Anda di halaman 1dari 13

Zat Aditif Minyak Pelumas

Zat aditif minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat memperbaiki atau
menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar oil. Aditif untuk minyak pelumas
modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah selama bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi
kebutuhan yang ekstrem dari mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin
dalam kondisi berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda gigi yang
lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi mesin yang mempunyai kondisi
kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi dibandingkan dengan mesin-mesin yang diproduksi
sebelumnya. Dengan hanya menggunakan minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak
bumi), minyak mineral murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti tersebut diatas.

Formulasi dan pembuatan minyak pelumas yang mengandung aditif bukanlah suatu hal yang mudah
dengan cara mencampurkan anti-oksidan atau bahan dispersan pada minyak dasar (atau base
oil atau straight mineral oil) atau kombinasi dari minyak dasar saja. Dalam keadaan sebenarnya,
setiap minyak mineral mempunyai respon yang berlain-lainan terhadap aditif tertentu, oleh sebeb itu
pula diadakan penelitian di dalam formulasi untuk mendapatkan formula yang paling tepat. Di
samping itu perkembangan minyak pelumas menjadi lebih kompleks karena beberapa sifat yang
perlu diperkuat dengan aditif misalnya ketahanan terhadap oksidasi, sifat deterjensi dan lain
sebenarnya. Untuk itu harus dipertimbangkan pengaruh masing-masing aditif terhadap minyak
mineral murni dan pengaruh aditif antara satu terhadap yang lain. Aditif yang satu mungkin
mempengaruhi keaktifan pada aditif lainnya. Di lain pihak aditif tertentu mungkin dapat
berlaku synergistic atau saling memperkuat dimana kombinasi dari dua atau lebih aditif dapat
memberikan pengaruh-pengaruh yang lebih baik daripada apabila digunakan secara tersendiri.

Pembagian Aditif Minyak Pelumas

Pembagian Aditif Pelumas Berdasarkan Fungsi dan Kinerja di bagi menjadi menjadi tiga jenis
diantarnya :

1. Aditif Utama

a. Anti foam

Berfungsi untuk meminimalkan busa (gelembung udara) oli diakibatkan kinerja mesin terutama di
poros engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga menghambat kinerja pelumasan mesin.

1. Anti Oxidant

Berfungsi menghentikan atau memperlambat reaksi kimia antara molekul hidrocarbon dalam
pelumas dan oksigen dari udara. Oksidasi merupakan mekanisme utama yang bertanggung jawab
pada kerusakan pelumas, berupa pembentukan endapan, sludge, soot and corrosive wear dan lain
sebagainya. mengakibatkan mengentalnya oli secara berlebihan yang dapat mengakibatkan
tertimbunnya oli yang mengental (sludge).

2. Anti Wear

Berfungsi mencegah panas yang berlebihan pada oli yang ditimbulkan dari gesekan antar metal
pada mesin, sehingga oli tetap berfungsi sebagai pembawa dan penyebar panas mesin.

1. Anti Corrosion

Mencegah korosi dan karat akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara melapisi metal
meskipun mesin dalam keadaan tidak bekerja.

4. Detergent

Sebagai pembersih dan penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan pelindung pada
permukaan logam, mencegah endapan, mengurangi timbulnya deposit, mengendalikan korosi serta
membersihkan karbon sisa pembakaran agar karbon tidak menempel di komponen mesin.

5. Dispersant

Mengendalikan timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin bensin. Lumpur
tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil pembakaran, bahan bakar yang tidak
terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal,
dan mengendalikan peningkatan viskositas, menetralisir sisa pembakaran yang dapat
mengakibatkan mengentalnya plumas secara berlebihan.

6. Friction Modifier

Berfungsi meningkatkan kinerja pelumasan pada metal yang bergesekan agar tidak cepat aus.

7. Pour Point Depressant

Berfungsi mencegah oli membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour Point Depressants
(PPD) dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah. Contoh PPD adalah poly-
metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-fumarates. Penekanan pour point tergantung
terutama pada karakterisitik base oil dan konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan
dalam minyak dasar viskositas rendah.

8. TBN.

Berfungsi menetralisir keasaman dalam pelumas yang diakibatkan karena suhu tinggi mesin motor.

2. Viscosity Index Improver


Aditif ini berfungsi menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin mulai tinggi, sehingga
pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas yang mamakai aditif ini sering disebut oli
multigrade.

3. Oil Flow Improver

Aditif ini berfungsi memperlancar aliran pelumas, terutama pada saat mesin start pagi hari.
Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.

Analisa Ekonomi dan Takaran Penambahan Zat Aditif

Penulis mengutip komposisi penambahan zat aditif dan pengaruh analisa ekonomi pada
produk jadi minyak pelumas. Hal ini penulis lakukan karena penulis merasa perlu sebagai bahan
pertimbangan mengingat harga zat aditif yang tidak murah dan hal ini tentunya akan menjadi
pertimbangan konsumen ketika membeli zat aditif untuk di tambahkan kedalam minyak pelumas
kendaraannya. Selain itu penulis juga ingin mengetahui lebih jauh takaran antara base oil dan zat
aditif yang digunakan oleh produsen minyak pelumas ketika memproduksi minyak pelumas.

Tekad Sitepu (2010) melakukan penelitian dengan melakukan pengujian pada minyak
pelumas SAE 15W-50 dengan dan tanpa penambahan zat aditif. Parameter-parameter yang diuji
adalah kekentalan dan distribusi tekanan pada bantalan luncur. Hasil pengujian menunjukkan terjadi
penambahan kekentalan akibat penambahan zat aditif. Penambahan zat aditif tidak mengubah pola
distribusi tekanan pada bantalan luncur namun tekanan pada bantalan akan berkurang.

Penambahan zat aditif juga menambah kwalitas ketahanan usia minyak pelumas. Atas dasar
pertimbangan tersebut yang menjadikan produk-produk zat aditif pelumas di jual di pasaran untuk di
campurkan konsumen pemilik kendaraan bermotor kedalam campuran minyak pelumas
kendaraanya agar ketahanan usia minyak pelumas yang di gunakan pada kendaraannya dapat
bertambah.

Berikut adalah sample komposisi standard campuran base oil dan aditif pada motor bensin, dan
kenaikan harga produk akibat pengaruhnya :

Minyak Pelumas Karter Untuk Motor Bensin

SAE 10W-30 SAE 20W-40 SAE 10W-40

% Berat Rata-rata 89,5 90,5 84,5


Minyak Dasar

% Berat Rata-rata 10,5 9,5 15,5


Aditif yang digunakan

% Kenaikan Harga 31,0 27,6 46,0


Dengan adanya Aditif
% Kenaikan Harga dengan adanya IV Improver 16,7 13,6 26,3

Pada tabel ditunjukan pengaruh ekonomi yang dinyatakan dalam prosentase harga rata-rata dari
bahan dasar minyak. Nampak pada SAE 20W-40 dengan penambahan 9,5% berat aditif pada
minyak dasar akan menaikan harga minyak sebesar 27,6%-nya. Terlebih lagi untuk SAE 10W-40
kenaikan harga terlihat lebih besar, yaitu dengan penambahan 15,5% berat aditif pada minyak dasar
dan terjadi kenaikan harga minyak pelumas sampai hampir 50%-nya sendiri dari harga minyak dasar
yaitu 46%.

Disini Nampak betapa mahal harga aditif (dalam berat) dan bila ditinjau dari harga minyak dasarnya
akan terasa jauh lebih mahal lagi. Terlebih untuk aditif IV Improver, untuk aditif ini Nampak harganya
melebihi separuh dari semua jumlah aditif yang ditambahkan. Dapat disimpulkan, dari segi ekonomi
penambahan zat aditif mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap harga minyak pelumasnya.

Dalam setiap pelumas, range atau jarak perubahan viskositas pun sangat bervariasi.
Variasi perubahan tersebut terukur dalam parameter yang disebut Indeks viskositas
atauViscosity Index (VI). Semakin tinggi indeks viskositas sebuah pelumas, maka
pelumas tersebut akan lebih stabil dalam menghadapi perubahan suhu sehingga
perubahan viskositas yang terjadi pun tidak terlalu jauh.

Setiap aplikasi memiliki kebutuhan tersendiri akan viskositas dan indeks viskositas. Oleh
karena itu pemahaman akan viskositas dan indeks viskositas yang dibutuhkan aplikasi
sangat diperlukan agar pelumas dapat bekerja dengan maksimal.

ACIDITY AND ALKALINITY

Keasaman pelumas merupakan sifat yang menjelaskan ada atau tidaknya unsur-unsur
yang bersifat asam dalam pelumas tersebut. Parameter yang menjadi tolak ukur keasaman
pelumas disebut Total Acid Number (TAN).

Alkalinitas pada pelumas mengindikasikan kemampuan pelumas untuk menetralisasi asam


dan ditentukan oleh bahan alkali yang terkandung dalam pelumas tersebut. Netralisasi
asam ini bertujuan mencegah keausan yang terjadi akibat kondisi asam dan korosi.

ANTI-FOAMING PROPERTY

Foaming atau terciptanya busa dalam pelumasan adalah salah satu faktor yang dapat
mengurangi kemampuan pelumas untuk melubrikasi. Oleh karena itu, sangat penting bagi
pelumas untuk memiliki properti ini. Dengan properti anti-foaming yang baik, pelumas
tidak akan berbusa dengan mudah dan akan memiliki kemampuan untuk mereduksi busa
yang ada dengan lebih cepat.

DETERGENCY

Dalam melaksanakan fungsinya, pelumas terekspos dengan banyak materi yang dapat
menimbulkan endapan. Endapan yang ada dapat mengurangi umur pelumas, dan lebih
jauh, dapat merusak mesin yang dilubrikasi. Properti deterjensi menjadi penting karena
dengan keberadaannya, terbentuknya endapan dapat diminimalisasi.

ANTI-WEAR PROPERTY

Anti-Wear Property adalah properti yang mengindikasikan kemampuan pelumas untuk


melindungi permukaan yang saling bergesekan dari keausan, terutama ketika lapisan
hidrodinamis yang ada mulai tergores dan habis.

OXIDATION STABILITY

Oksidasi pelumas dapat menyebabkan terbentuknya endapan seperti lumpur yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan viskositas. Selain itu, oksidasi juga dapat membentuk
asam organik yang mudah larut dan menyebabkan korosi pada permukaan mesin.
Keberadaan properti stabilitas oksidasi atau Oxidation Stability berfungsi untuk
memastikan hal di atas tidak terjadi. Dengan kata lain, agar pelumas dapat melindung
dengan baik, tingkat stabilitas oksidasi yang tinggi harus dimiliki.

ANTI-RUST PROPERTY

Anti-Rust Property atau properti anti karat adalah properti yang melindungi permukaan
terlubrikasi dari bahaya pengaratan.

CORROSION INHIBITION

Corrosion Inhibition Property atau properti pengambat korosi adalah properti yang
menunjukkan kemampuan pelumas untuk bertahan dari serangan kimiawi seperti oleh air
atau kontaminan tertentu yang pada akhirnya dapat menyebabkan korosi.
EXTREME PRESSURE PROPERTY

Pelumas dengan Extreme Pressure Property memiliki kemampuan untuk melindungi


mesin dari keausan dan kerusakan akibat beban kerja yang jauh lebih besar daripada yang
mampu dilindungi pelumas biasa. Properti ini sangat penting dan wajib dimiliki pelumas
untuk beberapa jenis aplikasi seperti misalnya aplikasi pada gearbox.

EMULSIBILITY & DEMULSIBILITY

Emulsibility atau emulsibilitas adalah kemampuan fluida-non-air untuk membentuk emulsi


dengan air. Sedangkan demulsibility atau demulsibilitas adalah kemampuan fluida yang
tidak dapat larut dalam air untuk memisahkan diri dari air, yang mungkin saja bisa
bercampur dan membentuk emulsi. Tergantung pemakaian, beberapa pelumas mungkin
membutuhkan properti emulsibilitas yang baik seperti misalnya pada aplikasimetal
cutting atau metalworking. Sedangkan beberapa lainnya seperti pelumas turbin,
pelumas dengan properti demulsibilitas yang lebih baik lebih diperlukan.

POUR POINT

Pour Point atau titik beku adalah titik suhu terendah dimana pelumas masih dapat
mengalir.

TACKINESS

Tackiness atau kerekatan adalah properti yang mengindikasikan kemampuan pelumas


untuk tetap merekat pada permukaan yang dilindungi, tentunya tanpa meninggalkan noda.

PILIHAN PELUMAS YANG EFISIEN

Dari pembahasan di atas, jelas bahwa setiap aplikasi memerlukan pelumas dengan
kombinasi properti tersendiri. Apabila pemilihan pelumas tidak dilakukan dengan baik,
ketidakefisienan kerja dapat terjadi. Bahkan lebih jauh, kerusakan dapat melanda mesin
Anda.
Tidak perlu kuatir. Kami, PanaOIL, dapat membantu Anda. Profesional pelumasan kami
telah berpengalaman dalam menganalisis keperluan lubrikasi sesuai kebutuhan dan
spesifikasi yang ada. Tidak hanya itu, dengan produk yang bervariasi, apapun industrinya
dan apapun aplikasinya, kami yakin kami dapat memberikan solusi yang terbaik untuk
meningkatkan efisiensi kinerja Anda.

Total Base Number (TBN) adalah ukuran jumlah kadar basa (alkali ) yang menetralkan kadar asam pada
pelumas di engine oil. Hal ini sangat relevan dengan internal mesin pembakaran karena produk
sampingan asam pembakaran yang dihasilkan saat bensin dan solar yang dibakar. Produk sampingan ini,
termasuk SOx, NOx, dan lain-lain yang masuk di crankcase melalui blow-by gas yang melewati ring
piston.

Selain asam memasuki crankcase mesin dari blowby, asam biasanya dihasilkan di daerah lain dari mesin
karena panas, oksidasi, dan proses kimia lainnya.

Dalam upaya untuk melawan efek korosif dari asam pada bagian-bagian mesin, maka ditambahkan
additive kedalam pelumas yang bersifat basa. Additive khusus tersebut bertindak untuk menetralkan
asam di mesin. Aditif yang biasa digunakan adalah kalsium sulfonat. Ada juga yang menggunakan
magnesium sulfonat, fenol, dan salisilat. Selain berkontribusi sebagai TBN pada pelumas, aditif ini
berfungsi sebagai dispersant atau penggerus bahan lain yang dihasilkan dari sisa proses pelumasan.
Proses menghasilkan asam akan terus untuk berlangsung pada penggunaan mesin, sedangkan
kemampuan oli mesin untuk menetralkan asam terbatas. Kadar TBN lama kelamaan akan menurun
seiring meningkatnya kadar asam. Hal ini adalah salah satu alasan oli mesin perlu dibuang dan diganti
dengan yang baru.

Mungkin kita akan berpikir, mengapa tidak diberikan kadar TBN yang banyak sekalian. Sering di uji
sebuah mesin diberikan pelumas yang kadar TBN nya tinggi. Memang mampu menetralisir asam lebih
baik. Namun hal ini justru menimbulkan masalah baru. Jika terlalu banyak TBN overtreat kalsium sulfonat
menghasilkan tingkat abu yang tinggi mengendap pada permukaan mesin dan dapat merusak mesin.
Jadi harus disesuiakan dan diseimbangkan dengan kebutuhan mesin untuk menetralkan kadar asam dari
sisa pembakaran hingga interval penggantian oli.

Dalam upaya untuk keseimbanganTBN oli baru biasanya di kisaran 7 sampai 10 untuk mesin gas dan 10
sampai 14 untuk mesin diesel. Ketika TBN dalam minyak yang digunakan turun di bawah 3, itu biasanya
menunjukkan perlunya ganti oli.

berikut contoh nya:


Pengujian ini berhubungan erat dengan aplikasi pelumas mesin diesel dan tidak relevan pada
aplikasi pelumas roda gigi, hidrolik dan turbin. Aditif basa pada pelumas berfungsi menetralkan
kondisi asam yang terjadi hasil proses pembakaran (utamanya asam surfuric dan nitrit), asam
organic dari hasil oksidasi pelumas dalam proses penuaan (aging). Total nilai basa (TBN) pelumas
menunjukkan kemampuan pelumas dalam menetralkan kondisi keasaman pada mesin. Pemilihan
nilai basa pelumas untuk suatu mesin di sesuaikan dengan pertimbangan jenis bahan bakar yang di
pakai, kandungan sulfur, dan design mesin itu sendiri. Penurunan nilai basa pelumas bekas-pakai
(used oil) dari hasil analisa pelumas, menunjukkan degradasi aditif basa terhadap polutan asam
serta indikasi kelayakan penggunaan kembali pelumas tersebut.

Nilai basa (TBN) pada mesin diesel jenis trunk (trunk piston engines - bukan crosshead), akan
bertendensi turun akibat polutan dari proses pembakaran. Tetapi nilai kesetabilan akan tercapai
pada suatu titik dan terjaga dengan penambahan pelumas baru secara berkala (top-up). TBN pada
bagian sistim
pelumasan bearing (system oil) mesin 2 langkah crosshead (2 con-rod tiap piston), dapat meningkat
sebagai akibat kebocoran pelumas dengan TBN tinggi - umumnya dari kebocoran pelumas ruang
bakar pada stuffing box, atau kesalahan dalam penambahan jenis pelumas (daily top-up).

Penurunan TBN pelumas sekitar 50% dari nilai awal mengindikasikan masa pakai pelumas
mendekati periode penggantian. Indikasi lain yang juga dapat di jadikan acuan; minimum nilai basa
pelumas adalah tujuh kali dari nilai sulfur bbm yang di pakai (TBN = 7 x Sulfur). Pada kondisi
pelumas seperti di atas, para produsen pelumas sering kali menyarankan penggantian pelumas
secara keseluruhan, atau sebagian - lalu di tambahkan pelumas baru agar nilai basa pelumas dalam
batas yang aman. Rekomendasi ini juga sangat tergantung pada buku petunjuk masing-masing
produsen mesin/peralatan yang di lumasi.
Untuk mudahnya, pedoman pemilihan TBN pelumas adalah jenis bahan bakar yang di pakai dengan
parameter utama adalah kadar sulfur, parameter lain adalah laju konsumsi pelumas dan kapasitas
tampung bak pelumas (sump tank).

Turunnya TBN di sebabkan;


. Konsumsi pelumas yang rendah, berkaitan dengan jumlah top-up harian yang rendah pula.
. Kapasitas tampung bak pelumas mesin yang kecil.
. Penggunaan bbm dengan kadar sulfur yang tinggi.

TBN yang rendah pada pelumas bekas-pakai (used oil) menunjukkan minimnya proteksi dari sisi
pelumas terhadap resiko korosi pada bagian mesin; seputar mahkota piston bagian atas, ring piston,
dan bantalan (bearing). Hal yang sama juga akan terjadi pada bagian mesin lainnya serta sistim
pendinginan piston dengan media pelumas.
TBN pada mesin berbahan bakar gas, sering kali menggunakan paket aditif dengan abu yang
rendah (low ash additive). Magnesium sering dipakai sbagai aditif dalam aplikasi otomotif dengan
kecendrungan menggunakan garam kalsium (calcium salt). Pemilihan aditif jenis low ash juga di
dasari resiko penyalaan dini (pre-ignition) dari bahan bakar gas di dalam ruang bakar. TBN dalam
aplikasi mesin BBG, dapat turun dengan cepat akibat kondisi kerja yang tinggi, terutama pada
aplikasi landfill gas - dimana bahan bakar menjadi polutan pada pelumas.
Untuk mudahnya, pedoman pemilihan TBN pelumas adalah jenis bahan bakar yang di pakai dengan
parameter utama adalah kadar sulfur, parameter lain adalah laju konsumsi pelumas dan kapasitas
tampung bak pelumas (sump tank).

Nilai Basa Pelumas & Aplikasi Penggunaan

TBN = 5, Pelumasan system oils, pada mesin 2 tak - crosshead, diesel putaran tinggi dengan bahan
bakar gas dan destilasi, pengguna bahan bakar dengan < 0.2% sulfur, aplikasi otomotif.
TBN = 10, Aplikasi otomotif, diesel putaran tinggi dengan bahan bakar destilasi ber-sulfur < 0.5%, &
diesel gas oil
TBN = 15, Diesel putaran tinggi dan menengah berbahan bakar minyak diesel destilasi.

Prinsip kerja lubrikasi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara, yakni full film
lubrication, boundary film lubrication, dan mixed film lubrication. Perbedaan dari
ketiganya terletak pada proses pembentukan lapisan pelumas di antara dua permukaan
yang saling bertemu.

Full Film Lubrication

Full Film Lubrication adalah sebuah proses lubrikasi dengan mengkondisikan adanya
sebuah lapisan film di antara kedua permukaan komponen yang bertemu. Lapisan film
tersebut secara total ikut menahan gaya maupun beban yang didistribusikan melalui
bidang kontak kedua permukaan komponen yang bertemu. Ketebalan lapisan film yang
dibentuk oleh zat pelumas harus lebih besar daripada tingkat kekasaran dari
permukaan bidang kontak yang bertemu, agar dapat dikatakan sebagai full film
lubrication.

Sistem lubrikasi inipun masih diklasifikasikan kembali menjadi beberapa tipe.

1. Lubrikasi Hidrostatis
Lubrikasi hidrostatis merupakan sistem lubrikasi yang menggunakan tekanan kerja luar
untuk membentuk lapisan film agar selalu terjaga bentuknya di tengah-tengah kedua
permukaan yang bertemu. Lubrikasi tipe ini mempergunakan pompa oli untuk menjaga
tekanan oli agar lapisan film yang terbentuk tetap berada di posisinya baik saat
komponen dalam keadaan bekerja maupun diam.

Lubrikasi Hidrostatis

2. Lubrikasi Hidrodinamik
Lubrikasi hidrodinamik menggunakan komponen mesin internal untuk menciptakan
lapisan film di permukaan kedua komponen yang bertemu. Pada sistem ini, lapisan film
lubrikasi hanya akan terbentuk jika mesin dalam kondisi beroperasi. Sedangkan jika
dalam keadaan diam, lapisan film akan rusak dan hilang. Maka dari itu sistem lubrikasi
tipe ini tidak bekerja pada saat penyalaan awal mesin, mematikan, maupun posisi
putaran balik (reverse).

3. Elastohydrodynamic Lubrication
Pada satu kondisi disaat kedua bidang kontak bekerja dengan putaran tinggi dan beban
yang tinggi (pada bearing misalnya), dimungkinkan beban yang ditanggung oleh lapisan
film lubrikasi akan sangat tinggi. Beban tersebut akan menyebabkan tegangan tarik
tinggi pada lapisan film, jika lapisan film tidak mampu menahan beban tersebut maka
dimungkinkan kedua permukaan komponen akan saling bertemu dan timbul gesekan.

Solusi dari kondisi di atas adalah dengan menggunakan pelumas khusus yang jika
berada dalam kondisi di atas viskositasnya akan meningkat dan nilai elastisitasnya naik.
Sehingga seakan oli pelumas bersifat lentur untuk selalu menjaga lapisan film agar
tidak terlepas dari permukaan yang ia lindungi.
Perbedaan Tipe-tipe Prinsip Kerja Sistem Lubrikasi
Boundary Film Lubrication
Saat dua permukaan bertemu, panas akan terbentuk sebagai akibat dari tekanan
antara kedua permukaan komponen tersebut. Pada tingkat temperatur dan tekanan
tertentu, zat pelumas secara kimia akan bereaksi dengan permukaan kontak
membentuk lapisan resistif yang kuat. Lapisan tersebut berupa lapisan film di
permukaan lapisan solid (boundary film) yang ikut menahan beban kerja komponen
serta mencegah terjadinya keausan komponen akibat gesekan antara kedua
permukaan komponen. Dengan kata lain, pada boundary film lubrication beban yang
dikenakan kepada dua permukaan komponen tidak ditanggung oleh zat pelumas, akan
tetapi ditahan oleh lapisan film khusus yang terbentuk sebagai akibat dari bereaksinya
zat pelumas dengan permukaan komponen.

