PROSES PRODUKSI
BIODIESEL
DISUSUN OLEH :
2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Hasil uji coba pada kendaraan Izusu yang telah dilakukan oleh mahasiswa
Universitas Trisakti menunjukkan adanya penghematan bahan bakar dari 1 liter
untuk 6 kilometer menjadi 1 liter untuk 9 kilometer dengan menggunakan
biodiesel dari minyak jelantah, demikian juga BBM perahu nelayan berkurang
sekitar 20 persen apabila digunakan oleh para nelayan. Bahkan telah diuji coba
pada kendaraan bermesin diesel sampai 40% campuran dengan solar selama
kurang lebih 3 tahun tanpa masalah sadikit pun.
Satuan
Parameter Uji Persyaratan
min/maks
Massa jenis pada 40℃ kg/m3 850-890
Viskositas kinematik pada 40℃ mm2/s (cSt) 2,3-6,0
Angka setana min 51
Titik nyala (mangkok tertutup) ℃, min 100
Titik kabut ℃, maks 18
Korosi lempeng tembaga (3 jam pada
nomor 1
50℃)
Residu karbon
dalam percontohan asli, atau % massa, maks 0,05
dalam 10% ampas distilasi 0,03
Air dan sedimen % volume, maks 0,05
Temperatur distilasi 90% ℃ 360
Abu tersulfatkan % massa, maks 0,02
Belerang mg/kg. maks 50
Fosfor mg/kg. maks 4
Angka asam mg-KOH/kg 0,5
Gliserol bebas % massa, maks 0,02
Gliserol total % massa, maks 0,24
Kadar ester metil % massa, min 96,5
% massa,
Angka iodium 115
(g-I2/100g), maks
Kestabilan oksidasi periode induksi
metode rancimat atau periode induksi
metode petro oksi
Monogliserida % massa, maks 0,8
1.2.5 Transesterifikasi
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi tiga tahap dan reaksi balik
(reversible) yang membentuk tiga molar FAME dan satu molar gliserol (GL)
dari satu molar trigliserida (TG) dan tiga molar metanol. Digliserida (DG) dan
monogliserida (MG) merupakan hasil reaksi antara (intermediate). Katalis
diharapkan dapat mempengaruhi laju reaksi dalam memproduksi biodiesel
secara katalitik pada skala komersial (Susilo, 2006).
Mekanisme reaksi untuk transesterifikasi berkatalis basa dapat diformulasikan
dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penyerangan atom karbon karbonil dari
molekul trigliserida oleh anion alkohol (ion metoksida) untuk membentuk
senyawa antara. Di tahap kedua, senyawa antara bereaksi dengan alkohol
(metanol) untuk meregenerasi anion alkohol (ion metoksida). Di tahap terakhir,
pembentukan kembali senyawa antara dihasilkan dalam bentuk ester asam lemak
dan digliserida. Ketika NaOH, KOH, K2CO3 atau katalis sejenis lainnya
dicampur dengan alkohol, (Ma dan Hanna, 1999). Reaksi Transesterifikasi dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Proses Transesterifikasi
1.2.6 Esterifikasi
Esterifkasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan senyawa
alkohol untuk menghasilkan ester dengan bantuan katalis padat (heterogen)
ataupun katalis cair (homogen) (Prasetyo, 2012). Katalis yang biasa digunakan
yaitu katalis asam homogen seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl)
(Dewi, 2015).
Proses esterifikasi dengan katalis asam digunakan apabila minyak nabati
mengandung FFA lebih besar dari 5% sehingga langsung ditransesterifikasi
dengan katalis basa yang menghasilkan sabun. Apabila sabun yang dihasilkan
dalam jumlah yang banyak maka pemisahan gliserol dari metil ester akan
terhambat dan dapat membentuk emulsi selama proses pencucian. Reaksi
esterifikasi dapat berjalan sempurna pada temperatur rendah apabila
menambahkan reaktan metanol dalam jumlah yang banyak dan air yang terdapat
pada fasa reaksi yaitu fasa minyak harus dibuang (Hasahatan, 2018).
