Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH PENAMBAHAN PERSENTASE BIOADITIF MINYAK

CENGKEH TERHADAP PERFORMA PEMBAKARAN DROPLET


MINYAK JARAK MURNI

SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK KONVERSI ENERGI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

ALFREDO CHRISNANDA DWI PUTRA


NIM. 165060201111057

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsumsi bahan bakar berbasis fosil/minyak bumi yang semakin banyak saat ini
mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi. Selain itu juga mengakibatkan
meningkatnya polusi udara dan efek rumah kaca yang terjadi. Terjadinya polusi udara
diakibatkan oleh proses pembakaran yang tidak sempurna pada mesin kendaraan.
Salah satu upaya untuk mengurangi polusi udara adalah memperbaiki reaksi agar
pembakaran yang terjadi pada bahan bakar dapat sempurna yaitu dengan cara
memperbanyak sumber oksigen pada bahan bakar dengan menambahkan bioaditif dengan
senyawa yang kaya akan oksigen dan dapat larut dalam bahan bakar tersebut. Salah satu
alternatif bioaditif yang baik dan ramah lingkungan dan sudah dikembangkan adalah
menggunakan minyak atsiri.
Minyak atsiri dijadikan bahan baku bioaditif bahan bakar karena mudah menguap
karena titik didihnya rendah, selain itu minyak atsiri mengandung oksigen yang cukup
besar dan memiliki sifat-sifat fisika kimia yang mirip dengan bahan bakar (Kadarohman,
2003) yang diharapkan dapat meningkatkan pembakaran dalam mesin. Hal lain yang cukup
penting dari struktur ruang senyawa penyusun minyak atsiri, ada yang dalam bentuk siklik
dan rantai terbuka diharapkan dapat menurunkan kekuatan ikatan antar molekul penyusun
bahan bakar sehingga proses pembakaran akan lebih efektif. Tujuan digunakannya minyak
atsiri berfungsi untuk memperkaya kandungan oksigen di dalam bahan bakar sehingga
diharapkan pembakaran yang terjadi dapat sempurna.
Minyak cengkeh adalah minyak atsiri yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai
bioaditif bahan bakar karena dari tinjauan terhadap struktur senyawa penyusunnya,
material ini memiliki rantai siklik dan ketersediaan oksigen yang cukup besar
(Kadarohman, 2009). Komponen utamanya adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol
sekitar 80-85% dan karyofilen sekitar 10-15%, eugenol merupakan zat cair berbentuk
cairan jernih tidak berwarna yang akan berubah secara lambat menjadi kekuningan bila
terkena udara (Sastrohamidjojo, 2004). Eugenol berperan untuk memperkaya kandungan
oksigen dalam bahan bakar. (Choi dalam Kadarohman, 2009) mengemukakan bahwa atom

1
2

oksigen di dalam bahan bakar akan berperan untuk mengoksidasi jelaga dan gas karbon
monoksida (CO) sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan bahwa penambahan bioaditif
minyak cengkeh sebagai katalis pada pembakaran dapat memperbaiki karakteristik
pembakaran biodiesel, disisi lain bioaditif sangat baik sebagai katalis dalam meningkatkan
produksi biodiesel. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh
campuran katalis minyak cengkeh terhadap performa pembakaran droplet minyak jarak
murni.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
diambil pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh campuran katalis minyak cengkeh
sebagai bioaditif pada pembakaran droplet dengan bahan bakar minyak jarak murni untuk
mengetahui performa pembakarannya.

1.3 Batasan Masalah


Untuk mempermudah pengamatan yang diteliti dan akibat banyaknya kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat penelitian ini dan supaya permasalahan dalam penelitian ini
tidak meluas. Maka penulis menentukan batasan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut.
1. Tidak membahas cara pembuatan, penemuan, dan pengolahan minyak yang digunakan
lebih spesifik
2. Suhu ruangan pada saat pengujian 25oC-33oC

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan
katalis minyak cengkeh terhadap karakteristik pembakaran droplet dengan bahan bakar
minyak jarak.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui karakteristik pembakaran dengan bahan bakar minyak jarak dengan
penambahan katalis minyak cengkeh sebagai bioaditif
3

b. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan,


khusunya dalam konversi energi bidang bahan bakar dan pembakaran.
c. Sebagai bahan bagi penelitian selanjutnya dalam bidang yang relevan.
d. Sebagai penelitian dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Teknik bidang Konversi Energi pada Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Menurut Wardana (2008), pada penelitian beliau tentang “combustion characteristic
of jathropa oil droplet at various oil temperatures” yang membahas tentang karakteristik
pembakaran droplet pada bahan bakar minyak jarak, dikatakan bahwa pada proses
pembakaran minyak jarak ada 2 tahap. Tahap pertama pembakaran asam lemak, yang
kedua adalah gliserol. Pada minyak jarak terjadi 2 tahap pembakaran dikarenakan titik
nyala api pada gliserol lebih tinggi dibandingkan asam lemak. Beliau menjelaskan juga,
sebelum terjadinya pembakaran tahap kedua, terjadi microexplosion pada reaksi
pembakaran dan frekuensinya akan semakin intens seiring pertambahan temperatur
pemanasan.
Menurut Kadarohman (2010), minyak cengkeh memiliki potensi yang tinggi dalam
menurunkan laju konsumsi bahan bakar dibanding minyak pala, minyak gandapura, sereh
wangi, dan minyak kayu putih. Dimana komposisi campuran minyak cengkeh 0,6%.
Menurut Mira (2016), minyak cengkeh dapat meningkatkan burning rate dan
temperatur seiring penambahan kadar minyak cengkeh dalam campuran bahan bakar
minyak jarak. Hasil optimum didapatkan ketika penambahan kadar 3% minyak cengkeh.
Peningkatan burning rate berbanding terbalik dengan dimensi tinggi api karena cepatnya
pembakaran terjadi. Selain itu microexplosion terjadi pada pembakaran bahan bakar
minyak jarak dengan campuran minyak cengkeh. Kandungan eugenol pada minyak
cengkeh mempengaruhi karakteristik pada minyak jarak, sehingga penambahan minyak
cengkeh pada kadar tertentu dalam bahan bakar minyak jarak akan memperbaiki nilai
karakteristik minyak jarak. Sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
Menurut Kadek Dwi (2018), campuran minyak jarak dengan bioaditif minyak cengkeh
memiliki pengaruh yang besar terhadap laju pembakarannya. Dikarenakan semakin banyak
variasi jenis campuran maka tumbukan yang terjadi semakin banyak sehingga pembakaran
semakin cepat. Jadi campuran antara minyak cengkeh dan bahan bakar minyak jarak dapat
digunakan sebagai bahan bakar nabati.

5
6

2.2 Minyak Nabati


Minyak nabati adalah minyak yang diekstrak dari bagian tumbuhan. Biasanya
digunakan untuk kebutuhan pangan, pengobatan, pelumas, bahkan sebagai bahan bakar.
Minyak nabati tersusun dari gabungan molekul-molekul triglyceride dan 3 cabang asam
lemak dengan rantai karbon 18 atau 16 (Wardana,2008).
Sedangkan asam lemak adalah rantai hydrocarbon lurus dan panjang yang memiliki
12 sampai 24 atom karbon. Salah satu ujung molekul asam lemak berisi kelompok asam
carboxylic (COOH). Asam lemak terbari lagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang semua ikatannya tunggal. Asam
lemak tidk jenuh adalah asam lemak yang memiliki sedikitnya 1 ikatan rangkap atau lebih.
Asam lemak yang dihasilkan dari tumbuhan merupakan ikatan tak jenuh dengan satu atau
lebih ikatan rangkap diantara atom karbonnya dan pada suhu ruang asam lemak yang
dihasilkan tumbuhan berwujud cair (Wardana, 2008). Asam lemak yang biasanya
ditemukan di dalam minyak nabati adalah asam stereat, palmitat, oleat, linoleat. Pada
gambar dapat dilihat susunan ikatan molekul triglyceride terdiri atas glycerol dan tiga
molekul asam lemak. Susunan ini disebut dengan trigliseceride. Fungsi biologis utama dari
triglyceride adalah sebagai bahan bakar (Wardana, 2008). Semakin panjang atom C asam
lemak, maka titik cair semakin tinggi dan akan sulit untuk terbakar.

2.3 Minyak Jarak


Minyak jarak adalah salah satu jenis minyak nabati yang diperoleh dengan cara
pengepresan atau ekstraksi pelarut dari biji tanaman jarak. Dalam bidang farmasi dikenal
pula sebagai minyak kastroli. Kandungan minyak jarak rata-rata 48-57% dari biji kering.
Minyak ini serba guna dan memiliki karakter khas secara fisik. Pada temperatur ruang,
minyak jarak berfasa cair dan tetap stabil pada temperatur rendah maupun temperatur
sangat tinggi. Minyak jarak diproduksi secara alami dan merupakan trigliserida yang
mengandung 86 % asam risinoleat.
Pemanfaatan minyak jarak dan turunannya (derivat) sangat luas dalam berbagai
industri seperti industri sabun, pelumas, minyak rem dan hidrolik, cat, pewarna, plastik
tahan dingin, tinta, malam dan semir, nilon, farmasi (1% dari total produk dunia), dan
parfum. Racun ricin merupakan produk sampingan dari proses pengolahan minyak jarak.
Minyak jarak tidak larut dalam petroleum eter dan minyak mineral lainnya, namun
larut sempurna dalam alkohol pada temperatur kamar dan pelarut polar lainnya. Minyak
7

jarak mempunyai warna yang bervariasi tergantung pada cara mendapatkannya, biasanya
berwarna kuning pucat, sangat kental dan mempunyai bau khas.
Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan trigliserida lainnya
karena massa jenis, kekentalan (viskositas) dan kelarutannya dalam alkohol relatif tinggi.
Minyak jarak larut dalam etil-alkohol 95% pada temperatur kamar serta pelarut organik
polar dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam
petroleum eter relatif rendah dan dapat dipakai untuk membedakan dengan trigliserida
lainnya. Sifat fisika-kimia minyak jarak dapat dilihat dalam Tabel 2.1 Kandungan asam
lemak minyak biji jarak dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.1
Sifat fisika-kimia minyak jarak

Sifat Fisika-Kimia Nilai


Viskositas, 25 oC 6,3-8,8 st
Massa jenis 20/20 oC 0,957-0,963 g/ml
Bilangan asam 0,4-4,0 mg/g
Bilangan penyabunan 176-181 mg/g
Bilangan tak tersabunkan 0,7 mg/g
Bilangan Iodin (Wijs) 82,88 g/g
Warna (appearance) Bening
Indeks bias nD 1,477-1.478
Titik nyala (tag close cup) 230 oC
Titik nyala (Cleveland open cup) 285 oC
Titik api 322 oC
Tegangan permukaan pada 20 oC 39,9 dyne/cm
8

Tabel 2.2
Komposisi Asam Trigliserida Minyak Jarak

Jenis Asam lemak Nilai (%)


Asam Palmitic 4,2
Asam Stearic 6,9
Asam Oleic 43,1
Asam Linoleie 34,3
Asam Lain-lain 1,4
Sumber: Wardana (2008)

Asam lemak yang paling dominan pada minyak jarak yaitu asam oleat dan linolenat
yang merupakan asam lemak tidak jenuh. Asam linolenat memiliki dua ikatan rangkap,
sedangkan asam oleat memiliki satu ikatan rangkap. Asam linoleate tersebut tersusun dari
18 atom karbon dan memiliki rumus kimia C18H32O2 dengan 2 ikatan rangkap pada karbon
ke 6 dengan ke 7 dan ke 9 dan ke 10. Struktur kimia dari minyak jarak terdapat pada
gambar

Gambar 2.1 Struktur Kimia Minyak Jarak


Sumber: Warra, 2016

2.4 Pembakaran
Pembakaran merupakan reaksi kimia oksidasi yang sangat cepat antara oksigen dan
bahan bakar yang dapat terbakar dengan bantuan energi luar (energy aktivasi) disertai
dengan timbunya cahaya (flame) dan menghasilkan kalor (Turn, 1996). Sedangkan
menurut Wardana, (2008) pembakaran adalah proses lepasnya ikatan-ikatan kimia lemah
bahan bakar kimia akibat pemberian energi tertentu dari luar menjadi atom-atom yang
bermuatan dan aktif sehingga mampu bereaksi dengan oksigen membentuk ikatan
molekul-molekul yang kuat yang mampu menghasilkan cahaya dan panas dalam jumlah
yang besar. Pembakaran dalam proses terjadinya membutuhkan tiga unsur utama yaitu:
9

bahan bakar, pengoksidasi (oksigen atau udara) dan energy aktivasi. Energy aktivasi
adalah energy yang dibutuhkan untuk mengaktifkan molekul-molekul bahan bakar,
sedangkaan jumlah energy yang dibutuhkan untuk memutus 1 mol ikatan kimia bahan
bakar disebut energy disiosasi (kJ/mol). Ilustrasi pembakaran seperti terlihat pada gambar
2.5.

Gambar 2.2 Ilustrasi proses pembakaran


Sumber: Wardana (2008)

Berdasarkan kondisi pencampuran bahan bakar dengan oksigen, pembakaran


dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Pembakaran premixed adalah proses pembakaran dimana bahan bakar dan oksigen
(udara) sebagai pengoksidasi suda tercampur terlebih dahulu secara mekanik sebelum
terjadi pembakaran. Keberhasilan dari pembakaran premixed dipengaruhi oleh factor
hogenitas bahan bakar dan udara dimana pembakaran pada campuran bahan baakar dan
udara yang tidak homogeny menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna dan tekanan
yang dihasilkan tidak maksimal (Wardana, 2008).
2. Pembakaran difusi adalah proses pembakaran dimana bahan bakar dan oksigen
(udara) sebagai pengoksidasi tidak bercampu secara mekanik, melainkan dibiarkan
bercampur sendiri secara alamiah melalui proses difusi yang selanjutnya akan terjadi
proses pembakaran.
10

Gambar 2.3 Cara reaktan terbakar, (a) pembakaran premixed, (b) pembakaran difusi
Permukaan api premixed kaya bahan bakar
Permukaan api premxed kaya udara
Sumber: Wardana (2008)

Jika oksigen yang dibutuhkan untuk proses pembakaran diperoleh untuk proses
pembakaran dari udara, dimana udara terdiri dari 21% oksigen dan 79% nitrogen amka
reaksi pembakaran stoikiometri (teoritis) bahan bakar hidrokarbon murni CmHN dapat
dituliskan dengan persamaan:

CnHn + O2 + 3.76 N2 → mCO2 + m H2 O + 3.76 N2

Persamaan ini telah disederhanakan karena cukup sulit untuk menuliskan secara detail
dan lengkap seluruh reaksi yang terjadi pada proses pembakaran. Proses pembakaran
sempurna dengan rasio ekuivalen yang tept dari udara sulit terjadi, karena pada kondisi
sebenarnya pembakaran sempurna hamper tidak dapat terjadi akibat pembakaran yang
berlangsung secara kompleks, tidak hanya bergantung pada model ruang bakarnya tetapi
juga bergantung pada kondisi bahan bakar, udara dan temperatur pembakarannya. Jika
terjadi pembakaran tidak sempurna , maka persamaan diatas tidak mengandung CO2 dan
H2O, akan tetapi jugan mengandung hasil oksidasi parsial berupa CO, juga sering
terbentuk hidrokarbon tak jenuh, formaldehida dan kadang-kaddang didapat juga karbon
dalam gas hasil pembakarannya.

2.5.1 Pembakaran Bahan Bakar Cair


Pada umumnya proses pembakaran bahan bakar cair terdiri atas dua tahapan yaitu
proses atomisasi dan proses pembakaran. Proses atomisasi adalah pemecahan semprotan
bahan bakar menjadi butiran-butiran droplet, lalu terjadi penguapan droplet bahan bakar,
dimana semakit kecil ukuran butiran droplet maka proses penguapan akan semakin cepat
dan luas permukaan meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin banyak luas permukaan
11

bahan bakar cair yang kontak dengan udara, yang kemudian dilanjutkan tahapan proses
pembakaran. pada tahapan proses pembakaran akan terjadi reaksi pembakaran dan emisi.
Pada tahapan proses pembakaran akan terjadi reaksi pembakaran dan pembentukan emisi.
Proses pemecahan semprotan bahan bakar menjadi butiran-butiran droplet juga
dipengaruhi oleh property bahan bakar. Bahan bakar cair akan lebih sulit terbakar
dibandingkan dengan bahan bakar gas alam karena bahan bakar cair harus diubah menjadi
gas terlebih dahulu untuk dapat bereakasi dengan oksigen (udara). Bahan bakar cair yang
kental (viskositas tinggi) butuh dipanaskan terlebih dahulu untuk memudahkan dalam
proses penguapan dan pencampuran dengan udara menjadi partikel kecil (kabut) bahan
bakar sehingga proses penguapan dan pencampuran dengan udara menjadi lebih cepat
untuk tercapainya pembakaran yang sempurna.

2.5.2 Pembakaran Droplet


Pembakaran droplet merupakan pembakaran dari bahan bakar yang berbentuk butiran-
butiran kecil, dalam jumlah yang sangat banyak yang disebut spray (kabut) bahan bakar.
Pembentukan spray bahan bakar tersebut akan menyebabkan penguapan bahan bakar akan
lebih cepat dan mudah bila dibandingkan dengan penguapan bila dibandingkan dengan
penguapan bahan bakan yang berdimensi lebih besar. Oleh karena itu, untuk mengetahui
karakteristik pembakaran spray bahan bakar yang terjadi di dalam ruang bakar dapat
diperiksa lebih lanjut melalui perilaku pembakaran droplet. Dalam penelitian ini akan
dilakukan pengamatan pada pembakaran sebuah droplet campuran biodiesel dan minyak
cengkeh.
Pada pembakaran bahan bakar droplet terjadi dengan proses oksidasi udara atmosfer,
dimana proses penguapan akan dimulai dari permukaan cairan kemudian berdifusi ke
permukaan nyala api (flash point). Sementara oksigen akan bergerak dan berdifusi dari
lingkungan sekeliling droplet menuju permukaan nyala api. Faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik nyala terbagi menjadi dua variable yaitu factor fisik dan factor
kimia. Variable fisik diantaranya adalah tekanan dan temperatur, sedangkan variabel kimia
diantaranya adalah rasio campuran dan strukturn hidrokarbon.
Bentuk nyala api pada pembakaran droplet bisa berupa spherical (bulat) atau non-
spherical (tidak bulat). Pada umumnya nyala api non-spherical disebabkan oleh evek
konveksi akibat gerakan relatif antara gas dan droplet disekelilingnya. Saat bentuk droplet
mengecil, droplet akan ditahan oleh gas di sekellingnya dan kecepatan relatif antara gas
dan droplet menjadi sangat kecil. Hal ini akan menyebabkan nyala api dari droplet dapat
12

mendekati spherical (Kuo, 2005:569). Akan tetaapi pembkaran droplet actual yang terjadi
di bumi tidaak ada yang ideal menghasilkan api berbentuk bulat karena proses pembakaran
selalu menginduksi gaya apung yang akan mendorong gas panas ke atas sehingga api akan
berbentuk lonjong dan bahkan memanjang ke atas (Wardana, 2008).

Gambar 2.4 Model nyala api droplet (a) non-spherical (b) spherical
Sumber: Kuo (2005:569)

Selama proses pembakaran, akan terjadi perambatan api dar nyala api menuju
permukaan droplet. Temperatur gas hasil pembakaran yang lebih tinggi akan dipindahkan
secara konveksi menuju permukaan droplet. Pana s yang diterima oleh permukaan droplet.
Akan digunakan untuk memanaskan droplet menuju fase gas. Peristiwa ini disebut dengan
penguapan (evaporation).
Besarnya energy yang dibutuhkan untuk penguapan doplet dapat diketahui dengan
persamaan di bawah ini:

Q = ∆hv + Cliq (Ts+To) (Kuo, 2005:373)


Dimana:
Q = Energi total penguapan (cal/gr)
∆hv = Kalor laten (cal/gr)
Cliq = Kalor jenis bahan bakar (cal/groC)
Ts = Temperatur permukaan droplet (oC)
To = Temperatur awal droplet (oC)

2.5.3 D2 Law Penguapan dan Pembakaran Droplet


Analisa terhadap proses penguapan dan pembakaran droplet dibatasi oleh beberapa
asumsi sebagai berikut:
13

1. Bentuk droplet bulat sempurna sehingga semua perubahan yang menyangkut ruang
terjadi ke arah jari-jari droplet.
2. Droplet adalah cairan komponen tunggal
3. Droplet berada pada kondisi temperatur penguapan sehingga hanya diperlukan
suplai panas sebesar panas laten penguapan.
4. Kecpatan aliran rendah sehingga tekanan dipermukaan droplet tetap.
5. Laju reaksi kimia jauh lebih tinggi dari pada laju difusi dan oleh sebab itu reaksi-
reaksi selesai didpan api dengan ketebalan yang sangat kecil.
6. Suhu droplet konstan dan seragam.
7. Kerapatan cairan jauh lebih besar daripada kerapatan fase, gas sehingga laju
perubahan jari-jari droplet terhadap waktu jauh lebih kecil dari kecepatan difusi fase gas
di dekat permukaan droplet.
8. Efek radiasi diabaikan.
Dari beberapa asumsi di atas yang diatur oleh persamaan dan kondisi batas maka
diturunkan D2 – Law, sebagai berikut:
d2 = – Kct
maka

Dimana:
Kc = burning rate constant (mm2/s)
d = diameter droplet pada waktu t (mm)
d0 = diameter awal droplet (mm)
t = waktu (s)
Dari rumusan di atas menyatakan bahwa diameter droplet akan semakin mengecil
seiring dengan berjalannya waktu, karena menguapnya sebagian masa droplet sebagai
akibat terjadinya perpindahan panas yang merubah fase droplet daric air menjadi uap yang
terbakar.

2.5.4 Ignition Delay


Ignition delay merupakan proses penguapan dan pencampuran antara udara dan bahan
bakar saat dinyalakannya energi aktivasi hingga terjadinya pembakaran. Pada jeda waktu
antara penyalaan bahan bakar droplet hingga munculnya titik api, jika dianalisa lebih
mendalam, maka bahan bakar akan mengalami proses kimia maupun fisika yang
14

kompleks, contohnya adalah atomisasi dan evaporasi bahan bakar. Ignition delay pada
bahan bakar sangat tergantung pada tingkat penguapan bahan bakar, semakin cepat bahan
bakar menguap maka semakin cepat pula pembakaran terjadi.

2.5.5 Burning Rate


Burning rate atau kecepatan pembakaran adalah massa dari bahan bakar padat ataau
cair yang dikonsumsi per unit waktu. Burning rate pada pembakaran droplet sejalan
dengan waktu menipisnya bahan bakar dari penyalaan awal hingga api padam, secara
umum kecepatan pembakaran diukur berdasarkan massa, sehingga satuannya adalah gram
per detik. Namun karena pada pembakaran droplet ukurannya yang sangat kecil sehingga
sangat sangat sulit untuk mengukur kecepatan pembakaran berdasarkan massa, oleh karena
itu digunakanlah perbandingan diameter yang ditinjau dari luas permukaan, sehingga
satuannya menjadi millimeter kuadrat per detik (mm2/detik).

2.5.6 Microexplosion
Microexplosion adalah suatu fenomena ledakan kecil yang terjadi pada pembakaran
droplet bahan bakar cair yang terdiri dari dua jenis cairan atau lebih yang terjadi karena
perbedaan titik didih masing-masing zat penyusun bahan bakar cair. Microexpolsion
merupakan ledakan droplet karena terjadinya penguapan internal di dalam droplet, ledakan
tersebut berpotensi meningkatkan engine performance karena dapat menjadi proses
tomisasi tingkat dua (secondary atomizationi) bahan bakar. Tahapan microexplosion
ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Ilustrasi ledaakan microexplosion menghasilkan atomisasi tingkat dua.


Sumber: Mura. (2011)
15

Microexplosion menyebabkan terjadinya atomisasi sekunder bahan bakar, sehingga


droplet pecah menjadi butiran-butiran kecil sehingga membantu mempercepat proses
penguapan dan pembakaran. Selain itu kualitas campuran bahan bakar dan udara akan
meningkat sehingga dapat menjadi terjadi pembakaran yang lebih sempurna (Shingo.
2014).
Microexplosion disebabkan karena kecepatan difusi massa yang terbatas dari droplet.
Komponen yang memiliki volatilitas rendah tidak dapat muncul kepermukaan cukup cepat
untuk mengimbangi laju penguapan yang lebih cepat dari komponen lain, sehingga fraksi
massa dari komponen yang memiliki volatilitas lebih rendah di dalam droplet lebih besar
dari pada dipermukaan. Sebagai konsekuensinya, walaupun temperatur permukaan droplet
tidak melebihi titik didihnya, temperatur di beberapa daerah dalam droplet kemungkinan
lebih besar dari pada nilai titik didihnya, sehingga terdapat gas yang terjebak di dalam
droplet menciptaakaan gelembung-gelembung uap. Ketika tekanan di dalam droplet cukup
tinggi maka terjadilah ledakan (microexplosion) (Wang & Law 1985).
Microexplosion berasarkan waktu dan kekuatannya dibagi menjadi tiga tahap berbeda,
yaitu pada tahap pertama adalah tahap inensitas rendah, tahap kedua adalah tahap
intensitas tinggi, dan ketiga adalah tahap intensitas sedaang. Selama proses pembakaran
droplet, microexplosionter jadi terus menerus namun droplet tetap mempertahankan
bentuk seperti bola (Chen. 2017).

2.6 Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan salah satu produk alam yang memiliki potensi untuk
dimanfaatkan sebagai campuran pada bahan bakar karena memiliki komponen
penyusunnya memiliki banyak atom atom oksigen. Menurut Kadarohman (2012) bahwa
struktur ruang serta minyak atsiri ada yang berbentuk silika dan rantai terbuka, sehingga
dapat menurunkan kekuatan ikatan antar molekul yang mengakibatkan proses pembakaran
menjadi lebih cepat.
Minyak atsiri pada umunya berwujud cair dan memiliki bau yang khas, minyak astsiri
sendiri diperoleh dari bagian tanaman seperti akar, kulit, daun, buah, biji, dan batang yang
diambil minyaknya dengan cara penyulingan dengan uap. Minyak atsiri memiliki
karakteristik mudah menguap, dapat dengan mudah mencampur dan melarutkan bahan
organik terbamsuk bahan bakar minyak.
Minyak atsiri dibedakan menjadi beberapa golongan menurut komponen
penyusunnya. Yaitu:
16

1. Minyak astiri alcohol


2. Minyak atsiri fenol
3. Minyak atsiri hidrokarbon
4. Minyak atsiri ester
5. Minyak atsiri oksida
6. Minyak atsiri eter fenol

2.7 Minyak Cengkeh


Kandungan senyawa minyak cengkeh Minyak cengkeh atau minyak cengkih adalah
minyak atsiri yang dihasil kandari penyulingan bagian tanaman cengkeh, terutama daun
dan bunga cengkeh. Secara umum, daun dan ranting cengkeh mengandung eugenol dengan
konsentrasi lebih banyak dibandingkan bunga cengkeh. Minyak yang dihasilkan dari daun
cengkeh kering terdapat 82-88% eugenol. Kandungan lain yangterdapat di dalamnya
adalah zat mangan, asam lemak omega 3, magnesium, serat, zat besi, potasium dan juga
kalsium. Vitamin yang diperlukan oleh tubuh juga ada di dalamnya, terutama vitamin C
dan Vitamin K. Minyak daun cengkeh merupakan salah satu minyak atsiri yang cukup
banyak dihasilkan di Indonesia dengan cara penyulingan air dan uap. Minyak daun
cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa yang
pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah menjadi coklat atau
berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau akibat penyimpanan.
Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak
cengkeh (Syzygium aromaticum), dengan kandungan dapat mencapai (70-96%), dan
walaupun minyak cengkeh mengandung beberapa komponen lain seperti eugenol asetat
dan β-caryophyllene tetapi yang paling penting adalah senyawa eugenol,sehingga kualitas
minyak cengkeh ditentukan oleh kandungan senyawa tersebut,semakin tinggi kandungan
eugenolnya maka semakin baik kualitasnya dan semakin tinggi nilai jualnya. Dalam
persyaratan mutu minyak daun cengkeh SNI 06-2387-2006 kandungan minimal senyawa
eugenol adalah 78% (Badan Standardisasi Nasional, 2006)
Minyak cengkeh tersusun eugenol yaitu sampai 95% dari jumlah minyak atsiri
keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung aseton-eugenol, beberapa senyawa dari
kelompok seskuiterpen, serta bahan-bahan yang tidak mudah menguap seperti tanin, lilin,
dan bahan serupa damar.
17

Tabel 2.3
Properties minyak cengkeh
Properties Nilai Satuan

Density 1.092 g/ml

Nilai kalor 5404.545 Cal/g

o
Flash Point 102 C

Viskositas 9.623 cst

Sumber: Laboratorium Moto Bakar, 2016

Saat penambahan minyak cengkeh pada campuran kinerja bahan bakar bertambah
hal ini disebabkan karena minyak cengkeh mengandung eugenol sebagai kandungan
penyusun utamanya. Struktur eugenol yang tebal dapat menyebabkan kekuatan ikatan Van
Der Walls antar molekul dan rantai karbon penyusun bahan bakar berkurang.

2.8 Pengujian TGA (Thermo Gravimetric Analysis)


Metode TGA merupakan prosedur yang cukup banyak dilakukan dalam karakterisasi
bahan. Pada prinsipnya metode ini mengukur berkurangnya massa material ketika
dipanaskan dari suhu kamar sampai suhu tinggi yang biasanya sekitar 900˚C. Alat TGA
dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya sehingga secara otomatis berat sampel
setiap saat bisa terekam dan disajikan dalam tampilan grafik. Pengukuran yang digunakan
terutama untuk menentukan panas dan/atau kestabilan bahan oksidatif serta sifat komposisi
mereka. Teknik ini dapat menganalisis bahan yang menunjukkan massa baik kekurangan
atau kelebihan karena dekomposisi, oksidasi atau hilangnya bahan mudah menguap
(seperti kelembaban).
18

Gambar 2.6 Alat Uji TGA

2.9 Konsep Dasar


2.9.1 Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh memiliki kandungan dominan yaitu Eugenol, dengan nama struktur
C10H12OH. Eugenol termasuk dalam senyawa aromatic, dengan cincin siklik yang
terkonjugasi. Sehingga dapat menimbulkan loncatan elektron dari ikatan ganda menuju
rantai tunggal, loncatan electron terus menerus terjadi akan menimbulkan resonansi
electron dan membuat cincin siklik.
Senyawa seperti ini disebut fenol. Resonansi elektron tidak hanya berlangsung pada
cincin siklik dalam struktur eugenol terdapat rantai samping antara oksigen yang
berpasangan dengan hydrogen. Oksigen yang mempunyai electron valensi 6 dan hydrogen
1 sehingga masih ada 4 elektron bebas yang ada pada oksigen, sehingga resonansi cincin
siklik dapat berlangsung sampai keluar cincin siklik menuju ikatan OH. Selain itu pada
ikatan O dan CH3 juga terjadi konjugasi, sehingga memungkinkan terjadinya resonansi
tambahan pada rantai O-CH3. Sedangkan ikatan luar yang tidak berkonjugasi akan
memperpanjang rantai hidrokarbon pada minyak jarak, dikarenakan memiliki struktur yang
sama.
Pada minyak cengkeh terjadi resonansi yang mengakibatkan medan magnet. Medan
magnet ini yang berguna untuk mengganggu pergerakan elektron pada molekul minyak
jarak. Sehingga mengakibatkan elektron semakin lama semakin melemah dan akhirnya
mudah untuk lepas. Namun pada minyak cengkeh, lintasan delokalisasi elektron lebih
panjang dikarenakan adanya penambahan lintasan pada ikatan luar. Penambahan lintasan
delokalisasi tersebut juga akan berdampak pada kuat atau lemahnya medan magnet yang
dihasilkan.
19

Fenol memiliki kecenderungan melepas atom H nya jika atom O sudah stabil yang
diakibatkan resonansi pada elektron cincin siklik. Sehingga H terlepas dan menjadi radikal
bebas.
Setelah melepas H eugenol menjadi lebih positif dibandingkan asam lemak, sehingga
elektron asam lemak cenderung berpindah menuju eugenol. Oksigen yang bermuatan lebih
positif menarik elektron dari eugenol sehingga oksigen menjadi negatif dan asam lemak
menjadi positif, Tarik menarik antar oksigen dan asam lemak terjadi akibat beda potensial,
menyebabkan tumbukan dan mempercepat reaksi.

+ -
Eugenol Eugenol
+
e e
MJ O

(1) (2)

++ - Eugenol

MJ + -
O

MJ O

(3) (4)
Gambar 2.7 Proses reaksi minyak jarak dan oksigen

2.10 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang telah ada dan juga dari penelitian sebelumnya, dapat
diambil sebuah hipotesis dari penilitian ini. Penambahan persentase katalis minyak
cengkeh akan memperbaiki performa pembakaran minyak jarak murni. Minyak cengkeh
memiliki kandungan eugenol, sehingga penambahan minyak cengkeh akan menurukan
ignition delay. Temperatur pembakaran yang dihasilkan pun akan meningkat seiring
dengan peningkatan nilai burning rate dan microexplosion. Semakin tinggi kecepatan
pembakaran, makan dimensi api yang dihasilkan akan semakin kecil.
26

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode yang digunakan pada peniltian ini yaitu metode penelitian eksperimental nyata
(true experimental research), yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian untuk memperoleh data empiris. Dari objek yang diteliti akan didapatkan data
berupa visualisasi gambar dan temperatur nyala api yang nantinya akan diolah sehingga
mendapatkan dimensi api, warna api, dan kecepatan pembakaran. Dari data dan hasil
pengolahan data dibuat suatu grafik yang membentuk kecenderungan. Dari grafik tersebut
dapat dibandingkan dan ditarik kesimpulan tentang objek yang diteliti yaitu karakteristik
pembakaran droplet biodiesel minyak jarak dengan katalis minyak cengkeh.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada rentang waktu bulan Maret - Juni 2020. Tempat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya. ( Pengujian Droplet )
2. Laboratorium Energi dan Lingkungan (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember
( Pengujian TGA )

3.3 Variabel Penelitian

Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (independent variable)


Variable bebas adalah variable yang besarnya ditentukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penelitian dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Adapun yang menjadi
variable bebas dalam penelitian ini adalah komposisi minyak cengkeh yaitu 0% - 15%, dari
total massa biodiesel Minyak Jarak.

2. Variabel terikat (dependent variable)


Variable terikat adalah variable yang besar nilainya tergantung oleh variable bebas dan
nilainya diperoleh setelah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
27

variable terikat adalah ignition delay time, lama nyala api, konstanta burning rate, tinggi
api, dan temperatur api pada proses pembakaran minyak jarak dan minyak cengkeh.

3. Variabel terkontrol (controlled variable)


Variable terkontrol adalah variable yang besarnya dikonstankan atau ditentukan
sebelum penelitian berlangsung. Variable terkendali bersifat konstan dan tidak berubah
selama jalannya kegiatan penelitian. Dalam penelitian ini variable terkendalinya adalah :
1. Suhu ruang uji bakar sebesar : 25oC-33oC
2. Arus listrik heater : 12 v
3. Diameter droplet : 1 mm
4. Kecepatan camera : 1000 fps

3.4 Alat dan Bahan Penelitian


3.4.1 Alat Penelitian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Alat pembentuk droplet
Alat ini digunakan untuk membentuk droplet campuran biodiesel-bentonit yang
dilengkapi dengan pengatur debit keluaran campuran bahan bakar biodiesel-bentonit.
Merek Novorapid buatan Brazil.

Gambar 3.1 Alat pembuat droplet

2. Thermocouple
Berfungsi sebagai sensor panas untuk membaca temperatur api yang dihasilkan dari
pembakaran droplet. Thermocouple yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
 Jenis : Tipe K
 Diameter : 0,03 mm
 Range pengukuran : -200o – 260 oC
28

Gambar 3.2 Thermocouple

3. Data logger
Digunakan untuk mengubah data analog dari termokopel menjadi data digital
sehingga bias dibaca oleh laptop.
Spesifikasi:
 Merek : Advantech
 Series : USB-4718
 Daya : 5V/ 100 mA
 Aplikasi : DAQNavi 4.0.3.4
 Dimensi : 132 x 80 x 32 mm (5,2” x 3,15” x 1,26”)
 Input channels : 8 channels
 Ampere : 4 – 20 mA current input
 Out put : 8 x Form channels
 Unipolar Input: J, K, E, T, S, B, R thermocouple

Gambar 3.3 Data logger


29

4. Kamera
Digunakan untuk dokumentasi dan pengambilan gambar proses terjadinya nyala api
selama proses pembakaran drople campuran katalis minyak cengkeh dengan minyak
jarak di dalam ruang uji bakar yang selanjutnya digunakan untuk analisa visual.

Gambar 3.4 Kamera

5. Gelas Ukur
Tempat penampungan campuran minyak jarak dengan minyak cengkeh

Gambar 3.5 Gelas ukur


30

6. Minyak Cengkeh
Sebagai campuran bioaditif pada minyak jarak

Gambar 3.6 Minyak Cengkeh

7. Minyak jarak
Bahan Bakar yang digunakan dalam penelitian

Gambar 3.7 Minyak Jarak Murni


31

8. Tripod
Berfungsi sebagai tempat peletakkan kamera agar dapat stabil dan diatur pada
posisi tertentu, sehingga menghasilkan perekaman video dengan kualitas yang baik.

9. Laptop
Digunakan untuk membaca, menyimpan, dan mengolah data data digital yang
didapatkan dari data logger. Adapun laptop yang digunakan memiliki spesifikasi
sebagai berikut:

 Merk : ASUS
 Tipe : A456U
 Processor : Intel Core i7 3.1GHz
 RAM : 8 GB
 Memori penyimpanan : 1 TB

10. Elemen pemanas (heater)


Elemen pemanas digunakan untuk membakar droplet sehingga menghasilkan nyala
api pada pembakaran.

11. Baterai / Aki


Baterai atau aki berfungsi sebagai sumber listrik yang digunakan untuk
menghasilkan panas pada heater

Gambar 3.8 Baterai / Aki


32

3.4.2 Bahan Penelitian


Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian pembakaran droplet ini adalah bahan
bakar biodiesel minyak jarak dan minyak cengkeh.
1. Minyak Jarak
Bahan bakar minyak nabati yang dipakai untuk penelitian pembakaran droplet.
Spesifikasi kimia ditunjukan oleh tabel 2.1. Spesifikasi fisiknya ditunjukan oleh tabel
2.2.
2. Katalis Minyak Cengkeh
Katalis yang digunakan pada penelitian ini untuk mempercepat reaksi
pembakaran.

3.5 Skema Instalasi Penelitian


Instalasi alat yang digunakan dalam peneliian ini dapat dilihat pada gambar 3.5 di
bawah ini:

Gambar 3.9 Skema instalasi penelitian

Keterangan:
1. Laptop 6. Baterai Motor
2. Data Logger 7. Kamera
3. Ruang uji bakar 8. Tripod
4. Thermocouple 9. Droplet
5. Heater
33

3.6 Prosedur Pengambilan Data Penelitian


Prosedur pengambilan data penelitian terdiri atas beberapa tahap, tahap pertama yaitu
melakukan pencampuran antara minyak jarak dan minyak cengkeh. Pencampuran minyak
jarak dengan minyak cengkeh dilakukan dengan presentase 0-15% total massa dari
biodiesel minyak jarak. Apabila campuran antara minyak jarak dan katalisnya minyak
cengkeh sudah merata, untuk membuat droplet campuran tersebut masukan campuran
kedalam suntikan pembentuk droplet, kemudian tekan bagian kepala pada pembuat droplet
hingga terbentuk droplet pada ujung jarum dan atur ukuran droplet yang dibuat dengan
cara menekan bagian kepala pembentuk droplet secara perlahan agar banyak campuran
yang keluar bisa diatur jumlah nya sesuai dengan variable terkontrol. Untuk pembuatan
droplet dengan variasi campuran berbeda bida digunakan langkah-langkah seperti diatas.
Apabila semua campuran minyak jarak dan minyak cengkeh sudah terpenuhi, tahap
selanjutnya merupakan langkah pengambilan data dari penelitian ini. Sebelum dimulai
penelitian, atur dan rangkai semua peralatan pengujian sesuai dengan skema instalasi
penelitian pada gambar 3,8. Atur letak kamera mengarah pada tempat pembakaran droplet
dan atur fokus hingga gambar ujung thermocouple terlihat jelas pada layer kamera.
Kemudian hubungkan thermocouple ke data logger setelah itu hubungkan data logger ke
laptop/komputer. Selanjutnya nyalakan laptop/komputer kemudian mulai jalankan software
data logger untuk membaca data analog dari thermocouple dan data logger. Buat droplet
dari alat pembentuk droplet dan letakkan droplet pada ujung thermocouple, kemudian
ambil gambar droplet sebelum dibakar. Selanjutya klik tombol start pada program
DAQNavi 4.0.3.4 yang ada pada laptop/komputer dan record, tekan juga tombol rekam
pada kamera. Kemudian nyalakan sumber panas mengarah pada droplet. Saat nyala api
yang dihasilkan droplet telah padam, matikan sumber panas, kemudian hentikan proses
rekam oleh kamera dan tekan tombol stop pada aplikasi DAQNavi 4.0.3.4 yang ada pada
laptop/komputer lalu save as. Data yang dihasilkan pada aplikasi DAQNavi 4.0.3.4 yang
ada pada laptop kemudian disimpan dalam bentuk tabel dan grafik untuk kemudian
dilakukan proses pengolahan data. Gambar yang terekam kamera diolah untuk
memperoleh visualisasi gambar api setiap proses penyalaan api hingga api mati. Untuk
proses pengambilan data dengan variasi campuran yang berbeda bisa digunakan langkah –
langkah seperti diatas.
34

3.7 Diagram Air Penelitian

Mulai

Persiapan :

 Studi literatur dan menarik hipotesis

 Mempersiapkan alat dan bahan untuk


penelitian

st

Membuat alat penelitian untuk


pembakaran droplet

Pengambilan data pengujian

Data :

 Visualisasi nyala api


(warna dan dimensi)

 Burning rate

 Temperature api
pembakaran

 Ignition delay

Apakah telah Tidak


mengambil data
yang dibutuhkan
sebanyak 3 kali ?

Ya

A
35

Melakukan pengolahan data

Analisis dan pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.10 Diagram alir penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil dari penelitian ini berupa data yang menentukan karakteristik pembakaran dari
minyak jarak murni sebelum dicampur dengan minyak cengkeh dan sesudah dicampur,
dengan variasi kandungan minyak cengkeh 0%, 5% dan 10%. Dengan menggunakan high
speed camera, maka diperoleh visualisasi nyala api, yaitu tinggi dan lebar api, ignition
delay time, lama nyala api (burning lifetime), intensitas microexploison, evolusi droplet,
evolusi nyala api, temperatur droplet. Untuk kecepatan pembakaran (burning rate),
nilainya diperoleh dari lama nyala api. Untuk mengukur temperatur nyala api kami
memanfaatkan Data Logger.

4.1.1 Tabel Data Hasil Penelitian


Karakeristik pembakaran dari minyak jarak murni ditentukan dari data hasil
penelitian yang telah dilakukan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik pembakaran droplet minyak jarak murni dengan komposisi
minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10%.
Persentase Karakteristik Pembakaran
Minyak Burning Rate Ignition Lebar Api Tinggi Api Temperatur
Cengkeh (mm2/s) Delay (mm) (mm) Pembakaran
(s) (⁰C)
0% 1,557020377 5,348 7,33 23,72 608,46
5% 2,071105521 4,864 9,21 32,48 603,88
10% 2,165028783 4,908 7,50 33,22 608,99

35
36

4.2 Analisa dan Pembahasan


4.2.1 Pengaruh Penambahan Minyak Cengkeh terhadap Burning Rate
Burning rate didapatkan dari durasi lama pembakaran (burning lifetime) dan
diameter awal droplet dan diameter sesaat sebelum terbakar. Besarnya diameter droplet
yang mengalami perubahan ini dipengaruhi oleh proses evaporasi dan pembakaran.

Gambar 4.1 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Burning Rate

Nilai burning rate dari suatu droplet yang dibakar ditentukan dengan persamaan
berikut:

𝐷2 (𝑡) = 𝐷𝑜2 − 𝐾𝑐 . 𝑡

Keterangan:
D : diameter droplet pada waktu tertentu (mm)
Do: diameter droplet awal (mm)
Kc : burning rate constant (mm2/s)
t : burning lifetime (s)

Grafik di atas menggambarkan pengaruh penambahan minyak cengkeh terhadap


burning rate, yaitu laju bahan bakar droplet untuk terbakar habis. Dapat dilihat pada
Gambar 4.1 bahwa dengan penambahan kadar minyak cengkeh, burning rate pada bahan
bakar mengalami kecenderungan untuk naik. Adapun burning rate dari minyak jarak
37

murni dengan persentase minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10% masing-masing bernilai
1,557 mm2/s, 2,071 mm2/s, dan 2,165 mm2/s.
Kecenderungan naiknya nilai pada gambar grafik burning rate ini dikarenakan
perbandingan antara bioaditif dan droplet berada dititik optimum nya dimana semua
bioaditif mampu bekerja secara efektif mendeformasi susunan molekul minyak jarak
tanpa ada partikel berlebih yang akan memperlambat lama nya burning lifetime sehingga
semakin banyak nilai bioaditif yang ditambahkan maka semakin tinggi juga nilai burning
rate nya.

4.2.2 Pengaruh Penambahan Minyak Cengkeh terhadap Ignition delay


Grafik di dibawah menggambarkan pengaruh penambahan minyak cengkeh terhadap
lama waktu ignition delay.

Gambar 4.2 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Ignition Delay

Dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa rentang waktu dari bahan bakar mulai
dipanaskan oleh heater hingga terbakar mengalami kecenderungan menurun dengan
campuran minyak cengkeh yang semakin tinggi. Adapun ignition delay dari minyak jarak
murni dengan persentase minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10% masing-masing bernilai
5,348 s, 4,864 s, dan 4,908 s.
Kecenderungan turunnya nilai pada grafik ignition delay tersebut dikarenakan
dengan ditambahkannya bioaditif minyak cengkeh pada campuran minyak jarak maka
kerja dari bioaditif untuk mendeformasi susunan molekul senyawa trigliserida pada
38

minyak jarak terjadi lebih banyak dan cepat. Sehingga dengan pertambahan persentase
bioaditif, maka energi yang dibutuhkan untuk terjadi nya reaksi pembakaran menjadi
lebih kecil, atau dengan kata lain energi aktivasinya akan semakin kecil karena droplet
dengan campuran bioaditif minyak cengkeh akan menjadi lebih reaktif akibat susunan
molekul nya yang sudah terdeformasi sehingga ikatan atom nya melemah.

4.2.3 Pengaruh Penambahan Minyak Cengkeh terhadap Dimensi Nyala Api


Pada gambar di bawah pengukuran tinggi dan lebar api diambil pada saat tinggi dan
lebar api berada pada posisi maksimum saat api menyala. Adapun nilai dari tinggi api
untuk setiap sampel yaitu penambahan minyak cengkeh sebesar 0%, 5%, 10%. Berturut-
turut adalah 23,73 mm, 32,48 mm, dan 33,22 mm. Dan untuk nilai lebarnya berturut-turut
adalah 7,33 mm, 9,21 mm, dan 7,5 mm.

Gambar 4.3 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Tinggi Api dan Lebar Api

Berdasarkan landasan teori, penambahan minyak cengkeh sebagai bioaditif mampu


meningkatkan laju pembakaran minyak jarak murni, sehingga dimensi nyala apinya
semakin kecil. Namun, hasil penelitian menunjukkan dampak yang sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Arwin (2020), bahwasannya tinggi nyala api dipengaruhi
oleh kecepatan penguapan dan difusi bahan bakar. Semakin cepat droplet bahan bakar
menguap dan berdifusi ke udara maka nyala api akan semakin tinggi.
Grafik pada Gambar 4.3 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tinggi
nyala api dengan bertambahnya campuran minyak cengkeh. Hal tersebut diakibatkan oleh
39

kandungan minyak cengkeh yang merupakan senyawa aromatik yang membuat bahan
bakar semakin mudah menguap, sehingga nyala api semakin tinggi.
Pada Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa tiap penambahan kandungan minyak cengkeh,
lebar nyala api maksimal mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh
microexplosion yang terjadi akibat perbedaan titik didih antara minyak jarak murni
(300⁰C) dan minyak cengkeh (110⁰C) yang lebih mudah menguap. Dampaknya,
pembakaran berlangsung dengan adanya ledakan dalam skala kecil yang berlangsung
sekitar droplet.

Gambar 4.4 Evolusi Dimensi Nyala Api pada Minyak Jarak Murni dengan 0% Minyak
Cengkeh
40

Gambar 4.5 Evolusi Dimensi Nyala Api pada Minyak Jarak Murni dengan 5% Minyak
Cengkeh

Gambar 4.6 Evolusi Dimensi Nyala Api pada Minyak Jarak Murni dengan 10% Minyak
Cengkeh

4.2.4 Pengaruh Penambahan Minyak Cengkeh terhadap Temperatur Nyala Api


Gambar grafik dibawah menunjukkan pengaruh persentase minyak cengkeh terhadap
temperatur pembakaran droplet minyak jarak murni. Grafik di atas menunjukkan bahwa
temperatur pembakaran tertinggi dihasilkan oleh minyak jarak murni dengan campuran
minyak cengkeh 10% dengan nilai 608,99 ⁰C, sedangkan minyak jarak murni dengan
41

campuran minyak cengkeh 5% memiliki temperatur pembakaran yang terendah yaitu


603,88 ⁰C dan biodiesel dengan campuran 0% memiliki temperatur bernilai 608,46 ⁰C.

Gambar 4.7 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Temperatur Pembakaran

Hal ini diakibatkan karena pada minyak cengkeh terdapat molekul eugenol yang
berperan dalam mempercepat terjadinya reaksi. Terbukti dengan burning rate yang
semakin tinggi dengan bertambahnya campuran minyak cengkeh. Namun, pada biodiesel
dengan campuran cengkeh 10% mengalami kenaikan temperatur walaupun semakin
banyak kandungan cengkehnya. Hal ini disebabkan oleh struktur aromatik yang
membentuk senyawa eugenol pada minyak cengkeh. Menurut Gamayel (2020), struktur
aromatik memiliki stabilitas termal yang baik oleh karena strukturnya yang berbentuk
‘O’, sehingga struktur molekulnya membutuhkan temperatur yang lebih tinggi untuk
bereaksi.
Microexplosion merupakan suatu fenomena yang umumnya terjadi pada bahan bakar
dengan campuran komposisi yang memiliki titik didih yang berbeda. Pada pengujian ini,
adanya ledakan kecil yang timbul daripada pembakaran droplet diakibatkan oleh
perbedaan titik didih minyak jarak murni dan minyak cengkeh. Selain itu ada faktor lain
yang dapat menyebabkan microexplosion yaitu udara yang masuk ke dalam bahan bakar
dan perbedaan karakteristik penguapan kedua minyak.
42

Gambar 4.8 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Intensitas Microexplosion


Pembakaran Droplet Minyak Jarak Murni

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa intensitas microexplosion tertinggi


berlangsung pada droplet minyak jarak murni yang dicampur dengan minyak cengkeh
10% (Gambar 4.8). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa titik didih yang berbeda dari
minyak jarak murni dan minyak cengkeh menimbulkan microexplosion, di mana semakin
tinggi persentase campuran cengkeh maka semakin tinggi intensitas microexplosion.
Dampaknya, laju pembakaran bahan bakar sesudah dicampur minyak cengkeh lebih
tinggi nilainya daripada bahan bakar murni.

4.2.5 Evolusi Droplet dan Nyala Api Droplet Minyak Jarak Murni dengan Variasi
Campuran Minyak Cengkeh
Pada gambar grafik di bawah, dapat dilihat pengaruh campuran bioaditif minyak
cengkeh terhadap evolusi luas droplet, bahwa semakin banyak persentase campuran
minyak cengkeh maka evolusi luas droplet akan berlangsung lebih cepat.
43

Gambar 4.9 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Evolusi Luas Droplet Minyak
Jarak Murni

Hal tersebut dikarenakan kandungan eugenol pada minyak cengkeh memiliki


struktur yang mampu memutuskan ikatan rantai karbon pada minyak jarak murni,
sehingga energi yang dibutuhkan untuk droplet bereaksi semakin rendah dan pembakaran
berlangsung lebih cepat.
Beberapa titik pada gambar grafik tersebut menunjukkan bahwa sesaat luas droplet
dapat meningkat, hal ini disebabkan oleh terjadi microexplosion yang merupakan dampak
dari bermacam asam lemak penyusun minyak jarak yang memiliki boiling point yang
berbeda. Sama halnya pada droplet yang diberikan campuran minyak cengkeh, terjadi
pula microexplosion yang diakibatkan bioaditif ini juga memiliki boiling point yang
berbeda dengan minyak jarak.
Gambar 4.9 menunjukkan pada titik evolusi droplet manakah terjadi nyala api
pertama muncul dan pada titik evolusi droplet manakah dihasilkan tinggi nyala api
maksimum. Pada droplet minyak jarak murni atau tanpa campuran minyak cengkeh, titik
api pertama muncul terjadi pada detik ke 4,8 s, sedangkan pada droplet dengan campuran
minyak cengkeh 5% nyalanya api terjadi pada detik ke 4,7 s, dan pada droplet dengan
campuran 10% nyalanya api terjadi pada detik ke 4,9 s. Sesuai dengan grafik ignition
delay, dengan bertambahnya campuran minyak cengkeh, waktu yang dibutuhkan untuk
api menyala semakin lama. Sedangkan, tinggi nyala api maksimum yang dihasilkan pada
44

evolusi droplet dengan campuran 0%, 5%, dan 10% terjadi pada detik ke 5,4 s, 5,6 s, dan
5,8 s.

Gambar 4.10 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Evolusi Lebar Api Droplet
Minyak Jarak Murni

Pada Gambar 4.10, dapat dilihat bahwa lebar api maksimum tertinggi ditemukan
pada droplet yang dicampurkan dengan bioaditif minyak cengkeh sebesar 10%, diikuti
dengan droplet dengan campuran 5%, sedangkan lebar api maksimum terendah
ditemukan pada campuran 0%. Hal ini dikarenakan terjadinya microexplosion pada kedua
sampel yang mengandung minyak cengkeh, sehingga nyala api akan melebar ke arah
samping. Evolusi lebar api juga berlangsung lebih cepat, di mana lebar maksimum pada
campuran 10% terjadi pada 0,7 s, pada campuran 5% dihasilkan pada 0,8 s, sedangkan
pada minyak jarak murni nilai maksimumnya dihasilkan pada 0,8 s. Hal ini dikarenakan
reaksi yang berlangsung semakin cepat dengan bertambahnya bioaditif minyak cengkeh,
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lebar maksimum semakin rendah.
45

Gambar 4.11 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Evolusi Tinggi Api Droplet
Minyak Jarak Murni

Pada Gambar 4.11, dapat dilihat tinggi nyala api dari titik penyalaan droplet hingga
api kembali mati. Tinggi api maksimum yang terbesar nilainya dicapai oleh sampel yang
diberikan campuran minyak cengkeh sebesar 10%, tinggi api maksimum terbesar kedua
dimiliki oleh dengan campuran cengkeh 5%, dan nilai terendah ditemukan pada
campuran cengkeh 0%. Hal ini disebabkan oleh laju penguapan dan difusi droplet, bahwa
semakin cepat lajunya maka nyala api yang dihasilkan semakin tinggi. Kedua droplet
yang dicampurkan bioaditif mencapai tinggi maksimumnya pada fase akhir pembakaran,
akibat nilai viskositas minyak jarak murni yang menurun semakin tingginya temperatur
pembakaran sehingga partikel minyak jarak murni semakin mudah terpecahkan oleh
minyak cengkeh yang lebih dulu menguap lalu minyak jarak murni pun menguap.
46

4.2.6 Temperatur Droplet Minyak Jarak Murni dengan Variasi Campuran


Minyak Cengkeh
Pada gambar di bawah, droplet yang berisi bioaditif minyak cengkeh sebesar 5%
mengalami kenaikan temperatur yang paling cepat, sedangkan droplet dengan bioaditif
minyak cengkeh sebesar 10% mencapai temperatur maksimumnya lebih cepat daripada
droplet minyak jarak murni.

Gambar 4.12 Pengaruh Persentase Minyak Cengkeh pada Temperatur Droplet Minyak
Jarak Murni

Hal ini sesuai dengan pengaruh campuran minyak cengkeh terhadap laju
pembakaran, yaitu semakin tinggi kadar campuran minyak cengkeh maka semakin efisien
bioaditif bekerja dalam memecahkan ikatan rantai karbon yang dimiliki oleh minyak
jarak murni sehingga pembakaran droplet berlangsung lebih cepat. Dalam hal ini juga
dapat dilihat bahwa pengaruh minyak cengkeh yang paling optimal terjadi pada
persentase minyak cengkeh 5 %.
47

4.2.7 Analisa TGA (Thermogravimetric Analysis) dan DTG (Derivative


Thermogravimetry) Biodiesel Kelapa Sawit dengan Variasi Campuran
Minyak Cengkeh
Pada gambar 4.13 adalah hasil pengujian TGA (thermogravimetric analysis) minyak
jarak murni dengan variasi campuran minyak cengkeh 0%, 5%, dan 10%. Gambar grafik
ini menunjukkan bahwa slope pada sampel yang mengandung 10% minyak cengkeh
dimulai pada temperatur yang terendah di antara ketiga sampel yang diujikan, yang
berarti proses dekomposisinya berlangsung lebih cepat dari pada sampel dengan
campuran 5% minyak cengkeh, lalu diikuti oleh minyak jarak murni sebagai sampel yang
paling terakhir mengalami dekomposisi.

Gambar 4.13 Grafik TGA dari minyak jarak murni dengan campuran 0%, 5%, dan 10%

Grafik DTG (derivative thermogravimetry) pada Gambar 4.14 mengilustrasikan


lebih jelas keberlangsungan proses dekomposisi, yang sebenarnya terjadi dalam beberapa
tahapan. Tahap pertama, yang terjadi hingga kurang lebih 90-92% dari massa total telah
terdekomposisi, berlangsung pada minyak jarak murni, minyak jarak dengan campuran
5%, dan minyak jarak dengan campuran 10% masing-masing pada 306,07-414°C,
48

104,72-211,78 °C, dan 29,77-247,10 °C. Pada tahap ini juga minyak jarak murni habis
terbakar dan hampir seluruh komposisi dari minyak jarak murni mengalami pembakaran,
yang tersusun dari asam oleat dan linoleat. Jika dibandingkan temperatur tersebut dengan
penelitian oleh Vega-Lizama (2015), maka nilainya sesuai dengan titik didih dari metil
ester yang dominan ditemukan pada biodiesel (119-237 °C). Tahap kedua melibatkan
dekomposisi kandungan asam lemak yang tersisa dari kandungan minyak jarak murni. Di
tahap ini menghabiskan sekitar 3-4% massa sampel yang bereaksi yaitu minyak jarak
dengan campuran 5% dan 10% pada 354,49-428,97 °C, dan 340,06-411,42 °C.

Gambar 4.14 Grafik DTG dari minyak jarak murni dengan campuran 0%, 5%, dan 10%

Karakterisik pembakaran dari hasil analisa TGA/DTG dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Minyak jarak murni memiliki nilai ignition temperature tertinggi dengan 358,530 °C,
diikuti oleh minyak jarak dengan campuran 5% cengkeh pada 336,824 °C, dan minyak
jarak dengan campuran 10% pada 301,536 °C. Kecenderungannya untuk terus menurun
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya kandungan minyak cengkeh maka bahan
bakar akan lebih mudah menyala. Untuk burnout temperature juga dapat dilihat
kecenderungan yang sama dengan nilainya pada minyak jarak murni, minyak jarak
49

dengan 5% campuran, dan minyak jarak dengan 10% campuran masing-masing 450,278
°C, 449,23 °C, dan 447,041 °C. Nilai burnout temperature yang semakin rendah
menegaskan bahwa reaksi pada bahan bakar berlangsung semakin cepat.

Tabel 4.1 Parameter Karakteristik Pembakaran Minyak Jarak Murni dengan minyak
cengkeh
Ignition Burnout Combustion
DTG Max DTG Mean
Minyak Jarak Temperature Temperature Performance
(%/min) (%/min)
(°C) (°C) Index
Murni 358,530 450,278 17,36390491 1,712279124 5,13677E-07
5% Cengkeh 336,824 449,23 12,73729793 1,687259274 4,21681E-07
10% Cengkeh 301,536 447,041 16,16363183 1,707925255 6,79176E-07

Dalam menentukan karakteristik pembakaran bahan bakar, Combustion


Performance Index dicari untuk mengetahui kemampuan bahan bakar untuk terbakar.
Combustion Performance Index dapat ditemukan dengan persamaan berikut:

𝐷𝑇𝐺𝑀𝑎𝑥 𝐷𝑇𝐺𝑀𝑒𝑎𝑛
𝐷𝑐 = ....................................................................................... (4-2)
𝑇𝑖2 𝑇𝑏

Keterangan:
Dc = Combustion Performance Index
DTGMax = Laju dekomposisi maksimal
DTGMean = Laju dekomposisi rata-rata
Ti = Temperatur api menyala
Tb = Temperatur api terpadam

Hasil combustion performance index tertinggi ditemukan pada sampel yang


mengandung 10% cengkeh, sedangkan combustion performance index terendah
ditemukan pada sampel dengan campuran 5% cengkeh.
50

4.2.8 Menentukan Energi Aktivasi (Ea)


Energi Aktivasi ialah usaha minimal yang diperlukan sehingga suatu reaksi kimia
bisa terjadi. Pada penelitian ini, energi aktivasi didapatkan dengan persamaan arrhenius
pada metode Coats-Redfern, dimana metode ini akan mengetahui kinetika dan
mekanisme dari dekomposisi termal pada sampel. Energi aktivasi dapat diketahui dengan
−ln⁡(1−𝛼)
memplotkan nilai ln[ ] dan 1000/T sehingga didapatkan kurva. Kemudian dari
𝑇2

kurva tersebut dilakukan fitting linear dan didapatkan slope. Energi aktivasi didapatkan
dari hasil perkalian slope dengan R (konstanta gas universal) sebesar 8,3145 kJ/mol.
Gambar 4. dibawah merupakan contoh metode model-fitting yang digunakan pada
penelitian ini.

Gambar 4.15 Plot Linier lnk terhadap 1000/T dalam Perhitungan Energi Aktivasi
Pada tabel 4.2 merupakan hasil perhitungan energi aktivasi (Ea) dari variasi
persentase minyak cengkeh dan minyak jarak murni.
51

Tabel 4.2 Nilai Energi Aktivasi pada Minyak Jarak Murni dengan minyak cengkeh
Sampel Energi Aktivasi (kJ/mol)
BPO 100 124,9444548
BPO 95 89,89238138
BPO 90 89,13480970

Tabel di atas menunjukkan data dari hasil perhitungan nilai energi aktivasi
berdasarkan metode Coats-Redfern dalam menganalisa parameter kinetik dari pengujian
TGA (He, 2013). Minyak jarak murni memiliki nilai energi aktivasi terendah pada
campuran minyak cengkeh 10%, yang berarti sampel ini paling mudah untuk bereaksi.
Sedangkan minyak jarak murni memiliki nilai energi aktivasi tertinggi. Hal ini
disebabkan oleh kandungan eugenol pada minyak cengkeh yang memiliki senyawa
oksigen, sehingga energi yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi pembakaran lebih
rendah jika dibandingkan dengan biodiesel kelapa sawit murni.
Berdasarkan dari data droplet dan TGA/DTG memiliki kecenderungan nilai yang
sama yaitu menurunnya nilai aktivasi dan mempercepat proses pembakaran setelah
ditambahkannya minyak cengkeh dalam bahan bakar minyak jarak murni. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan minyak cengkeh memiliki kandungan eugenol dimana nilai pelepasan
pada eugenol (104,65 kkal/mol) yang cenderung rendah, sehingga jika ditinjau dari
tingkat kemudahannya untuk melepas atom hidrogen pada gugus hidroksi (-OH) maka
eugenol yang banyak terkandung pada minyak cengkeh lebih mudah melepaskan atom
hidrogen. Dengan demikian minyak cengkeh merupakan gugus pendonor elektron yang
bersifat pengaktif cincin aromatis yang dapat menyumbangkan elektron dan mampu
meningkatkan laju reaksi pembentukan produk (radikal antioksidan itu sendiri). Dilihat
dari kemudahan untuk melepaskan atom hidrogen maka adanya gugus substituen
pendonor elektron pada posisi para dapat meningkatkan aktivitas antioksidan sedangkan
gugus penarik elektron akan menurunkan aktivitas antioksidan.
Maka dari itu pengaruh penambahan persentase bioaditif minyak cengkeh pada
bahan bakar minyak jarak murni memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
performa pembakarannya sehingga meningkatkan kecepatan pembakaran pada minyak
jarak murni.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data dan analisa, maka kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Visualisasi nyala api menunjukan bahwa penambahan persentase katalis minyak
cengkeh pada minyak jarak murni dari 0%, 5%, dan 10% mengalami peningkatan
diameter panjang dan lebar api yang seharusnya, penambahan minyak cengkeh
sebagai katalis membuat dimensi nyala apinya semakin kecil. Namun, hasil
penelitian menunjukkan dampak yang sebaliknya. Hal ini disebabkan, tinggi nyala
api dipengaruhi oleh kecepatan penguapan dan difusi bahan bakar. Semakin cepat
droplet bahan bakar menguap dan berdifusi ke udara maka nyala api akan semakin
tinggi
2. Temperatur droplet dan nyala api dari droplet minyak jarak murni dengan variasi
campuran katalis minyak cengkeh 5 % menurun dan kemudian naik pada campuran
minyak cengkeh 10 %. Hal ini disebabkan oleh struktur aromatik yang membentuk
senyawa eugenol pada minyak cengkeh. Struktur aromatik memiliki stabilitas termal
yang baik oleh karena strukturnya yang berbentuk seperti cicin, sehingga struktur
molekulnya membutuhkan temperatur yang lebih tinggi untuk bereaksi.
3. Ignition delay droplet minyak jarak murni dengan variasi campuran katalis minyak
cengkeh menunjukan bahwa penambahan katalis minyak cengkeh pada droplet
minyak jarak, mampu mempersingkat ignition delay dari droplet minyak jarak,
dikarenakan energi aktivasinya akan semakin kecil karena droplet dengan campuran
katalis minyak cengkeh akan menjadi lebih reaktif akibat susunan molekul nya yang
sudah terdeformasi sehingga ikatan atom nya melemah.
4. Burning rate droplet minyak jarak murni dengan variasi campuran katalis minyak
cengkeh menunjukan kecenderungan naik, dikarenakan perbandingan antara katalis
dan droplet berada di titik optimum sehingga katalis secara efektif mendeformasi
susunan molekul minyak jarak tanpa ada partikel berlebih yang akan memperlambat
lama nya burning lifetime sehingga semakin banyak nilai katalis yang ditambahkan
maka semakin tinggi juga nilai burning rate nya.

37
38

5. Evolusi nyala api droplet berlangsung cepat dikarenakan penambahan persentase


minyak cengkeh pada campuran minyak jarak murni yang membuat pembakarannya
semakin optimal.
6. Berdasarkan dari data droplet dan TGA/DTG memiliki kecenderungan nilai yang
sama yaitu menurunnya nilai aktivasi dan mempercepat proses pembakaran setelah
ditambahkannya minyak cengkeh dalam bahan bakar minyak jarak murni.
7. Bertambahnya performa pembakaran pada bahan bakar minyak jarak setelah
ditambahkannya bioaditif minyak cengkeh.

5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan bahan baku yang berbeda,
sehingga keberagaman sumber daya alam yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan
dengan baik.
2. Dalam penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan variasi minyak bahan
bakar dan atsiri yang lebih beragam lagi.
3. Menggunakan kamera tambahan atau lebih dari satu kamera untuk melihat fenomena
yang terjadi pada saat pembakaran droplet.

Anda mungkin juga menyukai