Boundary lubrication terjadi pada saat lapisan film lubrikasi memiliki ketebalan yang
sama dengan tingkat kekasaran permukaan bidang kontak komponen. Kondisi
semacam ini secara umum tidak dikehendaki pada bearing dengan lubrikasi hidrostatik
maupun hidrodinamik karena akan menimbulkan gesekan, kerugian energi, keausan,
serta kerusakan material. Namun demikian, sebagian besar mesin akan kita dapati
lapisan boundary film pada saat mereka beroperasi, terutama pada saat proses
penyalaan (start up), shut down, serta di putaran mesin rendah. Pelumas dengan zat
aditif terus berusaha dikembangkan untuk dapat meminimalisir efek negatif
dari boundary film lubrication.

Mixed Film Lubrication

Mixed film lubrication atau lubrikasi campuran merupakan pertengahan antara lubrikasi
hidrodinamik dengan boundary. Lubrikasi ini terjadi pada saat ketebalan film fluida
lubrikasi sedikit lebih besar daripada kekasaran permukaan bidang kontak, sehingga
masih ada sedikit permukaan komponen (disebut sebagai asperities) yang saling
bergesekan secara langsung. Asperities adalah bagian mikroskopis permukaan material
yang menjadi puncak tertinggi di antara keseluruhan permukaan bidang kontak. Pada
lubrikasi tipe ini, boundary film akan terbentuk hanya di area tertentu yang kita kenal
sebagai asperities tersebut, sedangkan di area lain pelumasan akan bertipe
hidrodinamik.

letak perbedaan antara dua jenis oli tersebut? Berikut penjelasan mengenai perbedaan oli mesin
dengan oli transmisi;

Oli Mesin

Perbedaan oli mesin dengan oli transmisi yakni pada oli mesin memiliki fungsi sebagai pelumas pada
bagian mesin anda, namun fungsi oli mesin motor matic dengan motor manualpun berbeda, dalam
motor matic oli mesin hanya untuk melumasi kerja dari mesin motor saja namun dalam motor manual
fungsi dari oli mesin yakni ada dua untuk emlumasi kerja mesin dan untuk melumasi bagian transmisi.
Pada umumnya oli mesin diganti setiap 5000 km dalam kecepatan normal dan tingkat pemakaian yang
normal, atau 3 bulan sekali namun tergantung sebara jauh anda memakai motor dalam sehari, setiap
motorpun mempunyai rekomendasi oli mesin yang dipakai bagi motor anda yang dimana cocok untuk
kinerja mesin anda.

Oli Transmisi

Sedangkan oli transmisi mempunyai fungsi sebagai pelumas pada bagian transmisi motor, oli transmisi
inipun hanya dipakai untuk motor matic saja dimana pemisahan tersebut berfungsi karena performa
motor matic dengan manual berbeda maka perlakuan terhadap perawatan motornyapun berbeda
maka dibuat pemisahan antara pelumas untuk mesin dengan pelumas untuk transmisi, selain itu
dalam transmisi motor matic banyaknya komponen yang bergesekan lebih dari motor manual
sehingga membutuhkan oli tersendiri dalam kinerjanya.

Dan biasanya penggantian oli transmisi ini dapat anda lakukan setiap 15.000 km perjalanan atau
setiap setahun sekali, namun sekali lagi ini tergantung dengan pemakaian anda sehari hari bisa saja
kurang dari setahun anda harus mengganti oli transmisi atau bisa saja lebih dari setahun anda
menggantinya. Sehingga perbedaan oli mesin dengan oli transmisi telah jelas secara fungsinya,
Penggantian pada kedua oli tersebut sebenarnya wajib bagi anda pengguna motor untuk kinerja
mesin yang maksimal, bila anda tidak menggantinya secara rutin atau bahkan tidak menggantinya
sama sekali timbul suara gesekan yang berlebihan pada mesin motor dan transmisi anda bahkan yang
lebih parahnya mesin anda tidak dapat bekerja sama sekali.

Kemudian tingkat kualitas masih bagus atau tidaknya oli yang sedang anda gunakan bukan karena
warnanya yang hitam pekat berarti harus diganti bisa saja oli yang warnanya masih bening harus
diganti terutama pada oli gardan anda yang memang biasanya walau dalam keadaan setahun masih
tetap bening karena sistem yang berbeda pada mesin yang dimana dilumasi oli mesin, karena oli
mesin selain melumasi bagian dalam mesin juga sebagai pendingin dan membantu proses kompresi
dan melumasi piston sehingga cepat berwarna hitam dalam pemakaian waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai