 145) .
Semakin banyak aditiv viscosity index improver ,semakin sensitif oli /kurang baik buat mesin
motor -utamanya terhadap stress di gear. VI= ukuran kemampuan suatu oli mesin dalam
menjaga kestabilan kekentalan oli mesin dalam rentang suhu dingan sampai tinggi. Semakin
tinggi VI semakin baik kestabilan kekentalannya.Utk oli mobil, VI tinggi akan sangat baik
dimesin. Utk motor bisa sebaliknya.
SAE 15w50
Type Oli pelumas mesin ini, masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin (minus) -15 sd -
20 C (kode 15w) dan suhu 150 c dg tk.kekentalan tertentu .Jenis oli relative sama dg
SAE20w50.Sedikit yg membedakan adalah sedikit lebih encer dan nilai VI lebih tinggi dari
20w50. (minimal utk.oli mineral 130, utk. sintetis 150)
Semakin tinggi nilai VI artinya adlah semakin banyak pemakaian aditif peningkat angka VI. Utk
motor hal ini sangat riskan. Aditif ini relative sensitif digunakan utk motor yg menyatukan oli
mesin dan gigi (wet clutch).Artinya oli jenis ini relative lebih mudah berubah kekentalannya
dibandingkan 20w50.
SAE 10w40
Type Oli pelumas mesin ini, masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -20 sd -25 C
(kode 10w) dan suhu 150 C dg tk.kekentalan tertentu .Jenis Oli yg relative paling encer
diantaranya ke3 jenis oli lainnya. Oli ini relative paling irit BBM, namun kurang baik dalam
perlindungan mesin .Terutama pada kondisi jalan sering macet dan beban berat.(mis.sering
dipake boncengan)Relatif sama dg SAE 15w50 , dalam hal pemakaian aditif peningkat angka VI.
(minimal utk.oli mineral 130, utk.sintetis 150)
Apakah berarti paling bagus?Belum tentu !Semakin banyak kandungan aditif peningkat angka
VI , semakin besar kemungkinan peluang pecahnya aditif VI-nya dan berubah kekentalannya.
Ukuran perubahan kekentalan oli biasanya dipakai batasan sampai 25-30% dari kekentalan awal
/oli baru. Agak sulit memang indikatornya soalnya Cuma lab.yg bisa memastikan hal ini.
Kalaupun Anda ingin tetap memakai oli jenis ini, saran saya , perhatikan jarak pergantian olinya
lebih awal.Kalau Anda merasa suara mesin sdh agak berbeda sedikit aja..cepet2 ganti dah..

Teori Dasar Oli Pelumas & Formula Pelumas
SAE 15w40
Type Oli pelumas mesin ini, masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -15 sd -20 C
(kode 15w) dan suhu 150 C dg tk.kekentalan tertentu .Nilai VI ,minimal utk.oli mineral 125, utk.
sintetis 145.
Hasil pengujian di motor sebenarnya menunjukkan oli jenis ini yg paling pas.Oli jenis ini relative
paling stabil kekentalannya dibandingkan yg lainnya.Masalhnya oli jens ini jarang diaplikasikan
utk motor.Biasanya jenis SAE ini, dipakai utk kendaraan jenis mesin disel, yg membutuhkan
kestabilan kekekntalan dalam jarak jauh dan kondisi ekstrim pada mesin disel.sebagai tambahan
aditif Vi adalah seny.kimia kopolimer -rantai panjang- yg mampu beradaptasi pd suhu rendah
dan tinggi ttpi sensitif
thd. stress di gear..
Perlu diingat oleh para Bikers, Bahwa kekentalan atau SAE Oli Pelumas bukan merupakan satu-
satunya penentu kualitas oli pelumas.
Tingkat mutu pelumas mengacu pada API (American Petroleum Institute). Untuk kendaraan
yang berbahan bakar bensin, pelumas bisanya menggunakan kode yang berawalan huruf S
(kependekan dari kata Spark yang berarti percikan api/busi), contohnya seperti kode SA, SB, SC,
SD, SE dan SF. Sedangkan pada mesin diesel, kode mutu pelumas mesinnya diawali huruf C
(kependekan dari kata compression, yang mana sifat pembakaran dalam diesel terjadi karena
adanya tekanan udara sangat tinggi), contohnya kode huruf CA, CB, CC, dan CD.
Pengetahuan Umum Tentang Lubricating Oil (Minyak Pelumas)
Pendahuluan
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu rangkaian alat-alat
mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli (oil pump), pipa-pipa saluran
minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar sampai kepada bagian-bagian yang
memerlukan pelumasan.
Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain:
Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu oli
membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan
logam dengan logam.
Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian yang
mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem
pendingin.
Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian
mesin.
Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
Sebagai perantara oksidasi.
Pengertian
Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada diantara dua permukaan yang
bergerak secara relatif agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan tersebut.
Klasifikasi
Berdasarkan wujudnya, minyak pelumas dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu cair
(liquid) atau biasa disebut oli, dan setengah padat (semi solid) atau biasa disebut gemuk.
Minyak pelumas cair (oli) dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, yaitu:
Berdasarkan bahan pelumas itu dibuat
Pelumas mineral (pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral yang terbaik
digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal, dan industri.
Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan.
Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau belerang, tetapi
tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang baik
biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan minyak
mineral, biasa disebut juga compound oil.
Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral.
Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan
tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti
daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau
nabati, daya tahan terhadap asam, dll
Berdasarkan viscosity atau kekentalan minyak pelumas yang dinyatakan dalam nomor-
nomor SAE (Society of Automotive Engineer). Angka SAE yang lebih besar
menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental.
Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan hanya satu angka.
Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam lebih dari satu
angka.
Berdasakan penggunaan minyak pelumas (diatur oleh The American Petroleum Institutes
Engine Service Classification)
Penggunaan minyak pelumas untuk mesin bensin.
Penggunaan minyak pelumas untuk mesin diesel.
Karakteristik
Minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik yang penting, antara lain:
Viscosity
Viscosity atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari mengalirnya
bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standard. Makin besar
perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viscosity-nya, begitu juga
sebaliknya.
Viscosity Index
Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak pelumas
terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil
perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini
dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
MVI (Medium Viscosity Index) 40 80.
LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas
menyala seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi
metodenya berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian
menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam
pemakaiannya mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang
dingin.
Total Base Number (TBN)
Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh
pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas
tersebut dipakai dalam jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk
mesin bensin atau diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang
dari 1, lebih baik diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak
pelumas tersebut sudah tidak ada.
Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes
khusus.
Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
Emulsification dan Demulsibility
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang
kemungkinan bersentuhan dengan air.
Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga
memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
Sifat kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan
asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
Sifat detergency dan dispersancy
Sifat detergency Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari
mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
Sifat dispersancy Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak
pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam
lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi
partikel-partikel yang cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-
partikel tadi tetap mengembang di dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam
peredarannya melalui sistem penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh filter,
akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau penggantian
filter elemennya.
Sifat tahan terhadap oksidasi
Untuk mencegah minyak pelumas cepat beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di
dalam karter, yang pada waktu suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun
dan bercampur dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak
pelumas menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan belerang
sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H
2
SO
4
yang sifatnya sangat korosif.
Gemuk Pelumas
Penambahan additive seperti sabun yang dicampur dengan pelumas mineral dapat menghasilkan
gemuk lumas. Jenis-jenis sabun tersebut ada beberapa macam, antara lain lithium, calcium,
sodium, aluminium, dan ada pula yang bahan dasarnya sintetik.
Gemuk pelumas ini memiliki daya lekat yang baik pada permukaan logam, sehingga dapat
melindungi dari pengaruh udara lembab dan air, serta daya tahan terhadap beban kejut pada
bantalan.
Gemuk pelumas ini memiliki beberapa sifat-sifat khusus, antara lain:
Menyekat kotoran-kotoran yang masuk atau keluar.
Tidak terpengaruh oleh temperatur.
Sukar mengalir dan menguap.
Mencegah masuknya air, dan meskipun ada molekul-molekul air, daya lumas tidak
berubah.
Mempunyai sifat menahan benturan yang besar.
Mempunyai sifat anti korosi dan oksidasi.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gemuk pelumas ini dapat digunakan untuk melumasi
bagian-bagian yang tidak dapat dilumasi oleh pelumas cair (oli), seperti:

Bagian yang mudah terkena debu dan air.
Bagian yang tidak rapat.
Bagian yang mempunyai tekanan tinggi.
Bagian yang sukar dicapai.

Additive
Kualitas pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan cara proses pengolahan maupun
pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan bahan-bahan kimia tertentu yang lebih dikenal
dengan aditif. Aditif yang ditambahkan ke dalam minyak pelumas bertujuan untuk memperbaiki
kualitas minyak pelumas. Penambahan aditif dalam minyak pelumas ini berbeda-beda,
disesuaikan dengan kondisi, temperatur, dan kerja dari mesin itu sendiri. Oleh karena itu jenis-
jenis minyak pelumas berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran.
Penambahan aditif ke dalam minyak pelumas bukan perkara mudah karena minyak pelumas akan
bereaksi dengan aditif tersebut, dan juga aditif tersebut akan mempengaruhi aditif lainnya. Oleh
karena itu, formulasi penambahan aditif terus dilakukan untuk mendapatkan minyak pelumas
kualitas tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenis aditif yang biasa digunakan:
Deterjen
Merupakan aditif dalam bentuk ikatan kimia yang memberikan kemampuan mengurangi
timbulnya deposit dari ruang bakar maupun dari bagian mesin lainnya. Minyak pelumas
yang diberi aditif ini bekerja untuk mesin yang beroperasi pada temperatur tinggi. Jenis
deterjen yang digunakan adalah sulfonat, fosfonat, dan fenat.
Dispersan
Aditif yang bekerja pada temperatur rendah yang berfungsi untuk menghalangi
terbentuknya lumpur atau deposit di dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan pada
mesin-mesin mobil kendaraan pribadi yang sering berhenti dan berjalan.
Antioksidan
Karena lingkungan kerja, minyak pelumas sering berhubungan (kontak) dengan udara
luar pada temperatur dan kondisi kerja tinggi. Minyak pelumas juga kontak dengan
logam atau bahan kimia yang bersifat sebagai katalisator oksidasi. Karena hal di atas,
minyak pelumas akan mengalami sederetan reaksi oksidasi yang dapat menurunkan
viskositas minyak pelumas.
Untuk itu, antioksidan diberikan untuk mengurangi peroksida. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah sulfida, fosfit, disulfida, selenida dan zink ditiofosfat.
Pelindung Korosi
Berfungsi untuk melindungi bahan-bahan non logam yang mudah terkena korosi dalam
mesin, terutama bantalan yang perlu tahan terhadap kontaminasi asam dari minyak
pelumas. Kontaminasi ini terjadi sebagai hasil oksidasi minyak pelumas dan hasil
pembakaran bahan bakar yang merembes melalui cincin piston.
Share this:

Anda mungkin juga menyukai