Anda di halaman 1dari 104

Welcome to…

Refine Crude Oil


Kerosene
Kerosine adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 170C sampai 250C,. Jika
kerosene digunakan sebagai bahan bakar engine diesel, akan terjadi problem-
problem sebagai berikut.

1. Fuel bekerja melumasi bagian-bagian dari system fuel yang bergesekan, seperti
plunger dalam pompa injeksi atau injector nozzle. Akan tetapi, kerosene mempunyai
viscosity rendah, sehinggai tidak dapat melumasi bagian-bagian bergersekan secara
sempurna. Ini berarti bahwa film oil hilang dan terjadi keausan yang abnormal atau
kerusakan.

2. Dibandingkan dengan minyak diesel/fuel (light/heavy), output power dengan


menggunakan kerosene turun 5 ~ 10%. Injeksi fuel pada engine diesel, yang
dikontrol adalah volume fuel. Kerosene mempunyai suatu pembangkit panas yang
besar per satuan beratnya, tetapi berat persatuan volume (specific gravity/berat jenis)
adalah rendah, sehingga sebagai akibatnya, jumlah energy panas persatuan volume
menjadi turun.
Fuel
FUEL (Light Diesel Oil)
Fuel ini adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 240 sampai 350C, dan
didistilasi setelah kerosene. Dari semua jenis-jenis bahan bakar, minyak ini
mempunyai sifat-sifat yang paling cocok untuk ignition, combustion, dan viscosity
yang diperlukan oleh engine diesel high-speed yang kecil, sehingga hampir
semua engine diesel high speed, termasuk engine-engine untuk mesin-mesin
konstruksi, menggunakan fuel ( light diesel oil ).

FUEL ( Heavy Diesel Oil )


Fuel ini mengandung light diesel oil yang masih bercampur minyak residu
( residual oil ), dan rentang titik didihnya sama dengan light diesel oil. Minyak
diesel berat ini digunakan sebagai bahan bakar boiler (mesin uap), heating
furnace ( tungku pemanas ), atau engine diesel medium-speed ukuran besar
atau medium.
Kriteria Seleksi Fuel
Specific Gravity
Viscosity dan Density
Destilation
Final Boiling Point
Kandungan Sulfur
Pour Point
Kandungan Karbon Residu
Cetane Number
Kandungan Abu
Kandungan Air
Specific Gravity

Perbandingan volume fuel dengan beratnya.


Dimana jika specific gravity-nya ( Sp ) tinggi dikatakan
heavy fuel, jika rendah adalah light fuel
Viscosity & Density

Interval viscosity dan density yang dianjurkan adalah:

• Viscosity : 1.5cST -- 4.5 cSt pada 40C

• Density : 810 -- 860 kg/m3 pada 15C


Destillation

Boilling range (tingkatan didih) adalah suatu sifat yang penting yang menentukan
kualitas fuel. Penentuan dari boiling range ditentukan dengan penggunaan ASTM Test
Method D86 atau D2887 (Gas Chromotography Test Method).

Meskipun banyak spesifikasi berisi hanya sebagian hasil-hasi distilasi (contoh


temperatur distilasi pada 90% Recovered), ini tidak cukup untuk menentukan
kualitas dan kecocokan dari fuel untuk penggunaan pada engine diesel. Hasil
fuel-fuel yang dicampur dengan unsur-unsur yang mempunyai didih tinggi dapat
mempengaruh pembakaran. Hanya fuel-fuel dengan minimum 99% perolehan dengan
destilasi yang harus digunakan.

( 90% temperatur distillasi : Temperatur dimana 90% dari fuel test menguap)
Final Boiling Point

Fuel dapat terbakar didalam suatu engine hanya setelah


diuapkan secara sempurna. Temperatur dimana fuel
teruapkan secara sempurna disebut sebagai “ End Point
Temperature ” pada ASTM D86 Distillation Test Method.
Temperatur titik didih dari fuel harus cukup rendah untuk
mendapatkan penguapan sempurna pada temperatur ruang
bakar.
Kandungan Sulfur

Reaksi (1)
S + O2 ------- > SO2

Reaksi (2)
2SO2+ O2 ---- > 2SO3

Reaksi (3)
SO3 + H2O ----- > H2SO4
Hubungan antara dew point dan kandungan SO3 didalam
gas pembakaran
Kandungan Sulfur di Fuel Oil
Pour Point
Kandungan Karbon Residu
Cetane Number
Kandungan Ash
Kandungan Air
Spesifikasi Fuel

Rekomendasi Komatsu
Efek pada Engine karena Produk
Pembakaran
Memperpanjang Umur Engine
• Menggunakan fuel yang berkualitas baik
• Menghindari kontaminasi debu, kotoran, dll
• Memastikan sistem pembakaran sempurna
• Preventive Maintenance secara periodik dan
baik
Lubricating System
Bahan Oli Pelumas

• Base Stocks
• Mineral Oil
• Syntetic Oil
Fungsi Oli Pelumas

Pelumas/ Lapisan film


Pendingin
Pencegah Korosi
Penyekat
Pembersih
Bantalan

Fungsi lain :
• Pemindah tenaga
• Isolasi
Komposisi Dasar Oli Pelumas

Hidrocarbon Paraffinic Hidrocarbon Naphthenic

Hidrocarbon Aromatic
Klasifikasi Pelumas
Kriteria Seleksi Oli

Additive
Flashing Point
Pour Point
Viskositas
TAN
TBN
n-Pentane Insoluble
Moisture - Demulsibility
Kandungan Ash
Komposisi Additive
Additive Oli Pelumas
Standard Viskositas Oli Pelumas

Klasifikasi Viskositas

Klasifikasi terlihat dalam


tabel. Huruf “W” artinya
“winter” dan menjamin oil
pada temperature rendah,
mudah mengalir.

Sebagai contoh :
Dalam Multigrade SAE 15W-
40, oil ini mempunyai
mempunyai kemampuan
pelumasan yang baik
sampai 150C, dan memiliki
viskositas sama seperti oli
SAE 40 pada temperatu
1000C.
Kategori Kualitas Oli Pelumas

Oli diklasifikasikan kedalam C Series (klas CA sampai CE) untuk engine diesel, dan S
series (klas SA sampai SG) untuk engine gasolin.
Oli engine klas CD telah memewati test charger (pembebanan) pada engine diesel
turbocharger silinder tunggal. Uji engine ini ialah untuk mengevaluasi kemampuan
pencegahan terhadap melekatnya (stuck) ring piston .
Oli klas CE baru-baru ini terlihat dipasaran, juga boleh digunakan. Oli CE ini telah diuji
pada engine Cummins dan truck Mack disamping klas CD.
Klasifikasi Oli
Batas Deteriorasi Oli Engine

* Pada engine Komatsu


Flashing Point
Titik nyala minyak diesel (fuel) kira-kira 70C., dan untuk oli engine adalah 180C-
270C. Jadi, jika fuel masuk bercampur dengan oli engine, titik nyala akan turun.
Oleh karena itu, kita dapat mendeteksi pencairan bahan bakar (fuel dilution)
dengan pengukuran flash point. Jika jumlah fuel didalam oli 4%, titik nyala
turun kiri-kira 15%, dan viskositas juga turun kira-kira 20%. Fuel bisa masuk
bercampur dengan oli disebabkan karena injection timing kurang tepat,
kebocoran saluran fuel, atau kegagalan yang berulang-ulang saat engine start.
Jika kandungan fuel menjadi tinggi akan menyebabkan piston scuffing dan juga
akan mengakibatkan keausan bearing atau macet
Viskositas

Visckositas adalah kemampuan fluida untuk dapat mengalir dilihat dari tingkat
kestabilannya/ hambatan untuk mengalir.
Viscosity dinyatakan sebagai Absolut Viscosity (P: Poise atau cP:centi-Poise) dan
Kinematic Viscosity (cSt: Centistoke)

Hubungannya adalah:
1cP = 0.01 P
1cSt = 1 /100 cP

Penurunan viscosity disebabkan karena pengenceran fuel (fuel dilution) atau


karena pencampuran dengan oli lain.
Kenaikan viscosity disebabkan karena oksidasi oli, atau karena kontaminasi
jelaga (soot), pasir, atau karena pencampuran dengan viscosity oli yang lain.
Viscosity oli terlalu tinggi atau terlalu rendah, keduanya sama-sama mempunyai
effect yang merugikan pada engine.
TAN ( Total Acid Number )
Total Acid Number menunjukan kondisi
oksidasi oli. Jika nilai TAN meningkat,
menunjukan kerusakan (deterioration) oli
dan penurunan performance oli.
Nilai Total Acid Number menunjukan berat
potassium (KOH) dalam mg yang
diperlukan untuk menetralkan asam yang
terkandung dalam 1 gram oli pengujian, dan
dinyatakan sebagai mgKOH/g. Karena
beberapa additive memiliki ke-asaman yang
lemah, umumnya nilai TAN oli baru adalah
2-4 mg KOH/g.
Penyebab oksidasi :
- Air dan udara
- Partikel Metal
- Temperatur
TBN ( Total Base Number )

Nilai TBN menunjukan sifat alkali dari additive didalam oli.


Angka TBN menyatakan jumlah basa yang diperlukan
untuk menetralisir acid yang dimasukan dalam 1 gram oli,
dan mengkonversikannya ke mg potassium hydroxide
(KOH). Nilai ini dinyatakan dalam satuan mg.KOH/g. Nilai
untuk oli baru pada umumnya adalah 6.0-13.0 mg.KOH/g.
Bila angka TBN menjadi dibawah 2.0 kinerja penetral asam
dari oli hilang dan dengan cepat meningkatkan korosif dan
terjadi keausan.
n – Pentane Insoluble

Nilai n-pentane insoluble


terutama berhubungan dengan
jumlah jelaga (soot) didalam oil
engine. Jika dengan
meningkatnya jelaga dalam oli,
kondisi oli memburuk,dan nilai
TAN naik. Jika nilai n-pentane
insoluble melebihi batas, akan
timbul kerusakan
bearing-bearing, piston dan liner
rusak(aus) atau filter buntu.
Banyaknya jelaga diakibatkan
karena kualitas fuel yang rendah,
atau pembakaran tidak sempurna
karena kerusakan pompa injeksi
dan nozle/injector, atau karena air
system buntu.
Moisture - Demulsibility
Air masuk kedalam oli dengan berbagai
cara:
• Bila temperatur didalam crankcase
turun, maka uap air yang ada didalam
crankcase akan menjadi embun
(moisture) / butiran air dan
mengkontaminasi oli didalam crankcase.
Uap air berasal dari kelembaban
(hummidity) udara dan dari gas hasil
pembakaran yang masuk ke-crankcase
lewat ring piston (blow-by)
• Kebocoran seal silinder liner, dari
cooling system.

Batas kandungan air didalam oli engine


didalam crank case harus dibawah 2 %

Demulsibility adalah kemampuan oli


untuk dapat memisahkan dengan air.
Kontaminasi - Deteriorasi
• Kontaminasi
peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari luar.
- Internal Kontaminasi ( keausan part, soot, fuel )
- Eksternal Kontaminasi ( air, debu )

• Deteriorasi
peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dalam oli itu sendiri
( oksidasi, additive, temperatur tinggi/ rendah, nitrasi )
DETERIORASI & KONTAMINASI
Pengaruh Fuel terhadap Oli
Kandungan Sulfur – Nilai TBN

Diagram disebelah kanan


memperlihatkan
hubungan antara kandungan sulfur
yang terdapat didalam fuel dengan
nilai basa/alkali (TBN). Nilai TBN
sangat menurun bila kadar (%) sulfur
dalam fuel semakin tinggi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengetahui kandungan sulfur dalam
penseleksian fuel yang layak
digunakan.
Kandungan Sulfur – n Pentane Insoluble

Fuel dengan kadar sulfur tinggi


dihasilkan banyak sekali jelaga
(soot) dari hasil pembakarannya.
Bila jumlah jelaga meningkat,
viskositas-pun naik, akibatnya
fungsi pelumas menurun. Hal ini
menyebabkan problem-problem
seperti keausan abnormal dan
penyumbatan filter oli.
Proses Pembakaran Sempurna
Viskositas - Temperatur
Kekuatan film oli berbeda untuk setiap
tingkat viskositas. Bila oli
berviskositas rendah digunakan pada
temperatur tinggi akan pecah, dan
menyebabkan kerusakan pada bearing.
Gambar sebelah kanan menunjukan
hubungan antara tingkat viscositas oli
dengan temperatur
kerusakan/kemacetan bearing.
Adalah penting untuk memilih oli
sesuai dengan temperatur ambient-
nya, dan harus diperhatikan terhadap
perubahan viskositas yang disebabkan
engine overheating atau pendingin oli
(oil cooler) kurang sempurna.
Umur Oli - Temperatur

Bila temperatur oli naik, mengakibatkan


tidak hanya viskositasnya menurun, tetapi
umur oli-pun akan berkurang. Seperti
dapat dilihat dari gambar sebelah kanan,
umur oli engine berkurang kira-kira 50%
kalau oli digunakan pada temperatur 10
diatas temperaatur yang dispesifikasikan.
Dengan alasan ini, perlu diperhatikan
untuk mencegah naiknya temperatur oli
yang disebabkan overheating karena
kerusakan water pump, radiator
tersumbat, atau air pendingin kurang. Jika
temperatur oli engine naik, cari
penyebabnya dan atasi.
Multi Grade Oil
Memperpanjang Umur Engine

• Menggunakan oli yang tepat


• Menghindari kontaminasi
• Menggunakan fuel yang tepat
• Preventive Maintenance secara periodik
• Menghindari overheat terus menerus
• Menghindari exhaust temperatur yang terlalu tinggi
Cooling System
Coolant
Karakteristik Air

• Jenis dan kuantitas pengotor


• Pengaruh asam karbonat
• Daya larut dan Mutual reaction dari garam
• Kekerasan ( hardness )
• Korosif pengaruh dari air
• Titik didih
JENIS DAN KUANTITAS PENGOTORAN
• Sodium chlorida (NaCl), garam-garam senyawa antara calcium (Ca), magesium
(Mg), iron (Fe), mangan (Mn) dengan chlorida, sulphat, carbonat, nitrat, nitrit, dan
zat-zat organik.

PENGARUH ASAM CARBONAT


• Asam carbonat dapat menguraikan senyawa-senyawa sulfida, menghasilkan
hydrogen sulfida. Zat ini menjadikan suatu pencemaran dalam air bawah tanah.

DAYA LARUT DAN MUTUAL REACTION DARI GARAM


• Reaksi mutual dari garam-garam sangat mempengaruhi kemampuan air untuk
melarutkan zat-zat. Oleh sebab itu, didalam air garam, zat-zat lebih mudah larut
Kekerasan ( Hardness )

Besi dan mangan pada umumnya terkandung dalam air hanya dalam kuantitas yang kecil.
Kekerasan (hardness) terbentuk karena adanya kandungan limestone (CaCO3, calcium
carbonat), dan magnesia (MgCO3, magnesium carbonat). Kekerasan dari air ditentukan
dengan banyaknya zat-zat ini yang larut didalam air. Senyawa-senyawa kimia ini larut dan
membentuk scale (kerak) dan endapaan.

• Kekerasan (hardness) air dinyatakan dengan :


1. German Hardness

2. French hardness

3. British hardness
Kategori Kekerasan Air ( German Hardness )
Air yang baik sebagai Cooling

• Mengandung tingkat pencemaran / kotoran yang rendah.


• Air tawar tidak mengandung garam.
• Air dengan tingkat kekerasan yang rendah.
• Atau air yang memenuhi standard kualitas untuk:
- City water (air ledeng)
- Air suling
- Air yang telah diolah dengan alat pelunak air (water
treatment) atau alat pembersih ( purifying )
Problem Air Cooling yang Jelek

RUST SCALE

Efek : Efek :
Korosi disemua tempat Efek pendinginan berkurang
Pengaruh Scale

Akibat penempelan scale pada permukaan dinding saluran


pendingin, cooling effect menjadi turun fungsinya,
sehingga terjadi problem:
• Overheating, karena scale menghambat heat transfer.
• Kerusakan piston dan liner.
• Pitting.
Pengaruh Korosif pada Air

Jika metal dicelupkan kedalam air, timbul suatu perbedaan


electric potential, dan hal ini seperti suatu cell (accu) yang
kecil yang menghasilkan arus listrik.
Jika ada oxygen terurai didalam air(peristiwa elektrolisa),
ini menyebabkan terjadi peng-oksidasi-an hydrogen,
mengakibatkan korosif. Lapisan tipis air yang melekat
pada permukaan material komponen mesin akan
menimbulkan karat dan mengembangkan korosif
Standard Kualitas City Water

• Nilai pH : 6.8 - 7.5

• Total hardness (CaO) : Max. 5 Ppm

• Mengandung ion sulfat (SO42-) : Max. 5 Ppm

• Mengandung ion chlorida (Cl-) : Max. 5 Ppm


Titik Didih Air

Tekanan Sistem
pendingin/ Cooling
system
Radiator Valve

Pressure Valve Vacuum Valve


Corrosion Resistor

Inhibitor

Paper Element

Membersihkan air pendingin dan inhibitor yang


larut di dalam air pendingin
Inhibitor

Zat kimia padat berwarna putih larut dalam air dan


membentuk lapisan film pada permukaan luar silinder
liner, dan juga membuat lebih sukar untuk scale melekat
pada permukaan silider liner pada block.
Zat kimia tsb dapat membuyarkan scale dan
mencampurkan dalam air, dan membuangnya bersama air
pendingin saat penggantian air.
Jika zat kimia yang dilarutkan terlalu lama dan telah
menjadi lebih rendah concentrate-nya atau encer karena
sering penambahan air pada sistim pendingin, secara
bertahap akan hilang efeknya.
Pemakaian Inhibitor
7 Jenis Inhibitor

1. BUFFER AGENT, berfungsi meningkatkan sifat alkali/basa pada air,sehingga


dapat mencegah korosi pada cast iron, tidak berfungsi untuk aluminium.

2. IRON CORROSION INHIBITOR, membuat lapisan film pada permukaan (liner)


cast iron, untuk mencegah corrosion.

3. CAVITATION PITTING INHIBITOR, mencegah timbulnya gelembung udara.

4. ALUMINIUM CORROSION INHIBITOR, mencegah korosi pada aluminium.

5. COPPER, COPPER ALLOY CORROSION INHIBITOR, mencegah korosi pada


copper (tembaga) dan pada brass (kuningan).

6. ANTI-SCALE ADDITIVE, mencegah terbentuknya scale.

7. ANTI-FOAM AGENT, mencegah terjadi cavitation.


Supplement Coolant Additive
( SCA )
FUNGSI :

•PENCEGAHAN KOROSI PADA METAL

•PENCEGAHAN PEMBENTUKAN DEPOSIT DARI MINERAL

•PENCEGAHAN CAVITATION PADA CYLINDER LINER

•MENGURANGI BUSA DARI COOLANT


Grafik Alkali & Asam terhadap Korosi
Antifreeze
Antifreeze digunakan untuk mencegah kerusakan engine yang disebabkan karena
membekunya air pendingin pada daerah yang bertemperatur dingin (winter). Air
membeku pada 0C, tetapi jika beberapa additive dilarutkan dalam air, titik beku
(freezing point) akan menjadi lebih rendah. Air lautmengandung garam, sehingga
air laut membeku sekitar –2.5C. Jika pada air concentrate garam dinaikan titik beku
air akan menjadi rendah lagi. Akan tetapi,kita tidak dapat melakukan penambahan
garam pada sistim pendingin, karena garam bersifat sangat korosif, yang akan
merusak komponen engine.

Oleh sebab itu, pada daerah dingin dimana temperatur udara luar dibawah 0C harus
ditambahkan ANTIFREEZE untuk mencegah pembekuan. Perlu diketahui, jika air
membeku volumenya akan bertambah 1.1 kali; enegy yang dihasilkan karena
pembekuan air didalam saluran pendingin ini akan memecahkan cyllinder liner,
water jacket, radiator bocor dll. yang berhubungan dengan air pendingin.
Temperatur pembekuan berbeda tergantung jumlah (concentrate) antifreeze yang
dicampurkan, juga tergantung jenis antifreeze dan manufacturenya
Mekanisme Penghambatan Korosif
Mekanisme terjadinya Pitting
Aeration

Proses udara masuk ke dalam cooling sistem ketika terjadi


kebocoran udara masuk kedalam cooling sistem.
- Busa dan gelembung udara menyebabkan pitting komponen
( waterpump )
- Busa dan gelembung udara meningkat jika exhaust gas masuk
ke cooling system
Air Intake System
Komposisi Udara

Pada engine, untuk


mengasilkan power
(expansion), sejumlah fuel
yang diinjeksikan kedalam
cylinder dibakar.
Untuk proses pembakaran
fuel ini diperlukan sejumlah
oxygen (O2), yang diambil
dari udara disekelilingnya.
Oxigen yang terkandung
didalam udara hanya 21%
dari volume udara
Reaksi Pembakaran

Bila fuel dan oxygen dimasukkan bersama didalam


suatu ruangan dengan temperatur
tinggi dan tekanan tinggi, molekul-molekul fuel
terlepas dari gabungannya dan
mengurai menjadi atom-atom carbon (C) dan atom-
atom hydrogen (H). Kemudian atom-atom dengan
cepat bereaksi dengan atom-atom oxygen (O2)
membentuk gas carbon dioksida (CO2) dan air H2O
(uap air pada temperatur tinggi).

CnH2n + 3/2 nO2 nCO2 + nH2O


Excess Air Ratio
Teoritical :

Fuel 1 gram
Air 14,5 gram (12 liter)

Berat Udara Aktual


Excess Air Ratio =
Berat Fuel yang Diinjeksikan X 14.5

Excess air tujuannya adalah:


• Pembakaran fuel selama engine bekerja tetap sempurna, sehingga menghasilkan power yang optimum
pada semua kondisi kerja engine.
• Excess air menyerap panas hasil pembakaran juga,sehingga temperatur exhaust gas relative
rendah(sebagai peredam).
Reaksi Pembakaran
• Pembakaran sempurna
CnH2n + 3/2nO2 nCO2 + nH2O
S + O2 SO2
2SO2 + O2 2SO3 Ini terjadi kalau fuel mengandung sulfur
SO3 + H2O H2SO4

• Pembakaran tidak sempurna (kurang oxygen)


CnH2n + 9/8n O2 1/4nC+ 1/4nCO + 1/2nCO2 + nH2O
#Pada kondisi reaksi pembakaran tidak sempurna juga terjadi reaksi sulfur dengan
Oxygen,menghasilkan asam sulfat yang korosif.
#Atom bebas carbon (C) berupa partikel-partikel hitam (black smoke)
#Gas carbon monoksida (CO) berbahaya

• Kalau temperatur pembakaran terlalu tinggi selain reaksi diatas, gas N2 yang tekandung didalam
udara (±78%) bereaksi dengan oxygen membentuk gasgas NOx, NO dan NO2. Gas Nox dan NO juga
berbahaya bagi kesehatan.

• Untuk menghindari hal diatas udara yang disupply keruang bakar harus lebih besar dari berat udara
teoritis. (Excess air ratio 1.5 – 2.0, pada full load), dengan menjaga restriction dari air cleaner
maksimum 25 inch H2O (650 mm H2O).
Diesel Emission
Heat Balance & Emisi
KEPEDULIAN KITA TERHADAP
KUALITAS MAINTENANCE
SANGAT MENENTUKAN UMUR
DAN PERFORMANCE
PERALATAN KITA

Anda mungkin juga menyukai