OLEH :
ARYA FEBRIAN SEMBIRING
NIM : 2005012004
ME-3H
Contents
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
1 . Proses menghasilkan pelumas..........................................................................................................4
2 . Jenis-jenis pelumasan, kegunaannya & Pelumas yang tidak baik/kerusakan..................................7
3 . Mesin-mesin yang digunakan...........................................................................................................8
4. Maintenance....................................................................................................................................9
5 . Case study (Penelitian tentang pelumasan)....................................................................................10
BAB II...................................................................................................................................................16
1 . Proses Recyling Pelumasan.............................................................................................................16
Teknologi penjernihan minyak pelumas..............................................................................................16
2 . Mesin mesin yang digunakan..........................................................................................................17
metode rerefining minyak pelumas bekas...........................................................................................21
3 . Maintenance...................................................................................................................................25
4 . Case study (Penelitian tentang Recyling pelumasan).....................................................................25
BAB III..................................................................................................................................................27
BAHAN ADITIF......................................................................................................................................27
1 . Macam-macam aditif kegunaan dan fungsi....................................................................................27
2 . Case study (Penelitian tentang aditif pelumasan...........................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................31
BAB I
Fungsi pelumas:
Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas sebab oli dapat membentuk
suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan logam
dengan logam.
Sebagai media pendingin, yaitu dengan menyerap panas dari bagian-bagian yang
mendapat pelumasan dan kemudian membawa serta memindahkannya pada sistem
pendingin. Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada
bagian bagian mesin.
Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
Bahan Pelumas
Base Oil Merupakan bahan dasar pelumas.
Additive Merupakan Bahan tambahan. berasal dari campuran base oil dengan
beberapa tambahan bahan kimia, bisa juga berupa 100% bahan kimia.
Proses pembuatan :
Proses ekstraksi sendiri memiliki beberapa tahapan diantaranya Destilasi, De-asphalting,
Ekstraksi, Dewaxing dan Finishing Proses konversi sendiri memiliki beberapa tahapan
diantaranya Destilasi, Hidrocracking, Hydrodewaxing, dan Hydrotreating,
1 . Ekstraksi
Proses destilasi: memisahkan campuran residu atmosfer menjadi fraksi-fraksi
berdasarkan berat molekul dan viskositasnya.
Deasphalting: pemisahan hasil fraksinasi menjadi dua produk yakni minyak aspal dan
aspal
Proses Ekstraksi: SPO, LMO, dan MMO hasil akan dipisah kandungan aromatiknya
melalui ekstraksi dengan pelarut fulfural menghasilkan rafinat
Dewaxing : Rafinat hasil akan dipisahkan dari kandungan parafin wax yang masih
tinggi denngan proses kristalisasi dengan pelarut metil-etil-keton (MEK)
Finishing : pencampuran base oil dengan aditif hingga diperoleh mutu baik sesuai
kebutuhan mesin
2 . konversi
Proses destilasi: memisahkan campuran residu atmosfer menjadi fraksi-fraksi
berdasarkan berat molekul dan viskositasnya.
Hidrocracking: Cincin karbon naphthenic dan aromatik rusak, dan bergabung kembali
menggunakan hidrogen membentuk iso-parafin
Hydrodewaxing: penggunaan reaksi hidrogenasi dan katalis khusus untuk merubah
parafin normal menjadi iso-parafin yang diinginkan
Hydrotreating :Pembuatan senyawa jenuh menjadi tak jenuh sehingga lebih stabil dan
lebih mampu menahan reaksi oksidasi
Ekstraksi
Berwarna
Indeks Viskositas minyak dasar lebih rendah
Residu karbon lebih banyak
TAN pada minyak dasar lebih tinggi
Demulsibility kurang baik
Kurang resisten terhadap oksidasi
Kurang stabil pada suhu tinggi
Konversi
Jernih dan tidak berwarna
Indeks Viskositas minyak dasar lebih tinggi
Residu karbon lebih sedikit
Total Acid Number (TAN) pada minyak dasar lebih rendah
Demulsibility lebih baik
Lebih resisten terhadap oksidasi
Stabil pada suhu tinggi
2 . Jenis-jenis pelumasan, kegunaannya & Pelumas yang tidak baik/kerusakan
Klasifikasi Pelumas Pelumas Cair (liquid) ,Semi liquid (grease), Pelumas padat.
Pelumas Liquid
Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim kita temui
sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun sistem lainnya.
Oli Naphtenic
diproduksi dari minyak bumi melalui proses distilasi atau penyulingan.
Sebagian besar molekul oli naphtenic memiliki struktur cincin hidrokarbon jenuh.
oli tipe ini memiliki tingkat viskositas rendah, titik bakar rendah (mudah terbakar),
titik alir rendah, serta ketahanan terhadap oksidasi yang relatif rendah.
Digunakan untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses permesinan
Aromatic oil
Hasil dari proses pemurnian lebih lanjut dari oli parafin. Melalui proses pemurnian
tersebut didapatkan oli dengan struktur hidrokarbon cincin-tak-jenuh.
Cincin hidrokarbon tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak mudah putus, sehingga
oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi.
Pelumas oli aromatik berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal
manufaktur, serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
Jenis Oli Sintetis:Polyalphaolefins (PAO) ,Polyglycols (PAG) Oli Ester , Silikon, oli semi-
sintetis.
Pelumas Semi-Cair (Grease)
• Pelumas grease dibuat dengan jalan mengemulsi oli mineral atau oli nabati dengan
pengemulsi metalik atau air pada suhu 400-600°F (204-316°C).
• Proses ini didapatkan sebuah jenis pelumas yang memiliki tingkat kekentalan tinggi
melebihi viskositas oli dan cenderung padat.
Pelumas Padat
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki bentuk fase padat.
Karakter gesekan kecil pada permukaan bahan pelumas padat tersebut terjadi karena struktur
molekul berlapis dengan ikatan lemah antar lapisan molekulnya. Masing-masing lapisan
molekul dapat bergeser relatif terhadap lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja,
inilah yang membuat pelumas padat memiliki gaya gesekan rendah.
4. Maintenance
Perawatan yang dilakukan adalah dengan menggantikan part part yang sudah aus agar kinerja
maksimal . misalkan pun belum rusak parah atau masih layak digunakan tetap digantikan dengan yang
baru agar saat mesin digunakan tetap berjalan dengan baik.dan setiap digunakan diusahakan
dibersihkan agar mencegah timulnya karatan . dan selalu tanggap saat bekerja karena mungkin saja
mesin sewaktu waktu bisa rusak tak terduga .
5 . Case study (Penelitian tentang pelumasan)
PROSES PEMBUATAN MINYAK PELUMAS MINERAL MINYAK BUMI
ABSTRAK:
Minyak Pelumas mineral (base mineral oil) merupakan salah satu produk dari fraksi minyak
bumi (crude oil) yang telah melalui berbagai proses pengilangan di kilang. Agar dapat
memperoleh fraksi minyak pelumas dari minyak bumi diperlukan berbagai macam proses
untuk memperoleh sifat penting dari minyak pelumas. Karena kandungan dalam minyak
bumi yang memiliki senyawa hidro karbon dalam jumlah banyak dan sangat kompleks.
Untuk memperoleh minyak pelumas dengan kualitas bagus maka diperlukan unit proses yang
banyak dan saling terintegrasi satu dengan yang lainnya supaya dalam pelumas tidak
mengandung sifat jelek untuk nantinya digunakan pada mesin atau komponen mekanik
maupun kendaraan bermotor.
Kata kunci: pelumas, minyak bumi, proses, mesin
1 . PENDAHULUAN
Minyak bumi adalah suatu campuran cairan yang terdiri dari berjuta-juta senyawa
kimia, yang paling banyak adalah senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari dekomposisi
yang dihasilkan oleh fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan (William, 1995). Menurut (Jasji,
1996) Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya terdiri dari unsur
karbon dan hydrogen dikelompokan kedalam senyawa hidrokarbon. Sifat-sifat minyak bumi
sangat bervariasi dan jenis produk yang dapat dihasilkan juga dapat sangat banyak. Suatu
operasi yang tentu dioperasi di dalam semua kilang adalah destilasi yang memisahkan
minyak bumi kedalam fraksi fraksinya berdasarkan daerah didihnya.
Operasi lainnya dapat sedikit atau banyak jumlahnya, dapat sederhana atau
kompleks, tergantung pada produk-produk yang akan dibuat (Hardjono, 2001). Terdapat
beberapa macam cara penggolongan produk jadi yang dihasilkan oleh kilang minyak.
Diantaranya produk jadi kilang minyak dapat dibagi menjadi produk bahan bakar minyak
(BBM) dan produk bukan bahan bakar minyak (BBBM). Produk jadi BBBM berupa LPG,
pelarut, minyak pelumas (oli), gemuk, aspal, malam parafin, hitam karbon dan kokas. Minyak
pelumas (oli) terdapat dalam bagian minyak bimu yang mempunyai daerah didih yang paling
tinggi, yaitu sekitar 400oC keatas. Fraksi minyak pelumas (oli) dipisahkan dari residu hasil
distilasi minyak bumi dengan dengan distilasi hampa (Hardjono, 2001).
Pelumas merupakan zat kimia yang umumnya berupa cairan yang diberikan di antara
dua benda bergerak dengan tujuan untuk mengurangi gaya gesek. Sedangkan pelumasan
adalah tindakan menempatkan pelumas antara permukaan yang saling bergeser untuk
mengurangi keausan dan friksi (Sukirno, 2010). Konsumsi pelumas di Indonesia bertambah
1,8 % dari tahun 2010 ke tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2014). Konsumsi pelumas
meningkat sebanding peningkatan industri otomotif. Salah satu penggunaan pelumas paling
utama adalah pelumas mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam (internal
combustion). Minyak pelumas mesin atau yang lebih dikenal sebagai oli mesin banyak ragam
dan macamnya. Bergantung pada jenis penggunaan mesin itu sendiri yang membutuhkan oli
yang tepat untuk menambah atau mengawetkan usia pakai (life time) mesin. Keadaan
optimum pelumasan logam dapat dicapai jika permukaan logam yang bersentuhan dilapisi
secara sempurna oleh minyak pelumas, guna mendapatkan minyak pelumas yang sempurna.
Karakteristik dan jenis oli yang digunakan harus diperhatikan (Mujiman, 2011). Pelumas
mesin yang banyak beredar di pasaran saat ini secara komersial adalah jenis pelumas dengan
bahan dasar minyak mineral dan minyak sintetis.
Pelumas berbahan dasar minyak mineral berasal dari minyak mentah yang biasanya
terdiri dari senyawa parafin, naftalena, dan aromatik (Nugrahani, 2007). Minyak mineral ini
memiliki sifat tidak berwarna, transparan, tidak berbau, dan tersusun dari campuran senyawa
organik sederhana. Kelebihan dari minyak pelumas berbahan dasar mineral adalah memiliki
sifat fisik dan kimia yang mudah dikontrol, harganya murah dibandingkan minyak pelumas
berbahan dasar sintetis, mudah dicampur engan bahan aditif untuk menambah kualitas
pelumas. Minyak pelumas berbahan sintetis merupakan minyak pelumas yang biasanya
ditambah dengan senyawa kimia tertentu yang tidak ada dalam minyak mineral. Semakin
banyaknya jenis pelumas saat ini, tentu membuat konsumen dihadapkan pada berbagai
pilihan pelumas, karena pada umumnya produsen pelumas mengklaim pelumas mereka yang
paling baik. Konsumen sangat membutuhkan produk pelumas yang bermutu tinggi dan
tersedia pada saat dibutuhkan. Hasil yang ingin dicapai dari karya tulis ini merupakan untuk
mengetahui bagaimana proses pembuatan minyak pelumas mineral (base mineral oil).
2. PEMBAHASAN
Bahan dasar pelumas adalah menyiapkan pemilihan minyak bumi oleh proses dan
proses yang dipilih adalah proses khusus yang memenuhi sifat yang dikehendaki. Dan bahan
kimia yang ditambahkan, digunakan untuk memberi sifat yang dikehendaki pada bahan dasar
pelumas yang kurang baik atau untuk memenaikan dan memperbaiki sifat yang ada Sifat –
sifat yang penting yang diperhatikan yaitu:
1. Kekentalan
3. Titik beku
4. Tahanan terhadap oksidas
5. Titik nyala
6. Titik didih
7. Sifat asam
a. Viskositas Viskositas atau kekentalan suatu minyak pelumas adalah pengukuran dari
mengalirnya bahan cair dari minyak pelumas, dihitung dalam ukuran standar. Makin besar
perlawanannya untuk mengalir, berarti makin tinggi viskositasnya, begitu pula sebaliknya.
b. Indeks viskositas Tinggi rendahnya indeks ini menunjukkan ketahanan kekentalan minyak
pelumas terhadap perubahan suhu. Makin tinggi angka indeks minyak pelumas, makin kecil
perubahan viskositas-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai indeks viskositas ini
terbagi dalam 3 golongan, yaitu: • High Viscosity Index (HVI) di atas 80. • Medium
Viscosity Index (MVI) 40–80. • Low Viscosity Index (LVI) di bawah 40.
Viskositas Indeks (VI) yang tinggi, makin rendah perubahan viskositas bila diberikan
perubahan panas VI minyak alami memberikan nilai jarak yang negative untuk minyak jenis
napten memberikan kurang lebih 100 untuk minyak jenis parafin. Minyak diproses khusus
dan bahan kimia yang ditambahkan dapat memunyai viskositas indeks 130 dan sangat tinggi.
Aditive seperti halnya Polyisobutilen dan asam polymethacrilik ester dicampur dengan
sempurna dengan bahan dasar pelumas untuk memperbaiki sifat perubahan viscositasnya
terhadap suhu.dari minyak jadi. Pelumas kendaraan harus cukup tipis pada suhu rendah untuk
mengijinkan start yang mudah dan kekentalan yang cukup pada suhu operasi kendaraan ( 180
sampai 2500F atau 80 sampai 12000C) Untuk menurunkan gesekan dan kebocoran dengan
memberikan lapisan cairan secara kontinyu antara kedua permukaan logam. Titik beku adalah
suhu terendah dimana minyak akan tetap mengalir dibawah kondisi suhu standar yang di
tentukan pada 50F atau 3 0C ditetpkan sebagai titik bekudari minyak . Pada kendaraan
bermotor titik beku yang rendah adalah hal yangsangat penting untuk mencapai kasus untuk
start dan yang diperlukan dalam kemapuan untuk di start dalam kondisi dingin. Ada dua
bentuk titik beku yaitu titik beku kekentalan dan titik beku lilin. Titik beku kekentalan derajat
yang mendkati sebagi temperatur bila diturunkan dan kekentalan minyak naik. Sampai
minyak tidak bisa mengalir kondisi dibawah suhu pengujian Titik beku lilin terjadi sbagai
mana kristal wax mengendap dari larutan dan menyak membeku. Tambahan bahan yang
menyebabkan sifat kristal lilin dapat digunakan pada suhu titik beku yang rendah dari minyak
bahan dasar jenis parafin.Ini adalah suhu starting kristal dari parafin wax. Tahanan terhadap
oksidasi Suhu yang tinggi terhadap operasi mesin pembakaran dalam menghasilkan reaksi
oksidasi pada pelumas motor. Hal ini adalah kenyataan yang khusus untuk minyak yang hadir
dalam kaitanya dengan kepala torak dimana suhunya berkisar 500 samapi dengan 750 0F
(280 sampai dengan 400 0C)Proses oksidasi menyebabkan terbentuknya coke dan lapisan
bahan dari aspaltik dari bahan dasar parafin dan lumpur dari bahan dasar naphtenik. Aditiv
anti oksidan sepeerti senyawa phenol dan zing ditio phospat ditambahkan untuk mencapur
minyak agar tahan terhadap oksidasi dan segala akibatnya.
a . Titik nyala
Titik nyala dari minyak mempunyai pengaruh yang kecil terhadap unjuk kerja mesin
dan memberi pelayanan utama dalam indikator emisi hidro karbon atau sumber minyak
dalam pencampuran contohnya bagaimanapun suatau campuran minyak kekentalan yang
tinggi dan yang rendah akan memberikan viskositas campuran atau ditekan dengan
mencampur minyak yang utama titik nyala yang rendah menujukan emisi hidrokarbon yang
besar selama pemakaian.
b . Suhu Titik Didih
Trayek didih yang sangat tinggi dari fraksi menunjukan tingginya berat molekul
komponen. Dan untuk dberikan oleh minyak mentah menunjukan kekentalan yang tinggi.
Trayek didih dan kekentalan dari fraksi adalah faktor yang besar dalam pemilihan fraksi
minyak untuk mencampur bahan dasar minyak pelumas dalam unit distilasi vakum.
2.4. Proses Minyak Pelumas
Proses yang pertama kali dalam pengolahan minyak pelumas. Adalah proses
pemisahan pada distilasi atmosfer. Dari masing masing fraksi sesuai spesifikasi kekentalanya
dan trayek didih. Bahan dasar Minyak pelumas berat di peroleh darimenara distilasi vakum
bagian bawah dengan aspaltin damar, dan bahan bahan yang tidak disukai. Bahan fraksi
pelumas yang baik dari minyak mentah yang mengandung komponen yang tidak disukai
untuk dibentuk menjadi minyak pelumas. Hal ini harus dihilangkan atau dirombak dengan
melalui proses seperti liquid ektraktion, pengkristalan, pemilihan jenis hidrokraking dan atau
proses penjenuhan .karakterstik yang tidak disukai termasuk titik tuang yang tinggi.
Perubahan viscositas yang tinggi akibat suhu ( VI rendah). Kestabilan terhadap oksidasi yang
rendah Titik beku yang tinggi asam organik yang tinggi dan kadar karbon yang tinggi dan
kecenderungan pembentukan sludge.Proses proses yang digunakan untuk merubah sifat
tersebut adalah:
1. Pelarut aspal untuk menurunkan indikasi pemebntukan karbon dan lumpur
2. Pelarut ekstraksi dan hidro kraking untuk memperbaiki viscositas indek
3. Pelarut dewaksing dan hidrokaraking yang selektiv untuk menurunkan titik beku dan titik
tuang
4. Hidrotreating dan clay treting untuk memperbaiki warna dan kestabilan terhadap oksigen
5. Hidro treating dan clay treating untuk menurunkan asam organik. Meskipun pengaruh
utama dari proses sebagai mana dijelaskan diatas ada juga pengaruh sekundair suatu contoh
mesikipun hasil utama dari proses dewaxing adalah rendahnya titik beku dari minyak sulven
dewaxing juga menurunkan VI dari minyak secara nyata. Untuk akibat ekonomi sebagai
mana satu proses terkait proses yang lain pada umumnya diharapkan ekstraksi pada
diaspalting, dewaxing, dan proses akhir .Bagaimanapun proses dewaxing dan finising adalah
Acuan yang berulang-ulang yang umumnya proses dikembangkan dalam biaya dan
dilengkapi dengan keinginan yang sama.
2.4.1. Propan Deaspalting
Bahan baku distilat berat untuk memproduksi bahan dasar pelumas dapat dikirim
searah dengan unit ekstraksi yang menggunakan pelarut tetapi hasil bawah menara distilasi
atmosfer dan distilasi vacum meminta prosesdiaspalting untuk menghilangkan aspalten dan
damar sebelum di lanjutkan proses ekstraksi yang menggunakan pelarut. Dalam kasus yang
sama aliran distilat yang mempunyai titik didih tinggi dapat juga mengandung senyawa
aspalten yang cukup dan damar untuk memperbaiki digunakan proses deaspalting. Propan
adalah solven yang umum digunakan dalam proses deaspalting tetapi dapat juga digunakan
etana atau butana diharapkan untuk mencapai sifat pelarut yang dikehendaki. Bahan baku
dikontakkan dengan 4 sampai 8 kali volume cairan propan pada temprtur yang dikehendaki .
Pjase ekstrak mengandung minyak sebesar 15 - 20 % berat yang tercampur dengan pelarut.
Bahan baku yang sangat berat meggunakan perbandingan yang sangat tinggi untuk plarut
propane. Phase rafinat mengandung 30 samapi 50 % volume propan dan bukan laurtan murni
tetapi merupakan endapan emulsi antara propane dan aspaltik Sebagaimana kilang yang
sangat baik seksi dasar ekstraksi dari proses yang umum adalah sangat sederhana yang terdiri
atas menara selinder dengan bafel jenis besi yang diletakan berbariis horisontaal atau
terdapatbafel yang berlubang lubang yang digunakan untuk memperoleh aliran yang
berlawanan antar minyak dan pelarut beberapa unit menggunakan rotating disc contraktor
(RDC) untuk tujuan tersebut.
Umpan dari dasar menara vacum dimasukan mendekati puncak kolom. Mereka akan
melarutkan minyak dari residu dan terbawa kepuncak menara antara residu dan titik umpan
dan puncak menara, spiral pemanas digunakan untuk menaikan suhu dari propan dan ekstrak,
jadi akan menurunkan daya larut dari minyak kedalam propan Kasus ini sama dengan minyak
dilepaskan dari fase ekstrak yang menggambarkan aliran reflux. Aliran reflux menuju
kebawah menara dan menaikan ketajaman pemisahan antara minyak bagian dari residu dan
sebagian aspalten dan resin. Aspal dan resin meninggalkan botom menara disebut rafinat dan
campuran minyak dan propan meninggalkan puncak disebut ekstrak. System perolehan
solven dari proses propan deaspalting sebagai mana semua proses ekstraksi adalah sangat
besar biaya operasinnya dibanding proses treating sytem dua tingkat atau teknik superentikal
digubakan untuk memperoleh propan dari rafinat dan dalam phase ekstrak. Menara propan
deaspalting dioperasikan pada tekanan tinggi yang cukup untuk memelihara pelarut dalam
kondisi cair biasanya tekananya 500 psig ( 3448 kPa). Aspalt di peroleh kembali dari rafinat
dapat dicampur dengan aspalt yang lain untuk mendapatkan bahan bakar berat atau di
umpankan pada unit coking. Produk minyak berat dari residu vakum disebut bahan baku
rengkahan adalah mempunyai kekentalan yang tinggi bila dicampur yang telah diproses
kelanjutanya. Dan digunakan untuk digunakan untuk pelumasan beban berat seperti pada truk
automobil dan pelayanan pada pesawat terbang.
2.4.2. Pemilihan Hydrocracking
Ada pemilihan proses hydrocracking untuk memishakan minyak dari wax Salah
satunya menggunakan satu katalis hanya untuk menurunkan pour point dan yang lain
menggunakan dua katalis untuk menurunkan pour point dan memperbaiki kestabilan terhadap
oksigen . Untuk operasi menurunkan pour point kedua proses yang menggunakan bentuk
katalis zeolit yang selektif akan melakukan perengkahan normal parafin dan parafin cabang
yang pendek, zeolit dengan diameter terbuka 6A memberikan craking yang sangat cepat
untuk normal parafin dengan penurunan kecepatan sebanding dengan jumlah yang membesar.
Proses pelumas kendaraan menggunakan fix bed reaktor yang menggunakan dua katalis dan
aliran proses sebagai manan pada hidro kraking . ketajaman operasi dikendalikan oleh
temparatur out let furnace ( suhu rekator ) terutama pembentukan methanatau ethan dalam
reaksinya. Seperti halnya British petroleum (BP) Proses produksi propan , butan dan pentan
dalam perbandingan
2:4:3 dalam satuan berat.
Kondisi rekasi untuk mobil dan BP proses timbul Sesuai dengan type jarak yang
dikehendaki sebagai berikut: Yield dari minyak yang bebas dari wax seperti halnya pour
point yang sama dari bahan umpan yang sangat tinggi dari 0 samapi 15 % lebih besar dari
pelarut dewaxing ( SDW) dengan naiknya kesulitan yang ditimbulkan dari pemisahan minyak
dari wax dalam prses SDW. Umpan pada proses hydrocraking yang selektif adalah minyak
yang diekstrak dari unit aromatik ektraksi keuntungan dapat dicapai atas pelarut lingkungan
unit dewaxing termasuk
a. Minyak yang dihasilkan mempunyai kandungan rendah pada pour poinya dari bahan baku
paraffin
b. Biaya kapital yag rendah
c. Yield bahan baku minyak pelumas yang menguntungkan
d. Operasi pemisahan hydrocracking tidak ditentukan
2.4.3. Hydro Finishing
Hydro finishing dari bahan baku pelumas tanpa wax adalah diperlukan untuk
memisahkan senyawa kimia yang aktif yang mempunyai sifat warna yang tidak stabil dari
minyak pelumas. Banyak operasi hydrocracking menggunakan katalis cobalt molibdenum
dan dioperasikan pada kondisi tajam dengan menentukan perbaikan warna yang
diutamakan.Senyawa organik nitrogen memberikan akibat samping yang sangat serius
terhadap warna dan wana yang tidak stabil dari minyak dan mereka harus dipisahkan dalam
jumlah yang besar atau dari operasinya. Aliran prosesnya adalah sama seperti halnya untuk
bentuk unit hydrocraking kondisi operasi yang mewakili diantaranya : Biasanya yield akhir
minyak kurang lebih 98 % dari minyak dewaxing yang diumpankan.
2.4.5. Finishing By Clay ContactinG
Berbagai pabrik yang memproduksi minyak pelumas menggunakan cara
mengkontakan activated clay dengan minyak dewaxing pada suhu yang bervariasi untuk
memperbaiki kestabilan minyak yang diproduksi dalam pelayanan pemakaian dalam mesin
pada senyawa polar ( aromatik sulfur dan Nitrogen yang terkandung adalam molekulnya)
diadsorbsi pada clay dan dipisahkan menggunakan penyaringan. Clay bekas di buang dan
operasi hambatan yang umum disebabkan oleh clay pencuci ditempatkan kembali oleh
hydrofinishing.
BAB II
No Proses Keterangan
1 Penampunagan minyak pelumas
bekas
2 Filter kasar digunakan untuk
memisahkan minyak pelumas
bekas dari pengotor yang besar,
plastik , kayu, batu dll
Clay treatment,
Oli 1 drum, bentonite 1 sak ( 25
kg ), diputar selama 1 jam, 500
rpm, tempertur 150 der celsius
Filter press,
Bentonit berguna untuk mengikat
kandungan karbon ( ash ) yang
ada dalam oli.
Setelah melalui filter press oli
menjadi sangat jernih
Penampungan sementara,
Dari filter press oli masuk ke
penampunagn sementara
Packaging
Tambahan
Alat yang digunakan untuk
memperbaiki drum yang rusak
metode rerefining minyak pelumas bekas
Beberapa cara pemulihan kembali minyak pelumas bekas yang digunakan untuk industri ,
antara lain ;
1. Acid clay treating.
Minyak pelumas bekas ditreating dengan asam sulfat pekat yang berguna untuk
mengendapkan kotoran yang ada sehingga kotoran tersebut dapat dibuang. Selanjutnya di
treating dengan clay yang berguna untuk menyerap aroma yang masih tertinggal didalam
minyak oli bekas. Proses ini sederhana dengan biaya relatif murah.
Kelebihan ;
a) Sudah sejak lama dan sangat populer proses acid clay digunakan untuk
recycling oli bekas, merupakan teknologi yang sudah terbukti dipakai bertahun tahun
diseluruh dunia. Dapat diset up untuk kapasitas yang kecil.
b) Modal investasinya rendah, membuatnya menjadi sangat efektif untuk plant
skala kecil dan menengah.
c) Prosesnya sangat sederhana, mudah dioperasikan, tidak ada peralatan yang
rumit dan tidak membutuhkan operator ahli.
Kekurangan
a) Menyebabkan polusi lingkungan disebabkan munculnya acid sludge ( lumpur
asam ) dan emisi gas asam. Buangan lumpur asam adalah masalah.
b) Menyebabkan korosi peralatan akibatnya mengurangi umur pakainya.
c) Hasilnya lebih sedikit. Disebabkan hilangnya oli dalam lumpur, apalagi jika
dibutuhkan lumpur yang lebih banyak.
d) Kebanyakan pemerintahan sudah membuat peraturan melarang proses
tersebut untuk mengontrol polusi lingkungan. Oleh karena itu proses ini tidak dipakai lagi.
2. Detergent Extraction.
Mengunakan konsumsi air yang sangat banyak untuk mencuci pelumas bekas sehingga
kandungan kontaminan yang berujud logam dapat dipisahkan. Penambahan surfaktan atau
detergen agar diperoleh bentuk emulsi yang stabil. Emulsifier yang digunakan ABS, texafon,
tepool dan lain lain. Untuk memecah emulsi digunakan CaCl.
Proses ini serupa dengan memecah santan kelapa menjadi minyak dan blondo, untuk
memecah emulsi disamping digunakan bahan kimia digunakan proses fisika juga, yaitu
dengan mengalirkan sejumlah minyak yang teremulsi melewati sepasang logam yang
bermuatan listrik maka akan terpisahkan dua komponen minya yang jernih dan air yang
sudah mengandung kotoran.
3. Clay Distillation
Minyak pelumas bekas didestilasi vacum sehingga diperoleh lumpur, lube oil distillate, light
oil, air. Lube oil distillate diproses lagi dengan clay treating agar diperoleh lube oil stock
(base oil).
Kelebihan
a) Sangat sesuai digunakan untuk plant kapasitas tinggi
b) Layak dioperasikan pada vakum tinggi dan biasanya digunakan untuk
produk yang berharga dan sensitif terhadap panas.
c) Tidak menyebabkan polusi.
d) Sophisticated Equipments & Process
e) Menghasilkan base oil kualitas tinggi.
kekurangan:
a) Pengoperasian pada temperatur dan vakum yang tinggi membutuhkan
sistem pemanasan dan fluida pemanas yang khusus.
b) Membutuhkan investasi modal yang sangat tinggi.
c) Plant harus yang berkapasitas sangat besar agar bisa mendapatkan
keuntungan.
d) Membutuhkan operator dan staf ahli yang sangat berpengalaman.
e) Beaya bahan bakar yang lebih mahal. Disebabkan multiple stage distilasi
yang meliputi pemanasan dan pendinginan.
4. Hydrotreating
Prinsipnya sama dengan clay distillation, hanya setelah distilasi vacum lube oil distillate
diproses lagi dengan proses hydrotreating.
Daftar
Pretreatment Alat :
Filtering Alat ;
1. Filter press 90 cm
2. Filter press 50 cm
3. Dinamo 3 pk 3 buah
4. Pompa 350 rpm 3 buah
Penampung Alat ;
2.Dinamo 3 pk
3. Pompa 3 pk
Packaging Alat :
1. Dinamo 2 pk
2. Pompa
3. Drum 200 lt 100 bh
Perawatan tangki Alat ;
Laboratorium Alat :
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Gelas reaksi
4. Tempat sample
5. pH meter
6. Mixer
7. pemanas listrik
1. Genset 13 pk
2. Genset 90 kva
Kompresor angin 3 pk
Limbah Alat ;
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pelumas adalah suatu zat yang digunakan dalam mesin, berfungsi memberikan lapisan
antara dua permukaan bagian mesin yang bergesekan. Sesuai dengan namanya minyak
pelumas memiliki tugas utama yaitu melumasi bagianbagian mesin yang berkontak dan
bergerak satu terhadap yang lain, sehingga menghindarkan terjadinya keausan atau karat pada
mesin. Minyak pelumas mempunyai daya tahan tertentu di dalam pemakaiannya, sehingga
suatu saat harus diganti dengan minyak pelumas yang baru. Penggantian minyak pelumas ini
disebabkan minyak pelumas yang sudah digunakan mengalami perubahan komposisi atau
susunan kimianya, selain itu juga mengalami perubahan sifat fisis, maupun mekanis. Hal ini
ditimbulkan karena meningkatnya suhu dan tekanan selama penggunaaan. Kotoran-kotoran
yang masuk ke dalam minyak pelumas bekas dan logam-logam yang terkandung seperti Zn,
Pb, Fe dan lain-lain yang terdapat dalam minyak pelumas bekas yang dikeluarkan dari
peralatan biasanya dibuang begitu saja bahkan ada yang dimanfaatkan kembali tanpa proses
daur ulang yang benar, mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Sampai saat ini minyak pelumas bekas (used oil) menjadi suatu masalah tersendiri
untuk lingkungan sekitarnya, banyak minyak pelumas bekas dibuang sembarangan di sungai
atau di selokan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mendaur ulang minyak pelumas
bekas agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
daur ulang minyak pelumas bekas menggunakan batubara dan karbon aktif sebagai adsorben.
Batubara dan karbon aktif merupakan salah satu adsorben yang dapat menyerap zat- zat
kontaminan yang terkandung dalam minyak pelumas bekas. Hal ini dalam rangka
mengurangi tingkat pencemaran lingkungan dan mencegah masalah pemalsuan minyak
pelumas yang dilakukan oleh pengolah minyak pelumas yang ilegal dengan mutu yang sangat
rendah dan tidak layak untuk dipakai. Batubara selama ini umumnya digunakan sebagai
sumber energi atau sebagai pengganti bahan bakar. Oleh karena itu batubara sebagai salah
satu sumber daya alam yang paling melimpah di indonesia harus dimanfaatkan, karena
batubara memiliki nilai kegunaan lebih dari sekedar menjadi sumber energi. Pada batubara
itu memiliki kandungan karbon yang dapat mengikat zat-zat yang terkontaminan. Sehingga
dalam penelitian ini kami memilih batubara sebagai adsorben yang cocok untuk menyerap
zat-zat yang terkandung dalam minyak pelumas bekas. Karbon aktif salah satu adsorben yang
paling populer untuk menghilangkan logam-logam dari larutan (Kikuchi, dkk., 2006; Kassim,
dkk., 2004). Karbon aktif merupakan adsorben yang sangat bagus dan banyak digunakan
karena luas permukaan dan volume mikropori sangat besar (Isam, dkk, 2007). Kapasitas
adsorpsi sangat besar, laju kinetika adsorpsi sangat cepat, dan relatif mudah dapat
diregenerasi (Dinesh, dkk, 2007). Pengolahan minyak pelumas bekas menjadi minyak
pelumas dasar (lube base oil) dengan menggunakan batubara tingkat rendah dan karbon aktif
masih belum banyak dibicarakan. Keberhasilan proses ini akan membawa dampak positif
yaitu menghemat pemakaian minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan minyak pelumas
(Tekmira, 2002).
BAB III
BAHAN ADITIF
4. Anti karat atau anti korosi : Mencegah terjadinya karat pada bagian logam yang
berhubungan dengan pelumas.
7. Pour point despressant : Menjadikan pelumas tetap mudah mengalir pada temperatur
rendah.
9. Viscosity improver : Menjaga viskositas oli pada suhu rendah dan tinggi.
2 . Case study (Penelitian tentang aditif pelumasan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu perancangan permesinan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
adalah sampai sejauh mana mesin tersebut mampu bertahan terhadap penggunaan yang
berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu atau dengan kata lain sampai sejauh mana mesin
yang dibuat tersebut akan bertahan lama. Salah satu faktor penentunya adalah pada
komponen-komponen yang saling bersinggungan (kontak) akibat adanya gesekan satu sama
lain, sehingga mengakibatkan adanya pengikisan permukaan komponen. Pengikisan atau
dalam kata lain disebut sebagai keausan inilah yang menjadi salah satu faktor utama terhadap
umur dari komponen-komponen dalam permesinan. Oleh karena itu salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi keausan adalah dengan memberikan pelumas[1] . Pelumas
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin. Pelumas dibutuhkan mesin untuk
melindungi komponen-komponen mesin dari keausan. Prinsip dasar dari pelumasan adalah
mencegah terjadinya solid friction atau gesekan antara dua permukaan logam yang bergerak,
sehingga gerakan dari masing-masing logam dapat lancar tanpa banyak energi yang
terbuang[2]. Selain dari sifat utama pelumas sebagai pelindung mesin dari keausan, pelumas
juga dituntut untuk memiliki berbagai sifat lainnya, seperti viskositas yang sesuai, pour point
yang rendah, stabil terhadap panas dan oksidasi, serta indeks viskositas yang tinggi. Seiring
dengan meningkatnya tuntutan terhadap bahan-bahan yang ramah lingkungan dan
biodegradable serta renewable, pelumas bio berbasis minyak nabati hingga saat ini masih
terus dikembangkan. Biopelumas terurai lebih dari 98% di dalam tanah, tidak seperti
sebagian pelumas sintetis dan Pendahuluan Tugas Akhir Arafi Adi Putra (1210912003) 2
pelumas mineral yang hanya terurai 20% hingga 40%. Selain itu minyak nabati yang
digunakan pada mesin mengurangi hampir semua bentuk polusi udara dibanding penggunaan
minyak bumi. Biopelumas dapat di hasilkan dari bermacam-macam jenis minyak tumbuhan
dan minyak hewani[2] .
Pemanfaatan minyak nabati sebagai sumber bahan baku pelumas bio merupakan
jawaban dari meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan pelestarian lingkungan, dimana
minyak nabati ini mampu mengurangi hampir semua bentuk polusi lingkungan dibanding
penggunaan bahan baku pelumas dari minyak bumi. Untuk meningkatkan sifat tribologi dari
minyak nabati biasanya dilakukan dengan menambahkan zat aditif yang berfungsi sebagai
antiwear dan antioxidant additive. Salah satu jenis zat aditif yang umum digunakan adalah
jenis STP. Jenis ini umum digunakan karena memiliki beberapa keunggulan seperti
menjadikan pemakaian oli menjadi lebih efisien dan mampu memberikan perlindungan ekstra
terhadap gesekan. Adapun pada penelitian ini akan dilakukan pengujian penggunaan pelumas
bio yang telah ditambahkan zat aditif terhadap ketahanan self aligning ball bearing pada alat
uji ball bearing wear apparatus. Pengaruh dari penambahan zat aditif pada pelumas bio ini
nantinya akan dilihat berdasarkan kurva Stribeck. Kurva Stribeck adalah kurva hubungan
antara koefisien gesek dan nomor pelumasan, sehingga dapat diketahui karakteristik dari
suatu minyak pelumas yang digunakan. Zat aditif yang akan digunakan pada percobaan ini
yaitu jenis STP dan garlic oil. Sedangkan base oil yang digunakan yaitu minyak sawit dan
minyak kopra. Selanjutnya juga akan diamati fenomena-fenomena keausan yang timbul
berdasarkan variasi perbedaan putaran yang diberikan dengan penggunaan massa konstan.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah : a. Mengetahui pengaruh
penambahan zat aditif pada pelumas bio yang diujikan terhadap bearing. Pendahuluan Tugas
Akhir Arafi Adi Putra (1210912003) 3 b. Mengetahui perbedaan bentuk keausan yang terjadi
pada bearing yang diuji berdasarkan variasi jenis pelumasan dan. variasi putaran motor yang
diberikan. c. Menentukan scar width yang mucul pada tiap permukaan bearing yang diujikan
berdasarkan variasi jenis pelumas dan variasi putaran motor yang diberikan.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik dari penggunaan pelumas bio yang telah ditambahkan zat aditif jenis STP dan
garlic oil berdasarkan terhadap ketahanan aus pada komponen yang diujikan.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bahan base oil yang digunakan yaitu
minyak sawit dan minyak kelapa, dan zat aditif yang digunakan yaitu oil treatment dan garlic
oil. b. Pengujian dilakukan hanya pada jenis bearing yang sama, yaitu self aligning ball
bearing. c. Pengujian dilakukan pada alat uji ball bearing wear apparatus dengan memberikan
variasi putaran motor dengan beban konstan sebesar 300N.
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JKT/article/download/19751/9838
https://core.ac.uk/search?q=author:(Pandu%20,%20Hary%20Muckti)
https://www.scribd.com/embeds/392261663/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-Fexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=14208484&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action
%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A
%22web%22%7D
http://eprints.upnjatim.ac.id/5825/1/file_1.pdf
https://www.beritasatu.com/otomotif/309910/ini-fungsi-sembilan-zat-aditif-pada-oli-mesin
http://scholar.unand.ac.id/32975/2/BAB%20I.pdf