Anda di halaman 1dari 13

Pemanfaatan Minyak Dari Tumbuhan Untuk Pembuatan Biodiesel

Oleh :Tomi Hendartomo


Alamat : JL. Kaliurang KM.6, Sawit
-Sari H-5, Yogyakarta
Telepon : 081328065900
Email : Tompirus@gmail.com

Ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari semakin terbatas. Sebagai
gambaran, diperkirakan cadangan minyak bumi di Laut Utara akan habis pada tahun
2010. Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi
juga diperkirakan akan mengimp or bahan bakar minyak pada 10 tahun mendatang,
karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar yang
meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri.
Permasalahan yang dihadapi dunia dewasa ini adalah masalah pencemar an
udara karena penggunaan bahan bakar serta krisis bahan bakar mineral (minyak
bumi). Sebagaimana diketahui bahwa kemampuan negara -negara di dunia untuk
menyediakan bahan bakar semakin lama semakin berkurang dan pada suatu saat
akan mencapai puncaknya, ka rena hampir semua daerah yang mengandung minyak
telah ditemukan dan di eksploarasi. Sedangkan permintaan akan bahan bakar terus
meningkat dengan tajam, sehingga cadangan minyak dunia semakin menipis.
Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu nega ra pengekspor
minyak bumi juga diperkirakan akan mengimpor bahan bakar minyak pada 10
tahun mendatang, karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi
permintaan pasar yang meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan
industri. Sebagai gam baran, pada tahun 2002 konsumsi bahan bakar minyak
Indonesia sekitar 57,8 juta kilo liter setiap harinya, sektor transportasi merupakan
pengguna terbesar bahan bakar minyak ini. Dari konsumsi sebanyak itu 30%
diperoleh dari impor, sehingga diperkirakan pad a tahun 2015 Indonesia akan
menjadi pengimpor penuh minyak bumi ( net import) (Elisabeth dan Haryati, 2005).
Salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk mengatasi
permasalahan bahan bakar di Indonesia adalah biodisel. Biodiesel dihasilkan dari
minyak nabati, seperti kelapa sawit, Jarak Pagar, Kacang Tanah, Kelapa, dan lain
sebagainya. Indonesia, sebagai negara agraria, mempunyai peluang sangat besar
untuk mengembangkan biodiesel.

1
Beberapa negara di Eropa sekarang ini telah berpaling ke Biodiese l. Negara –
negara di Eropa yang telah memproduksi Biodiesel dari tahun 2004 sampai perkiraan
pertengahan tahun 2006 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1 Negara-negara Eropa yang telah memproduksi Biodiesel
Negara Produksi Biodiesel tahun Perkiraan Produksi Biodiesel
2004, (ton) sampai pertengan tahun 2006,
(ton)
Jerman 1.035.000 1.900.000 – 2.100.000
Prancis 348.000 600.000 – 800.000
Italia 320.000 500.000 – 550.000
Inggris - 250.000
Austria 57.000 150.000
Polandia - 100.000 - 120.000
Spanyol 13.000 70.000 - 80.000
Slovakia 15.000 70.000 - 80.000
Republik Ceko 60.000 60.000 - 70.000
Denmark 70.000 30000 – 40. 000
Swedia 1.000 8. 000 – 10. 000
Irlandia - 5. 000

