Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

SINTESIS METIL ESTER


4.1. Tujuan Percobaan
Memahami reaksi pembentukan biodiesel.
4.2. Tinjauan Pustaka
Biodiesel, lebih tepat dengan FAME (fatty acid methyl ester), merupakan BBN
yang digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin diesel sebagai pengganti solar
( Prihandana, dkk, 2007). Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam
lemak rantai panjang yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani
untuk digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel (Nurul, dkk, 2010).
Teknologi biodiesel memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
-

Dapat diperbarui
Dapat terurai
Kontinuitas bahan bakunya terjamin (Hambali, dkk, 2007)
Mengurangi impor BBM atau Automatic Diesel Oil
Meningkatkan kesempatan kerja orang indonesia di dalam negeri
Meningkatkan kemampuan teknologi pertanian dan industri di dalam negeri
Memperbesar basis sumber daya bahan bakar minyak nabati (BBN)
Mengurangi pemanasan global dan pencemaran udara, karena biodiesel ramah
lingkungan.
Sebagai bahan bakar, biodiesel harus memenuhi karakteristik yang ditetapkan oleh

SNI seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.


Tabel 4.1. Tabel Karakteristik Biodiesel Yang Ditetapkan Oleh SNI
No.
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
Densitas pada
40 oC
Viskositas pada
40 oC
Angka setana
Titik nyala
Titik kabut
(Cloud Point)
Titik Tuang (Pour
Point)
Air dan sedimen

Satuan

Nilai

Metode Uji

Metode
Setara

kg/m3

850-890

ASTM D 1298

ISO 3675

mm2/s

2,3-6,0

ASTM D 445

ISO 3104

min. 51

ASTM D 613

ISO 5165

min. 100

ASTM D 93

ISO 2710

max.18

ASTM D 2500

max.18

ASTM D97

maks. 0,05

ASTM D 2709

maks. 360

ASTM D 1160

Temperatur
destilasi 90%
Angka asam

Mg-KOH/gr

maks. 0,8

AOCS Cd 3-63

FBI-A01-03

10

Gliserol bebas

%-berat

maks. 0,02

AOCS Ca 14-56

FBI-A02-03

11

Gliserol total

%-berat

maks. 0,24

AOCS Ca 14-56

FBI-A02-03

12

Kadar ester alkil

%-berat

min. 96,5

Dihitung

FBI-A03-03

13

Bilangan iodine

g-I2/100g

maks. 115

AOCS Cd 1-25

FBI-A04-03

14

Abu tersulfatkan

%-berat

maks 0,02

ASTM D 874

ISO 3987

Parameter keterangan biodiesel dapat dijelaskan sebagai berikut:


- Densitas

(Density),

menunjukkan

perbandingan

massa

persatuan

volume

karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh masin
diesel persatuan volume bahan bakar. Massa jenis bahan bakar diesel diukur dengan
menggunakan metode ASTM D 287 atau ASTM DI 298 dan mempunyai satuan
kilogram/meter kubik (kg/m3).
- Viskositas (kekentalan) Viskositas

merupakan

sifat

intrinsik

fluida

yang

menunjukkan resistensi fluida terhadap alirannya,karena gesekan di dalam bagian


cairan yang berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain mempengaruhi
pengatoman bahan bakar dengan injeksi kepada ruang pembakaran, akibatnya
terbentuk pengendapan pada mesin. Viskositas yang tinggi atau fluida masih lebih
kental akan mengakibatkan kecepatan aliran akan lebih lambat sehingga proses
derajat atomisasi bahan bakar akan terlambat pada ruang bakar. Untuk mengatasi hal
ini perlu dilakukan proses kimia yaitu transesterifikasi untuk menurunkan nilai
viskositas minyak nabati itu sampai mendekati viskositas solar (Siboro, 2010).
- Bilangan setana menunjukkan cepat tidaknya suatu bahan bakar terbakar dalam
mesin. Alkil ester mempunyai bilangan setana yang tinggi bila dibandingkan
dengan bahan bakar konvensional (Tyson, 2014).
- Tititk Nyala (Flash Point), titik nyala adalah titik temperatur terrendah dimana bahan
bakar dapat menyala ketika bereaksi dengan udara. Bila nyala terus terjadi secara
menerus maka tersebut dinamakan titik bakar (fire point). Titik nyala yang terlampau
tinggi dapat menyebabkan keterlambatan penyalaan sementara apabila titik nyala
terlampau rendah akan menyebabkan timbulnya denotasi yaitu ledakan kecil yang
terjadi sebelum bahan bakar masuk ruang bakar. Hal ini juga dapat meningkatkan

resiko bahaya saat penyimpanan. Semakin tinggi titik nyala dari suatu bahan bakar
semakin aman penanganan dan penyimpanannya.
- Titik Kabut (Cloud Point) titik kabut adalah temperatur pada saat bahan bakar mulai
tampak berawan (cloudy), hal ini timbul karena munculnyakristal-kristral
(padatan) di dalam bahan bakar.Walaupun bahan bakar masih bisa mengalir pada titik
ini keberadaan kristal di dalam bahan bakar dapat mempengaruhi kelancaran aliran
bahan bakar di dalam filter, pompa, dan injector.
- Titik tuang (pour point) adalah temperatur terendah yang masih memungkinkan
terjadinya aliran bahan bakar di bawah pour point bahan bakar tidak lagi bisa
mengalir karena terbentuknya Kristal yang menyumbat aliran bahan bakar dan pada
cloud pointterjadi pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan pour
point.
- Kadar Air ( Water Contain) Pada negara yang mempunyai musim dingin kandungan
air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat
menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu keberadaan air dapat menyebabkan korosi
dan pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat menyumbataliran bahan bakar.
Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin (Siboro,
2010).
- Bilangan asam diukur untuk melihat tingkat keasaman suatau bahan bakar diesel.
Jika bilangan asam ini tinggi, maka akan menyebabkan pengurangan waktu
pemakaian pompa bahan bakardan juga dapat mengurangi waktu pemakaian
saringan pada mesin.
- Bilangan gliserin bebas dan total gliserin diukur untuk menunjukkan sempurna
tidaknya suatu trigliserida diubah menjadi alkil ester. Jika bilangan ini tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada mesin (Tyson, 2014).
- Bilangan Iodine (Number iodine) Angka iodine pada biodiesel menunjukkan tingkat
ketidak jenuhan senyawa penyusun biodiesel, padahal disisi lain keberadaan senyawa
tak jenuh meningkatkan performansi biodiesel pada temperatur rendah karena
senyawa ini memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah sehingga
berkorelasi pada cloud danpour point yang juga rendah (Siboro, 2010).
- Uji abu sulfat bertujuan untuk memastikan penghilangan semua katalis yang
dimasukkan selama proses. Jika kandungan sisa katalis proses yang masih ada
dalam alkil ester tinggi dapat menyebabkan terbentuknya endapan pada injektor atau
penyumbatan pada saringan mesin (Tyson, 2014).

Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbeda-beda


sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan kandungan asam
lemak bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi,
sedangkan untuk minyak tanaman yang kandungan asam lemak rendah dilakukan
proses transesterifikasi. Proses esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk
mengubahasam lemak bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi metil ester
(biodiesel) dan gliserol. Jika proses pembuatan biodiesel hanya melibatkan (pra)
esterifikasi dan atau transesterifikasi, maka angka iodium biodiesel akan praktis
sama dengan angka iodium minyak lemak (atau asam-asam lemak) bahan mentahnya
(Prihandana & Hendroko, 2007).
Berdasarkan kandungan FFA dalam minyak nabati maka proses pembuatan
biodiesel secara komersial dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Transesterifikasi dengan katalis basa (sebagian besar menggunakan kalium
hidroksida) untuk bahan baku refined oil atau minyak nabati dengan kandungan FFA
rendah.
2. Esterifikasi dengan katalis asam (umumnya menggunakan asam sulfat) untuk minyak
nabati dengan kandungan FFA tinggi dilanjutkan dengan transesterifikasi dengan
katalis basa.
Proses esterifikasi dengan katalis asam diperlukan jika minyak nabati
mengandung FFA di atas 5%. Jika minyak berkadar FFA tinggi (>5%) langsung
ditransesterifikasi dengan katalis basa maka FFA akan bereaksi

dengan

katalis

membentuk sabun. Terbentuknya sabun dalam jumlah yang cukup besar dapat
menghambat pemisahan gliserol dari metil ester dan berakibat terbentuknya emulsi
selama proses pencucian. Jadi esterifikasi digunakan sebagai proses pendahuluan
untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga mengurangi kadar FFA
dalam minyak nabati dan selanjutnya ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk
mengkonversikan trigliserida menjadi metil ester.
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol (Nurul, dkk, 2010).
Reaksi esterifikasi adalah:
O
R

KOH
OH + H3C

(asam lemak)

OH

(metanol)

CH3 + HO

(metil ester)

(air)

Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi:


- Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah
tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena
tidak memperbesar hasil.
- Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan
zat yang bereaksi makin baik sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi
sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius:
dimana,

k = A e(-Ea/RT) ...............................................................(4.1)
T= Suhu absolut (oC)
R= Konstanta gas umum (cal/gmol oK)
E= Tenaga aktivasi (cal/mol)
A= Faktor tumbukan (t-1)
K= Konstanta kecepatan reaksi (t-1)

- Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga
pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar.
- Suhu reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang
dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k
makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar (Nurul,
dkk, 2010).

Gambar 4.1. Rangkaian alat untuk proses esterifikasi

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari


trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol.
Reaksi transesterifikasi adalah:

NaOH

O
H2C

O
R1

O
HC

C
O

R2

H2C

R3

(trigliserida)

+ 3 CH3OH

Katalis

(methanol)

R1

C
O

OCH3

H2C

OH

R2

C
O

OCH3 + HC

OH

R3

OCH3

OH

(metil ester)

H2C

(gliserol)

Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi transesterifikasi:


- Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih
kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas
lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan
harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah
katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar
tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
- Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol
untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan
konversi 98%. Secara umum ditunjukkanbahwa semakin banyak jumlah alkohol
yang digunakan, maka konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah.
Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%,
sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1
karena dapat memberikan konversi yang maksimum.
- Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
- Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH),
natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3).
- Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati

Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined.
Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan getahnya
dan disaring.
- Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30-65C (titik didih
metanol sekitar 65C). Semakin tinggi temperatur, konversiyang diperoleh akan
semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat (Nurul, dkk, 2010).

4.3. Tinjauan Bahan


A. Aquadest
Rumus kimia
Berat molekul
Bentuk
Titik Didih
Titik Lebur
Densitas
B. Kalium Hidroksida
Rumus kimia
Berat molekul
Bentuk
Titik didih
Titik lebur
Densitas
C. Metanol
Rumus kimia
Berat molekul

: H2O
: 18 g/mol
: Cair
: 100 oC
: 0 oC
: 0,998 g/cm3
: KOH
: 56 g/mol
: Padatan
: 1384 oC
: 380 oC
: 1,046 g/cm3
: CH3OH
: 32 g/mol

Bentuk
Titik didih
Titik lebur
Densitas
D. Minyak Kelapa Sawit
Berat molekul
Indeks Bias
Could point
Densitas
Viskositas kinematik
-

E. Natrium hidroksida
Rumus kimia
Berat molekul
Bentuk
Titik didih
Titik lebur
Densitas
F. Phenolpthelin
Rumus kimia
Berat molekul
Bentuk
Titik didih
Titik lebur
Densitas
4.4. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan:
- Beakerglass
- botol aquadest
- buret
- corong pemisah
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- klem
- labu leher tiga
- labu ukur
- Magnetic Stirrer
- piknometer
- pipit tetes
- pipet volume
- spatula
- statif
- termometer

4.5. Prosedur Percobaan

: Cair
: 64,5 C
: -97,8 oC
: 0,7921 g/cm3
o

: 269,638 g/mol
: 1,4521 pada 60 oC
: 16
: 0,0891 (50 oC); 0,874 (75 oC); 0,857 (100 oC)
: 47,8 cSt pada 38 oC
9,1 cSt pada 100 oC
: NaOH
: 40 g/mol
: Zat Padat Putih
o
: 1388 C
: 323 oC
: 2,1 g/cm3
: C20H14O4
: 318 g/mol
: Cair
: 548,7 oC pada 1 atm
: 258-263 oC
: 1,299 g/cm3
B. Bahan - bahan yang digunakan:
- Aquadest (H2O)
- indikator fenolftaelin (C20H14O4)
- kalium hidroksida (KOH)
- metanol (CH3OH)
- minyak kelapa sawit
- natrium hidroksida (NaOH)

1. Uji FFA
Melakukan Uji FFA / angka asam lemak bebas, jika hasil FFA > 2 % maka
dilakukan proses esterifikasi sampai bahan baku mempunyai FFA < 2 %. Jika
FFA < 2 % maka dapat melakukan proses transesterifikasi.
Prosedur pengujian Free Fatty Acid (asam lemak bebas):
- Menimbang 20 gram minyak dalam Erlenmeyer
- Memanaskan minyak sampai suhu 40 oC
- Memasukkan metanol 96 % sebanyak 50 mL dan 3 tetes indikator PP ke
dalam Erlenmeyer
- Mendinginkan larutan sampai suhu ruangan
- Menitrasi larutan dengan larutan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna menjadi merah jambu
- Mencatat volume titran yang dibutuhkan
- Menyatakan asam lemak bebas sebagai % FFA
- Perhitungan % FFA:

2. Proses Esterifikasi
- Memanaskan 1 liter minyak hingga mencapai suhu 60 oC 65 oC
- Menambahkan 2,25 gram metanol dan 0,05 gram asam sulfat untuk setiap
gram asam lemak bebas dalam minyak. Mencapurkan asam sulfat dan
metanol terlebih dahulu kemudian menambahkannya secara perlahan ke
dalam minyak
- Melakukan pengadukkan dengan Magnetic Stirrer selama 2 jam
- Mendinginkan campuran sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah adalah
metanol-air-asam sulfat
- Mengukur kembali % FFA.
3. Proses Transesterifikasi
- Menimbang 2,5 gram natrium hidrokasida dan melarutkannya di dalam
56,44 gram metanol (1,7616 mol metanol)
- Memasukkan 250 gram minyak (0,2936 mol minyak) ke dalam labu leher
tiga dan memanaskan minyak pada suhu 60 oC
- Kemudian memasukkan larutan natrium hidroksida alkoholik ke dalam
minyak dan transesterifikasi dilakukan selama 120 menit disertai dengan
pengadukan
- Menghentikan proses setelah waktu reaksi tersebut
- Memisahkan lapisan tersebut dengan menggunakan corong pemisah sampai
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan bawah (gliserol dan metanol) dan lapisan
atas (crude biodiesel)

- Mencuci kelebihan alkohol dan residu katalis dari crude biodiesel dengan
menggunakan air panas 80 90 oC
- Pencucian diulangi sampai air yang digunakan untuk proses pencucian telah
jernih sehingga diperoleh metil ester yang telah bebas pengotor
- Penguapan sisa air pencuci yang ada di metil ester dengan memanaskan
metil ester sampai temperatur 90 100 oC.
4. Uji densitas metil ester
- Menimbang berat piknometer kosong
- Memasukkan metil ester kedalam piknometer
- Menimbang piknometer yang telah diisi metil ester
- Menghitung densitas metil ester.

4.6. Data Pengamatan


No.
1.

Perlakuan
Uji FFA
Minyak

Lar. A

Pengamatan
Larutan berwarna

Kesimpulan
Suhu 40 oC

kuning.
Lar. A + PP + CH3OH Lar.

Terbentuk 2 lapisan.

Lapisan atas berwarna


putih keruh (CH3OH +
H2O) dan lapisan
bawah berwarna

dititrasiLar.
KOH

Lar. C

Warna terbentuk 2

kuning (minyak).

lapisan.

Lapisan atas berwarna


merah jambu dan
lapisan bawah
berwarna kuning.
Volume titrasi
= 7,1 ml

% FFA
= 0,9572 %
2.

Transesterifikasi
NaOH + CH3OH
Lar. A
Minyak

Larutan berwarna putih


keruh.

Lar. B

Larutan berwarna
kuning.

diaduk
Lar.
A + Lar. B
Lar. C
dipisahkan
Lar.

Larutan berwarna
Lar. D

coklat keruh.

Lapisan atas berwarna

Terbentuk 2 lapisan.

kuning (metil ester)


dan lapisan bawah
coklat (gliserol).

dicucui air
panas

Lapisan D

Terbentuk 2 lapisan.
Lar. E

Lapisan atas berwarna


kuning (metil ester)
dan lapisan bawah
tidak berwarna

Larutan berwarna
kuning jernih.

(pengotor dari metanol


dan NaOH).
Diperoleh metil ester

Lar. E
3.

D
Uji Densitas

(biodiesel).

Lar.
Berat piknometer
kosong = 16,51 gr
Berat piknometer

Densitas metil ester =

kosong + isi = 37,80 gr

0,85 g/cm3

Berat isi = 21,9 gr


Volume piknometer
= 25 mL

4.7. Dokumentasi Pengamatan


1. Uji % FFA

Gambar 4.2. Minyak dipanaskan

Gambar 4.3. Minyak + etanol + PP

Gambar 4.4. Hasil titrasi dengan KOH

2. Proses transesterifikasi

Gambar 4.5. NaOH + metanol

Gambar 4.7. Pemisahan etil ester dengan


gliserol

Gambar 4.6. Pengadukan NaOH + metanol + minyak


dengan dipanaskan

Gambar 4.8. Pencucian etil ester dengan air


panas

Gambar 4.9. Etil ester dipanaskan

Gambar 4.10. Piknometer yang berisi etil ester

4.8. Perhitungan
1. Menghitung % FFA

mL KOH N KOH BM asam lemak


100 %
berat sampel 1000
7,1 mL 0,1 N 269,638 g/mol
% FFA
100 %
20 g 1000
% FFA 0,9572 %
% FFA

2. Menghitung densitas metil ester (biodiesel)


m
v
(berat kosong isi) - berat kosong

volume
(37,80 16,51)g

25 mL
0,85 g/cm 3

4.9. Persamaan Reaksi


4.10.

H2C

O
R1

C
O

OCH3

R2

C
O

OCH3

R3

OCH3

NaOH

HC

C
O

R2

H2C

R3

(trigliserida)

R1
+ 3 CH3OH

(methanol)

(metil ester)

H2C

HC

H2C

(gliserol)

Pembahasan
1. Menguji % FFA
Tujuan mengetahui % FFA yakni untuk mengetahui dan menentukan tahap apa
yang akan dilakukan dalam pembentukan biodiesel. Jika % FFA < 2 % maka
langsung melakukan proses transesterifikasi tanpa melalui tahap esterifikasi,
sedangkan jika % FFA > 2 % maka harus melakukan proses esterifikasi terlebih
dahulu karena untuk menurunkan kadar FFA. % FFA yang didapatkan pada

percobaan ini adalah 0,9572 % sehingga dapat disimpulkan bahwa pembuatan


biodiesel ini dapat dilakukan tahap transesterifikasi karena % FFA < 2 %.
2. Proses Transesterifikasi
- Transesterifikasi merupakan tahap konversi dari minyak nabati menjadi alkil
ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping
yaitu gliserol.
O
H2C

O
R1

C
O

OCH3

H2C

R2

C
O

OCH3 + HC

R3

OCH3

NaOH

HC

C
O

R2

H2C

R3

(trigliserida)

R1
+ 3 CH3OH

(methanol)

(metil ester)

H2C

(gliserol)

Fungsi bahan dalam pembuatan biodiesel:


- Metanol berfungsi sebagai sebagai reaktan pembentuk biodiesel, sebagai
pelarut NaOH, dan sebagai sebuah aditif petrol untuk meningkatkan
pembakaran, atau kegunaannya sebagai sebuah bahan bakar.
- Natrium hidroksida berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi.
- Pencucian dengan air panas dengan suhu 8090 oC bertujuan untuk
memindahkan sisa katalis atau menghilangkan sisa gliserol dan metanol
yang berlebih.
- Pemisahan bertujuan untuk memperoleh biodiesel murni.
- Pengaruh suhu pada reaksi bertujuan untuk meningkatkan konversi
biodiesel yang dihasilkan dan karakter biodiesel cenderung semakin
memenuhi spesifikasi bahan bakar diesel.
3. Uji Densitas Metil Ester
Pada percobaan ini didapatkan nilai densitas metil ester (biodiesel) sebesar
0,85 g/cm3.
4.7. Kesimpulan
Biodiesel dapat dibentuk melalui 2 tahap yakni proses esterifikasi dan
transesterifikasi. Proses esterifikasi dilakukan jika hasil % FFA > 2 %, sedangkan
proses transesterifikasi dilakukan jika hasil % FFA < 2 %. % FFA sebesar 0,9572
% dan densitas sebesar 0,85 g/cm3.

DAFTAR PUSTAKA
Hambali, Erliza, dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Agromedia: Jakarta
Prihandana, Rama & Hendroko, Roy. 2007. Energi Hijau. Swadaya: Jakarta
Prihandana, Rama, dkk. 2007. Meraup Untung dari Jarak Pagar. Agromedia: Jakarta
Nurul, H,. Maharani dan Zuliyana. 2010. Pemubuatan Metil Ester (biodiesel) dari
Minyak dedak dan Metanol Dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi,
http://eprints.undip.ac.id/13454/1/ARTIKEL_ILMIAH.pdf., diakses tanggal 12
Desember 2014.
Siboro, Jamson. 2010. Pengaruh Lama Reaksiterhadap Perubahan Karakteristik
Biodiesel Turunan Minyak Kacang Tanah Dengan Menggunakan Katalis CaO
Dan

Cosolvent

Eter,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19403-/4/Chapter%20II.pdf.,
diakses tanggal 12 Desember 2014.
Tyson. 2014. Biodiesel dari Minyak Nabati, http://che.unsyiah.ac.id/wpcontent/uploads/sites/4/2014/01/Biodiesel-Dari-Minyak-Nabati.pdf.,
diakses tanggal 12 Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai