Pendahuluan.
Saat ini dunia sangat bergantung kepada minyak bumi sebagai sumber
energi. Kebutuhan energi dunia pada tahun 2008 mencapai 11.295 juta ton
equivalen minyak bumi. Bahan bakar fosil (BBF) merupakan sumber energi
utama di mana bahan bakar fosil memenuhi kebutuhan energi sebesar 88
% keseluruhan sumber-energi. Bahan bakar fosil dipenuhi oleh 35 % minyak
bumi, 29 % batubara dan 24 % gas alam. Bahan bakar non fosil (BBNF)
disuplai dari tenaga hidro 5 % dan energi nuklir sebesar 6 %. Bahan bakar
fosil merupakan penyumbang utama efek rumah kaca. Pada tahun 2006
emisi CO2 mencapai 29 giga ton dan diasumsi bahwa penyerapan CO 2
hanya 12.000 giga ton selebihnya tidak dapat diserap dan ter-akumulasi di
biosfera. Salah satu usaha untuk mengurangi emisi CO 2 diadakan
pertemuan Kyoto disebut The Kyoto Protocol pada tahun 1997. Dari
pertemuan tersebut dan ketentuan yang ditetapkan dapat mengurangi
emisi gas rumah kaca (green house gas) sebesar 5 % sehingga usaha
masih harus dilakukan dengan cara membangun teknologi yang dapat
memanfaatkan CO2 sebagai bahan baku. Bahan bakar fosil juga merupakan
sumber energi yang tak dapat diperbaharui. Sedikit yang membantah
bahwa minyak bumi suatu saat akan habis dan kita terpaksa beralih ke
jenis energi lainnya (Thanh, L.T., et al., 2010).
Biodiesel, bahan bakar diesel terbarukan, diperoleh dari minyak atau lemak
sumber daya seperti minyak nabati dan lemak domestik atau limbah
minyak goreng (WCO) menggunakan metanol dengan menggunakan katalis
asam atau basa. Untuk bahan baku dari lemak hewan dan minyak nabati,
KOH (basa) sedangkan dari golongan asam sering digunakan asam sulfat.
Pada reaksi transesterifikasi minyak bekas, reaksi dilakukan melalui dua
tahapp yaitu reaksi esterifikasi dengan menggunakan katalis asam dan
tahap kedua adalah reaksi transesterifikasi dengan menggunakan katalis
basa atau katalis padat. Pada tahap ketiga, FAME dan gliserol dipisahkan
dengan cara dekantasi. FAME ada pada bagian atas dan gliserol pada
bagian bawah bersama dengan katalis. Pemisahan kedua lapisan
memerlukan waktu lebih dari 10 jam agar kedua lapisan dapat terpisah
sempurna. Selanjutnya lapisan FAME dimurnikan dan disebut biodiesel
(Grupta, A.R.,. et al., 2015)
Katalis padat yang sudah digunakan dalam reaksi transesterifikasi minyak
bekas adalah CaO, Nafion, Nafion-SiO2, H3PW12O40 (phosphotungstic acid)
dan enzim. Hasil reaksi transesterifikasi adalah gliserol dan FAME. Reaksi
transesterifikasi dilakukan pada kondisi suhu diatas suhu ruangan dan
reaktor dilengkapi dengan pengaduk. Proses pemanfaatan minyak sebagai
bahan bakar bisa hanya dengan mencampur minyak nabati dengan BBF
dengan persentase minyak nabati 5-20% berat. Tetapi campuran tersebut
mengakibatkan kerusakan mesin yaitu umur mesin yang menggunakan
bahan bakar campuran ini menunjukkan efek negatif apabila mesin dipakai
dalam waktu lama. karena akan membentuk deposit karbon disebabkan
oleh kekentalan minyak nabati jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BBF
(10-17 kali). Proses transesterifikasi dilakukan untuk menurunkan
kekentalan minyak nabati sehingga tidak menjadi masalah pada
pemompaan dan sifat fluidisasi.
Disamping itu minyak nabati menyebabkan deposit karbon dan
pembentukan gel. Viskositas tinggi menyebabkan perubahan sifat fluida
terutama apabila terjadi perubahan suhu yang besar seperti di daerah yang
mempunyai empat musim. Pada suhu rendah minyak tidak dapat mengalir.
Deposit karbon dipermukaan logam disebabkan oleh pembakaran tidak
sempurna dan sifat penguapan lambat karena minyak nabati mengandung
komponen trigliserida dengan berat molekul tinggi. Lebih jauh mengapa
minyak nabati tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar karena
minyak nabati mengandung komponen-komponen asam lemak bebas,
fosfolipid, sterol, air, komponen berbau dan bahan pengotor. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, minyak nabati harus dimodifikasi
dengan cara: (1) transesterifikasi, (2) pirolisis, (3) emulsifikasi. Di antara
tiga cara tersebut yang paling menguntungkan adalah transesterifikasi
(Chen, G., et al., 2014).
Transesterifikasi adalah reaksi alkoholisis minyak menghasilkan FAME dan
gliserol. Emulsifikasi adalah mencampur minyak nabati dengan pelarut
(alkohol) dengan perbandingantertentu sehingga membentuk emulsi.
Pirolisis adalah perengkahan minyak menghasilkan bahan bakar bensin
dengan bantuan panas. Pirolisis minyak nabati dapat menghasilkan bahan
bakar lebih ringan dari minyak atau lemak tetapi kondisi reaksi memerlukan
suhu dan tekanan tinggi sehingga mengkonsumsi banyak energi dan kurang
efisien. Pada saat ini biodiesel diproduski dari minyak makan sehingga
susah untuk dikomersialisasi.
Tabel 1. Komposisi asam lemak di dalam minyak bunga matahari, minyak kedelai dan
minyak bekas.
Asam lemak
Lauric (12:0)
Myristic (14:0)
Palmitic (16:0)
Palmitoleic (16:0)
Searic (18:0)
Oleic (18:0)
Linoleic (18:2)
Linonelic (18:3)
Arachidic (20:0)
Gidoleic (20:1)
Bahenic (22:0)
Minyak Bunga
0,06
5,68
0,14
3,61
34,27
54,79
0,07
0,25
0,13
0,69
Minyak kedelai
0,07
10,87
0,10
3,66
23,59
53,86
6,49
0,37
0,22
0,45
Minyak bekas
9,95
0,19
8,9
0,22
3,85
30,71
54,35
0,27
0,29
0,18
0,61
Metanol/etanol dan
katalis
Penyaringan dan
pemisahan kotoran
(NaOH/KOH)
Reaksi Transesterifikasi
Netralisasi minyak yang sudah disaring
Sabun
Pemisahan FAME dan gliserol
FAME
Pemurnian FAME
BIODISEL
GLISEROL
Gliser
ol
Pemurnian gliserol
CH2
CH
OCOR
CH
OCOR2
+ 3CH OH
CH
Katalis
OH
OH
+
R1COCH3
+
R2COCH
3
CH2
CH2
+
R3COCH3
OH
OCOR
Trigliserida
Gliserol
Alkohol
H+
OH+
O
R1
C
OH
OR
R1
C+
OR2
OH
1
OH
R
OR2
+O
R1
+
OR
OH
H /R O
H
R1
R1
O+
OR2
C OR
Digliserida + R1COOR
Digliserida + R1OH
Monogliserida + R1COOR
Gliserol + R1COOP
Monogliserida + R1OH
RO- + H2O
atau
RO- + Na+
NaOR
Step
O-
O
-
+ RO
R1
OR
Step 2
OR
O-
OR2
OR1
R1
OR+ ROH
OR + RO
OR2
R2OH
+
Step 3
OR1
R1COOR + R2OH
OR
R2OH+
R1= Rantai karbon dari asam
lemak R= Alkil dari alohol
dimana
R2
CH2
OCOR1
CH
OCOR1
CH2
Katalis
Basa
Katalis
Asam
Superkritik Temperatur
o
C
Konversi FFA
dalam bahan
Katalis
60-70
Enzim
o
30-40 C
239-385 C
baku dirubah menjadi Efek Air terhadap reaksi
55-80
Sabun
Metil
Ester
Ester
Ester
Menginterferensi Menginterferensi Tidak
berpengaruh
CFA disaring (80 mesh) untuk menghilangkan kotoran yang besar. modifikasi
katalis CFA disintesis secara hidrotermal pada kondisi fusi alkali. Prosedur
yang dilakukan sebagai berikut: rasio massa CFA dan KO H 1: 1 dan campuran
dipanaskan pada 55o C selama 2 jam. Kemudian, campuran didinginkan dan
dihancurkan, kemudian ditempatkan dalam air deionisasi (rasio 10 cair-padat:
1) dan 30% berat kalium nitrat ditambahkan. Campuran diaduk selama 6 jam
dan campuran kristal terbentuk pada 10o C selama 6 jam. produk disaring,
dibersihkan dan dikeringkan pada 10o C. XRD digunakan untuk karakterisasi
turunan katalis CFA ditentukan pada X- ray difraktometer (D / MAX-240 0)
menggunakan Cu ka sumber radiasi dilakukan pada 25 mA dan 30 kV selama
2 u berkisar dari 10o C- 60o C dengan tahapan ukuran 0,02o (2u) dan tahapan
scan waktu 0,5 s. FT-IR spektrum CFA sebelum dan setelah modifikasi dicatat
dengan menggunakan Fourier Transform Spektrometer (IR Prestise-21). Hal ini
digunakan untuk menyelidiki perubahan komponen perbaikan CFA. Kisaran
bilangan gelombang dari spektrometer adalah 4000- 500
cm-1 1
menggunakan 100 scan pada 4 cm-1 resolusi.
3.3
Rancangan Percobaan
Karakterisasi Biodiesel
Sifat bahan bakar buatan sendiri biodiesel diuji oleh metode analisis standar
produk minyak bumi, yaitu American Society untuk Pengujian dan Material
(ASTM standar metode, 1991) [11]. Hasilnya dibandingkan dengan standar
biodiesel Amerika dan Eropa (ASTM D6751, 20 08 dan EN14214, 20 0 4,
masing-masing) [12,13].
3.6
Seperti yang terlihat pada Figure 1a, peak dari calcined CFA pada suhu 550 C
terlihat pada 2 = 21.06, 25.30, 50.01, dimana karakteristik peak SiO2,
terlihat pada 2 = 16.31, 25.01, 26.2, 35.94, 40.79, kemudian karakteristik
peak dari mullite (Al6 Si2O13). Hasil menunjukkan bahwa unsur utama pada
calcined CFA adalah SiO2 dan mullite.
91.9%. Pada Figure.1d konversi biodiesel tertinggi yaitu 91.9% didapatkan pada
modified CFA, kemudian konversi lebih rendah pada calcined CFA dan terakhir
untreated CFA. Aktivitas katalitik adalah faktor kritis pada reaksi transesterifikasi.
Daftar Pustaka
Adewale, P., Dumont, M.J., Ngadi, M., 2016. Enzyme-catalyzed synthesis
and kinetics of ultrasonic assisted methanolysis of waste lard for
biodiesel production. Chemical Engineering Journal 284 : 158165.
Chen, G., Shan, R., Shi, J., Yan, B., 2014. Ultrasonic-assisted production of
biodiesel from transesterication of palm oil over ostrich eggshellderived CaO catalysts. Bioresource Technology 171 :428432.
Ganesh, L., Maddikeri, Aniruddha B., Pandit, Parag R., Gogate, 2013.
Ultrasound assisted interesterication of waste cooking oil and methyl
acetate for biodiesel and triacetin production. Fuel Processing
Technology 116 : 241249.
Grupta, A.R., Yadav, S.V., Rathod, V.K., 2015. Enhancement in biodiesel
production using waste cooking oil and calcium diglyceroxide as a
heterogeneous catalyst in presence of ultrasound. Fuel 158 : 800806.
Maghami, M., Sadrameli, S.M., Ghobadian, B., 2015. Production of biodies
el from shmea l plant waste oil using ultrasonic and conventional
methods. Applied Thermal Engineering 75 : 575 - 579.
Maneechakr, P., Samerjit, J., Uppakarnrod, S., Karnjanakom, S., 2015.
Experimental design and kinet ic study of ultrasonic assisted
transesterication of waste cook ing oil over sulfonated carbon
catalyst derived from cyclodextrin. Journal of Industrial and