Indonesia sendiri memproduksi 2 jenis bahan bakar mesin diesel, yaitu s olar yang
digunakan untuk motor dengan putaran mesin tinggi (lebih dari 1200 rpm) dan minyak
diesel untuk motor dengan putaran rendah (kurang dari 500 rpm). Uji sifat fisis bahan
bakar perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan alat dan kerugian lainnya y ang
mungkin timbul akibat penggunaan bahan bakar tersebut. Selain itu sifat fisis juga
berpengaruh pada kualitas penyalaan. Biodisel mempunyai sifat fisika yang setara dengan
minyak disel (solar) seperti ditunjukkan pada tabel 2 dan 3 berikut ini.
Tabel 2. Sifat fisika minyak solar (Automotive Diesel Oil) dan minyak disel
SIFAT MINYAK SOLAR MINYAK DISEL METODE
MIN MAKS MIN MAKS ASTM
Spesific gravity 60/60oF 0,820 0,87 0,840 0,92 D1298
Colour ASTM 3,0 6,0 D-11500
Pour point, oF 6,5 65 D-97
Sulfur content, % wt 0,5 1,5 D-1551
Flash point, oF 150 150 D-93
Viscosity 1,6 5,8 35 45 D-455
(kinematik) (cSt,100F) (Redwood) (s,100F)
Sediment, % wt 0,01 0,02 D-473
Ash content, %wt 0,01 0,02 D-473
Coradson Carbon Residue, %wt 0,1 1,0 D-189
Water content, % vol 0,05 0,25 D-95
(Sumber : Kep. Dirjen Migas No. 004/P/DM/1979)

2
Tabel 3. Sifat fisika biodisel.
Specific gravity : 0.87 to 0.89
Kinematic viscosity @ 40°C : 3.7 to 5.8
Cetane number : 46 to 70
Higher heating value (btu/lb) : 16,928 to 17,996
Sulfur, wt% : 0.0 to 0.0024
Cloud point °C : -11 to 16
Pour point °C : -15 to 13
Iodine number : 60 to 135
Lower heating value (btu/lb) : 15,700 to 16,735
(Sumber : www.biodiesel.org, 2005)
Biodiesel merupakan pengganti dari bahan bakar tradis ional yang berasal dari
minyak tumbuhan dan tidak memerlukan pompa khusus atau perlengkapan bertekanan
tinggi untuk menjadikannya bahan bakar. Para ahli percaya bahwa karbon dioksida
merupakan salah satu gas yang mebuat pemanasan global. Penggunaan Biodie sel 100%
pada mesin diesel dapat mengurangi emisi gas CO 2 sebanyak 75% diatas minyak solar,
tetapi penggunaan 100% biodisel tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan kerak atau
kotoran yang dapat menyumbat pipa saluran pembakaran mesin diesel. Untuk bahan
campuran penggunaan 20% Biodiesel dan 80% bahan bakar solar pada mesin diesel dapat
mengurangi emisi gas CO 2 sebanyak 15%. Biodiesel juga menghasilkan lebih sedikit
partikulat, CO, CO2 dan SOx. Semuanya merupakan gas yang menggangu kesehatan
masyarakat.
Sifat sifat penting dari bahan bakar mesin disel antara lain adalah viskositas, pour
point, flash point, Carbon Residu (CCR) dan nilai kalor.
Viskositas merupakan sifat fisis yang penting bagi bahan bakar mesin disel.
Viskositas yang terlalu tinggi dapat me mpersulit proses pembentukan butir butir cairan /
kabut saat penyemprotan / atomisasi. Viskositas bahan bakar yang terlalu rendah akan
dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar. Kedua hal yang
ekstrim ini dapat menimbulkan kerugian, sehi ngga salah satu persyaratan bahan bakar
mesin disel adalah nilai viskositas standar bahan bakar mesin disel.

Pour point atau titik tuang adalah suhu terendah dimana bahan bakar dapat
dialirkan. Untuk daerah bersuhu rendah, bahan bakar dipersyaratkan tidak membeku.
Titik tuang yang terlalu tinggi akan menyebabkan kesulitan pada pengaliran bahan bakar.

3
Titik nyala atau flash point adalah suhu terendah dimana bahan bakar dalam
campurannya dengan udara akan menyala. Bila nyala tersebut terjadi secara terus
menerus maka suhu tersebut dinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala yang
terlampau tinggi dapat menyebabkan keterlambatan penyalaan, sementara apabila titik
nyala terlampau rendah akan menyebabkan timbulnya detonasi yaitu ledakan ledakan
kecil yang terjadi sebelum bahan bakar masuk ruang bakar. Hal ini juga dapat
meningkatkan resiko bahaya pada saat penyimpanan.

Sisa karbon atau carbon residu yang tertinggal pada proses pembakaran akan
menyebabkab terbentuknya endapan kokas yang dapat menyumbat saluran b ahan bakar.
Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya operasi mesin secara normal, serta dapat
menyebabkan bagian bagian pompa injeksi bahan bakar cepat menjadi aus. Dengan
demikian, semakin rendah nilai sisa karbon, semakin baik efisiensi motor tersebut.

Warna bahan bakar tidak secara langsung berpengaruh terhadap kinerja motor /
mesin disel. Warna yang terlalu terang, dapat dikoreksi dengan penambahan zat warna
tertentu sehingga masuk dalam standar warna bahan bakar mesin disel.

Nilai kalor bahan bakar menentukan jumlah konsumsi bahan bakar tiap satuan
waktu. Makin tinggi nilai kalor bahan bakar menunjukkan bahan bakar tersebut semakin
sedikit pemakaiannya. Tidak ada standar khusus yang menentukan nilai kalor minimal
yang harus dimiliki oleh bahan bakar mesi n disel.

Bilangan Setana adalah ukuran kualitas penyalaan sebuah bahanbakar diesel


dalam keadaan terkompresi. Bilangan Setana dari minyak diesel konvensional
dipengaruhi oleh struktur molekul hidrokarbon penyusun. Normal parafin dengan rantai
panjang mempu nyai Bilangan Setana lebih besar daripada cyclo parafin, iso parafin,
olefin dan aromatik. Bilangan Setana dari Biodiesel juga sangat bervariasi. Methyl ester
dari asam lemak palmitat dan stearat mempunyai bilangan setana hingga 75, sedangakn
bilangan seta na untuk linoleat hanya mencapai 33. Semakin rendah bilangan setana maka
semakin rendah pula kualitas penyalaannya karena memerlukan suhu penyalaan yang
lebih tinggi.

Indonesia yang memiliki sumber minyak nabati berlimpah -di antaranya minyak
kelapa dan sawit-tentu saja berpeluang mengembangkan energi alternatif ini. Minyak

4
nabati dapat dikonversikan menjadi biodisel bahan bakar untuk mesin disel dengan
proses transesterifikasi, yaitu mengganti gliserol pada minyak dengan alkohol rantai
pendek, misalnya met anol atau etanol, menghasilkan campuran bahan yang lebih rendah
viskositasnya dan lebih volatil dan suatu senyawa hasil samping berupa gliserin. Proses
transesterifikasi akan menghasilkan tiga bio -organik ester dari setiap trigliserida yang
masing masing m erupakan rantai hidrokarbon yang memiliki gugus fungsional
karboksilat (COO-). Gugus karboksilat ini yang memberikan kemudahan proses bio -
degradasi pada biodisel dari pada proses degradasi pada solar bahan bakar minyak bumi,
sehingga biodisel sangat lebih aman bagi lingkungan daripada solar. Beberapa tumbuhan
yang menghasilkan minyak nabati dan dapat diproses menjadi Biodiesel antara lain:

1. Kelapa sawit
Minyak sawit atau minyak kelapa sawit diperoleh dari ekstraksi terhadap mesokarp
buah kelapa sawit. Agar dapat diperoleh minyak kelapa sawit perlu dilakukan empat
tahap pengolahan, yaitu: penyediaan bahan dasar, perlakuan pendahuluan, proses
pengolahan tandan buah segar menjadi kelapa sawit, dan klarifikasi minyak .
Minyak kelapa sawit yang diperoleh masi h berupa minyak kasar atau disebut
Crude Palm Oil . Komposisi asam lemak minyak sawit dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Komposisi asam lemak dalam minyak sawit
Nama umum Nama sistematik Simbol Persentase dari
berat total
Asam lemak jenuh
Laurat n-Dodekanoat C12:0 <1
Miristat n-Tetradekanoat C14:0 1-6
Palmitat n-Hexadekanoat C16:0 32-47
Stearat n-Oktadekanoat C18:0 1-6
Arakhidat n-Eikosanoat C20:0 <1
Asam lemak tak jenuh
Palmitoleat n-Hexadek-9-enoat C16:1 <1
Oleat n-Oktadek-9-enoat C18:1 40-52
Gadoleat n-Eikos-9-anoat C20:1 <1
Asam lemak poly-tak jenuh
Linoleat n-Oktadek-9,12-dienoat C20:2 5-7

5
2. Kacang tanah
Kacang tanah memiliki kandungan minyak yang relatif besar, sekitar 44 sampai
56% , dan lebih stabil daripada minyak nabati lain karena kandungan tkoferol yang
berperan sebagai antioksidan cukup tinggi, yaitu sekitar 600 mg/kg (Noor, 1987). Minyak
kacang tanah sama halnya dengan minyak jarak, tergolong dalam minyak tidak mudah
mengering (non drying oil) , sehingga tidak akan mengental dan menjadi kering
meskipun terkena oksidasi (Ketaren, 1986).
Tanaman kacang tanah (Arachis Hypogaea L .) merupakan tanaman yang dapat
tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Di dataran rendah,tanaman dapat
dipanen pada umur 100 – 105 hari, sementara di dataran tinggi mencapai umur 120 hari.
Kacang tanah memilik i kandungan asam lemak tak jenuh yang lebih besar dibandingkan
dengan asam lemak jenuhnya. Komposisi asam lemak dalam minyak kacang tanah
ditunjukkan pada Daftar V berikut ini.
Tabel V. Komposisi asam lemak minyak kacang tanah
Nama Jml atom C jumlah, % berat keterangan
molekul
asam palmitat 16 11,4 256,42 jenuh
asam stearat 18 4,0 284,47 jenuh
asam arachidat 20 1,7 312,52 jenuh
asam behenat 22 3,7 340,57 jenuh
asam lignoserat 24 1,5 368,62 jenuh
asam palmitoleat 16 0,1 254,40 1-tak jenuh
asam oleat 18 41,5 282,45 1-tak jenuh
asam linoleat 18 34,9 280,44 2-tak jenuh
asam  -linoleat 18 0,2 278,42 3-tak jenuh
asam 11-eikosenoat 21 1,0 310,50 1-tak jenuh

3. Jarak Pagar (Jatropha curcas )


Jatropha curcas atau jarak pagar dapat tumbuh hampir pada semua tempat,
termasuk pada tanah berpasir, atau pada tanah padas berbatu. Tanaman jarak pagar
tumbuh sangat baik di saerah tropis. Pohon jarak ini dapat hidup subur pada lahan kering
dan gersang. Jarak varietas genjah dan tengahan mulai berbunga pada umur 2,5 bulan dan
dapat dipanen pada umur 3,5 bulan dengan hasil 0,75 sampai 1 kg bij i jarak kering per
pohon (Sujatmoko, 1992).
Komposisi asam lemak dalam minyak jarak diberikan pada Daftar V I berikut ini :

6
Tabel VI. Komposisi asam lemak minyak jarak
komponen kimia jumlah , %
asam resinoleat 89,5
asam dihidroksistearat 0,7
asam palmitat 1,0
asam stearat 1,0
asam oleat 3,0
asam linoleat 4,2
asam linolenat 0,3
asam eikosanoat 0,3

4. Kelapa (Cocos Nucifera)


Tanaman kelapa merupakan tanaman khas daerah tropika, termasuk Indonesia,
secara alamiah merupakan tanaman unggulan daerah tropis. Minyak kelapa secara kimia
merupakan senyawa trigliserid ester dan sebagian besar tersusun oleh dasar gliserol yang
mengikat tiga asam. Daging kelapa mengandung minyak sebanyak 40 – 60 %.
Kandungan asam lemak dalam min yak kelapa diberikan p ada tabel VII berikut ini:

Tabel VII. Komposisi asam lemak minyak kelapa


komponen kimia jumlah , %
asam kaprilat 8,0
asam kaprat 7,0
asam laurat 48,0
asam miristat 17,5
asam palmitat 8,8
asam stearat 2,0
asam oleat 6,0
asam linoleat 2,5

5. Kelor (Moringa oleifera)


Di Indonesia kelor atau kelor-keloran (Moringa oleifera ) dikenal sebagai jenis
tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan. Daunnya majemuk, menyirip ganda, dan
berpinak daun membundar kecil -kecil. Bunganya berwarna putih kekuningan. Buah nya
panjang dan bersudut -sudut pada sisinya. Pohon kelor sering digunakan sebagai
pendukung tanaman lada atau sirih. Daun, bunga, dan buah mudanya, merupakan bahan
sayuran yang digemari masyarakat setempat. Karena tanaman kelor meru- pakan

7
leguminosa, maka bagus ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain karena dapat
menambah unsur nitrogen dan lahan.
Biji kelor mengandung 40 persen minyak berdasarkan berat kering. Dari hasil
penelitian yang telah dilaporkan, bungkil ampas perasan minyak moringa masih banyak
mengandung zat koagulan. Senyawa koagulan masih sangat berguna bagi proses
pembersihan air, persis sama seperti yang telah disampaikan sebelumnya dengan
efektivitas sa- ma bila digunakan biji utuhnya. Bungkil moringa dapat dikeringkan dan
disimpan, merupakan produk samping "industri minyak moringa" yang berguna .

Tabel VIII. Komposisi asam lemak minyak kelor


komponen kimia jumlah , %
asam Eicocenoat 2,3 – 2,6
asam Arachidat 2,7 – 4,7
asam Behenat 1-7
asam lignoserat 0,2 - 5
asam palmitat 3,7 - 7
asam stearat 4 – 12
asam oleat 67 - 77
asam linoleat 0,4 – 3,5

Untuk daftar produktivitas bermacam-macam tumbuhan untuk menghasilkan minyak


nabati dapat dilihat pada tabel IX berikut ini.

8
Tabel IX Produktifitas tanaman untuk menghasil kan minyak tumbuhan (BioOil)
Tanaman kg minyak/ha liter minyak/ha lb minyak/acre Galon minyak/acre
Jagung 145 172 129 18
Jambu Biji 148 176 132 19
Gandum 183 217 163 23
Lupine 195 232 175 25
Kenaf 230 273 205 29
Calendula 256 305 229 33
Kapas/Kapuk 273 325 244 35
Ganja 305 363 272 39
Kedelai 375 446 335 48
Kopi 386 459 345 49
Biji Rami 402 478 359 51
hazelnuts 405 482 362 51
euphorbia 440 524 393 56
Biji Labu 449 534 401 57
Ketumbar 450 536 402 57
Biji Sawi 481 572 430 61
Camelina 490 583 438 62
Wijen 585 696 522 74
safflower 655 779 585 83
Beras 696 828 622 88
tung oil tree 790 940 705 100
Bunga Matahari 800 952 714 102
Coklat 863 1026 771 110
Kacang Tanah 890 1059 795 113
Candu 978 1163 873 124
Biji Lobak 1000 1190 893 127
Zaitun 1019 1212 910 129
Kacang Merica 1188 1413 1061 151
Kemiri 1505 1791 1344 191
Jojoba 1528 1818 1365 194
Jarak 1590 1892 1420 202
macadamia nuts 1887 2246 1685 240
brazil nuts 2010 2392 1795 255
Alpukat 2217 2638 1980 282
Kelapa 2260 2689 2018 287
Kelapa Sawit 5000 5950 4465 635
Biodiesel yang dihasilkan rata-rata = Hasil Minyak Tumbuhan x 0,95

9
Proses Pembuatan Biodiesel
Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan glicerin dari
minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alkohol (biasanya metanol)
menjadi alkohol ester (Fatty Acid Methyl Ester) atau biodiesel. Reaksi antar senyawa
ester misal CPO dengan senyawa alkohol (metanol) memerlukan katalis untuk
mempercepat prosesnya. Reaksi alkoholisis merupakan reaksi setimbang d engan kalor
reaksi kecil. Pergeseran reaksi ke kanan biasanya dilakukan dengan menggunakan
alkohol berlebih. Dalam reaksi alkoholisis, alkohol bereaksi dengan ester dan
menghasilkan ester baru. Reaksi ini merupakan reaksi dapat balik yang pada suhu kamar
tanpa bantuan katalisator akan berlangsung sangat lambat.
RCOOCH2 CH2OH
Katalis
RCOOCH2 + 3CH3OH 3RCOOCH3 + CH2OH

