Anda di halaman 1dari 31

TUGAS

TEKNIK PEMELIHARAAN & PERBAIKAN

OLEH :
ARYA FEBRIAN SEMBIRING
NIM : 2005012004
ME-3H

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


JURUSAN TEKNIK MESIN
2021
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
1 . Proses menghasilkan pelumas..........................................................................................................4
2 .  Jenis-jenis pelumasan, kegunaannya & Pelumas yang tidak baik/kerusakan..................................7
3 . Mesin-mesin yang digunakan...........................................................................................................8
4.   Maintenance....................................................................................................................................9
5 . Case study (Penelitian tentang pelumasan)....................................................................................10
BAB II...................................................................................................................................................16
1 . Proses Recyling Pelumasan.............................................................................................................16
Teknologi penjernihan minyak pelumas..............................................................................................16
2 . Mesin mesin yang digunakan..........................................................................................................17
metode rerefining minyak pelumas bekas...........................................................................................21
3 . Maintenance...................................................................................................................................25
4 .  Case study (Penelitian tentang Recyling pelumasan).....................................................................25
BAB III..................................................................................................................................................27
BAHAN ADITIF......................................................................................................................................27
1 . Macam-macam aditif kegunaan dan fungsi....................................................................................27
2 . Case study (Penelitian tentang aditif  pelumasan...........................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................31
BAB I

1 . Proses menghasilkan pelumas


Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi.
Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua permukaan yang
berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Salah satu penggunaan pelumas paling utama adalah oli mesin yang dipakai pada mesin
pembakaran dalam.

Fungsi pelumas:
 Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas sebab oli dapat membentuk
suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan logam
dengan logam.
 Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian yang
mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem
pendingin. Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada
bagian bagian mesin.
 Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
 Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.

Bahan yang banyak digunakan sebagai pelumas


➢ Grafit
➢ Molibdenum disulfida (MoS2)
➢ Pelumas padat Heksagonal Boron Nitrida (h-BN)
➢ Polytetrafluoroethylene (PTFE))

Bahan Pelumas
 Base Oil Merupakan bahan dasar pelumas.
 Additive Merupakan Bahan tambahan. berasal dari campuran base oil dengan
beberapa tambahan bahan kimia, bisa juga berupa 100% bahan kimia.

Proses pembuatan :
 Proses ekstraksi sendiri memiliki beberapa tahapan diantaranya Destilasi, De-asphalting,
Ekstraksi, Dewaxing dan Finishing Proses konversi sendiri memiliki beberapa tahapan
diantaranya Destilasi, Hidrocracking, Hydrodewaxing, dan Hydrotreating,
1 . Ekstraksi
 Proses destilasi: memisahkan campuran residu atmosfer menjadi fraksi-fraksi
berdasarkan berat molekul dan viskositasnya.
 Deasphalting: pemisahan hasil fraksinasi menjadi dua produk yakni minyak aspal dan
aspal
 Proses Ekstraksi: SPO, LMO, dan MMO hasil akan dipisah kandungan aromatiknya
melalui ekstraksi dengan pelarut fulfural menghasilkan rafinat
 Dewaxing : Rafinat hasil akan dipisahkan dari kandungan parafin wax yang masih
tinggi denngan proses kristalisasi dengan pelarut metil-etil-keton (MEK)
 Finishing : pencampuran base oil dengan aditif hingga diperoleh mutu baik sesuai
kebutuhan mesin

2 . konversi
 Proses destilasi: memisahkan campuran residu atmosfer menjadi fraksi-fraksi
berdasarkan berat molekul dan viskositasnya.
 Hidrocracking: Cincin karbon naphthenic dan aromatik rusak, dan bergabung kembali
menggunakan hidrogen membentuk iso-parafin
 Hydrodewaxing: penggunaan reaksi hidrogenasi dan katalis khusus untuk merubah
parafin normal menjadi iso-parafin yang diinginkan
 Hydrotreating :Pembuatan senyawa jenuh menjadi tak jenuh sehingga lebih stabil dan
lebih mampu menahan reaksi oksidasi

Ekstraksi
 Berwarna
 Indeks Viskositas minyak dasar lebih rendah
 Residu karbon lebih banyak
 TAN pada minyak dasar lebih tinggi
 Demulsibility kurang baik
 Kurang resisten terhadap oksidasi
 Kurang stabil pada suhu tinggi
Konversi
 Jernih dan tidak berwarna
 Indeks Viskositas minyak dasar lebih tinggi
 Residu karbon lebih sedikit
 Total Acid Number (TAN) pada minyak dasar lebih rendah
 Demulsibility lebih baik
 Lebih resisten terhadap oksidasi
 Stabil pada suhu tinggi
2 .  Jenis-jenis pelumasan, kegunaannya & Pelumas yang tidak baik/kerusakan
Klasifikasi Pelumas Pelumas Cair (liquid) ,Semi liquid (grease), Pelumas padat.
Pelumas Liquid
Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim kita temui
sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun sistem lainnya.

Oli Paraffinic (parafin)


 Diproduksi melalui proses pemecahan molekul hidrokarbon minyak bumi atau biasa
dikenal dengan hydrocracking.
 Sebagian besar molekul oli parafin memiliki struktur molekul rantai hidrokarbon
panjang dan tidak bercincin.
 Oli ini memiliki titik temperatur bakar tinggi serta titik temperatur alir (pour point)
tinggi.
 Oli parafin sangat baik digunakan pada mesin manufaktur, untuk pelumas mesin
industri, serta pada proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas.

Oli Naphtenic
 diproduksi dari minyak bumi melalui proses distilasi atau penyulingan.
 Sebagian besar molekul oli naphtenic memiliki struktur cincin hidrokarbon jenuh.
 oli tipe ini memiliki tingkat viskositas rendah, titik bakar rendah (mudah terbakar),
titik alir rendah, serta ketahanan terhadap oksidasi yang relatif rendah.
 Digunakan untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses permesinan

Aromatic oil
 Hasil dari proses pemurnian lebih lanjut dari oli parafin. Melalui proses pemurnian
tersebut didapatkan oli dengan struktur hidrokarbon cincin-tak-jenuh.
 Cincin hidrokarbon tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak mudah putus, sehingga
oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi.
 Pelumas oli aromatik berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal
manufaktur, serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
Jenis Oli Sintetis:Polyalphaolefins (PAO) ,Polyglycols (PAG) Oli Ester , Silikon, oli semi-
sintetis.
Pelumas Semi-Cair (Grease)
• Pelumas grease dibuat dengan jalan mengemulsi oli mineral atau oli nabati dengan
pengemulsi metalik atau air pada suhu 400-600°F (204-316°C).
• Proses ini didapatkan sebuah jenis pelumas yang memiliki tingkat kekentalan tinggi
melebihi viskositas oli dan cenderung padat.

Pelumas Padat
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki bentuk fase padat.
Karakter gesekan kecil pada permukaan bahan pelumas padat tersebut terjadi karena struktur
molekul berlapis dengan ikatan lemah antar lapisan molekulnya. Masing-masing lapisan
molekul dapat bergeser relatif terhadap lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja,
inilah yang membuat pelumas padat memiliki gaya gesekan rendah.

3 . Mesin-mesin yang digunakan


Oil harus memenuhi syarat teknis seperti memenuhi standar SAE. Juga memenuhi
standard API (American Petroleum Institute) yang ditetapkan berdasarkan uji additive yang
dilakukan produsen pembuat additive di negara asalnya.Yang tidak kalah penting adalah
melakukan uji friksi agar memenuhi standar JASO (Japanese Automotive Standards
Organization) yang ditetapkan. Untuk bagian uji friksi pihak PT Federal Karyatama
melakukannya di Jepang.Jika resepnya sudah di tangan, tinggal dilakukan proses produksi.
Material pertama yang harus ada adalah base oil. Untuk Federal Oil, digunakan base oil
terbaik dengan kadar sulfur sangat rendah yaitu kurang dari 0,3 persen.Langkah lanjutan
adalah base oil ini dicampur dengan polimer untuk mendapatkan nilai SAE lewat proses
blending.
SAE adalah klasifikasi oli menurut viskositasnya, seperti 10W-30 atau 20W-40.
Sedikit berbeda, proses blending base oil dan polimer yang dilakukan oleh PT Federal
Karyatama menggunakan tangki berbentuk tabung berukuran besar.Hal ini dilakukan karena
polimer yang digunakan Federal Oil berbeda dengan produsen kebanyakan. "Kita
menggunakan polimer yang berbeda. Material dasarnya lebih besar sehingga butuh alat yang
lebih besar pula. Setelah itu, oli hasil blanding base oil dan polimer dicampur dengan
additives package. Proses pencampuran ini dilakukan di suhu yang sangat tinggi. "Karena
semua serba otomatis, pada proses ini hanya sedikit sekali operatornya. Tenaga manusia
hanya untuk mengontrol semuanya berjalan sesuai prosedur," yakin Priyo sambil menunjukan
tangki-tangki berukuran besar sebagai tempat untuk memasak oli-olinya.
Setelah matang, oli harus didinginkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Beneran
nih sudah bisa digunakan, tapi masa harus mengambilnya dari tangki .Makanya, ada satu
proses lagi yaitu pengemasan.

4.   Maintenance
Perawatan yang dilakukan adalah dengan menggantikan part part yang sudah aus agar kinerja
maksimal . misalkan pun belum rusak parah atau masih layak digunakan tetap digantikan dengan yang
baru agar saat mesin digunakan tetap berjalan dengan baik.dan setiap digunakan diusahakan
dibersihkan agar mencegah timulnya karatan . dan selalu tanggap saat bekerja karena mungkin saja
mesin sewaktu waktu bisa rusak tak terduga .
5 . Case study (Penelitian tentang pelumasan)
PROSES PEMBUATAN MINYAK PELUMAS MINERAL MINYAK BUMI
ABSTRAK:
Minyak Pelumas mineral (base mineral oil) merupakan salah satu produk dari fraksi minyak
bumi (crude oil) yang telah melalui berbagai proses pengilangan di kilang. Agar dapat
memperoleh fraksi minyak pelumas dari minyak bumi diperlukan berbagai macam proses
untuk memperoleh sifat penting dari minyak pelumas. Karena kandungan dalam minyak
bumi yang memiliki senyawa hidro karbon dalam jumlah banyak dan sangat kompleks.
Untuk memperoleh minyak pelumas dengan kualitas bagus maka diperlukan unit proses yang
banyak dan saling terintegrasi satu dengan yang lainnya supaya dalam pelumas tidak
mengandung sifat jelek untuk nantinya digunakan pada mesin atau komponen mekanik
maupun kendaraan bermotor.
Kata kunci: pelumas, minyak bumi, proses, mesin

1 . PENDAHULUAN
Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjuta-juta senyawa
kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari dekomposisi
yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan (William, 1995). Menurut (Jasji,
1996) Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya terdiri dari unsur
karbon dan hydrogen dikelompokan kedalam senyawa hidrokarbon. Sifat-sifat minyak bumi
sangat bervariasi dan jenis produk yang dapat dihasilkan juga dapat sangat banyak. Suatu
operasi yang tentu dioperasi di dalam semua kilang adalah destilasi yang memisahkan
minyak bumi kedalam fraksi fraksinya berdasarkan daerah didihnya.

Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak jumlahnya, dapat sederhana atau
kompleks, tergantung pada produk-produk yang akan dibuat (Hardjono, 2001). Terdapat
beberapa macam cara penggolongan produk jadi yang dihasilkan oleh kilang minyak.
Diantaranya produk jadi kilang minyak dapat dibagi menjadi produk bahan bakar minyak
(BBM) dan produk bukan bahan bakar minyak (BBBM). Produk jadi BBBM berupa LPG,
pelarut, minyak pelumas (oli), gemuk, aspal, malam parafin, hitam karbon dan kokas. Minyak
pelumas (oli) terdapat dalam bagian minyak bimu yang mempunyai daerah didih yang paling
tinggi, yaitu sekitar 400oC keatas. Fraksi minyak pelumas (oli) dipisahkan dari residu hasil
distilasi minyak bumi dengan dengan distilasi hampa (Hardjono, 2001).
Pelumas merupakan zat kimia yang umumnya berupa cairan yang diberikan di antara
dua benda bergerak dengan tujuan untuk mengurangi gaya gesek. Sedangkan pelumasan
adalah tindakan menempatkan pelumas antara permukaan yang saling bergeser untuk
mengurangi keausan dan friksi (Sukirno, 2010). Konsumsi pelumas di Indonesia bertambah
1,8 % dari tahun 2010 ke tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2014). Konsumsi pelumas
meningkat sebanding peningkatan industri otomotif. Salah satu penggunaan pelumas paling
utama adalah pelumas mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam (internal
combustion). Minyak pelumas mesin atau yang lebih dikenal sebagai oli mesin banyak ragam
dan macamnya. Bergantung pada jenis penggunaan mesin itu sendiri yang membutuhkan oli
yang tepat untuk menambah atau mengawetkan usia pakai (life time) mesin. Keadaan
optimum pelumasan logam dapat dicapai jika permukaan logam yang bersentuhan dilapisi
secara sempurna oleh minyak pelumas, guna mendapatkan minyak pelumas yang sempurna.
Karakteristik dan jenis oli yang digunakan harus diperhatikan (Mujiman, 2011). Pelumas
mesin yang banyak beredar di pasaran saat ini secara komersial adalah jenis pelumas dengan
bahan dasar minyak mineral dan minyak sintetis.
Pelumas berbahan dasar minyak mineral berasal dari minyak mentah yang biasanya
terdiri dari senyawa parafin, naftalena, dan aromatik (Nugrahani, 2007). Minyak mineral ini
memiliki sifat tidak berwarna, transparan, tidak berbau, dan tersusun dari campuran senyawa
organik sederhana. Kelebihan dari minyak pelumas berbahan dasar mineral adalah memiliki
sifat fisik dan kimia yang mudah dikontrol, harganya murah dibandingkan minyak pelumas
berbahan dasar sintetis, mudah dicampur engan bahan aditif untuk menambah kualitas
pelumas. Minyak pelumas berbahan sintetis merupakan minyak pelumas yang biasanya
ditambah dengan senyawa kimia tertentu yang tidak ada dalam minyak mineral. Semakin
banyaknya jenis pelumas saat ini, tentu membuat konsumen dihadapkan pada berbagai
pilihan pelumas, karena pada umumnya produsen pelumas mengklaim pelumas mereka yang
paling baik. Konsumen sangat membutuhkan produk pelumas yang bermutu tinggi dan
tersedia pada saat dibutuhkan. Hasil yang ingin dicapai dari karya tulis ini merupakan untuk
mengetahui bagaimana proses pembuatan minyak pelumas mineral (base mineral oil).

2. PEMBAHASAN

2.1. Minyak Pelumas

Bahan dasar pelumas adalah menyiapkan pemilihan minyak bumi oleh proses dan
proses yang dipilih adalah proses khusus yang memenuhi sifat yang dikehendaki. Dan bahan
kimia yang ditambahkan, digunakan untuk memberi sifat yang dikehendaki pada bahan dasar
pelumas yang kurang baik atau untuk memenaikan dan memperbaiki sifat yang ada Sifat –
sifat yang penting yang diperhatikan yaitu:

1. Kekentalan

2. Perubahan kekentalan terhadap perubahan suhu

3. Titik beku
4. Tahanan terhadap oksidas

5. Titik nyala

6. Titik didih

7. Sifat asam

2.2. Klasifikasi Pelumas Berdasarkan Kekentalan

Klasifikasi pelumas berdasarkan kekentalan Berdasarkan viskositas atau kekentalan


yang dinyatakan dalam nomornomor Society of Automotive Engineer (SAE). Angka SAE
yang lebih besar menunjukkan minyak pelumas yang lebih kental. Contohnya adalah oli
monograde dan oli multigrade. Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya
dinyatakan hanya satu angka misalnya DEO SAE 30. Sedangkan oli multigrade, yaitu oli
yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam lebih dari satu angka. Contoh DEO SAE 15W-
40.

2.3. KARAKTERISTIK MUTU PELUMAS

Oli atau minyak pelumas memiliki ciri-ciri fisik antara lain :

a. Viskositas Viskositas atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari
mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standar. Makin besar
perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viskositasnya, begitu pula sebaliknya.

b. Indeks viskositas Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak
pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil
perubahan viskositas-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai indeks viskositas ini
terbagi dalam 3 golongan, yaitu: • High Viscosity Index (HVI) di atas 80. • Medium
Viscosity Index (MVI) 40–80. • Low Viscosity Index (LVI) di bawah 40.

Viskositas Indeks (VI) yang tinggi, makin rendah perubahan viskositas bila diberikan
perubahan panas VI minyak alami memberikan nilai jarak yang negative untuk minyak jenis
napten memberikan kurang lebih 100 untuk minyak jenis parafin. Minyak diproses khusus
dan bahan kimia yang ditambahkan dapat memunyai viskositas indeks 130 dan sangat tinggi.
Aditive seperti halnya Polyisobutilen dan asam polymethacrilik ester dicampur dengan
sempurna dengan bahan dasar pelumas untuk memperbaiki sifat perubahan viscositasnya
terhadap suhu.dari minyak jadi. Pelumas kendaraan harus cukup tipis pada suhu rendah untuk
mengijinkan start yang mudah dan kekentalan yang cukup pada suhu operasi kendaraan ( 180
sampai 2500F atau 80 sampai 12000C) Untuk menurunkan gesekan dan kebocoran dengan
memberikan lapisan cairan secara kontinyu antara kedua permukaan logam. Titik beku adalah
suhu terendah dimana minyak akan tetap mengalir dibawah kondisi suhu standar yang di
tentukan pada 50F atau 3 0C ditetpkan sebagai titik bekudari minyak . Pada kendaraan
bermotor titik beku yang rendah adalah hal yangsangat penting untuk mencapai kasus untuk
start dan yang diperlukan dalam kemapuan untuk di start dalam kondisi dingin. Ada dua
bentuk titik beku yaitu titik beku kekentalan dan titik beku lilin. Titik beku kekentalan derajat
yang mendkati sebagi temperatur bila diturunkan dan kekentalan minyak naik. Sampai
minyak tidak bisa mengalir kondisi dibawah suhu pengujian Titik beku lilin terjadi sbagai
mana kristal wax mengendap dari larutan dan menyak membeku. Tambahan bahan yang
menyebabkan sifat kristal lilin dapat digunakan pada suhu titik beku yang rendah dari minyak
bahan dasar jenis parafin.Ini adalah suhu starting kristal dari parafin wax. Tahanan terhadap
oksidasi Suhu yang tinggi terhadap operasi mesin pembakaran dalam menghasilkan reaksi
oksidasi pada pelumas motor. Hal ini adalah kenyataan yang khusus untuk minyak yang hadir
dalam kaitanya dengan kepala torak dimana suhunya berkisar 500 samapi dengan 750 0F
(280 sampai dengan 400 0C)Proses oksidasi menyebabkan terbentuknya coke dan lapisan
bahan dari aspaltik dari bahan dasar parafin dan lumpur dari bahan dasar naphtenik. Aditiv
anti oksidan sepeerti senyawa phenol dan zing ditio phospat ditambahkan untuk mencapur
minyak agar tahan terhadap oksidasi dan segala akibatnya.
a . Titik nyala
Titik nyala dari minyak mempunyai pengaruh yang kecil terhadap unjuk kerja mesin
dan memberi pelayanan utama dalam indikator emisi hidro karbon atau sumber minyak
dalam pencampuran contohnya bagaimanapun suatau campuran minyak kekentalan yang
tinggi dan yang rendah akan memberikan viskositas campuran atau ditekan dengan
mencampur minyak yang utama titik nyala yang rendah menujukan emisi hidrokarbon yang
besar selama pemakaian.
b . Suhu Titik Didih
Trayek didih yang sangat tinggi dari fraksi menunjukan tingginya berat molekul
komponen. Dan untuk dberikan oleh minyak mentah menunjukan kekentalan yang tinggi.
Trayek didih dan kekentalan dari fraksi adalah faktor yang besar dalam pemilihan fraksi
minyak untuk mencampur bahan dasar minyak pelumas dalam unit distilasi vakum.
2.4. Proses Minyak Pelumas
Proses yang pertama kali dalam pengolahan minyak pelumas. Adalah proses
pemisahan pada distilasi atmosfer. Dari masing masing fraksi sesuai spesifikasi kekentalanya
dan trayek didih. Bahan dasar Minyak pelumas berat di peroleh darimenara distilasi vakum
bagian bawah dengan aspaltin damar, dan bahan bahan yang tidak disukai. Bahan fraksi
pelumas yang baik dari minyak mentah yang mengandung komponen yang tidak disukai
untuk dibentuk menjadi minyak pelumas. Hal ini harus dihilangkan atau dirombak dengan
melalui proses seperti liquid ektraktion, pengkristalan, pemilihan jenis hidrokraking dan atau
proses penjenuhan .karakterstik yang tidak disukai termasuk titik tuang yang tinggi.
Perubahan viscositas yang tinggi akibat suhu ( VI rendah). Kestabilan terhadap oksidasi yang
rendah Titik beku yang tinggi asam organik yang tinggi dan kadar karbon yang tinggi dan
kecenderungan pembentukan sludge.Proses proses yang digunakan untuk merubah sifat
tersebut adalah:
1. Pelarut aspal untuk menurunkan indikasi pemebntukan karbon dan lumpur
2. Pelarut ekstraksi dan hidro kraking untuk memperbaiki viscositas indek
3. Pelarut dewaksing dan hidrokaraking yang selektiv untuk menurunkan titik beku dan titik
tuang
4. Hidrotreating dan clay treting untuk memperbaiki warna dan kestabilan terhadap oksigen
5. Hidro treating dan clay treating untuk menurunkan asam organik. Meskipun pengaruh
utama dari proses sebagai mana dijelaskan diatas ada juga pengaruh sekundair suatu contoh
mesikipun hasil utama dari proses dewaxing adalah rendahnya titik beku dari minyak sulven
dewaxing juga menurunkan VI dari minyak secara nyata. Untuk akibat ekonomi sebagai
mana satu proses terkait proses yang lain pada umumnya diharapkan ekstraksi pada
diaspalting, dewaxing, dan proses akhir .Bagaimanapun proses dewaxing dan finising adalah
Acuan yang berulang-ulang yang umumnya proses dikembangkan dalam biaya dan
dilengkapi dengan keinginan yang sama.
2.4.1. Propan Deaspalting
Bahan baku distilat berat untuk memproduksi bahan dasar pelumas dapat dikirim
searah dengan unit ekstraksi yang menggunakan pelarut tetapi hasil bawah menara distilasi
atmosfer dan distilasi vacum meminta prosesdiaspalting untuk menghilangkan aspalten dan
damar sebelum di lanjutkan proses ekstraksi yang menggunakan pelarut. Dalam kasus yang
sama aliran distilat yang mempunyai titik didih tinggi dapat juga mengandung senyawa
aspalten yang cukup dan damar untuk memperbaiki digunakan proses deaspalting. Propan
adalah solven yang umum digunakan dalam proses deaspalting tetapi dapat juga digunakan
etana atau butana diharapkan untuk mencapai sifat pelarut yang dikehendaki. Bahan baku
dikontakkan dengan 4 sampai 8 kali volume cairan propan pada temprtur yang dikehendaki .
Pjase ekstrak mengandung minyak sebesar 15 - 20 % berat yang tercampur dengan pelarut.
Bahan baku yang sangat berat meggunakan perbandingan yang sangat tinggi untuk plarut
propane. Phase rafinat mengandung 30 samapi 50 % volume propan dan bukan laurtan murni
tetapi merupakan endapan emulsi antara propane dan aspaltik Sebagaimana kilang yang
sangat baik seksi dasar ekstraksi dari proses yang umum adalah sangat sederhana yang terdiri
atas menara selinder dengan bafel jenis besi yang diletakan berbariis horisontaal atau
terdapatbafel yang berlubang lubang yang digunakan untuk memperoleh aliran yang
berlawanan antar minyak dan pelarut beberapa unit menggunakan rotating disc contraktor
(RDC) untuk tujuan tersebut.
Umpan dari dasar menara vacum dimasukan mendekati puncak kolom. Mereka akan
melarutkan minyak dari residu dan terbawa kepuncak menara antara residu dan titik umpan
dan puncak menara, spiral pemanas digunakan untuk menaikan suhu dari propan dan ekstrak,
jadi akan menurunkan daya larut dari minyak kedalam propan Kasus ini sama dengan minyak
dilepaskan dari fase ekstrak yang menggambarkan aliran reflux. Aliran reflux menuju
kebawah menara dan menaikan ketajaman pemisahan antara minyak bagian dari residu dan
sebagian aspalten dan resin. Aspal dan resin meninggalkan botom menara disebut rafinat dan
campuran minyak dan propan meninggalkan puncak disebut ekstrak. System perolehan
solven dari proses propan deaspalting sebagai mana semua proses ekstraksi adalah sangat
besar biaya operasinnya dibanding proses treating sytem dua tingkat atau teknik superentikal
digubakan untuk memperoleh propan dari rafinat dan dalam phase ekstrak. Menara propan
deaspalting dioperasikan pada tekanan tinggi yang cukup untuk memelihara pelarut dalam
kondisi cair biasanya tekananya 500 psig ( 3448 kPa). Aspalt di peroleh kembali dari rafinat
dapat dicampur dengan aspalt yang lain untuk mendapatkan bahan bakar berat atau di
umpankan pada unit coking. Produk minyak berat dari residu vakum disebut bahan baku
rengkahan adalah mempunyai kekentalan yang tinggi bila dicampur yang telah diproses
kelanjutanya. Dan digunakan untuk digunakan untuk pelumasan beban berat seperti pada truk
automobil dan pelayanan pada pesawat terbang.
2.4.2. Pemilihan Hydrocracking
Ada pemilihan proses hydrocracking untuk memishakan minyak dari wax Salah
satunya menggunakan satu katalis hanya untuk menurunkan pour point dan yang lain
menggunakan dua katalis untuk menurunkan pour point dan memperbaiki kestabilan terhadap
oksigen . Untuk operasi menurunkan pour point kedua proses yang menggunakan bentuk
katalis zeolit yang selektif akan melakukan perengkahan normal parafin dan parafin cabang
yang pendek, zeolit dengan diameter terbuka 6A memberikan craking yang sangat cepat
untuk normal parafin dengan penurunan kecepatan sebanding dengan jumlah yang membesar.
Proses pelumas kendaraan menggunakan fix bed reaktor yang menggunakan dua katalis dan
aliran proses sebagai manan pada hidro kraking . ketajaman operasi dikendalikan oleh
temparatur out let furnace ( suhu rekator ) terutama pembentukan methanatau ethan dalam
reaksinya. Seperti halnya British petroleum (BP) Proses produksi propan , butan dan pentan
dalam perbandingan
2:4:3 dalam satuan berat.
Kondisi rekasi untuk mobil dan BP proses timbul Sesuai dengan type jarak yang
dikehendaki sebagai berikut: Yield dari minyak yang bebas dari wax seperti halnya pour
point yang sama dari bahan umpan yang sangat tinggi dari 0 samapi 15 % lebih besar dari
pelarut dewaxing ( SDW) dengan naiknya kesulitan yang ditimbulkan dari pemisahan minyak
dari wax dalam prses SDW. Umpan pada proses hydrocraking yang selektif adalah minyak
yang diekstrak dari unit aromatik ektraksi keuntungan dapat dicapai atas pelarut lingkungan
unit dewaxing termasuk
a. Minyak yang dihasilkan mempunyai kandungan rendah pada pour poinya dari bahan baku
paraffin
b. Biaya kapital yag rendah
c. Yield bahan baku minyak pelumas yang menguntungkan
d. Operasi pemisahan hydrocracking tidak ditentukan
2.4.3. Hydro Finishing
Hydro finishing dari bahan baku pelumas tanpa wax adalah diperlukan untuk
memisahkan senyawa kimia yang aktif yang mempunyai sifat warna yang tidak stabil dari
minyak pelumas. Banyak operasi hydrocracking menggunakan katalis cobalt molibdenum
dan dioperasikan pada kondisi tajam dengan menentukan perbaikan warna yang
diutamakan.Senyawa organik nitrogen memberikan akibat samping yang sangat serius
terhadap warna dan wana yang tidak stabil dari minyak dan mereka harus dipisahkan dalam
jumlah yang besar atau dari operasinya. Aliran prosesnya adalah sama seperti halnya untuk
bentuk unit hydrocraking kondisi operasi yang mewakili diantaranya : Biasanya yield akhir
minyak kurang lebih 98 % dari minyak dewaxing yang diumpankan.
2.4.5. Finishing By Clay ContactinG
Berbagai pabrik yang memproduksi minyak pelumas menggunakan cara
mengkontakan activated clay dengan minyak dewaxing pada suhu yang bervariasi untuk
memperbaiki kestabilan minyak yang diproduksi dalam pelayanan pemakaian dalam mesin
pada senyawa polar ( aromatik sulfur dan Nitrogen yang terkandung adalam molekulnya)
diadsorbsi pada clay dan dipisahkan menggunakan penyaringan. Clay bekas di buang dan
operasi hambatan yang umum disebabkan oleh clay pencuci ditempatkan kembali oleh
hydrofinishing.
BAB II

1 . Proses Recyling Pelumasan


Penelitian Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas Menjadi Minyak Pelumas Dasar
dilakukan dengan tujuan untuk mendaur ulang minyak pelumas bekas menjadi minyak
pelumas dasar (lube base oil). Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas Menjadi Minyak
Pelumas Dasar dilakukan dengan proses pendahuluan dan proses demetalisasi. Proses
pendahuluan meliputi analisis sifat fisika; sifat kimia minyak pelumas bekas, batubara,
karbon aktif dan minyak pelumas dasar (lube base oil). Kemudian batubara dihaluskan
hingga lolos ayak 30 mesh, setelah itu dipanaskan di dalam oven pada suhu 100 0C selama 2
hari untuk menghilangkan kadar air dan juga dilakukan penimbangan karbon aktif seberat 25
gram dengan timbangan digital. Selanjutnya melalui proses demetalisasi hingga mencapai
suhu 1400C, kecepatan pengadukan 400 rpm, volume minyak pelumas bekas 600 ml dengan
berat batubara sebesar 100, 200, 300, 400, 500 gram dan juga penambahan karbon aktif
25gram dan waktu proses 60, 70, 80, 90, 100 menit. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh
hasil terbaik didapatkan pada perlakuan kombinasi batubara peringkat rendah 500 gr dengan
kombinasi karbon aktif 25 gr yaitu pada suhu 1400C dengan waktu proses 100 menit dapat
menyerap logam Pb dalam minyak pelumas bekas yaitu dari 12,81 ppm menjadi 0,09 ppm.
Pada perlakuan yang sama, perubahan terbesar nilai Flash point (titik nyala), yaitu dari
196,50C menjadi 275,60C. Pada nilai pour point (titik beku) nilai dari pour point (titik beku)
semakin menurun dari -3,10C menjadi -70C.

Teknologi penjernihan minyak pelumas


A. Acid clay treatment
Oli bekas dilewatkan dalam suatu suatu filter untuk memisahkan partikel-partikel
yang besar dari oli bekas. Kemudian oli dilewatkan dalam filter magnit yang dapat
menghilangkan partikel-partikel logam. Selanjutnya oli bekas dimasukkan dalam suatu
reaktor untuk memisahkan gas dan air dari oli bekas.
Setelah oli terpisah dari air kemudian oli masuk dalam tahap pengasaman yaitu oli
bekas dicuci dengan asam sulfat pekat, manakala terjadi pemisahan antara tar (sludge) dan
oli bagian atas oli yang mulai jernih ditransfer ke treatment lempung (clay).
Pada tahap ini lempung (clay) digunakan untuk memudarkan warna minyak dan
menghilangkan kelebihan asam selain itu juga untuk menyerap partikel-partikel karbon yang
ada dalam minyak, kemudian oli dipompa dilewatkan dalam filter pres yang hasilnya
merupakan base oli yang telah jernih dan dapat digunakan untuk produksi minyak mesin,
minyak transmisi, minyak industri serta stempet.
Penambahan asam sulfat dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang berupa hasil
oksidasi pada temperatur tinggi, hasil cracking dan senyawa aroamtis lainnya. Kotoran
tersebut akan bereaksi dengan asam sulfat dan membentuk lumpur (sludge) di bagian bawah.
Sisa asam dan kotoran akan diserap pada clay treatment pada proses berikutnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi acid tretment :
1 Jumlah asam sulfat yang dipakai
Pemakaian asam sulfat harus sesuai dengan kebutuhan. Semakin banyak asam sulfat yang
dipakai semakin banyak pula senyawa aromatis dan hydrokarbon tak jenuh yang dihilangkan.
2 Konsentrasi asam sulfat
Untuk minyak lumas bekas dipakai asam sulfat pekat dengan kadar kosentrasi 96 % teknis.
3 Temperatur
Untuk minyak pelumas bekas suhu operasi pengendapan sekitar 43 – 82 o C. apabila suhu
rendah settling akan lama, tetapi bila suhu tinggi akan menimbulkan warna lebih gelap.
4 Waktu kontak
Untuk mencari waktu kontak yang baik harus diketahui ukuran dispersi dari sludge dan
waktu yang diperlukan untuk memisahkan sludge dari minyak.
Untuk minyak pelumas diperluakan waktu 10 menit, jika dilakukan dengan proses
kontinyu. Bila dilakukan dengan secara batch disertai dengan pengadukan waktu yang
dibutuhkan + 90 menit.

2 . Mesin mesin yang digunakan

Diagram Alir Proses Acid Clay.

No Proses Keterangan
1 Penampunagan minyak pelumas
bekas
2 Filter kasar digunakan untuk
memisahkan minyak pelumas
bekas dari pengotor yang besar,
plastik , kayu, batu dll

3 Dewatering untuk memisahkan


minyak pelumas bekas dari dari
air yang ada didalamnya.
Pemanasan sampai 120 der
celsius

4 Cooling, untuk mendinginkan


minyak pelumas sampai suhu
kamar. Jika masih panas masuk
proses acid treatment bisa
meledak.

Acid treatment, asam sulfat


ditambahkan kedalam tempat
pencampuran.
Oli 1 drum, 10 sd 20 kg asam
sulfat, diputar selama 1 jam, 500
rpm
Decantasi, pengendapan.
Penambahan asam sulfat
digunakan untuk mengendapkan
kandungan logam yang ada dalam
minyak pelumas bekas, bagian
atas yang jernih diambil untuk
proses berikutnya.

Bagian bawah tempat


pengendapan dijadikan satu,
untuk dikumpulkan lumpurnya
( sludge ). Sludge sangat
berbahaya karena mengandung
asam sulfat pekat. Dadap diproses
menjadi aspalt asam.

Clay treatment,
Oli 1 drum, bentonite 1 sak ( 25
kg ), diputar selama 1 jam, 500
rpm, tempertur 150 der celsius

Filter press,
Bentonit berguna untuk mengikat
kandungan karbon ( ash ) yang
ada dalam oli.
Setelah melalui filter press oli
menjadi sangat jernih
Penampungan sementara,
Dari filter press oli masuk ke
penampunagn sementara

Mixer yang digunakan untuk


mengubah performan dari oli,
penambahan paerfum aditif,
pewarna dilakukan dlam mixer
tersebut

Packaging

Tambahan
Alat yang digunakan untuk
memperbaiki drum yang rusak
metode rerefining minyak pelumas bekas
Beberapa cara pemulihan kembali minyak pelumas bekas yang digunakan untuk industri ,
antara lain ;
1. Acid clay treating.
Minyak pelumas bekas ditreating dengan asam sulfat pekat yang berguna untuk
mengendapkan kotoran yang ada sehingga kotoran tersebut dapat dibuang. Selanjutnya di
treating dengan clay yang berguna untuk menyerap aroma yang masih tertinggal didalam
minyak oli bekas. Proses ini sederhana dengan biaya relatif murah.
Kelebihan ;
a) Sudah sejak lama dan sangat populer proses acid clay digunakan untuk
recycling oli bekas, merupakan teknologi yang sudah terbukti dipakai bertahun tahun
diseluruh dunia. Dapat diset up untuk kapasitas yang kecil.
b) Modal investasinya rendah, membuatnya menjadi sangat efektif untuk plant
skala kecil dan menengah.
c) Prosesnya sangat sederhana, mudah dioperasikan, tidak ada peralatan yang
rumit dan tidak membutuhkan operator ahli.
Kekurangan
a) Menyebabkan polusi lingkungan disebabkan munculnya acid sludge ( lumpur
asam ) dan emisi gas asam. Buangan lumpur asam adalah masalah.
b) Menyebabkan korosi peralatan akibatnya mengurangi umur pakainya.
c) Hasilnya lebih sedikit. Disebabkan hilangnya oli dalam lumpur, apalagi jika
dibutuhkan lumpur yang lebih banyak.
d) Kebanyakan pemerintahan sudah membuat peraturan melarang proses
tersebut untuk mengontrol polusi lingkungan. Oleh karena itu proses ini tidak dipakai lagi.

2. Detergent Extraction.
Mengunakan konsumsi air yang sangat banyak untuk mencuci pelumas bekas sehingga
kandungan kontaminan yang berujud logam dapat dipisahkan. Penambahan surfaktan atau
detergen agar diperoleh bentuk emulsi yang stabil. Emulsifier yang digunakan ABS, texafon,
tepool dan lain lain. Untuk memecah emulsi digunakan CaCl.
Proses ini serupa dengan memecah santan kelapa menjadi minyak dan blondo, untuk
memecah emulsi disamping digunakan bahan kimia digunakan proses fisika juga, yaitu
dengan mengalirkan sejumlah minyak yang teremulsi melewati sepasang logam yang
bermuatan listrik maka akan terpisahkan dua komponen minya yang jernih dan air yang
sudah mengandung kotoran.

3. Clay Distillation
Minyak pelumas bekas didestilasi vacum sehingga diperoleh lumpur, lube oil distillate, light
oil, air. Lube oil distillate diproses lagi dengan clay treating agar diperoleh lube oil stock
(base oil).
Kelebihan
a) Sangat sesuai digunakan untuk plant kapasitas tinggi
b) Layak dioperasikan pada vakum tinggi dan biasanya digunakan untuk
produk yang berharga dan sensitif terhadap panas.
c) Tidak menyebabkan polusi.
d) Sophisticated Equipments & Process
e) Menghasilkan base oil kualitas tinggi.
kekurangan:
a) Pengoperasian pada temperatur dan vakum yang tinggi membutuhkan
sistem pemanasan dan fluida pemanas yang khusus.
b) Membutuhkan investasi modal yang sangat tinggi.
c) Plant harus yang berkapasitas sangat besar agar bisa mendapatkan
keuntungan.
d) Membutuhkan operator dan staf ahli yang sangat berpengalaman.
e) Beaya bahan bakar yang lebih mahal. Disebabkan multiple stage distilasi
yang meliputi pemanasan dan pendinginan.
4. Hydrotreating
Prinsipnya sama dengan clay distillation, hanya setelah distilasi vacum lube oil distillate
diproses lagi dengan proses hydrotreating.

peralatan yang digunakan.

Daftar

Pretreatment Alat :

Menghilangkan partikel padat 1. Pompa 350 rpm 3 pk


2. Filter kawat kasa
3. Dinamo 3 pk

Menghilangkan air dalam Alat ;

minyak pelumas bekas 1. Tangki kapasitas 5000 lt


2. Kompor/Burner
3. Thermometer
4. Dinamo 3 pk
5. Pompa 3 pk

Pendinginan oli bekas Alat ;

1. Bak pendingin 2 buah


2. Kipas pendingin 2 buah
3. Dinamo 3 pk
4. Pompa 3 pk
Acid Treatment Alat :

Mixing 1. Tangki acid kap. 10 drum


2. Dinamo 3 Pk

Acid Treatment Alat ;

settling 1. Tangki fiber glass kp. 25 drum 4 buah


2. Pemanas stainless
Clay Treatment Alat :

Mixing 1. Tangki 40 drum


2. tangki 4 drum
3. Dinamo 3 pk 2 buah

Filtering Alat ;

1. Filter press 90 cm
2. Filter press 50 cm
3. Dinamo 3 pk 3 buah
4. Pompa 350 rpm 3 buah
Penampung Alat ;

1.Tangki kap 10 drum.

2.Dinamo 3 pk

3. Pompa 3 pk

Tanki minyak tanah Alat ;

1. Tanki besar kap. 5000 lt


2. tanki kecil kap. 400 lt
Pemadam kebakaran Alat :

2 buah alat peamdam kap. 2 kg

Packaging Alat :

1. Dinamo 2 pk
2. Pompa
3. Drum 200 lt 100 bh
Perawatan tangki Alat ;

1. Press tanki 1 buah


2. Bak pembersih tanki

Laboratorium Alat :

1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Gelas reaksi
4. Tempat sample
5. pH meter
6. Mixer
7. pemanas listrik

Pembangkit sumebr daya listrik Alat ;

1. Genset 13 pk
2. Genset 90 kva

Kompresor angin Alat ;

Kompresor angin 3 pk

Limbah Alat ;

1. Tanki penampung blotong


2. Mixer
3 . Maintenance
Salah satu cara untuk merawat mesin daur ulang pelumas ini tergolong tidak repot
karna hanya perlu membersihkannya saja . karena akibat penampungan pelumas bekas jadi
penampung tidak karatan, setiap 2 bulan sekali hanya perlu dilakukan pembersihan saja agar
mesin dapat maksimal bekerja.

4 .  Case study (Penelitian tentang Recyling pelumasan)


Penelitian Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas Menjadi Minyak Pelumas Dasar
dilakukan dengan tujuan untuk mendaur ulang minyak pelumas bekas menjadi minyak
pelumas dasar (lube base oil). Proses Daur Ulang Minyak Pelumas Bekas Menjadi Minyak
Pelumas Dasar dilakukan dengan proses pendahuluan dan proses demetalisasi. Proses
pendahuluan meliputi analisis sifat fisika; sifat kimia minyak pelumas bekas, batubara,
karbon aktif dan minyak pelumas dasar (lube base oil). Kemudian batubara dihaluskan
hingga lolos ayak 30 mesh, setelah itu dipanaskan di dalam oven pada suhu 100 0C selama 2
hari untuk menghilangkan kadar air dan juga dilakukan penimbangan karbon aktif seberat 25
gram dengan timbangan digital. Selanjutnya melalui proses demetalisasi hingga mencapai
suhu 1400C, kecepatan pengadukan 400 rpm, volume minyak pelumas bekas 600 ml dengan
berat batubara sebesar 100, 200, 300, 400, 500 gram dan juga penambahan karbon aktif
25gram dan waktu proses 60, 70, 80, 90, 100 menit.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil terbaik didapatkan pada perlakuan
kombinasi batubara peringkat rendah 500 gr dengan kombinasi karbon aktif 25 gr yaitu pada
suhu 1400C dengan waktu proses 100 menit dapat menyerap logam Pb dalam minyak
pelumas bekas yaitu dari 12,81 ppm menjadi 0,09 ppm. Pada perlakuan yang sama,
perubahan terbesar nilai Flash point (titik nyala), yaitu dari 196,50C menjadi 275,60C. Pada
nilai pour point (titik beku) nilai dari pour point (titik beku) semakin menurun dari -3,10C
menjadi -7 0C.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pelumas adalah suatu zat yang digunakan dalam mesin, berfungsi memberikan lapisan
antara dua permukaan bagian mesin yang bergesekan. Sesuai dengan namanya minyak
pelumas memiliki tugas utama yaitu melumasi bagianbagian mesin yang berkontak dan
bergerak satu terhadap yang lain, sehingga menghindarkan terjadinya keausan atau karat pada
mesin. Minyak pelumas mempunyai daya tahan tertentu di dalam pemakaiannya, sehingga
suatu saat harus diganti dengan minyak pelumas yang baru. Penggantian minyak pelumas ini
disebabkan minyak pelumas yang sudah digunakan mengalami perubahan komposisi atau
susunan kimianya, selain itu juga mengalami perubahan sifat fisis, maupun mekanis. Hal ini
ditimbulkan karena meningkatnya suhu dan tekanan selama penggunaaan. Kotoran-kotoran
yang masuk ke dalam minyak pelumas bekas dan logam-logam yang terkandung seperti Zn,
Pb, Fe dan lain-lain yang terdapat dalam minyak pelumas bekas yang dikeluarkan dari
peralatan biasanya dibuang begitu saja bahkan ada yang dimanfaatkan kembali tanpa proses
daur ulang yang benar, mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Sampai saat ini minyak pelumas bekas (used oil) menjadi suatu masalah tersendiri
untuk lingkungan sekitarnya, banyak minyak pelumas bekas dibuang sembarangan di sungai
atau di selokan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mendaur ulang minyak pelumas
bekas agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
daur ulang minyak pelumas bekas menggunakan batubara dan karbon aktif sebagai adsorben.
Batubara dan karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang dapat menyerap zat- zat
kontaminan yang terkandung dalam minyak pelumas bekas. Hal ini dalam rangka
mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan mencegah masalah pemalsuan minyak
pelumas yang dilakukan oleh pengolah minyak pelumas yang ilegal dengan mutu yang sangat
rendah dan tidak layak untuk dipakai. Batubara selama ini umumnya digunakan sebagai
sumber energi atau sebagai pengganti bahan bakar. Oleh karena itu batubara sebagai salah
satu sumber daya alam yang paling melimpah di indonesia harus dimanfaatkan, karena
batubara memiliki nilai kegunaan lebih dari sekedar menjadi sumber energi. Pada batubara
itu memiliki kandungan karbon yang dapat mengikat zat-zat yang terkontaminan. Sehingga
dalam penelitian ini kami memilih batubara sebagai adsorben yang cocok untuk menyerap
zat-zat yang terkandung dalam minyak pelumas bekas. Karbon aktif salah satu adsorben yang
paling populer untuk menghilangkan logam-logam dari larutan (Kikuchi, dkk., 2006; Kassim,
dkk., 2004). Karbon aktif merupakan adsorben yang sangat bagus dan banyak digunakan
karena luas permukaan dan volume mikropori sangat besar (Isam, dkk, 2007). Kapasitas
adsorpsi sangat besar, laju kinetika adsorpsi sangat cepat, dan relatif mudah dapat
diregenerasi (Dinesh, dkk, 2007). Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi minyak
pelumas dasar (lube base oil) dengan menggunakan batubara tingkat rendah dan karbon aktif
masih belum banyak dibicarakan. Keberhasilan proses ini akan membawa dampak positif
yaitu menghemat pemakaian minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan minyak pelumas
(Tekmira, 2002).

I.2. Perumusan Masalah


Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh minyak pelumas bekas termasuk dalam
tingkatan yang cukup serius terbukti dengan masuknya minyak pelumas bekas (used oil)
sebagai salah satu kategori limbah B3 (Peraturan Pemerintah No.83,1997). Dengan melihat
masalah yang terjadi,pada penelitian ini dicoba untuk mengolah minyak pelumas bekas
menjadi minyak pelumas dasar (lube base oil) dengan menggunakan batu bara peringkat
rendah dan karbon aktif sebagai adsorbent. Selain potensi batu bara di Indonesia cukup besar
dan harga yang relatif murah sedangkan penggunaan bahan karbon aktif harganya sedikit
lebih mahal, sehingga penggunaan batubara lebih dioptimalkan dalam proses ini agar biaya
proses lebih murah dan efisien. Proses ini juga memiliki keistimewaan antara lain, karena
proses sederhana yang dilakukan pada suhu rendah dengan tekanan atmosfer dan memiliki
eisiensi tinggi.

I.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mendaur ulang minyak pelumas bekas menjadi minyak
pelumas dasar (lube base oil).
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari pengolahan minyak pelumas bekas ini antara lain:
a) Pencemaran lingkungan oleh limbah minyak pelumas dapat dikurangi.
b) Menciptakan sumber atau bahan baku baru dalam pengolahan minyak pelumas.
c) Memperluas pemanfaatan batubara peringkat rendah,meningkatkan nilai kualitas dari
batubara tersebut dan meningkatkan nilai kualitas daur ulang minyak pelumas bekas.

BAB III
BAHAN ADITIF

1 . Macam-macam aditif kegunaan dan fungsi


Berikut ini sembilan zat aditif yang terdapat pada oli mesin berikut fungsi-fungsinya.

1. Anti Oksidan : Mencegah terjadinya proses oksidasi pada molekul pelumas.

2. Detergent : Menjaga permukaan logam agar bebas dari kotoran.


3. Dispersant : Mengendalikan dan membawa kotoran agar terdispersi merata dalam pelumas.

4. Anti karat atau anti korosi : Mencegah terjadinya karat pada bagian logam yang
berhubungan dengan pelumas.

5. Anti wear : Mencegah gesekan dan keausan permukaan mesin.


6. Friction modifier : Meningkatkan tingkat kelicinan film pelumas.

7. Pour point despressant : Menjadikan pelumas tetap mudah mengalir pada temperatur
rendah.

8. Anti foam : Mencegah terbentuknya busa ada pelumas.

9. Viscosity improver : Menjaga viskositas oli pada suhu rendah dan tinggi.
2 . Case study (Penelitian tentang aditif  pelumasan

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu perancangan permesinan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
adalah sampai sejauh mana mesin tersebut mampu bertahan terhadap penggunaan yang
berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain sampai sejauh mana mesin
yang dibuat tersebut akan bertahan lama. Salah satu faktor penentunya adalah pada
komponen-komponen yang saling bersinggungan (kontak) akibat adanya gesekan satu sama
lain, sehingga mengakibatkan adanya pengikisan permukaan komponen. Pengikisan atau
dalam kata lain disebut sebagai keausan inilah yang menjadi salah satu faktor utama terhadap
umur dari komponen-komponen dalam permesinan. Oleh karena itu salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi keausan adalah dengan memberikan pelumas[1] . Pelumas
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin. Pelumas dibutuhkan mesin untuk
melindungi komponen-komponen mesin dari keausan. Prinsip dasar dari pelumasan adalah
mencegah terjadinya solid friction atau gesekan antara dua permukaan logam yang bergerak,
sehingga gerakan dari masing-masing logam dapat lancar tanpa banyak energi yang
terbuang[2]. Selain dari sifat utama pelumas sebagai pelindung mesin dari keausan, pelumas
juga dituntut untuk memiliki berbagai sifat lainnya, seperti viskositas yang sesuai, pour point
yang rendah, stabil terhadap panas dan oksidasi, serta indeks viskositas yang tinggi. Seiring
dengan meningkatnya tuntutan terhadap bahan-bahan yang ramah lingkungan dan
biodegradable serta renewable, pelumas bio berbasis minyak nabati hingga saat ini masih
terus dikembangkan. Biopelumas terurai lebih dari 98% di dalam tanah, tidak seperti
sebagian pelumas sintetis dan Pendahuluan Tugas Akhir Arafi Adi Putra (1210912003) 2
pelumas mineral yang hanya terurai 20% hingga 40%. Selain itu minyak nabati yang
digunakan pada mesin mengurangi hampir semua bentuk polusi udara dibanding penggunaan
minyak bumi. Biopelumas dapat di hasilkan dari bermacam-macam jenis minyak tumbuhan
dan minyak hewani[2] .
Pemanfaatan minyak nabati sebagai sumber bahan baku pelumas bio merupakan
jawaban dari meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pelestarian lingkungan, dimana
minyak nabati ini mampu mengurangi hampir semua bentuk polusi lingkungan dibanding
penggunaan bahan baku pelumas dari minyak bumi. Untuk meningkatkan sifat tribologi dari
minyak nabati biasanya dilakukan dengan menambahkan zat aditif yang berfungsi sebagai
antiwear dan antioxidant additive. Salah satu jenis zat aditif yang umum digunakan adalah
jenis STP. Jenis ini umum digunakan karena memiliki beberapa keunggulan seperti
menjadikan pemakaian oli menjadi lebih efisien dan mampu memberikan perlindungan ekstra
terhadap gesekan. Adapun pada penelitian ini akan dilakukan pengujian penggunaan pelumas
bio yang telah ditambahkan zat aditif terhadap ketahanan self aligning ball bearing pada alat
uji ball bearing wear apparatus. Pengaruh dari penambahan zat aditif pada pelumas bio ini
nantinya akan dilihat berdasarkan kurva Stribeck. Kurva Stribeck adalah kurva hubungan
antara koefisien gesek dan nomor pelumasan, sehingga dapat diketahui karakteristik dari
suatu minyak pelumas yang digunakan. Zat aditif yang akan digunakan pada percobaan ini
yaitu jenis STP dan garlic oil. Sedangkan base oil yang digunakan yaitu minyak sawit dan
minyak kopra. Selanjutnya juga akan diamati fenomena-fenomena keausan yang timbul
berdasarkan variasi perbedaan putaran yang diberikan dengan penggunaan massa konstan.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah : a. Mengetahui pengaruh
penambahan zat aditif pada pelumas bio yang diujikan terhadap bearing. Pendahuluan Tugas
Akhir Arafi Adi Putra (1210912003) 3 b. Mengetahui perbedaan bentuk keausan yang terjadi
pada bearing yang diuji berdasarkan variasi jenis pelumasan dan. variasi putaran motor yang
diberikan. c. Menentukan scar width yang mucul pada tiap permukaan bearing yang diujikan
berdasarkan variasi jenis pelumas dan variasi putaran motor yang diberikan.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik dari penggunaan pelumas bio yang telah ditambahkan zat aditif jenis STP dan
garlic oil berdasarkan terhadap ketahanan aus pada komponen yang diujikan.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bahan base oil yang digunakan yaitu
minyak sawit dan minyak kelapa, dan zat aditif yang digunakan yaitu oil treatment dan garlic
oil. b. Pengujian dilakukan hanya pada jenis bearing yang sama, yaitu self aligning ball
bearing. c. Pengujian dilakukan pada alat uji ball bearing wear apparatus dengan memberikan
variasi putaran motor dengan beban konstan sebesar 300N.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JKT/article/download/19751/9838

https://core.ac.uk/search?q=author:(Pandu%20,%20Hary%20Muckti)

https://www.scribd.com/embeds/392261663/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-Fexxf7r1bzEfWu3HKwf

https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=14208484&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D

http://eprints.upnjatim.ac.id/5825/1/file_1.pdf

https://www.beritasatu.com/otomotif/309910/ini-fungsi-sembilan-zat-aditif-pada-oli-mesin

http://scholar.unand.ac.id/32975/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai