Anda di halaman 1dari 6

PENINGKATAN ANGKA SETANA BAHAN BAKAR SOLAR

MELALUI PENAMBAHAN BIOADITIF


Anisa Witri Sofiarani
Jurusan Teknik Kimia, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Email: anisaws0@gmail.com

Abstrak. Bahan bakar solar saat ini telah banyak digunakan baik untuk aktifitas transportasi
maupun industri. Namun, pembakaran yang kurang sempurna menyebabkan penggunaan
minyak solar menjadi lebih boros dan dapat menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya.
Upaya untuk mengurangi masalah tersebut sering dilakukan dengan menambahkan zat aditif
pada bahan bakar solar yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas bahan bakar. Karakter dasar
yang diinginkan dari suatu aditif adalah kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi
pembakaran baik melalui peningkatan reaktifitas bahan bakar maupun dengan penyediaan
oksigen secara internal. Untuk mengurangi kandungan NOx, HC, dan partikulat yang dihasilkan
dari penggunaan solar, dapat dilakukan dengan meningkatkan angka setana (cetane number/CN)
karena solar dengan angka setana yang lebih tinggi akan menurunkan ignition delay dan
meningkatkan kualitas pembakaran. Salah satu cara meningkatkan angka setana adalah
penambahan aditif pada solar. Tahap pertama karakterisasi minyak solar dan bioaditif
menggunakan GCMS dan FTIR, tahap kedua karakterisasi fisik solar-bioaditif pada berbagai
komposisi, dan tahap ketiga penentuan laju konsumsi pada mesin satu silinder skala
laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak cengkeh memiliki kemampuan
paling tinggi dalam menurunkan tingkat laju konsumsi bahan bakar solar.
Kata Kunci: bahan bakar solar, efisiensi pembakaran, angka setana, bioaditif

Abstrak. Current diesel fuel has been widely used for both transportation and industrial
activities. However, incomplete combustion causes the use of diesel fuel to be more wasteful and
can produce harmful exhaust emissions. Efforts to reduce the problem are often done by adding
an additive to diesel fuel that serves to improve fuel quality. The desired basic character of an
additive is its ability to improve combustion efficiency either through increased fuel reactivity or
by providing oxygen internally. To reduce the content of NOx, HC, and particulates generated
from the use of diesel, can be done by increasing the cetane number (CN) because diesel with
higher cetane numbers will reduce the ignition delay and improve the combustion quality. One
way to increase cetane numbers is the addition of additives to diesel. The first stage
characterizes diesel and bioadditive oils using GCMS and FTIR, the second phase of solar-
bioadditive physical characterization in various compositions, and the third stage of determining
the rate of consumption on laboratory single-cylinder engines. The results showed that clove oil
has the highest ability in lowering the rate of consumption of diesel fuel.
Keywords: diesel fuel, combustion efficiency, cetane number, bioadditive

PENDAHULUAN
Mesin diesel dapat mengubah energi kimia yang terkandung dalam bahan bakar
menjadi tenaga mekanik. Namun gas yang dikeluarkan oleh mesin diesel mengandung beberapa
konstituen yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Diantaranya adalah emisi dari materi
partikulat, CO, hidrokarbon, NOx, dan SO2. Emisi-emisi tersebut dapat menyebabkan penyakit-
penyakit seperti sakit kepala, iritasi mata, kanker, dan pernapasan. Emisi hidrokarbon dan NOx
juga merupakan komponen penting yang menyebabkan terjadinya peristiwa smog
(kabut fotokimia).
Untuk mengatasi permasalahan emisi akibat pembakaran bahan bakar pada mesin diesel,
seharusnya digunakan bahan bakar dengan cetana number yang tinggi. Cetana number
dapat meningkat apabila proses pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermesin
diesel lebih optimal. Peningkatan mutu bahan bakar diesel dipengaruhi oleh dua hal, yakni
parameter bahan bakar yang baik dan ketersediaan oksigen yang cukup. Parameter yang
mempengaruhi kinerja bahan bakar diesel adalah kerapatan, kekentalan, titik anilin dan indeks
diesel yang dimiliki oleh bahan bakar diesel tersebut.
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pembakaran bahan bakar dan mengurangi
pencemaran adalah mereformulasi bahan bakar dengan zat aditif yang berfungsi untuk
memperkaya kandungan oksigen dalam bahan bakar. Song (2001) dan Choi (1999)
mengemukakan zat aditif ‘penyedia oksigen’ pada bahan bakar solar berperan untuk
meningkatkan bilangan setana (cetane number), sehingga pembakaran menjadi lebih
sempurna.
Zat aditif terdiri dari dua macam, yaitu aditif sintesis (aditif buatan) dan bioaditif
(berasal dari tumbuhan). Telah banyak penelitian dalam melakukan reformulasi bahan bakar ini.
Terobosan yang semakin tajam dalam pemilihan aditif pada bahan bakar adalah aditif organik
(bioaditif) yang berasal dari tumbuhan alam. Contoh saja dari minyak sawit dan minyak atsiri.
Peningkatan Angka Setana Bahan Bakar Solar melalui Penambahan Bioaditif Minyak
Kelapa Sawit
Metode pembuatan metil ester menggunakan reaksi transesterifikasi sederhana. Dalam
pembuatan metil ester ini digunakan minyak kelapa (minyak goreng “Barco”) sebanyak 1 liter.
Metil ester yang dihasilkan berwarna kuning muda hampir mendekati putih dan lebih jernih
dibandingkan sebelumnya. Metil ester yang dihasilkan dari reaksi ini sebanyak 900 ml.
Dilakukan pengecekan densitas yang dimiliki oleh metil ester lebih tinggi dibandingkan
densitas solar, hal ini menunjukkan bahwa metil ester memiliki rantai karbon yang lebih
panjang dibandingkan solar. Dan didapat suhu distilat metil ester lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu distilat solar, hal ini akan mempengaruhi perhitungan CI.
Perhitungan yield dapat dilakukan dengan membandingkan hasil spektra IR dari HNO3
1% dan metil ester nitrat. Dalam perhitungan ini digunakan spektra IR untuk asam asetat pada
daerah 3394 cm-1. Yield reaksi diperoleh dengan mengasumsikan banyaknya larutan campuran
adalah 1 liter. Dari 1 liter campuran tersebut dapat ditentukan berat dari campuran tersebut.
Yield reaksi dihitung dengan cara membandingkan berat metil ester nitrat dengan berat larutan
campuran menggunakan Persamaan 5, maka yield = 77,84 %.
Dari perhitungan didapatkan yield metil ester nitrat sebesar 77,84 %. Ini berarti gugus
nitrat yang bereaksi dengan metil ester sebanyak 74,84 %. Hasil ini menandakan bahwa reaksi
efektif karena yield yang dihasilkan lebih dari 50 %.
Peningkatan Angka Setana Bahan Bakar Solar melalui Penambahan Bioaditif Minyak
Atsiri
1. Minyak Atsiri dari Cengkeh
Adanya penambahan bioaditif minyak cengkeh menyebabkan turunnya specific gravity,
yang berarti nilai kalor minyak solar pun mengalami peningkatan. Berbeda dengan minyak
cengkeh, penambahan bioaditif minyak terpentin, minyak pala, minyak gandapura, minyak
sereh, dan minyak kayu putih secara umum menyebabkan specific gravity minyak solar
mengalami peningkatan. Bahan bakar dengan specific gravity yang lebih tinggi akan
memberikan nilai kalor yang lebih rendah.
Harga API Gravity memiliki hubungan berbanding lurus dengan nilai kalor yang
dihasilkan. Semakin tinggi API gravity (atau semakin rendah specific gravity), maka
nilai kalor akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah API gravity, maka nilai kalor
akan semakin rendah. Penambahan bioaditif yang menyebabkan terjadinya peningkatan
harga API gravity adalah bioaditif minyak cengkeh, sehingga nilai kalor minyak solar yang
direformulasi dengan minyak cengkeh akan semakin tinggi dan tenaga yang dihasilkan pun
semakin besar.
Jika ditinjau dari segi efisiensi, komposisi solar-minyak cengkeh memiliki kemampuan
paling tinggi dalam menurunkan tingkat laju konsumsi bahan bakar dibanding bioaditif yang
lain, karena pada penambahan jumlah bioaditif yang rendah (0,6%) mampu menurunkan
laju konsumsi bahan bakar hingga 4,43%. Sedangkan hasil penelitian terhadap kinerja minyak
gandapura dan minyak sereh menunjukkan bahwa bioaditif ini tidak dapat menurunkan laju
konsumsi bahan bakar. Kinerja yang tinggi pada penambahan bioaditif minyak cengkeh
kemungkinan disebabkan minyak cengkeh memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dalam
minyak solar.
2. Minyak Atsiri dari Sereh Wangi
Distilasi uap terhadap daun sereh wangi selama 2 dan 3 jam menghasilkan
rendemen berturut-turut 31 dan 38 mL. Minyak sereh wan- gi hasil penyulingan uap ini
memiliki komponen utama 3-carene (24,21%), citronelal (11,64%) dan geraniol (5,36%).
Maserasi Peningkatan kadar geraniol dalam minyak sereh wangi dilakukan meng-
gunakan distilasi vakum pada suhu 110ºC dan 120 oC. Proses distilasi pada suhu 110 oC
meng- hasilkan distilat sebanyak 3 mL. Distilat (citro- nellal) yang dihasilkan berwarna
bening dan memiliki aroma sereh wangi yang tidak terlalu menyengat. Sementara bottom
(geraniol) yang diperoleh sebanyak 16 ml berwana kuning jernih, memiliki aroma yang kuat
dan mengandung ge- raniol, yang merupakan komponen dengan ka- dar terbesar sebanyak
21.06%. Jika dibandingkan dengan kadar geraniol pada minyak sereh wangi awal yaitu
5,36%, maka proses distilasi vacum ini mampu meningkatkan kadar geraniol sebesar 293
%. Hal ini menunjukan bahwa metode disti- lasi vacum ini cukup efektif untuk meningkatkan
kadar geraniol pada minyak sereh wangi. Proses ini juga sedikit meningkatkan kadar
citronellal, dari 11,65% menjadi 11,86%. Sementara, proses distilasi vacum pada suhu
120oC menghasilkan distilat sebanyak 6 ml. Distilat (citonellal) yang dihasilkan berwarna
be- ning dan memiliki aroma sereh wangi yang tidak terlalu menyengat. Sebaliknya, bottom
(geraniol) yang dihasilkan sebanyak 13 ml berwarna kuning bening, beraroma sangat kuat
dan mengandung geraniol sebesar 21,78% atau dengan kata lain terjadi peningkatan kadar
geraniol sebesar 306%. Dengan demikian, telihat bahwa pada penggu- naan suhu yang
lebih tinggi, kadar geraniol dalam minyak sereh wangi juga meningkat, meskipun
peningkatan tersebut tidak signifikan. Namun sebaliknya, kadar citronellal dalam minyak
sereh wangi menurun pada penggunaan suhu yang le- bih tinggi. Pada suhu 120oC ini, kadar
citronella hanya sebesar 7,76 %.
Ekstraksi Aplikasi minyak sereh wangi dilakukan dengan cara mencampurkan gasoline
dengan minyak sereh wangi dengan perbandin- gan volume 1000:0.5 ; 1000:1 ; 1000:1.5 ;
1000:2 serta bensin murni sebagai pembanding.
Minyak sereh wangi memiliki potensi untuk dijadikan bioaditif minyak solar
karena memiliki kinerja dalam menurunkan laju konsumsi bahan bakar. Komposisi optimum
penambahan bioaditif minyak sereh wangi adalah sebesar 0,3%. Komposisi solar-minyak
cengkeh 0,3% mampu menurunkan laju konsumsi bahan bakar karena dari harga spesifik
gravity dan viskositas termasuk paling efisien dan angka setana dari pengujiannya dapat
meningkatkan angka setana dari minyak solar.
3. Minyak Atsiri dari Biji Kapuk
Pada tahap degumming diperoleh nilai asam lemak bebas sebesar 12.78%
sehingga tidak memungkinkan dilakukan transesterifikasi langsung untuk menghasilkan
biodiesel. Tahap selanjutnya yaitu tahap esterifikasi untuk mengurangi kadar asam lemak
bebas dalam pembuatan biodiesel. Hasil yang diperoleh dari proses ini yaitu terdapat dua
lapisan, lapisan bawah adalah campuran metanol, air, dan asam sulfat sedangkan lapisan atas
adalah campuran minyak dan alkil ester. Hasil tahapan ini dapat menurunkan asam
lemak bebas dari 12.78% menjadi 1.216% yang menunjukkan bahwa kadar asam lemak bebas
<2% sehingga minyak hasil esterifikasi dapat digunakan untuk proses transesterifikasi. Proses
transesterifikasi bertujuan untuk mengkonversi trigliserida menjadi metil ester dengan bantuan
alkohol yaitu metanol dan katalis basa yaitu KOH. Proses ini merupakan reaksi reversibel
yaitu trigliserida dikonversi secara bertahap menjadi digliserida, monogliserida, dan akhirnya
menjadi gliserol. Hasil tahapan ini diperoleh produk berupa metil ester pada lapisan atas
sedangkan pada lapisan bawah berupa gliserol, sisa metanol, dan katalis. Nitrasi biodiesel
dilakukan dengan cara menambahkan tetes demi tetes biodiesel ke dalam campuran asam
sulfat dan asam nitrat disertai pengadukan menggunakan stirrer selama 4 jam dengan
kondisi suhu sekitar 10-150C karena reaksi yang terjadi sangat eksotermis. Hasil nitrasi
biodiesel menunjukkan produk memiliki warna yang lebih gelap dibanding warna
biodiesel sebelum nitrasi. Kemudian dilakukan perhitungan angka setana dilakukan dengan
mengurangi hasil CI dengan angka 2. Dari hasil perhitungan CN yang diperoleh, dapat dilihat
bahwa angka setana solar meningkat dengan ditambahkannya alkil nitrat pada solar.
KESIMPULAN

a. Metil ester nitrat dapat disintesis dari minyak kelapa dengan metode nitrasi
menggunakan HNO3 dan H2SO4. Penambahan metil ester nitrat 1 % ke dalam minyak
solar meningkatkan CN dari 44,68 menjadi 47,49. Yield reaksi yang dihasilkan sebesar 74,84
%.
b. Minyak cengkeh memiliki potensi untuk dijadikan bioaditif minyak solar karena memiliki
kinerja paling tinggi dalam menurunkan laju konsumsi bahan bakar . Komposisi optimum
penambahan bioaditif minyak cengkeh adalah sebesar 0,6%. Komposisi solar-minyak
cengkeh 0,6% mampu menurunkan laju konsumsi bahan bakar sebesar 4,43% relatif
terhadap laju konsumsi minyak solar yang tidak direformulasi.

c. Komposisi solar-minyak cengkeh 0,3% mampu menurunkan laju konsumsi bahan bakar
karena dari harga spesifik gravity dan viskositas termasuk paling efisien dan angka setana dari
pengujiannya dapat meningkatkan angka setana dari minyak solar.

d. Perhitungan angka setana dilakukan dengan mengurangi hasil CI dengan angka 2. Dari hasil
perhitungan CN yang diperoleh, dapat dilihat bahwa angka setana solar meningkat dengan
ditambahkannya alkil nitrat pada solar.

DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Heri Dwi., dkk. 2014. Formulasi Bioaditif Super “Ron Booster” pada Bahan Bakar
Minyak Melalui Ekstraksi Minyak Sereh Wangi Menggunakan Gelombang Mikro.
Semarang: Teknik Kimia, Universitas Diponegoro.
Anggryani, Dwi., dkk. 2011. Pengembangan Produksi Minyak Serai Wangi (Citronella Oil)
Sebagai Bioaditif Super “Ron Booster” Pada Bahan Bakar Minyak Melalui Proses
Ekstraksi Gelombang Mikro Untuk Meningkatkan Nilai Ekonomis. Semarang: Teknik
Kimia, Universitas Diponegoro.
Astuti, Widi., dkk. 2015. Peningkatan Kadar Geraniol Dalam Minyak Sereh Wangi dan
Aplikasinya Sebagai Bio Additive Gasoline. Jurusan Teknik Kimia, FT Universitas Negeri
Semarang.
Bota, Welmince., dkk. 2015. Potensi Senyawa Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) dari
Tumbuhan Cymbopogon Nardus L. Sebagai Agen Antibakteri. Universitas Kristen Satya
Wacana.
Cahyono, Eko., dkk. 2014. Pengaruh Penambahan Aditif Alkil Nitrat Yang Disintesis Dari
Biodiesel Minyak Biji Kapuk (Ceiba Pentandra) Terhadap Kenaikan Angka Setana Solar.
FMIPA, Universitas Negeri Surabaya.
Djoko Yudisworo. W., dkk. 2016. Analisis Kenaikan Daerah Operasi Mesin Diesel
Konvensional setelah Dilakukan Tune Up. Fakultas Teknik Mesin, Universitas 17 Agustus
1945 Cirebon.
Kadarohman, Asep. 2006. Eksplorasi Minyak Atsiri sebagai Bioaditif Bahan Bakar Solar.
Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Kusuma Nugraheni, Ida. 2014. Modifikasi Solar Menjadi Bahan Bakar Setara Pertamina Dex.
Jurusan Teknik Mesin Otomotif, Politeknik Negeri Tanah Laut.
Munawir. Z.M., dkk. 2003. Penambahan Bioaditif Untuk Peningkatan Kualitas Bbm Blending
Petrodiesel dan Biodiesel. Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir – Batan.
Nasikin, M., dkk. 2002. Paditif Peningkat Angka Setana Bahan Bakar Solar Yang Disintesis
Dari Minyak Kelapa. Depok: Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Prasetyo, Eko., dkk. 2013. Studi Komparasi Emisi Gas Buang Berbahan Bakar Solar Dan
Campuran Solar Dengan Volatile Fatty Acid Degraded (Vfad) Pada Mesin Diesel Nissan
D-22. FT Universitas Negeri Surabaya.
Sitepu, Tekad. 2009. Kajian Eksprimental Pengaruh Bahan Aditif Octane Boster Terhadap Nilai
Kalor Bahan Bakar Solar. FT Universitas Sumatera Utara.
Towaha, Juniaty. 2012. Manfaat Eugenol Cengkeh Pada Berbagai Industri Di Indonesia.
Sukabumi: Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Vekky, Wilvian. V.R., dkk. 2013. Pengaruh Penambahan Aditif Nabati Solar Terhadap Unjuk
Kerja Dan Ketahanan Mesin Diesel Generator Set Tf55r. FTI Institut Teknologi Sepuluh
November.
Wulandari, Rinda., dkk. 2014. Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit Terhadap Peningkatan Kadar
Bioetanol. Diploma Pharmacy Program Studies of Polytechnic Bhakti Mulia Sukoharjo.

Anda mungkin juga menyukai