RCOOCH2 CH2OH
Minyak Metanol Metil ester(Biodiesel) Gliserol

Alkohol yang digun akan dalam reaksi alkoholisis pada umumnya adalah metanol atau
etanol. Pada umumnya alkohol dengan atom C lebih sedikit mempunyai kereaktifan yang
lebih tinggi daripada alkohol dengan atom C lebih banyak. Untuk meningkatkan hasil
reaksi, perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi alkoholisi, yaitu :
1. Suhu.
Semakin tinggi suhu maka kecepatan reaksi semakin besar.
2. Katalisator.
Fungsi katalisator adalah mengaktifkan zat pereaksi, sehingga pada suhu tertentu
konstanta kecepatan reaksi bertambah besar. Untuk mempercepat reaksi katalisator
yang biasa digunakan adalah katalisator asam (misalnya asam klorida dan asam
sulfat) atau katalisator basa (misalnya (natrium hidroksida dan kalium hidroksida).
3. Waktu reaksi.
Semakin lama reaksi, konversi semaki n besar sampai diperoleh kesetimbangan.

10
4. Konsentrasi zat pereaksi.
Kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi zat pereaksi. Semakin pekat
konsentrasi zat pereaksi kecepatan reaksi semakin tinggi.
5. Kecepatan pengadukan.
Tumbukan yang terjadi antara zat pereaksi akan semakin banyak jika kecepatan
pengadukan semakin besar, sehingga kecepatan reaksi akan bertambah besar.
6. Perbandingan pereaksi.
Reaksi alkoholisis dilakukan dengan menggunakan alkohol berlebihan. Alkohol dapat
ditambahkan dengan kelebihan 65% da ri kebutuhan stoikhiometris atau dengan
perbandingan molar alkohol yang di perlukan : minyak sebesar 5 : 1

Tabel X. Perbandingan volume minyak nabati dengan pereaksi alkohol pada


berbagai jenis minyak nabati.

Minyak dan Lemak Total Density Density Volume Volume Stoich. ratio
Berat pada oil (ml) methanol methanol :
molekul 50ºC (ml) oil , %
Lemak 858.54 0.895 0.88 981.18 121.52 12.4
Lemak Babi 863.73 0.92* 0.9* 959.7* 121.52 12.7
Mentega 797.64 0.91 0.89 896.73 121.52 13.6
Kelapa 674.51 0.926 0.91 744.57 121.52 16.3
Bungkil Kelapa Sawit 704 0.912 0.89 789.33 121.52 15.4
Kelapa Sawit 847.28 0.923 0.9 938.29 121.52 13
Safflower 879.1 0.927 0.91 966.44 121.52 12.6
Kacang Tanah 885.02 0.919 0.9 984.45 121.52 12.3
Biji Kapuk 867.38 0.918 0.9 963.76 121.52 12.6
Jagung 872.81 0.923 0.9 966.57 121.52 12.6
Zaitun 870.65 0.923 0.9 964.17 121.52 12.6
Bunga Matahari 877.22 0.925 0.91 969.3 121.52 12.5
Kedelai 882.82 0.925 0.91 975.5 121.52 12.5
Biji Lobak 959.04 0.914 0.89 1072.75 121.52 11.3
Sawi 925.43 0.916 0.9 1032.85 121.52 11.8
Minyak Ikan 908.81 0.929 0.91 1000.34 121.52 12.1
Biji Rami 872.4 0.934 0.91 954.48 121.52 12.7
Tung 873.68 0.944 0.92 945.54 121.52 12.9
* Rata-rata

11
Pembuatan Biodiesel dari minyak curah (sawit) dengan blender
Reaksi transesterifikasi minyak Curah dilakukan pengadukan menggunakan
blender, perbandingan minyak dengan metanol 5 : 1, sedangkan KOH (padat) yang
digunakan adalah 0,5% dari berat minyak. Sehingga jika minyak yang akan
diproses adalah 1 liter m aka metanol(99%) yang digunakan adalah 200 ml dan
KOH 4,5 gram, kemudian diblender selama 5 – 10 menit. Biodiesel hasil dari
proses transesterifikasi kemudian di uji sifat -sifat fisisnya di Laboratorium . Tujuan
dari uji ini adalah untuk membandingkan sifat -sifat yang dimiliki oleh biodiesel
dengan standar bahan bakar solar. Hasil uji sifat biodiesel dan standar bahan bakar
solar selengkapnya ada pada Tabel XI di bawah ini.
TabelXI. Spesifikasi Bahan Bakar Mesin Diesel
Minyak Biodiesel
Metode
Sifat Solar Minyak
ASTM
Min Max Curah
Specific Gravity 60/60 F 0.820 0.87 0.8707 D-1298
Colour ASTM 3.0 1.0 D-1500
Pour Point, F 65 50 D-97
Flash Point, F 150 320 D-93
Viscosity kinematic at 100 F 1.6 5.8 4.643 D-445
Conradson Carbon Residue, %Wt 0.1 0.014 D-198
Water Content, % Vol 0.05 Trace D-95
Gross heating value, kcal/kg 9401

Dari hasil analisa laboratorium, ternyata biodiesel yang dihasilkan dapat dianggap
memenuhi atau mendekati sifat dari minyak solar yang telah ditetapkan. Hanya parameter
spesifik gravity yang sedikit sekali keluar dari nilai kisaran minyak solar. Jadi sebenarnya
cara blender ini sangat mudah diterapkan untuk orang awam untuk mencoba
memproduksi biodiesel sendiri, walaupun dengan kapasitas yang kecil. Pen elitian ini
dikerjakan oleh Joko Sriyanto dengan asisten pembimbing saya sendiri. Dengan biodiesel
ini, kedepannya diharapkan dapat menggantikan minyak solar yang semakin menipis
kapasitasnya dan mengurangi polusi udara.

12
Daftar Pustaka

Budhijanto, 1996, Kinetika reaksi etanolisis minyak jarak dengan katalisator kalium
hidroksid dalam sebuah reaktor alir tangki berpengaduk , Tesis diajukan kepada
Program Pascasarjana Universitas gadjah Mada, Yogyakarta.
Corley, R.H.V., Hardon, J.J. and Wood, B.J., 1976, Oil Palm Research, Elsevier
Scientific Publishing Company, Netherland.
Erna Astuti, 2000, Hidrolisis minyak kelapa pada suhu tinggi ,Tesis diajukan kepada
Program Pascasarjana Universitas gadjah Mada, Yogyakarta.
Harjono, A. 2001. Tekonologi Minyak Bumi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press.
Kep. Dirjen Migas No. 004/P/DM/1979
Ketaren, S., 1986, Minyak dan lemak pangan , UI Press, Jakarta.
Reksowardojo, I.K. 2005. Indonesia Punya Banyak Energi Alternatif . www.kompas.com.

Sriyanto, J., 2005,” Pemanfaatan Minyak Curah Untuk Pembuatan Biodiesel Sebagai
Bahan Bakar Pengganti Solar”, Tesis, Magister Sistem Teknik UGM, Yogyakarta.
Supranto. 2005. Road Map Penelitian Biodiesel Bahan Bakar Mesin Diesel . Jurusan
Teknik Kimia UGM
U.S. Department of Energy, 2004, “Biodiesel Handling and Use Guidelines ”, Reports,
USA.
Wan , P.J.,1991, Introduction to fat and oil technology , American oil chemists’society,
Champaign, Illinois..
www.esdm.go.id., 2005
www.biodiesel.org, 2005
www.journeytoforever.com/Biodiesel , 2004

13

Anda mungkin juga menyukai