Anda di halaman 1dari 28

MODUL

OIL WEAR ANALYSIS

PROGRAM STUDI TEKINIK ALAT BERAT


POLITEKNIK NEGERI NUNUKAN
2019
BAB I

OLI PELUMAS ENGINE

A. Fungsi oli pelumas pada engine


Sebuah engine pada saat dioperasikan akan memilki beban panas yang
cukup besar, daya guna engine tersebut sangat bergantung pada sifatyang
dimilki oleh oli pelumas. Untuk alasan ini, oli pelumas dengan kulaitas
yangtinggi, memilki kestabilan panas yang tinggi harus digunakan. Fungsi dari
oli yang digunakan sebagai pelumas pada engine dirangkum sebagai berikut.

Lapiasan tipis oli yang terbentuk pada permukaan


Sebagai pelumas komponen (oil film) akan mencegah terjadinya abrasi
dengan cara mengurangi gesekan pada komponen
Sebagai pendingin yang saling bersingungan.
Oli pelumas pada engine akan menyerap panas yang
dihasilkan dari gesekan dua benda yang saling
bersinggungan dan dari proses pembakaran.
Sebagai pembersih Bersirkulasinya oli akan membersihkan komponen-
komponen yang bergesekan dengan cara
menyingkirkan material-material asing, seperti serbuk
logam dan karbon.
Sebagai penyekat Oil film yang terbentuk diantara celah piston ring,
piston dan silinder kan mencegah terjadinya kebocoran
kompresi dan gas buang.
Sebagai penahan Oil film yang terbentuk pada permukaan komponen
yang mendapatkan beban besar akan berfungsi untuk
memperbesar area penyaluran beban, sehingga
tekanan yang diterima komponen tersebut akan
berkurang.
Sebagai pencegah Oil film yang terbentuk pada permukaan komponen
kotoran akan mencegah terjadinya korosi dan oksidasi.
Keterangan

Fungsi

B. Sifat-sifat oli pelumas pada engine


Ketika oli pelumas yang digunakan pada engine harus memenuhi berbagai
macam fungsi seperti yang telah ditunjukkan di atas, berbagai macam bahan
tambah (additive) seperti oxidation inhibitor, extreme pressure agent
defoaming agent, dan Iain-lain harus ditambahkan pada bahan dasar oli
(base oil) untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut. bahan dasar oli yang
digunakan sebagai pelumas mencapai 90% sedangkan selebihnya adalah
bahan tambah.

Berikut ini berbagai macam bahan tambah (additive) yang ditambahankan


pada bahan dasar pelumas untuk memperbaiki sifat pelumas.
Berikut ini berbagai macam bahan tambah (additive) yang ditambahankan
pada bahan dasar pelumas untuk memperbaiki sifat pelumas.

Tipe additive Kegunaan


Anti Oxidant Mencegah terjadinya oksidasi pada molekul
pelumas.
Detergent Menjaga permukaan metal bebas dari
kotoran.
Dispersant Mengendalikan kotoran/Contaminant agar
terdispersi secara merata dalam pelumas.

Anti karat / anti korosi Mencegah terjadinya korosi/karat pada


bagian metal yang berhubungan dengan
pelumas.
Anti wear / Extreme pressure Mencegah gesekan & keausan bagian mesin
yang dalam kondisi"boundry lubrication".

Pour Point depressant Menekan titik beku pelumas agar mudah


mengalir pada suhu rendah.

Friction Modifier Meningkatkan tingkat kelicinan dari film


pelumas
Anti Foam Mencegah pelumas dari terbentuknya busa.

Mengundang efek "katalis" dari partikel


Metal Deactivator keausan mesin dalam mencegah akselerasi
proses oksidasi pelumas

C. Klasifikasi dan pemilihan oli pelumas pada engine


• Klasifikasi berdasarkan kekentalan (viscosity)
Pada umumnya klasifikasi kekentalan menggunanakan standar klasifikasi
kekentalan dari SAE (Ssociety of Automotive Engineers, USA).
AE (Society of Automotive Engineer), adalah nama asosiasi yang
menerbitkan standar untuk produk-produk otomotif, termasuk di dalamnya
adalah mesin diesel. Angka di belakang tulisan SAE  menunjukan tingkat
viskositas (nilai kekentalan) oli. Semakin tinggi nilanynya semakin kental
olinya.
Anda pasti pernah menemukan oli mesin yang bertuliskan SAE 20 dan SAE
10w – 50. Apa beda keduanya? Yang pertama tadi adalah Oli single grade,
sedang yang kedua adalah Oli multi grade.

1. Oli mesin Single Grade.

Tingkat viskositas pada oli mesin ini hanya ada satu macam saja. Misalnya
SAE 20, SAE 30, SAE 40. Tingkat viskositas oli single grade tetap, pada suhu
rendah maupun tinggi.  Namun seiring perkembangan, oli mesin single grade
mulai ditinggalkan. Ini disebabkan karena tingkat viskositasnya terlalu tinggi
ketika dalam suhu dingin, sehingga mesin berat saat dinyalakan.

2. Oli mesin Multi grade.

Oli mesin multi grade memiliki 2 tingkat viskositas, seperti SAE 10W – 40.
Huruf W adalah singkatan dari Winter. Jadi oli tersebut akan berada pada
tingkat viskositas (kekentalan) 10 pada musim dingin (winter), lalu berada
pada tingkat 40 pada saat panas.

Oli mesin multi grade sekarang lebih mendominasi pasar kita, karena wilayah
geografis Indonesia memiliki cuaca yang cukup bervariasi, bergantung pada
waktu (cuaca) dan ketinggian. Oli multigrade diciptakan untuk memudahkan
penyalaan mesin (khususnya daerah dingin, seperti pegunungan Indonesia),
tetapi juga dapat melindungi komponen mesin ketika berada pada suhu tinggi.

Kekentalan oli mesin juga berpengaruh terhadap kinerja mesin dan konsumsi
bahan bakar. Oli mesin dengan tingkat viskositas rendah seperti SAE 10W –
40, relatif irit bahan bakar, namun kurang baik untuk perlindungan mesin.

Oli dengan viskositas rendah / encer tidak menghambat pergerakan


komponen mesin, sehingga pergerakan mesin lancar dan konsumsi BBM
menjadi irit. Namun karena terlalu encer tadi, molekul oli lebih cepat rusak
dan teroksidasi pada suhu tinggi.

Sifat oli pelumas pada engine yang paling penting adalah kekmpuan oli
tersebut harus mampu mengalami perubahan yang kecil pada saat terkena
fluktuasi temperatur. Hal ini disebabkan karena oli pelumas digunakan pada
area temperatur yang sangat luas, yaitu pada temperatur tinggi yang
disebabkan oleh adanya gesekan komponen dan pembakaran bahan bakar
dan pada temperatur rendah (-30 - 140°C) saat digunakan di daerah dingin.
Di Indonesia yang beriklim tropis, SAE no.30 adalah yang paling baik untuk
digunakan.
Nomer kekentalan seperti SAE10W atau 30 berarti oli tersebut hanya cocok
digunakan untuk satu standar kekentalan saja, dan disebut dengan istilah
single grade oils.

• Klasifikasi berdasarkan daya guna dan penggunaannya


Sampai saat ini sudah terdapat beberapa organisasi pembuat standar mutu
(daya guna/performace) suatu oli, salah satunya adalah organisasi API
(American Petrolium Institute). Seri "C" digunakan untuk klasifikasi oli yang
digunakan pada diesel engine dan seri "S" digunakan untuk klasifikasi oli
pelumas yang digunakan pada gasoline engine.
Berikut ini ditunjukkan beberapa klasifikasi mutu (daya guna) oli berdasarkan
standar dari API service.

Klasifikasi API service Penggunaan

CA Digunakan untuk diesel engine yang tidak dilengkapi


dengan turbocharge, yang diopersikan dengan
beban ringan atau sedang. Kandungan sulfurnya
rendah. Anti korosi dan zat pembersih kadang
ditambahkan pada oli ini. Oli dengan kelas ini dapat
dipakai juga pada gasoline engine dengan beban
ringan.

CB Digunakan untuk diesel engine yang tidak dilengkapi


Dengan turbocharge yang dioperasikan dengan
beban ringan atau sedang. Kandungan sulfurnya
tinggi. Ditambahkan anti korosi dan zat pembersih.
Cocok juga digunakan pada gasoline engine dengan
beban ringan atau sedang.
CC Digunakan pada diesel engine yang dilengkapi
dengan trubocharge dengan kapasitas sedang dan
besar. Ditambahkan anti korosi dan pembersih.
Efektif digunakan untuk mencegah endapan kotoran.

CD Digunakan pada diesel engine yang dilengkapi


dengan turbocharge dengan kecepatan dan daya
guna tinggi, menggunakan bahan bakar dengan
jangkauan kualitas yang luas. Efektif digunakan
untuk mencegah terjadinya abrasi dan endapan
kotoran. Ditambahkan anti korosi dan pembersih
yang cukup banyak pada oli ini.

D. Jenis-Jenis Oli

Oli terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Oli Mineral, Oli Synthetic dan Oli
Semi Synthetic.

a. Oli Mineral Oli

Mineral terbuat dari bahan dasar (base oil) yang diambil dari minyak
bumi yang telah diolah dan disempurnakan kemudian ditambahkan
dengan zat-zat aditif untuk meningkatkan kemampuan dan fungsinya.
Pada mesin berteknologi lama atau keluaran lama yang sudah
memiliki celah antar komponen mesin lebih renggang, maka lebih
disarankan untuk menggunakan oli jenis mineral. Beberapa ahli/pakar
mesin memberikan saran apabila menggunakan oli mineral selama
bertahun-tahun maka jangan langsung menggantinya dengan oli
sintetis karena oli sintetis umumnya mengikis sisa komponen dan
partikel yang ditinggalkan oli mineral sehingga sisa partikel tersebut
terangkat dan mengalir ke celah-celah mesin sehingga dapat
mengganggu performa mesin.

b. Oli Synthetic
Oli Synthetic merupakan hasil campuran dari Poly Alpha Olefin
dengan oli mineral. Pada dasarnya, oli sintetis didesain untuk
menghasilkan kinerja yang lebih efektif dibandingkan dengan oli
mineral. Oli Synthetic lebih direkomendasikan untuk mesin teknologi
baru seperti mesin turbo, supercharge, DOHC (Double Over Head
Camshaft) dimana mesin tersebut membutuhkan pelumasan lebih baik
karena celah komponen mesin lebih kecil

c. Oli Semi Synthetic

Synthetic Blend Oil atau oli Semi Synthetic yang merupakan oli
dengan campuran antara oli mineral dan oli sintetik. Kadar oli sintetik
yang terdapat pada oli ini antara 10% hingga 25%. Kelebihan dari oli
semi sintetik ini adalah harganya yang relatif lebih murah dari pada oli
sintetik dan kualitasnya juga lebih baik dari pada oli mineral. Untuk oli
Semi Synthetic sendiri penggunaanya berada diantara oli mineral dan
Synthetic

E. Sifat Penting Pelumas

beberapa sifat yang perlu diperhatikan minyak pelumas untuk memenuhi


fungsinya adalah :

a. Kekentalan

Minyak pelumas harus sesuai dengan fungsinya yaitu mencegah


keausan permukaan bagian yang bergesekan, terutama pada beban
yang besar dan pada putaran mesin rendah. Minyak pelumas yang
terlalu kental dan sulit untuk mengalir, disamping itu dapat
menyebabkan kerugian berupa daya mesin yang menjadi terlalu
besar.

b. Indeks Kekentalan

Kekentalan minyak pelumas itu berubah-ubah terhadap temperatur


mesin. Minyak pelumas yang baik tidak terlalu sensitif terhadap
perubahan temperatur, sehingga dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, baik dalam keadaan dingin, pada waktu mesin mulai
berputar maupun pada temperatur kerja tinggi.

c. Titik Tuang

Pada temperatur tertentu, minyak pelumas akan membentuk jaringan


kristal yang menyebabkan minyak itu sulit mengalir. Karena itu
sebaiknya gunakan minyak pelumas dengan titik tuang yang
serendah-rendahnya untuk menjamin agar pelumas dapat mengalir
pada keadaan operasi.

d. Stabilitas

Beberapa minyak pelumas pada temperatur tinggi, tingkat


stabilitasnya akan berubah susunan kimianya sehingga terjadi
endapan yang mengakibatkan cincin torak/ring piston melekat pada
alurnya. Dalam beberapa hal minyak pelumas dapat membentuk
lumpur apabila bercampur dengan air dan beberapa komponen hasil
pembakaran.

e. Kemampuan pelumasan

Minyak pelumas harus memiliki kelumasan, atau sifat melumasi, yang


cukup baik, yaitu dapat membasahi permukaan logam. Sifat ini sangat
penting untuk melindungi permukaan bagian mesin.
BAB II

ANALISIS OLI
A. Oli Pelumas

Merawat mesin maupun peralatan (equipment) harus dilakukan dnegan


perawatan berkala secara teratur salah satunya dengan memperhatikan
penggunaan minyak pelumas yang tepat dan berkualitas. Penggunaan
minyak pelumas yang tepat merupakan syarat yang mutlak agar kemampuan
mesin ataupun peralatan yang digunakan tetap prima. Hal ini sesuai dengan
fungsi dari minyak pelumas antara lain:

1. Memberikan lapisan (film) untuk menghindari kontak langsung


bagian-bagian mesin yang saling bergesekan sehingga
melindungi metal dari keausan.
2. Meminimalisasi kemacetan pada komponen yang bergerak dari
panas yang diakibatkan oleh gesekan.
3. Berfungsi sebagai perapat (kompresi) antara dinding piston
dengan dinding silinder dan mencegah mengalirnya gas hasil
pembakaran (asam-asam organik kuat) mesin ke karter minyak.
4. Mencegah terjadinya korosi yang disebabkan oleh zat-zat asam
yang terbentuk selama operasi mesin berlangsung yang
diakibatkan proses oksidasi dan polimerisasi minyak pelumas
serta karena pencampuran dengan gas-gas hasil pembakaran.
5. Sebagai insulator (sebagai media insulasi)
6. Sebagai media pendingin bagian-bagian mesin yang panas (over
heating) yang dapat merusak logam-logam mesin, yaitu dengan
cara menyerap panas, kemudian membawanya pada sistem
pendingin yang tersedia secara terus-menerus dengan sirkulasi
7. Meminimalisir pemuaian pada saat perubahan temperatur yang
besar.
Mengingat arti pentingnya minyak pelumas bagi daya tahan mesin, maka
sebelum memilih minyak pelumas ada baiknya lebih dulu mengetahui kualitas
minyak pelumas tersebut sehingga dapat mencegah penggunaan minyak
pelumas yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain:


1. oli yang dibeli asli atau palsu
2. bagaimana dengan jangka waktu penggantian minyak pelumas.
Penentuan minyak pelumas yang tepat dapat ditentukan dengan melakukan
pengujian pada minyak pelumas tersebut berdasarkan parameter – parameter
kontrol kualitas minyak pelumas.

B. Parameter Kontrol Minyak pelumas

Untuk dapat mengetahui kualitas minyak pelumas yang sesuai, ada beberapa

parameter yang diperlukan untuk mengontrol kualitas minyak pelumas

berdasarkan laboratorium yaitu :

a) kadar debu (ash content)


b) viskositas kinematik (kineumatic viscosity)
c) angka asam/basa (total acid/base number)
d) kandungan air (water content)
e) Titik nyala (flash Point)
f) Titik Tuang (pour point)
g) Warna (colour)
h) Karatan tembaga (korosi)
i) Residu karbon (carbon residue)
j) Kadar sedimen (sediment content)
k) Kadar pengotor (impurities content)
l) Densitas
m) Kadar gas ( gas content)

 Kadar debu (Ash Content)


Berdasarkan referensi dari ASTM (American Society Test of Material)
D 482-95, Kadar abu adalah sisa yang terbentuk dari minyak pelumas
setelah mengalami penguapan dan degradasi panas. Untuk
menganalisis parameter ini digunakan Muffle Furnace.

Manfaat parameter ini yaitu :

Memberikan indikasi pada minyak pelumas apakah mengandung


kotoran, Karat atau metal (logam), parameter analisis ini digunakan
untuk kadar abu dengan range antara 0.001-0.180 % dari hasil
destilasi minyak bumi maupun sisa destilasi (residue fuel), bahan bakar
turbin gas, Crude Oil (minyak bumi mentah), minyak pelumas, waxes
dan produk-produk minyak bumi lainnya.

Minyak pelumas yang mempunyai kadar abu tinggi mengindikasikan


adanya korosi pada mesin/peralatan karena minyak pelumas sudah
teroksidasi dan terpolimerisasi serta mempunyai keasaman yang tinggi
hingga minyak pelumas tersebut tidak bagus untuk dipergunakan.

 Kinematik Viskositas (Kinematic Viscosity)


Berdasarkan referensi dari ASTM D 445-97
Kinematik Viskositas adalah ukuran tahanan (kekentalan) dari zat cair
pada gaya gravitasi.

Manfaat parameter analisis minyak ini antara lain:


• Sangat penting dalam memberikan informasi penyimpanan minyak
(minyak bahan bakar) dengan jumlah optimum (di dalam tangki
penyimpanan)
• Memberikan informasi kekentalan minyak karena kondinsi operasi
peralatan yang benar tergantung pada kekentalan minyak yang
digunakan.

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis produk


minyak bumi yang berwujud cair seperti minyak pelumas, minyak
bahan bakar dll.
Untuk menganalisis parameter ini diperlukan instrumen Viskosimeter.
Jika dari hasil analisis nilai viskositas ataupun dari perhitungan
viskositas indeksnya tidak sesuai dengan spesifikasi (range yang
diperbolehkan/reasonable range) maka minyak tersebut tidak layak
untuk dipergunakan.

 Angka Asam Total (TAN) dan Angka Basa Total (TBN)


Berdasarkan referensi dari ASTM D 974-97, ASTM D 664-95, dan
ASTM D 2896-96
Angka asam adalah jumlah basa yang dinyatakan dalam miligram KOH
pergram sampel yang dibutuhkan untuk meniter hingga untuk
mencapai
titik akhir.
Angka basa adalah jumlah asam yang dinyatakan dalam miligram KOH
per gram sampel yang dibutuhkan untuk meniter sampel hingga
mencapai titik akhir.

Manfaat parameter ini yaitu:


• Memberikan indikasi perubahan kualitas pada minyak pelumas
selama penggunaan (terjadinya oksidasi pada minyak pelumas)
• Memberikan ramalan terjadinya korosi
• Sebagai panduan dalam membuat formula untuk pembuatan
minyak (penambahan zat aditif)
Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis: produk
minyak bumi yang larut atau hampir larut dalam campuran toluen
dengan isopropil alcohol.

Contoh : minyak pelumas, dll


Untuk menganalisis parameter ini digunakan peralatan titrasi atau
instrumen Potensiometer. Minyak yang telah mengandung asam
(angka asam tinggi) tidak dapat digunakan karena dapat
menyebabkan adanya korosi pada mesin/peralatan.

 Kandungan Air (Water Content)


Berdasrkan referensi dari ASTM D 95-83
Kandungan air adalah jumlah air yang terkandung pada
sampel/material

Manfaat parameter ini yaitu:

• Sangat penting dalam informasi kemurnian dari material/minyak


• Sebagai koreksi jumlah materia/minyak dalam pembelian maupun
penjualan (misalnya minyak yang ingin kita beli 100 liter tapi kadar
airnya sebanyak 10 liter maka minyak yang kita beli hanya 90 liter
saja).

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis : produk


minyak bumi (pelumas, bahan bakar, kokas dan lainnya), Tar dan
produk hasil destilasi batubara.

Untuk menganalisa parameter ini diperlukan destilasi.


Minyak yang mempunyai kandungan air tinggi tidak dapat
dipergunakan karena dapat menyebabkan korosi pada
mesin/peralatan.

 Titik Nyala (Flash Point)


Berdasarkan referensi dari ASTM D 93-97
Titik nyala adalah temperatur terendah yang dapat menimbulkan nyala
api pada minyak.

Manfaat parameter ini adalah:


• Memberikan indikasi kontaminasi dari material yang tidak mudah
terbakar ke material yang mudah terbakar.
• Membantu memberikan indikasi dalam mendefinisikan material yang
flammable maupun combustion.

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis: produk


minyak bumi yang berwujud cair dengan suhu 40 – 360 0C. (minyak
pelumas, bahan bakar diesel dan lain-lain).
Untuk menganalisa para meter ini menggunakan instrumen Flash Point
Tester.

Tujuan dari pengukuran titik nyala adalah untuk safety precautions


minyak, dengan mengetahui titik nyala, dapat diketahui banyak
sedikitnya komponen yang menguap sehingga mempengaruhi jumlah
pemakaian minyak serta dapat mendeteksi minyak itu palsu atau tidak.

 Titik Tuang (Pour Point)


Berdasarkan referensi dari ASTM D-97-96a
Titik tuang adalah temperatur terendah ketika sampel masih dapat
bergerak.
Manfaat parameter ini yaitu:

• Memberikan informasi suhu minyak mulai beku


• Memberikan informasi dalam penyimpanan maupun pemakaian
minyak

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis : beberapa


produk minyak bumi yang tidak mudah menguap seperti minyak
pelumas insulating, minyak hitam/black oil (minyak yang mengandung
bahan asphaltik), pelumas mesin, minyak bumi sisa destilasi/residue
fuel (heavy fuel oil).

Untuk menganalisis parameter ini menggunakan instrument Pour Point


Tester.

Nilai titik tuang berhubungan dengan daerah pemakaian atau kondisi


kerja pemakaian minyak.

 Warna (colour)
Berdasarkan referensi dari ASTM D 156-94
Angka warna adalah defenisi empiris dari warna suatu cairan produk
minyak bumi.

Manfaat parameter ini yaitu:

• Sebagai kontrol dalam pembuatan minyak bumi


• Sebagai indikasi dari derajat pemurnian produk minyak bumi
• Sebagai indikasi adanya kontaminasi dengan produk-produk lain.
Parameter analisis ini menggunakan instrumen Saybolt Cromometer
Warna minyak diukur untuk mengetahui sifat visual minyak, sehingga
dapat diinterpretasikan sifat fisiknya secara cepat untuk dianalisa.
Makin terjadi perubahan pada minyak (warna minyak makin
besar/pekat maka minyak dapat diinterpretasikan sudah terjadi
oksidasi dan polimerisasi).

 Karatan Tembaga (Copper Corosion)


Berdasarkan referensi dari ASTM D 130-94
Karatan tembaga adalah angka yang menunjukkan pengkaratan
terhadap tembaga yang disebabkan unsur (zat-zat aditif) yang terdapat
didalam minyak.

Manfaat parameter ini yaitu:


Dapat mengetahui relatif tingkat karatan dari produk minyak bumi.
Pengkaratan terhadap logam ini disebabkan oleh sisa kandungan
sulfur pada produk minyak bumi.

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis : minyak


pelumas, bahan bakar kereta api, bahan bakar pesawat, bahan bakar
diesel, minyak tanah, bensin murni, larutan pembersih serta produk
minyak bumi lainnya yang mempunyai tekanan uap lebih kecil dari 18
Psi
Untuk menganalisis parameter ini menggunakan instrumen Copper
Strip Tarnish. Makin besar nilai korosi tembaga maka minyak tidak
dapat dipergunakan.
 Residu Carbon (Carbon Residue)
Berdasarkan referensi dari ASTM D 189-97
Carbon Residu adalah sisa yang terbentuk dari material yang
mengandung Carbon setelah megalami penguapan dan degradasi
panas.

Manfaat parameter ini yaitu:


• dengan mengetahui nilai residu carbon akan mendapatkan indikasi
terbentuknya deposit pada pot pembakar ataupun combustion
chamber.
• Dengan mengetahui nilai residu carbon juga dapat mengetahui
indikasi kehadiran banyaknya zat aditif pada minyak.

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis : produk


minyak bumi yang tidak mudah menguap seperti minyak pelumas,
minyak ringan, minyak berat.
Makin banyak nilai residu carbon maka kecenderungan minyak
terbentuknya deposit (pengurangan).

 Nilai Sedimen (Sediment Content)


Berdasarkan referensi dari ASTM D 473-81
Nilai sedimen adalah sisa yang tertinggal setelah sampel diekstraksi
dengan Toluene panas.

Manfaat parameter ini yaitu:


• Sebagai informasi kemurnian dari sampel/minyak
• Sebagai indikasi adanya kontaminasi dengan zat lain

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis : minyak bumi


mentah, bahan bakar minyak.
Untuk menganalisa parameter ini menggunakan peralatan Ekstraksi
(pemisahan).
jika minyak menpunyai kadar sedimen yang besar maka kemurnian
dari minyak tersebut sangat jelek.

 Kadar Logam (Metal content)


Berdasarkan referensi dari ASTM D 4628-97
Kadar logam adalah banyaknya jumlah logam yang terkandung di
dalam minyak pelumas.

Manfaat parameter ini yaitu:


• Memberikan indikasi jumlah zat aditif yang terkandung didalam
minyak.

Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis : minyak


pelumas.
Untuk menganalisis parameter ini menggunakan instrumen Atomic
Absorption Spectrometer.
Analisa logam ini sangat membantu dalam membuat formula dalam
penambahan zat aditif.

 Spesific Gravity/Densitas
Berdasarkan referensi dari ASTM D 1298-85
Specific gravity adalah perbandingan massa dari zat cair per volume
pada suhu 15 C dengan massa dari air murni per volume pada suhu
15C.

Manfaat parameter ini yaitu:


• Mengetahui kondisi fisik kekentalan sampel
• Memberikan informasi penyimpanan dengan jumlah optimum
• Parameter analisis ini biasanya digunakan untuk analisis: minyak
bumi mentah, produk minyak bumi yang berwujud cair serta campuran
antara produk minyak bumi dengan produk lain (bukan produk minyak
bumi)
Untuk menganalisa parameter ini digunakan peralatan Hidrometer
 Kadar Gas (O2, CO, N2, CO2, H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, C3H6,
C4H8, I- C4H10)
Berdasarkan referensi dari ASTM D 2427-92
Manfaat parameter ini yaitu:
• Untuk mengetahui komposisi dari hidrokarbon ringan yang
terkandung di dalam sampel sehingga bermanfaat dalam
memberikan indikasi teroksidasinya minyak parameter analisis ini
biasanya digunakan untuk analisis : minyak pelumas dan bahan
bakar minyak.
Untuk menganalisa parameter ini diperlukan instrumen Gas
Chromathography.
C. Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau
fluida (gesekan internal fluida). Gaya viskos melawan gerakan sebagian fluida
reatif terhadap gaya yang lain. Viskositas adalah suatu pernyataan “tahanan
untuk mengalir” dari suatu sistem yang mendapatkan suatu tekanan. Semakin
kental suatu cairan, semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya
mengalir pada kecepatan tertentu
Faktor - faktor yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut
1. Tekanan Viskositas suatu zat cair akan naik jika dipengaruhi oleh
tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperatur Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan
viskositas gas akan naik dengan naiknya suhu. Pemanasan zat cair
menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekul-
molekul cairan bergerak sehingga menimbulkan gaya interaksi antar
molekul menjadi melemah. Dengan demikian viskositas suatu zat cair
akan turun dengan naiknya temperature
3. Kehadiran zat lain Penambahan gula tebu dapat mengakibatkan
meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambah seperti bahan
suspensi akan menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin,
adanya penambahan air akan menyebabkan viskositasnya menurun
karena gliserin maupun minyak akan semakin encer pada waktu
alirannya cepat.
4. Ukuran dan berat molekul Viskositas akan naik bersamaan dengan
naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan
minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi sehingga
viskositasnya juga tinggi.
5. Berat molekul Viskositas akan naik jika ikatan rangkap antar molekul
semakin banyak.
6. Kekuatan antar molekul Viskositas air akan naik dengan adanya ikatan
molekul hidrogen, viskositas molekul CPO dengan gugus OH pada
trigliserida naik dalam keadaan sama.
7. Konsentrasi larutan Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki
viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan
bahwa banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak pula partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.

Alat Ukur Viskositas


Cara menentukan nilai viskositas suatu zat dapat menggunakan alat yang
dinamakan viskometer. Ada beberapa tipe dari viskometer yang digunakan
antara lain :
1. Viscometer Oswald Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat
antara dua tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer
ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu
yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut.
2. Viscometer Cone dan Plate Cara pemakaian adalah sampel
ditempatkan di tengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga
posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan
bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang semi
transparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi akurasi dari alat ini, misalnya:
1. Dipakai pada cone dan plate
2. Ukuran sample
3. Waktu yang dibutuhkan untuk memungkinkan sampel untuk
menstabilkan pada plat sebelum terbaca.
4. Kebersihan kerucut dan plat
5. Jenis bahan, tinggi atau rendah viskositas, ukuran partikel

D. Penurunan kualitas oli dan penggantiannya

Daya guna oli pelumas pada engine lama-kelamaan akan menurun untuk
alasan sebagai berikut:
1. Karena adanya oksidasi
2. Pengkonsumsian bahan tambah
3. Pencampuran antara material-material asing, seperti serbuk logam dan
hasil pembakaran.

Dengan alasan tersebut, maka oli harus dilakukan penggantian secara


berkala yang disesuaikan dengan kondisi pengoperasian engine dan lama
penggunaan.

BAB III
PENYEBAB KEAUSAN OLI

A. Kontaminasi

Program Pemeriksaan Oli Berkala / S.O.S. mengidentifikasi dan


mengukur berbagai partikel pencemar di dalam oli yang mengakibatkan
kerusakan mesin. Misalnya adanya konsentrasi tinggi kandungan
tembaga menunjukan “ thrust washer” atau keausan bushing.

Konsentrasi tinggi chromium menunjukan kerusakan pada ring piston


( terkecuali pada ring-ring yang berlapis plasma)
Jadi program ini memberi peluang kepada kita untuk meneliti kondisi
masing-masing komponen itu dan, jika perlu, mengambil tindakan untuk
mencegah kerusakan lebih parah. Berikut ini beberapa contoh partikel
pencemar yang dapat terjadi dan apa akibat yang ditimbulkannya pada
kondisi mesin anda

1. Penyebab : Silikon

Akibat : ukuran silicon diatas normal menunjukan adanya problerm


besar. Oli yang mengandung silicon dapat mengakibatkan timbul
gumpalan pengikis yang akan mengikis permukaan logam sejumlah
komponen selama mesin beroperasi.
2. Penyebab : Sodium

Akibat : Peningkatan sodium secara tiba-tiba dapat mengakibatkan


kebocoran pada inhibitor dari system pendinginan. Inhibitor
mungkin menunjukan antibeku didalam system yang akan
menyebabkan oli menjadi encer dan berlumpur dan selanjutnya
menimbulkan regangan pada ring piston serta sumbatan pada filter.

3. Penyebab : Silikon, Chromium, Besi

Akibat : Perpaduan dari masuknya gejala-gejala kotoran ini


melewati system iduksi, dapat dipakai sebagai petunjuk adanya
keausan pada ring dan liner.

4. Penyebab : Silikon, Besi, Head, Aluminium


Akibat : Kombinasi partikel ini menunjukan terjadinya pengotoran
dalam porsi rendah pada mesin dan dapat dipakai sebagai petunjuk
adanya keausan pada poros engkol (crankshaft) dan bearing.
5. Penyebab : Aluminium

Akibat : Boleh jadi kritis. Konsentrasi kandungan aluminium


mengarah ke keausan bearing. Meskipun relative kecil peningkatan
kandungan elemen ini harus segera diperhatikan, sebab sekali
keausan menggerogoti crankshaft akan menimbulkan partikel
logam dalam jumlah besar yang terperangkap pada filter oli.

6. Penyebab : Besi

Akibat : Besi dapat berasal dari berbagai sumber. Besi bisa


berubah menjadi karat begitu mesin disimpan. Seringkali apabila
diikuti dengan kelalaian mengontrol oli, peningkatan kontaminasi
besi akan memperburuk keausan liner.
7. Penyebab : Jelaga

Akibat : Kandungan jelaga dalam kadar tinggi biasanya tidak


langsung menyebabkan kerusakan mesin, tetapi partikel ini tidak
mudah terurai, sehingga dapat menyumbat filter oli dan
menyusutkan bahan additive dispersant. Jelaga terlihat pada
terjadinya akselerasi kotoran dari gumpalan asap akibat penyetelan
kurang pas. Hal ini juga menunjukan pemakaian bahan bakar
berkualitas rendah.

8. Penyebab : Produk-produk Oksidasi

Akibat : Oksidasi merupakan reaksi kimiawi antara oli dan oksigen,


sama seperti pengkaratan akibat reaksi kimiawi antara besi dan
oksigen. Proses oksidasi oli terkendali oleh bahan additive penahan
oksidasi. Tetapi oksidasi dapat pula terjadi kapan saja jika oli
berhubungan dengan udara.

Pengoksidasian timbul dari unsure-unsur dalam gas pembakaran


pada mesin diesel, tinggi rendahnya temperature, serta partikel-
partikel pencemar tertentu (seperti tembaga dan glycol) sehingga
menimbulkan oksidasi. Meningkatnya proses oksidasi oli
menurunkan daya pelumasan oli, akibatnya oli akan mengental,
membentuk asam organic, menyumbat filter dan pada akhirnya
meregangkan ring, menumpukan deposit serta lapisan lain pada
piston.

9. Penyebab : Produk-produk Nitrasi

Akibat : Nitrasi terjadi di semua jenis mesin dan menjadi problema


besar terutama pada mesin berbahan bakar gas alam. Bahan-
bahan campuran nitrogen berasal dari proses pembakaran, oli
menjadi encer, kehilangan daya pelumasan dan cenderung
menimbulkan sumbatan pada filter, penumpukan deposit dalam
jumlah besar serta lapisan-lapisan tertentu.

10. Penyebab : Air

Akibat : Air yang tercemar dengan oli akan membentuk emulsi yang
akan menyumbat filter. Air dan oli dapat pula membentuk asam
penggerogot logam yang berbahaya. Pada kebanyakan
kontaminasi air mengakibatkan pemampatan di dalam bak engkol.
Kontaminasi lebih gawat lagi terjadi jika ada kebocoran pada
system pendinginan yang mengakibatkan air masuk kebagian luar
system oli mesin.

11. Penyebab : Bahan Bakar

Akibat : Kontaminasi bahan bakar menurunkan kadar kandungan


pelumasan oli. Oli tidak lagi memiliki lapisan penguat yang
dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan gesekan logam ke logam.
Akibatnya dapat merusakan bearing dan melonggarkan piston.

12. Penyebab : Belerang

Akibat : Adanya belerang menandakan bahaya terhadap semua


komponen mesin. Jenis keausan korosif akibat kandungan belerang
yang tinggi dapat menyebabkan pemakaian oli yang boros. Juga
lebih banyak pemakaian bahan bakar selama interval penggantian
oli, lebih besar jumlah kandungan belerang yang membentuk asam.
Karena itu, jika mesin beroperasi dengan beban berat harus lebih
sering diperiksa. Begitupun TBN nya harus seseringmungkin di
check. Pencemaran belerang bahan bakar dapat menimbulkan
regangan pada ring piston, dan keausan korosif pada permukaan
logam dari tankai katup, ring piston serta liner.
Kondisi pengoperasian mesin juga berperan besar terhadap jenis dan tingkat
kontaminasi pada oli. Misanya saja suasana yang kering dapat berpengaruh
terhadap kadar silicon. Contoh lain misalnya mesin yang menganggur pada
suatu saat dalam jangka waktu lama. Liner pada mesin akan cepat berkarat
secara luar biasa. Contoh oli akan memperlihatkan kadar kandungan besi
yang tinggi.

B.) Degradasi

Faktor lainnya berasal dari degradasi pada oli. Berikut beberapa akibat
terjadinya degradasi oli terhadap mesin anda:

1. Penyebab : Rendahnya Temperature Jacket Air


Akibat : Suhu udara diluar jacket air mempengaruhi pembentukan
asam korosif pada mesin. Pertama, meskipun kadar belerang bahan
bakar kurang dari 0.5%, tetapi suhu udara di bawah 79oC ( 175oF ),
memudahkan terbentuknya asam vapor dan terjadi serangan korosif.
Kedua, rendahnya suhu udara bereaksi dengan bahan additive,
melemahkan fungsi additive dan mengurangi daya lindung pada oli. Ini
bisa mengakibatkan penumpukan deposit, pembentukan lumpur,
pelapisan serta pengkarbonan yang pada gilirannya berakibat
meningkatkan letupan, pelapisan lubang liner dan peregangan pada
ring.
2. Penyebab : Tingginya Kelembaban Udara
Akibat : Pada saat kondisi pengoperasian pada tingkat kelembaban
85% atau lebih, besar kemungkinan terbentuknya gas asam akibat
besarnya kadar kandungan air di udara. Ini sangat memungkinkan
terjadinya serangan kororsif.
3. Penyebab : Pemakaian Oli
Akibat : Batas kapasitas konsumsi oli bisa memberikan informasi
tentang mesin. Penggantian oli, baik bertahap maupun sekaligus
merupakan gejala adanya keausan pada ring dan liner atau terjadinya
regangan pada ring. Penting diperhatikan bahwa jumlah oli yang cukup
(dengan tingkat TBN yang memadai atau cadangan alkalin yang
sesuai) akan terpompa kearah sabuk ring untuk menetralkan asam.
4. Penyebab : Rasio Beban / Kecepatan yang Tidak Tepat
Akibat : beban mesin menempati peranan yang sangat penting dalam
degradasi oli. Mesin yang dijalankan dengan kecepatan normal
berbeban tinggi akan mencapai efisiensi optimal baik bagi system
pelumasan maupun pendinginannya, beban dikurangi dengan mesin
beroperasi tetap pada kecepatan bahkan jika normal, maka pelumasan
dan system pendinginan akan juga tetap berfungsi secara efisien,
hanya mesin yang terlampau dingin dapat mengakibatkan kondensasi.
Kodisi demikian berpengaruh terhadap liner, ring dan meningkatkan
kepulan asap.
5. Penyebab : Bahan Bakar Tak Tepat
Akibat : Motor Penggerak Caterpillar dirancang berbahan bakar diesel
ASTM 975 No.2, karenanya kandungan bahan bakarnya haruslah
terdiri dari : kadar belerang kuran dari 0.5% nomer cetane minimum 40
viscositasnya 1.9 sampai 4.1 centistoke pada 40oC (104oF), titik
destilasi akhir 90% pada suhu 282oC (540oF) minimum dan 338oC
(640oF) maksimum. Bahan bakar dengan titik destilasi akhir lebih tinggi
bisa merusak sebab materi destilasi yang lebih berat tidak dapat
terbakar pada putaran kecepatan diesel. Mesin demikian akan
menimbulkan penumpukan jelaga dan produk-produk yang sulit atau
hanya sebahagian yang dapat terbakar, sehingga menyebabkan
pembentukan deposit. Kontaminasi kepulan asap akan terangkut turun
ke dinding silinder yang bisa memperberat bahan pelumas yang sudah
tercemari.
6. Penyebab : Kurangya Perawatan
Akibat : Salah satu diantara contoh kurangnya perawatan yaitu
diperpanjangnya interval penggantian oli beserta filternya sehingga
menyebabkan deposit yang meningkat dan sulit untuk menetapkan
kembali interval penggantian secara “normal”.

Anda mungkin juga menyukai