SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK KONVERSI ENERGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
oksigen di dalam bahan bakar akan berperan untuk mengoksidasi jelaga dan gas karbon
monoksida (CO) sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan bahwa penambahan bioaditif
minyak cengkeh sebagai katalis pada pembakaran dapat memperbaiki karakteristik
pembakaran biodiesel, disisi lain bioaditif sangat baik sebagai katalis dalam meningkatkan
produksi biodiesel. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh
campuran katalis minyak cengkeh terhadap performa pembakaran droplet minyak jarak
murni.
5
6
jarak mempunyai warna yang bervariasi tergantung pada cara mendapatkannya, biasanya
berwarna kuning pucat, sangat kental dan mempunyai bau khas.
Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan trigliserida lainnya
karena massa jenis, kekentalan (viskositas) dan kelarutannya dalam alkohol relatif tinggi.
Minyak jarak larut dalam etil-alkohol 95% pada temperatur kamar serta pelarut organik
polar dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam
petroleum eter relatif rendah dan dapat dipakai untuk membedakan dengan trigliserida
lainnya. Sifat fisika-kimia minyak jarak dapat dilihat dalam Tabel 2.1 Kandungan asam
lemak minyak biji jarak dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.1
Sifat fisika-kimia minyak jarak
Tabel 2.2
Komposisi Asam Trigliserida Minyak Jarak
Asam lemak yang paling dominan pada minyak jarak yaitu asam oleat dan linolenat
yang merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam linolenat memiliki dua ikatan rangkap,
sedangkan asam oleat memiliki satu ikatan rangkap. Asam linoleate tersebut tersusun dari
18 atom karbon dan memiliki rumus kimia C18H32O2 dengan 2 ikatan rangkap pada karbon
ke 6 dengan ke 7 dan ke 9 dan ke 10. Struktur kimia dari minyak jarak terdapat pada
gambar
2.4 Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi kimia oksidasi yang sangat cepat antara oksigen dan
bahan bakar yang dapat terbakar dengan bantuan energi luar (energy aktivasi) disertai
dengan timbunya cahaya (flame) dan menghasilkan kalor (Turn, 1996). Sedangkan
menurut Wardana, (2008) pembakaran adalah proses lepasnya ikatan-ikatan kimia lemah
bahan bakar kimia akibat pemberian energi tertentu dari luar menjadi atom-atom yang
bermuatan dan aktif sehingga mampu bereaksi dengan oksigen membentuk ikatan
molekul-molekul yang kuat yang mampu menghasilkan cahaya dan panas dalam jumlah
yang besar. Pembakaran dalam proses terjadinya membutuhkan tiga unsur utama yaitu:
9
bahan bakar, pengoksidasi (oksigen atau udara) dan energy aktivasi. Energy aktivasi
adalah energy yang dibutuhkan untuk mengaktifkan molekul-molekul bahan bakar,
sedangkaan jumlah energy yang dibutuhkan untuk memutus 1 mol ikatan kimia bahan
bakar disebut energy disiosasi (kJ/mol). Ilustrasi pembakaran seperti terlihat pada gambar
2.5.
Gambar 2.3 Cara reaktan terbakar, (a) pembakaran premixed, (b) pembakaran difusi
Permukaan api premixed kaya bahan bakar
Permukaan api premxed kaya udara
Sumber: Wardana (2008)
Jika oksigen yang dibutuhkan untuk proses pembakaran diperoleh untuk proses
pembakaran dari udara, dimana udara terdiri dari 21% oksigen dan 79% nitrogen amka
reaksi pembakaran stoikiometri (teoritis) bahan bakar hidrokarbon murni CmHN dapat
dituliskan dengan persamaan:
Persamaan ini telah disederhanakan karena cukup sulit untuk menuliskan secara detail
dan lengkap seluruh reaksi yang terjadi pada proses pembakaran. Proses pembakaran
sempurna dengan rasio ekuivalen yang tept dari udara sulit terjadi, karena pada kondisi
sebenarnya pembakaran sempurna hamper tidak dapat terjadi akibat pembakaran yang
berlangsung secara kompleks, tidak hanya bergantung pada model ruang bakarnya tetapi
juga bergantung pada kondisi bahan bakar, udara dan temperatur pembakarannya. Jika
terjadi pembakaran tidak sempurna , maka persamaan diatas tidak mengandung CO2 dan
H2O, akan tetapi jugan mengandung hasil oksidasi parsial berupa CO, juga sering
terbentuk hidrokarbon tak jenuh, formaldehida dan kadang-kaddang didapat juga karbon
dalam gas hasil pembakarannya.
bahan bakar cair yang kontak dengan udara, yang kemudian dilanjutkan tahapan proses
pembakaran. pada tahapan proses pembakaran akan terjadi reaksi pembakaran dan emisi.
Pada tahapan proses pembakaran akan terjadi reaksi pembakaran dan pembentukan emisi.
Proses pemecahan semprotan bahan bakar menjadi butiran-butiran droplet juga
dipengaruhi oleh property bahan bakar. Bahan bakar cair akan lebih sulit terbakar
dibandingkan dengan bahan bakar gas alam karena bahan bakar cair harus diubah menjadi
gas terlebih dahulu untuk dapat bereakasi dengan oksigen (udara). Bahan bakar cair yang
kental (viskositas tinggi) butuh dipanaskan terlebih dahulu untuk memudahkan dalam
proses penguapan dan pencampuran dengan udara menjadi partikel kecil (kabut) bahan
bakar sehingga proses penguapan dan pencampuran dengan udara menjadi lebih cepat
untuk tercapainya pembakaran yang sempurna.
mendekati spherical (Kuo, 2005:569). Akan tetaapi pembkaran droplet actual yang terjadi
di bumi tidaak ada yang ideal menghasilkan api berbentuk bulat karena proses pembakaran
selalu menginduksi gaya apung yang akan mendorong gas panas ke atas sehingga api akan
berbentuk lonjong dan bahkan memanjang ke atas (Wardana, 2008).
Gambar 2.4 Model nyala api droplet (a) non-spherical (b) spherical
Sumber: Kuo (2005:569)
Selama proses pembakaran, akan terjadi perambatan api dar nyala api menuju
permukaan droplet. Temperatur gas hasil pembakaran yang lebih tinggi akan dipindahkan
secara konveksi menuju permukaan droplet. Pana s yang diterima oleh permukaan droplet.
Akan digunakan untuk memanaskan droplet menuju fase gas. Peristiwa ini disebut dengan
penguapan (evaporation).
Besarnya energy yang dibutuhkan untuk penguapan doplet dapat diketahui dengan
persamaan di bawah ini:
1. Bentuk droplet bulat sempurna sehingga semua perubahan yang menyangkut ruang
terjadi ke arah jari-jari droplet.
2. Droplet adalah cairan komponen tunggal
3. Droplet berada pada kondisi temperatur penguapan sehingga hanya diperlukan
suplai panas sebesar panas laten penguapan.
4. Kecpatan aliran rendah sehingga tekanan dipermukaan droplet tetap.
5. Laju reaksi kimia jauh lebih tinggi dari pada laju difusi dan oleh sebab itu reaksi-
reaksi selesai didpan api dengan ketebalan yang sangat kecil.
6. Suhu droplet konstan dan seragam.
7. Kerapatan cairan jauh lebih besar daripada kerapatan fase, gas sehingga laju
perubahan jari-jari droplet terhadap waktu jauh lebih kecil dari kecepatan difusi fase gas
di dekat permukaan droplet.
8. Efek radiasi diabaikan.
Dari beberapa asumsi di atas yang diatur oleh persamaan dan kondisi batas maka
diturunkan D2 – Law, sebagai berikut:
d2 = – Kct
maka
Dimana:
Kc = burning rate constant (mm2/s)
d = diameter droplet pada waktu t (mm)
d0 = diameter awal droplet (mm)
t = waktu (s)
Dari rumusan di atas menyatakan bahwa diameter droplet akan semakin mengecil
seiring dengan berjalannya waktu, karena menguapnya sebagian masa droplet sebagai
akibat terjadinya perpindahan panas yang merubah fase droplet daric air menjadi uap yang
terbakar.
kompleks, contohnya adalah atomisasi dan evaporasi bahan bakar. Ignition delay pada
bahan bakar sangat tergantung pada tingkat penguapan bahan bakar, semakin cepat bahan
bakar menguap maka semakin cepat pula pembakaran terjadi.
2.5.6 Microexplosion
Microexplosion adalah suatu fenomena ledakan kecil yang terjadi pada pembakaran
droplet bahan bakar cair yang terdiri dari dua jenis cairan atau lebih yang terjadi karena
perbedaan titik didih masing-masing zat penyusun bahan bakar cair. Microexpolsion
merupakan ledakan droplet karena terjadinya penguapan internal di dalam droplet, ledakan
tersebut berpotensi meningkatkan engine performance karena dapat menjadi proses
tomisasi tingkat dua (secondary atomizationi) bahan bakar. Tahapan microexplosion
ditunjukkan pada gambar 2.5.
Tabel 2.3
Properties minyak cengkeh
Properties Nilai Satuan
o
Flash Point 102 C
Saat penambahan minyak cengkeh pada campuran kinerja bahan bakar bertambah
hal ini disebabkan karena minyak cengkeh mengandung eugenol sebagai kandungan
penyusun utamanya. Struktur eugenol yang tebal dapat menyebabkan kekuatan ikatan Van
Der Walls antar molekul dan rantai karbon penyusun bahan bakar berkurang.
Fenol memiliki kecenderungan melepas atom H nya jika atom O sudah stabil yang
diakibatkan resonansi pada elektron cincin siklik. Sehingga H terlepas dan menjadi radikal
bebas.
Setelah melepas H eugenol menjadi lebih positif dibandingkan asam lemak, sehingga
elektron asam lemak cenderung berpindah menuju eugenol. Oksigen yang bermuatan lebih
positif menarik elektron dari eugenol sehingga oksigen menjadi negatif dan asam lemak
menjadi positif, Tarik menarik antar oksigen dan asam lemak terjadi akibat beda potensial,
menyebabkan tumbukan dan mempercepat reaksi.
+ -
Eugenol Eugenol
+
e e
MJ O
(1) (2)
++ - Eugenol
MJ + -
O
MJ O
(3) (4)
Gambar 2.7 Proses reaksi minyak jarak dan oksigen
2.10 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah ada dan juga dari penelitian sebelumnya, dapat
diambil sebuah hipotesis dari penilitian ini. Penambahan persentase katalis minyak
cengkeh akan memperbaiki performa pembakaran minyak jarak murni. Minyak cengkeh
memiliki kandungan eugenol, sehingga penambahan minyak cengkeh akan menurukan
ignition delay. Temperatur pembakaran yang dihasilkan pun akan meningkat seiring
dengan peningkatan nilai burning rate dan microexplosion. Semakin tinggi kecepatan
pembakaran, makan dimensi api yang dihasilkan akan semakin kecil.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
variable terikat adalah ignition delay time, lama nyala api, konstanta burning rate, tinggi
api, dan temperatur api pada proses pembakaran minyak jarak dan minyak cengkeh.
2. Thermocouple
Berfungsi sebagai sensor panas untuk membaca temperatur api yang dihasilkan dari
pembakaran droplet. Thermocouple yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
Jenis : Tipe K
Diameter : 0,03 mm
Range pengukuran : -200o – 260 oC
28
3. Data logger
Digunakan untuk mengubah data analog dari termokopel menjadi data digital
sehingga bias dibaca oleh laptop.
Spesifikasi:
Merek : Advantech
Series : USB-4718
Daya : 5V/ 100 mA
Aplikasi : DAQNavi 4.0.3.4
Dimensi : 132 x 80 x 32 mm (5,2” x 3,15” x 1,26”)
Input channels : 8 channels
Ampere : 4 – 20 mA current input
Out put : 8 x Form channels
Unipolar Input: J, K, E, T, S, B, R thermocouple
4. Kamera
Digunakan untuk dokumentasi dan pengambilan gambar proses terjadinya nyala api
selama proses pembakaran drople campuran katalis minyak cengkeh dengan minyak
jarak di dalam ruang uji bakar yang selanjutnya digunakan untuk analisa visual.
5. Gelas Ukur
Tempat penampungan campuran minyak jarak dengan minyak cengkeh
6. Minyak Cengkeh
Sebagai campuran bioaditif pada minyak jarak
7. Minyak jarak
Bahan Bakar yang digunakan dalam penelitian
8. Tripod
Berfungsi sebagai tempat peletakkan kamera agar dapat stabil dan diatur pada
posisi tertentu, sehingga menghasilkan perekaman video dengan kualitas yang baik.
9. Laptop
Digunakan untuk membaca, menyimpan, dan mengolah data data digital yang
didapatkan dari data logger. Adapun laptop yang digunakan memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Merk : ASUS
Tipe : A456U
Processor : Intel Core i7 3.1GHz
RAM : 8 GB
Memori penyimpanan : 1 TB
Keterangan:
1. Laptop 6. Baterai Motor
2. Data Logger 7. Kamera
3. Ruang uji bakar 8. Tripod
4. Thermocouple 9. Droplet
5. Heater
33
Mulai
Persiapan :
st
Data :
Burning rate
Temperature api
pembakaran
Ignition delay
Ya
A
35
Kesimpulan
Selesai
Tabel 4.1 Karakteristik pembakaran droplet minyak jarak murni dengan komposisi
minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10%.
Persentase Karakteristik Pembakaran
Minyak Burning Rate Ignition Lebar Api Tinggi Api Temperatur
Cengkeh (mm2/s) Delay (mm) (mm) Pembakaran
(s) (⁰C)
0% 1,557020377 5,348 7,33 23,72 608,46
5% 2,071105521 4,864 9,21 32,48 603,88
10% 2,165028783 4,908 7,50 33,22 608,99
35
36
Nilai burning rate dari suatu droplet yang dibakar ditentukan dengan persamaan
berikut:
𝐷2 (𝑡) = 𝐷𝑜2 − 𝐾𝑐 . 𝑡
Keterangan:
D : diameter droplet pada waktu tertentu (mm)
Do: diameter droplet awal (mm)
Kc : burning rate constant (mm2/s)
t : burning lifetime (s)
murni dengan persentase minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10% masing-masing bernilai
1,557 mm2/s, 2,071 mm2/s, dan 2,165 mm2/s.
Kecenderungan naiknya nilai pada gambar grafik burning rate ini dikarenakan
perbandingan antara bioaditif dan droplet berada dititik optimum nya dimana semua
bioaditif mampu bekerja secara efektif mendeformasi susunan molekul minyak jarak
tanpa ada partikel berlebih yang akan memperlambat lama nya burning lifetime sehingga
semakin banyak nilai bioaditif yang ditambahkan maka semakin tinggi juga nilai burning
rate nya.
Dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa rentang waktu dari bahan bakar mulai
dipanaskan oleh heater hingga terbakar mengalami kecenderungan menurun dengan
campuran minyak cengkeh yang semakin tinggi. Adapun ignition delay dari minyak jarak
murni dengan persentase minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10% masing-masing bernilai
5,348 s, 4,864 s, dan 4,908 s.
Kecenderungan turunnya nilai pada grafik ignition delay tersebut dikarenakan
dengan ditambahkannya bioaditif minyak cengkeh pada campuran minyak jarak maka
kerja dari bioaditif untuk mendeformasi susunan molekul senyawa trigliserida pada
38
minyak jarak terjadi lebih banyak dan cepat. Sehingga dengan pertambahan persentase
bioaditif, maka energi yang dibutuhkan untuk terjadi nya reaksi pembakaran menjadi
lebih kecil, atau dengan kata lain energi aktivasinya akan semakin kecil karena droplet
dengan campuran bioaditif minyak cengkeh akan menjadi lebih reaktif akibat susunan
molekul nya yang sudah terdeformasi sehingga ikatan atom nya melemah.
Gambar 4.3 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Tinggi Api dan Lebar Api
kandungan minyak cengkeh yang merupakan senyawa aromatik yang membuat bahan
bakar semakin mudah menguap, sehingga nyala api semakin tinggi.
Pada Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa tiap penambahan kandungan minyak cengkeh,
lebar nyala api maksimal mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh
microexplosion yang terjadi akibat perbedaan titik didih antara minyak jarak murni
(300⁰C) dan minyak cengkeh (110⁰C) yang lebih mudah menguap. Dampaknya,
pembakaran berlangsung dengan adanya ledakan dalam skala kecil yang berlangsung
sekitar droplet.
Gambar 4.4 Evolusi Dimensi Nyala Api pada Minyak Jarak Murni dengan 0% Minyak
Cengkeh
40
Gambar 4.5 Evolusi Dimensi Nyala Api pada Minyak Jarak Murni dengan 5% Minyak
Cengkeh
Gambar 4.6 Evolusi Dimensi Nyala Api pada Minyak Jarak Murni dengan 10% Minyak
Cengkeh
Hal ini diakibatkan karena pada minyak cengkeh terdapat molekul eugenol yang
berperan dalam mempercepat terjadinya reaksi. Terbukti dengan burning rate yang
semakin tinggi dengan bertambahnya campuran minyak cengkeh. Namun, pada biodiesel
dengan campuran cengkeh 10% mengalami kenaikan temperatur walaupun semakin
banyak kandungan cengkehnya. Hal ini disebabkan oleh struktur aromatik yang
membentuk senyawa eugenol pada minyak cengkeh. Menurut Gamayel (2020), struktur
aromatik memiliki stabilitas termal yang baik oleh karena strukturnya yang berbentuk
‘O’, sehingga struktur molekulnya membutuhkan temperatur yang lebih tinggi untuk
bereaksi.
Microexplosion merupakan suatu fenomena yang umumnya terjadi pada bahan bakar
dengan campuran komposisi yang memiliki titik didih yang berbeda. Pada pengujian ini,
adanya ledakan kecil yang timbul daripada pembakaran droplet diakibatkan oleh
perbedaan titik didih minyak jarak murni dan minyak cengkeh. Selain itu ada faktor lain
yang dapat menyebabkan microexplosion yaitu udara yang masuk ke dalam bahan bakar
dan perbedaan karakteristik penguapan kedua minyak.
42
4.2.5 Evolusi Droplet dan Nyala Api Droplet Minyak Jarak Murni dengan Variasi
Campuran Minyak Cengkeh
Pada gambar grafik di bawah, dapat dilihat pengaruh campuran bioaditif minyak
cengkeh terhadap evolusi luas droplet, bahwa semakin banyak persentase campuran
minyak cengkeh maka evolusi luas droplet akan berlangsung lebih cepat.
43
Gambar 4.9 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Evolusi Luas Droplet Minyak
Jarak Murni
evolusi droplet dengan campuran 0%, 5%, dan 10% terjadi pada detik ke 5,4 s, 5,6 s, dan
5,8 s.
Gambar 4.10 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Evolusi Lebar Api Droplet
Minyak Jarak Murni
Pada Gambar 4.10, dapat dilihat bahwa lebar api maksimum tertinggi ditemukan
pada droplet yang dicampurkan dengan bioaditif minyak cengkeh sebesar 10%, diikuti
dengan droplet dengan campuran 5%, sedangkan lebar api maksimum terendah
ditemukan pada campuran 0%. Hal ini dikarenakan terjadinya microexplosion pada kedua
sampel yang mengandung minyak cengkeh, sehingga nyala api akan melebar ke arah
samping. Evolusi lebar api juga berlangsung lebih cepat, di mana lebar maksimum pada
campuran 10% terjadi pada 0,7 s, pada campuran 5% dihasilkan pada 0,8 s, sedangkan
pada minyak jarak murni nilai maksimumnya dihasilkan pada 0,8 s. Hal ini dikarenakan
reaksi yang berlangsung semakin cepat dengan bertambahnya bioaditif minyak cengkeh,
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lebar maksimum semakin rendah.
45
Gambar 4.11 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Evolusi Tinggi Api Droplet
Minyak Jarak Murni
Pada Gambar 4.11, dapat dilihat tinggi nyala api dari titik penyalaan droplet hingga
api kembali mati. Tinggi api maksimum yang terbesar nilainya dicapai oleh sampel yang
diberikan campuran minyak cengkeh sebesar 10%, tinggi api maksimum terbesar kedua
dimiliki oleh dengan campuran cengkeh 5%, dan nilai terendah ditemukan pada
campuran cengkeh 0%. Hal ini disebabkan oleh laju penguapan dan difusi droplet, bahwa
semakin cepat lajunya maka nyala api yang dihasilkan semakin tinggi. Kedua droplet
yang dicampurkan bioaditif mencapai tinggi maksimumnya pada fase akhir pembakaran,
akibat nilai viskositas minyak jarak murni yang menurun semakin tingginya temperatur
pembakaran sehingga partikel minyak jarak murni semakin mudah terpecahkan oleh
minyak cengkeh yang lebih dulu menguap lalu minyak jarak murni pun menguap.
46
Gambar 4.12 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Temperatur Droplet Minyak
Jarak Murni
Hal ini sesuai dengan pengaruh campuran minyak cengkeh terhadap laju
pembakaran, yaitu semakin tinggi kadar campuran minyak cengkeh maka semakin efisien
bioaditif bekerja dalam memecahkan ikatan rantai karbon yang dimiliki oleh minyak
jarak murni sehingga pembakaran droplet berlangsung lebih cepat. Dalam hal ini juga
dapat dilihat bahwa pengaruh minyak cengkeh yang paling optimal terjadi pada
persentase minyak cengkeh 5 %.
47
Gambar 4.13 Grafik TGA dari minyak jarak murni dengan campuran 0%, 5%, dan 10%
104,72-211,78 °C, dan 29,77-247,10 °C. Pada tahap ini juga minyak jarak murni habis
terbakar dan hampir seluruh komposisi dari minyak jarak murni mengalami pembakaran,
yang tersusun dari asam oleat dan linoleat. Jika dibandingkan temperatur tersebut dengan
penelitian oleh Vega-Lizama (2015), maka nilainya sesuai dengan titik didih dari metil
ester yang dominan ditemukan pada biodiesel (119-237 °C). Tahap kedua melibatkan
dekomposisi kandungan asam lemak yang tersisa dari kandungan minyak jarak murni. Di
tahap ini menghabiskan sekitar 3-4% massa sampel yang bereaksi yaitu minyak jarak
dengan campuran 5% dan 10% pada 354,49-428,97 °C, dan 340,06-411,42 °C.
Gambar 4.14 Grafik DTG dari minyak jarak murni dengan campuran 0%, 5%, dan 10%
Karakterisik pembakaran dari hasil analisa TGA/DTG dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Minyak jarak murni memiliki nilai ignition temperature tertinggi dengan 358,530 °C,
diikuti oleh minyak jarak dengan campuran 5% cengkeh pada 336,824 °C, dan minyak
jarak dengan campuran 10% pada 301,536 °C. Kecenderungannya untuk terus menurun
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya kandungan minyak cengkeh maka bahan
bakar akan lebih mudah menyala. Untuk burnout temperature juga dapat dilihat
kecenderungan yang sama dengan nilainya pada minyak jarak murni, minyak jarak
49
dengan 5% campuran, dan minyak jarak dengan 10% campuran masing-masing 450,278
°C, 449,23 °C, dan 447,041 °C. Nilai burnout temperature yang semakin rendah
menegaskan bahwa reaksi pada bahan bakar berlangsung semakin cepat.
Tabel 4.1 Parameter Karakteristik Pembakaran Minyak Jarak Murni dengan minyak
cengkeh
Ignition Burnout Combustion
DTG Max DTG Mean
Minyak Jarak Temperature Temperature Performance
(%/min) (%/min)
(°C) (°C) Index
Murni 358,530 450,278 17,36390491 1,712279124 5,13677E-07
5% Cengkeh 336,824 449,23 12,73729793 1,687259274 4,21681E-07
10% Cengkeh 301,536 447,041 16,16363183 1,707925255 6,79176E-07
𝐷𝑇𝐺𝑀𝑎𝑥 𝐷𝑇𝐺𝑀𝑒𝑎𝑛
𝐷𝑐 = ....................................................................................... (4-2)
𝑇𝑖2 𝑇𝑏
Keterangan:
Dc = Combustion Performance Index
DTGMax = Laju dekomposisi maksimal
DTGMean = Laju dekomposisi rata-rata
Ti = Temperatur api menyala
Tb = Temperatur api terpadam
kurva tersebut dilakukan fitting linear dan didapatkan slope. Energi aktivasi didapatkan
dari hasil perkalian slope dengan R (konstanta gas universal) sebesar 8,3145 kJ/mol.
Gambar 4. dibawah merupakan contoh metode model-fitting yang digunakan pada
penelitian ini.
Gambar 4.15 Plot Linier lnk terhadap 1000/T dalam Perhitungan Energi Aktivasi
Pada tabel 4.2 merupakan hasil perhitungan energi aktivasi (Ea) dari variasi
persentase minyak cengkeh dan minyak jarak murni.
51
Tabel 4.2 Nilai Energi Aktivasi pada Minyak Jarak Murni dengan minyak cengkeh
Sampel Energi Aktivasi (kJ/mol)
BPO 100 124,9444548
BPO 95 89,89238138
BPO 90 89,13480970
Tabel di atas menunjukkan data dari hasil perhitungan nilai energi aktivasi
berdasarkan metode Coats-Redfern dalam menganalisa parameter kinetik dari pengujian
TGA (He, 2013). Minyak jarak murni memiliki nilai energi aktivasi terendah pada
campuran minyak cengkeh 10%, yang berarti sampel ini paling mudah untuk bereaksi.
Sedangkan minyak jarak murni memiliki nilai energi aktivasi tertinggi. Hal ini
disebabkan oleh kandungan eugenol pada minyak cengkeh yang memiliki senyawa
oksigen, sehingga energi yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi pembakaran lebih
rendah jika dibandingkan dengan biodiesel kelapa sawit murni.
Berdasarkan dari data droplet dan TGA/DTG memiliki kecenderungan nilai yang
sama yaitu menurunnya nilai aktivasi dan mempercepat proses pembakaran setelah
ditambahkannya minyak cengkeh dalam bahan bakar minyak jarak murni. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan minyak cengkeh memiliki kandungan eugenol dimana nilai pelepasan
pada eugenol (104,65 kkal/mol) yang cenderung rendah, sehingga jika ditinjau dari
tingkat kemudahannya untuk melepas atom hidrogen pada gugus hidroksi (-OH) maka
eugenol yang banyak terkandung pada minyak cengkeh lebih mudah melepaskan atom
hidrogen. Dengan demikian minyak cengkeh merupakan gugus pendonor elektron yang
bersifat pengaktif cincin aromatis yang dapat menyumbangkan elektron dan mampu
meningkatkan laju reaksi pembentukan produk (radikal antioksidan itu sendiri). Dilihat
dari kemudahan untuk melepaskan atom hidrogen maka adanya gugus substituen
pendonor elektron pada posisi para dapat meningkatkan aktivitas antioksidan sedangkan
gugus penarik elektron akan menurunkan aktivitas antioksidan.
Maka dari itu pengaruh penambahan persentase bioaditif minyak cengkeh pada
bahan bakar minyak jarak murni memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
performa pembakarannya sehingga meningkatkan kecepatan pembakaran pada minyak
jarak murni.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data dan analisa, maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Visualisasi nyala api menunjukan bahwa penambahan persentase katalis minyak
cengkeh pada minyak jarak murni dari 0%, 5%, dan 10% mengalami peningkatan
diameter panjang dan lebar api yang seharusnya, penambahan minyak cengkeh
sebagai katalis membuat dimensi nyala apinya semakin kecil. Namun, hasil
penelitian menunjukkan dampak yang sebaliknya. Hal ini disebabkan, tinggi nyala
api dipengaruhi oleh kecepatan penguapan dan difusi bahan bakar. Semakin cepat
droplet bahan bakar menguap dan berdifusi ke udara maka nyala api akan semakin
tinggi
2. Temperatur droplet dan nyala api dari droplet minyak jarak murni dengan variasi
campuran katalis minyak cengkeh 5 % menurun dan kemudian naik pada campuran
minyak cengkeh 10 %. Hal ini disebabkan oleh struktur aromatik yang membentuk
senyawa eugenol pada minyak cengkeh. Struktur aromatik memiliki stabilitas termal
yang baik oleh karena strukturnya yang berbentuk seperti cicin, sehingga struktur
molekulnya membutuhkan temperatur yang lebih tinggi untuk bereaksi.
3. Ignition delay droplet minyak jarak murni dengan variasi campuran katalis minyak
cengkeh menunjukan bahwa penambahan katalis minyak cengkeh pada droplet
minyak jarak, mampu mempersingkat ignition delay dari droplet minyak jarak,
dikarenakan energi aktivasinya akan semakin kecil karena droplet dengan campuran
katalis minyak cengkeh akan menjadi lebih reaktif akibat susunan molekul nya yang
sudah terdeformasi sehingga ikatan atom nya melemah.
4. Burning rate droplet minyak jarak murni dengan variasi campuran katalis minyak
cengkeh menunjukan kecenderungan naik, dikarenakan perbandingan antara katalis
dan droplet berada di titik optimum sehingga katalis secara efektif mendeformasi
susunan molekul minyak jarak tanpa ada partikel berlebih yang akan memperlambat
lama nya burning lifetime sehingga semakin banyak nilai katalis yang ditambahkan
maka semakin tinggi juga nilai burning rate nya.
37
38
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan bahan baku yang berbeda,
sehingga keberagaman sumber daya alam yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan
dengan baik.
2. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan variasi minyak bahan
bakar dan atsiri yang lebih beragam lagi.
3. Menggunakan kamera tambahan atau lebih dari satu kamera untuk melihat fenomena
yang terjadi pada saat pembakaran droplet.