Gambar 1.2 Proses Esterifikasi
1.2.7 Katalis
Katalis dalam proses produksi biodiesel (misalnya esterifikasi atau
transesterifikasi) merupakan suatu bahan (misalnya basa, asam atau enzim) yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi
(actifation energy, Ea) dan tidak mengubah kesetimbangan reaksi, serta bersifat
sangat spesifik. Proses produksi bisa berlangsung tanpa katalis tetapi reaksi akan
berlangsung sangat lambat dan membutuhkan suhu yang tinggi dan tekanan
yang tinggi untuk mencapai hasil atau rendemen yang maksimum (Darnoko,
2000).
Saat ini hampir seluruh reaksi pengolahan biodiesel skala komersial
menggunakan katalis basa homogen. Katalis yang bersifat basa lebih umum
digunakan pada reaksi transesterifikasi karena menghasilkan metil ester yang
tinggi dan waktu yang cepat. Konsentrasi katalis yang umum digunakan adalah
0,5 - 4% dari berat minyak (Mittelbach dan Remschit, 2004).
Secara komersial biodiesel banyak diproduksi dengan transesterifikasi alkali
(basa) di bawah tekanan atmosfir, diproses secara batch, dioperasikan pada suhu
60 – 700C dengan metanol dan akan terbentuk metil ester secara maksimal
dalam waktu 60 menit. Hasil atau kandungan metil ester yang diperoleh sekitar
97 – 99% dan proses yang dipilih bergantung dari mutu bahan baku (minyak
nabati) awal, jika minyak mempunyai nilai FFA < 0,5 % maka bisa langsung
diproses dengan transesterifikasi dengan katalis basa, bila kandungan FFA > 5
% maka proses harus dilakukan dengan Es-trans (esterifikasi-transesterifikasi),
setelah reaksi selesai akan terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berupa metil ester
atau biodiesel serta bagian bawah adalah gliserol (Freedman, 1984).
Katalis asam dilakukan dalam rangka mensintesis minyak yang mempunyai
nilai FFA tinggi. Katalis asam seperti asam sulfat, asam phospat, asam klorida
cocok untuk reaksi yang mempunyai bilangan asam lemak bebas tinggi. Reaksi
katalis asam memerlukan waktu reaksi jauh lebih panjang dibanding reaksi
katalis basa (Van Gerpen, 2004).
1.2.7.1 NaOH
Katalis basa homogen seperti NaOH (natrium hidroksida)dan KOH
(kalium hidroksida) merupakan katalis yang paling umum digunakan dalam
proses pembuatan biodiesel karena dapat digunakan pada temperatur dan
tekanan operasi yang relatif rendah serta memiliki kemampuan katalisator yang
tinggi. Akan tetapi, katalis basa homogen sangat sulit dipisahkan dari campuran
reaksi sehingga tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya akan ikut
terbuang sebagai limbah yang dapat mencemarkan lingkungan (Santoso &
Kristianto, 2013).
Tabel 1.2 Sifat Fisik-Kimia NaOH
2.1.2 Bahan
Minyak Jelantah (minyak goreng filma. Di peroleh dari warung makan Pak
Aas)
Metanol 96%
Hablur KOH
Aquades
NaOH
H2SO4 98%
Asam Oksalat
Indikator PP
Indikator Universal
2.2 Prosedur
2.2.1 Preparasi Sampel
1. Menyiapkan minyak (300 gram) yang akan diproduksi menjadi biodiesel,
kemudian analisa Asam Lemak Bebas / Free Fatty Acid (FFA)
2. Prosedur analisa Asam Lemak Bebas / Free Fatty Acid (FFA)
Menimbang dengan seksama 2 gram – 5 gram contoh ke dalam Erlenmeyer
250 mL
Menambahkan 50 mL etanol 95% yang netral dengan NaOH 0,1 N ke dalam
sampel
Menambahkan 3 tetes – 5 tetes indikator PP dan titrasi dengan larutan
standar NaOH 0,1 N (75,8 mL) hingga warna merah muda tetap (tidak
berubah selama 15 menit)
Melakukan penetapan secara duplo
Menghitung kadar FFA
Jika %FFA > 5% maka dilakukan proses trans-esterifikasi dengan
menambahlan setetes demi setetes 1% H 2SO4 murni sambil diaduk. Jika
%FFA > dilakukan analisa seperti prosedur diatas sampai (%FFA < 5%)
3. Menyiapkan alkohol (300 mL) dengan menambahkan katalis NaOH 1% berat
alkohol sebagai katalis esterifikasi (3 mL)
Menentukan kecepatan
aliran volumetric (Q)
1.2 Pembahasan
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Sebelum memproduksi biodiesel sebaiknya terlebih dahulu menganalisa
viskositas dan densitas sampel minyak jelanta agar terlihat perbedaan antara
sampel minyak jelanta dengan biodiesel hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Y., Arifin, B., Imelda, O. N. T., & Aziz, H. J. s.-g. (2011). PELATIHAN
PEMANFAATAN ABU GOSOK DARI SEKAM PADI UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS MINYAK JELANTAH DI NAGARI
ULAKAN KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS KAB PADANG
PARIAMAN. 128.
Groggins, P.H., 1958, ―Unit Processes in Organic Synthesis‖, McGraw-Hill,
New
York.
Susilo, 2006.Biodiesel revisi sumber energy alternative pengganti solar yang
terbuat darie kstraksi minyak jarak pagar, Trubus agrisarana. Surabaya.
Ma, F. dan M. A. Hanna. 1999. Biodiesel Production: A Review. Bioresource
Technology 70:1-15.
Knothe, G. dan K. R. Steidley. 2005. Kinematic Viscosity of Biodiesel Fuel
Components and Related Compounds. Influence of Compound Structure
and Comparison to Petrodiesel Fuel Components. Fuel 84:1059-1065.
Darnoko, D, Cheryan M., 2000. Kinetics of Palm Oil Transesterification in Batch
Reactor. J. Am. Oil Chem. Soc. 77:1263-1237.
Mittelbach, M. and C. Remschmidt. 2004. Biodiesel: The Comprehensive
Handbook. Edisi ke-1. BoersedruckGes. M.b.H. Graz.
Freedman, B, Pryde, E.H., Mounts,T.L, 1986. Variable Affecting the yield of fatty
Esters from Transesterifikasi Vegetable Oils.
Van Gerpen, Jon. 2004. Biodiesel Production and Quality. Department of
Biological and Agricultural Engineering. University of Idaho. Moscow.
Syah, 2006. Mengenal lebih dekat biodiesel jarak pagar, bahan bakar alternative
yang ramah lingkungan. Agromedia. Jakarta.
Fadliyani dan Atun “Pemanfaatan Gliserol Hasil Samping Pembuatan Biodesel
DariMinyak Jelantah Sebagai Bahan Sintesis Gliserol Asetat”Penelitian
Saintek20, no. 2 (2015): h. 149-156.
Prasetyo, Eko, dkk. “Potensi Gliserol Dalam PembUatan Turunan Gliserol
Melalui
Proses EsterifikasI”. Ilmu Lingkungan10, no. 1 (2012): h. 26-31.
Farobie, Obie. “Pemanfaatan Gliserol Hasil Samping Produksi Biodiesel Sebagai
Bahan Penolong Penghancur Semen”.Skripsi Institut Pertanian Bogor
(2009): h. 1-72.
Dewi, Carlina. “Produksi Biodiesel dari Minyak Jarak (Ricinus Communis)
dengan
Microwave”. Skripsi Universitas Negeri Semarang (2015): h. 1-60.
Hasahatan, Dennis, dkk. “Pengaruh Rasio H2SO4 dan Waktu Reaksi Terhadap
Kualitas dan Kuantitas Biodiesel Dari Minyak Jarak Pagar. Teknik Kimia
18, no. 2 (2012): h. 26-35.
Santoso, H., & Kristianto, I. (2013). Pembuatan biodiesel menggunakan katalis
basa heterogen berbahan dasar kulit telur.
Oktari, K. (2014). Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit dengan
Aktivator HCl, NaOH Dan NaCl. Politeknik Negeri Sriwijaya,
Sari, T. I., Said, M., & Sari, A. K. (2011). Katalis Basa Heterogen Campuran CaO
& SrO Pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Kelapa Sawit.
Cahyati, E. D., & Pujaningtyas, L. (2017). Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Goreng Bekas dengan Proses Transesterifikasi Menggunakan Katalis
KOH. Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Wulandari, Nur; Tien R. Muchtadi, Slamet Budijanto, dan Sugiyono, 2011, Sifat
Fisik Minyak Sawit Kasar Dan Korelasinya Dengan Atribut Mutu, J.
Teknol. Dan Industri Pangan, Vol. Xxii No.2.
Ketaren, S, 1986, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas
Negeri Malang.
LAMPIRAN
1. Perhitungan dan Data Sementara
2. Dokumentasi Praktikum