Anda di halaman 1dari 11

1

PENDAHULUAN Latar belakang Dewasa ini, kebutuhan energi dunia semakin meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan kualitas ekonomi dunia dan juga pertumbuhan penduduk di dunia yang saat ini sudah semakin banyak memenuhi dunia. Untuk menjalankan aktivitas menggunakan mesin berbahan bakar, manusia membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit jumlahnya. Apalagi jika jumlah tersebut dijumlahkan lagi oleh kebutuhan akan bahan bakar dari orang lain. Kebutuhan global akan minyak pada tahun 2008 yang lalu telah mencapai sekitar 87,1 juta barel per hari. Angka ini meningkat cukup drastis dan merupakan rekor tertinggi dalam kurun waktu hampir satu dekade ini. Padahal, pada tahun 2000, kebutuhan minyak dunia hanya sebesar 75,4 juta barel per hari. Artinya, hanya dalam kurun waktu delapan tahun terjadi peningkatan sebesar 11,7 juta barel atau tumbuh rata-rata 1,93% per tahun. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian dunia dan harus ditemukan solusi secepatnya. Banyak solusi telah ditawarkan untuk menanggulangi dampak dari kebutuhan akan bahan bakar dunia yang sampai saat ini masih sangat bergantung kepada bahan bakar fossil. Padahal, bahan bakar fossil adalah penyumbang polusi terbesar di dunia. Solusi-solusi tersebut antara lain adalah energi nuklir, energi geothermal, biomassa, dan juga biofuel. Beberapa riset menunjukkan bahwa biodiesel adalah kandidat yang baik untuk menggantikan bahan bakar fossil dikarenakan sifatnya yang ramah lingkungan, sedikit emisi, biodegradable, tidak beracun, dan bebas dari sulfur dan senyawa aromatik. Cara umum dalam memproduksi biodiesel adalah dengan proses transesterifikasi lemak dan minyak triacylglycerols dengan alkohol berantai pendek seperti metanol atau etanol dalam katalis asam atau basa. Bahan baku biodiesel biasanya berupa lemak hewan dan minyak nabati. Salah satu bahan baku potensial untuk biodiesel adalah jagung. Karena, untuk mendapatkan minyak jagung, kita dapat mengambil by-product dari industri etanol yang bahan bakunya adalah jagung. Dengan begitu, limbah tersebut akan menjadi jauh lebih berguna jika dijadikan bahan bakar yang dapat diperbaharui seperti biodiesel. Sayangnya, biodiesel jagung kurang mempunyai resistansi terhadap oksidasi. Penyusun biodiesel, Fatty Acid Methyl esters (FAMEs) sangat tidak resistan terhadap autoksidasi. Dalam suatu riset menggunakan metode EN 14112 (rancimat) stabilitas biodiesel terhadap oksidasi tidak hanya bergantung pada bahan bakunya, namun juga dalam proses produksinya dan juga metode penyimpanannya. Oleh karena itu PKMGT ini dilaksanakan

Tujuan Dan Manfaat Penulisan Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai upaya untuk membuat biodiesel, terutama biodiesel jagung menjadi bahan bakar yang dapat menggantikan bahan bakar fossil yang selama ini menjadi tumpuan masyarakat dunia dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar yasng setiap tahunnya semakin meningkat dengan tajam. Dengan digunakannya biodiesel jagung, dunia akan lebih terbebas dari polusi yang diakibatkan oleh emisi bahan bakar fossil dan juga manusia tidak perlu khawatir akan kehabisan bahan bakar karena biodiesel dapat diperbaharui lagi. Untuk dapat menjadikan biodiesel jagung sebagai bahan bakar utama pengganti bahan bakar fossil, biodiesel tersebut haruslah biodiesel yang stabil dan tidak mudah teroksidasi agar terjaga kualitasnya. Dan untuk itu, PKM-GT ini bertujuan juga untuk membuat biodiesel jagung menjadi stabil terhadap oksidasi dari proses sintesis yang optimal dan jugametode penyimpanan yang baik. GAGASAN

Ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fossil Menurut data terbaru dari IFR Report, Economist 2008, dalam rentang tahun 2005 2030 diperkirakan kebutuhan minyak akan tumbuh sebesar 1,4% per tahun. Sebenarnya, prediksi angka pertumbuhan ini jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan sumber energi lainnya seperti gas, masih lebih rendah. Akan tetapi, dalam proporsi penggunaan minyak sebagai energi di dunia, masih jauh lebih besar dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Pada tahun 2005, minyak memegang kendali sebesar 39,2% dari total kebutuhan energi di dunia. Proporsi ini jauh di atas gas (23,0%), bahan padat (27,6%), bahkan energi terbarukan (10,2%) sekalipun. Dua dekade mendatang, lebih tepatnya pada tahun 2030, diperkirakan proporsi minyak sebagai sumber energi akan mengalami penurunan menjadi sekitar 36,5% dari total kebutuhan energi di dunia. Sedangkan proporsi gas naik menjadi 27,4%, bahan padat turun menjadi 26,8%, dan energi terbarukan justru diperkirakan turun ke angka 9,2%. Ketidakstabilan biodiesel terhadap oksidasi Biodiesel merupakan suatu bahan bakar diesel/solar alternatif yang menjanjikan, namun dari beberapa penelitian dan literatur bahwa karakteristiknya, baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, masih ada permasalahan dalam hal mutu seperti kestabilan oksidasi dan sifat alirnya (titik tuang, titik kabut) yang sangat

penting dalam utilisasi secara komersial. Karakteristik tersebut sangat tergantung pada bahan bakunya untuk memproduksi biodiesel yaitu kandungan asam lemak takjenuh yang terdapat dalam bahan baku. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tidak-jenuh (adanya ikatan rangkap) merupakan penyebab ketidak stabilan biodiesel karena mudah teroksidasi oleh udara (oksigen) membentuk polimer-polimer serta pengaruh faktor lain seperti panas, logam dsb. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode penyimpanan dari biodiesel dan juga bagaimana proses produksinya sehingga dihasilkan biodiesel jagung yang optimal

Solusi yang pernah ditawarkan Upaya mempertahankan kualitas biodiesel jagung dengan menstabilkannya terhadap oksidasi telah dilakukan sebelumnya. Misalnya dengan penambahan bahan additif yang berupa antioksidan kepada biodiesel oleh Albemarle. Campuran yang sinergis dari antioksidan membuat kestabilan oksidasi dario biodiesel menjadi lebih baik dan mengurangi kemungkinan terberntuknya polimer yang dapat mengurangi kualitas dari biodiesel. Antioksidan yang digunakan oleh Albemarle adalah Ethanox 4760E. Berdasarkan riset yang telah dilakukan terhadap beberapa sampel biodiesel, ditemukan suatu hasil bahwa antioksidan Ethanox 4760E menyebabkan indeks stabilitas oksidasi dari biodiesel meningkat cukup besar yaitu 8.7 jam. Namun sayangnya, setelah 6 minggu penyimpanan, indeks stabilitas oksidasi dari biodiesel menurun secara drastis ke 4.6 jam. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun Ethanox 4760E adalah antioksidan yang baik, diperlukan penelitian lanjutan mengenai metode penyimpanan dari biodiesel jagung Metode penyimpanan biodiesel dari minyak jagung dan optimisasi prosesnya PKM-GT ini berupaya untuk menemukan suatu cara dalam menyimpan biodiesel jagung sehingga biodiesel tersebut tahan terhadap oksidasi dalam jangka waktu yang lama. Riset ini juga bertujuan untuk menemukan kodisi operasi yang optimal dalam pembuatan biodiesel jagung sehingga dihasilkan biodiesel jagung yang baik untuk diproses lebih lanjut Perlengkapan yang digunakan dan proses pembuatan FAMEs Perlengkapan yang digunakan dalam riset ini antara lain, tempat terjadinya reaksi di dalam batch stirred reactor bervolume 500 cm3, dilengkapi dengan reflux condenser dan pengaduk mekanis. Untuk material yang digunakan adalah minyak

jagung yang disuplai oleh pabrik produksi etanol yang berbahan baku jagung ( Koipe Spain) yang analisis komposisinya bisa dilihat dalam tabel 1. Methanol dengan kemurnian 99.8% disuplai oleh Panreac Spain. Dan katalis yang digunakan adalah kalium hidroksida yang dibeli dari Merck (Barcelona,Spain)

Tabel 1. Analisis komposisi dari minyak jagung

Bahan selanjutnya adalah FAMEs yang diproduksi dari minyak jagung via transesterifikasi dimana katalis basa kuat digunakan dalam reaksi. Minyak jagung digunakan sebagai minyak mentah untuk ditransesterifikasi dengan methanol dalam tangki reaksi. Temperatur reaksi ditetapkan di bawah titik didih dari metanol (63oC) untuk mencegah metanol dalam reaksi menguap. Rasio molar metanol dan minyak jagung adalah 6:1. KOH dicampurkan bersama metanol selama 10 menit sehingga membentuk kalium metoksida yang pada akhirnya dicampurkan dengan minyak jagung. Total lama reaksi adalah 60 menit. Pada akhir reaksi, FAMEs akan berada di bagian atas reaksi sementara gliserol ada di bagian bawah. FAMEs dimurnikan dengan cara mencuci dengan air suling untuk menghilangkan residu. Setelah beberapa kali dimurnikan total air yang berada di dalam FAMEs menjadi di bawah 0.01% Metode analisis yang dimonitor oleh Capilarry column gas chromatography, menggunakan Hewlett-Packard 5890 seri II dilengkapi dengan flame ionization detector (FID). Untuk persiapan percobaan, dua sampel biodiesel, masing masing 3 liter disimpan dalam 2 kondisi yang berbeda selama 30 bulan. Keduanya disimpan dalam tempat berbahan kaca tertutup dan terpapar sinar matahari. Satu sampel disimpan dalam oksigen kondisi normal dan yang lainnya disimpan dalam gas argon. Selama penyimpanan, dilakukan beberapa kali pengambilan sampel untuk diteliti beberapa parameternya (PV,AV,IV, dan v) Hasil analisis Hasil analisis yang menunjukkan yield, temperatur, konsentrasi katalis, dan faktor Xc dan Xt dari sampel dapat dilihat dalam tabel 2

Tabel 2. Matriks eksperimen dan hasil eksperimen

Dari hasil analisis terlihat bahwa konsentrasi katalis adalah faktor yang paling signifikan yang juga menunjukan naik turunnya nilai yang menunjukkan ketidak linearan model.

Gambar 1. Yield eksperimental versus temperatur dan konsentrasi katalis

Pengaruh temperatur terhadap reaksi mempunyai respons yang positif. Jika temperatur naik, kelarutan metanol dalam minyak juga naik seiring dengan

bertambahnya laju reaksi. Faktanya, pada temperatur rendah, metanol tidak larut sama sekali di dalam minyak jagung; pada saat pengadukan emulsi muncul. Selanjutnya adalah pengaruh dari konsentrasi katalis. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa dalam percobaan, konsentrasi katalis adalah faktor yang paling penting. Pengaruh konsentrasi katalis terhadap reaksi mempunyai respons yang positif, yaitu yield dari ester meningkat apabila konsentrasi katalis juga meningkat. Analisis respons dari yield dari ester adalah sebagai berikut: ester yield secara umum meningkat dengan meningkatnya konsentrasi katalis dan temperatur, namun menurun secara signifikan dalam temperatur yang lebih tinggi lagi dan konsentrasi katalis yang lebih rendah. Kejadian ini dapat dijelaskan dengan terbentuknya produk sampingan.
Stabilitas penyimpanan jangka panjang

Riset kestabilan oksidatif dilaksanakan dalam periode 30 bulan. Pada beberapa periode sampel diambil dan dianalisis beberapa faktor psikokimianya. Diantaranya adalah PV,AV,IV, dan v. Beberapa kualitas penting dari biodiesel dapat dilihat sebelum dan setelah penyimpanan dalam tabel 4. Parameter tersebut dibandingkan dengan beberapa standard biodiesel (European union standards, EN 14214)

Tabel 3. Quality control dari biodiesel jagung sebelum dan sesudah penyimpanan

Analisis Peroxide Value (PV) : walaupun PV sebenarnya kurang cocok untuk mengukur oksidasi, dan tidak dinyatakan dalam standar biodiesel, parameter ini mempengaruhi Cetane number (CN), parameter yang dinyatakan dalam standar bahan bakar. Kenaikan PV menyebabkan kenaikan CN, sehingga dapat mengurangi ignition delay time. Variasi PV dapat dilihat dari gambar 2.

Gambar 2. Variasi dalam PV dari biodiesel minyak jagung yang disimpan dalam atmosfer oksigen normal dan dalam atmosfer argon

Analisis Acid Value (AV): Saat peroksida terbentuk, ia terurai dan bereaksi membentuk berbagai produk oksidasi sekunder seperti aldehid, yang selanjutnya teroksidasi menjadi asam. AV yang diukur dalam mg KOH/g adalah salah satu indikator signifikan dari degradasi oksidatif dalam lemak. Limit spesifikasi dari AV adalah 0.5 mgKOH/mg. Hasil eksperimen terhadap AV dapat dilihat dalam gambar 3. Terlihat bahwa sampel yang disimpan dalam atmosfer argon mempunyai AV yang tidak melebihi limit spesifikasi

Gambar 3. Variasi dalam AV dari biodiesel minyak jagung yang disimpan dalam atmosfer oksigen normal dan dalam atmosfer argon

Analisis viskositas (v) : Karena penguraian hiperoksida, penyambungan rantai FAMEs dapat terjadi secara oksidatif, sehingga menyebabkan kenaikan berat molekul. Saat penyimpanan, salah satu hasil yang jelas dari pembentukan polimer

adalah kenaikan viskositas biodiesel. Semakin besar berat molekulnya, semakin besar juga viskositasnya, sehingga kurang baik kualitasnya. Gambar 4 menunjukkan kenaikan viskositas dari dua sampel terhadap waktu. Sampel yang disimpan dalam atmosfer argon menunjukan angka viskositas yang lebih rendah dari sampel lainnya

Gambar 4. Variasi dalam v dari biodiesel minyak jagung yang disimpan dalam atmosfer oksigen normal dan dalam atmosfer argon

Analisis Iodine Value (IV): Salah satu metode tertua dan paling umum dalam menentukan level ketidakjenuhan dalam fatty oil atau ester adalah IV. Oksidasi, yang terdiri dari rangkaian kompleks reaksi kimia, di karakteristikan oleh penurunan jumlah konten tidak jenuh dari biodiesel karena eliminasi hidrogen yang berbanding lurus dengan ikatan rangkap dua dan terbentuknya radikal bebas.Nilai IV pada sampel dapat dilihat dalam gambar 5. Sampel yang disimpan dalam oksigen menununjukkan bahwa sampel tersebut memiliki laju penurunan IV yang tinggi, sementara dalam atmosfer agon adalah sebaliknya.

Gambar 5. Variasi dalam IV dari biodiesel minyak jagung yang disimpan dalam atmosfer oksigen normal dan dalam atmosfer argon

Dalam sampel biodiesel, peroxide value, acid values, dan viskositas cenderung meningkat, dan iodine value cendurung menurun terhadap waktu. Sampel yang disimpan dalam atmosfer argon tidak pernah melewati limit spesifikasi dari parameter parameter yang telah diuji selama 30 bulan penyimpanan. Sampel biodiesel yang disimpan dalam atmosfer argon tidak menunjukkan kenaikan besar dalam PV, AV, dan viskositas dibandingkan dengan sampel yang disimpan dalam atmosfer oksigen Biodiesel yang disimpan dalam atmosfer argon dapan menambah stabilitasnya dan juga memperlihatkan efek positif memperlambat degradasi oksidatif dari biodiesel yang diproduksi dari minyak jagung

KESIMPULAN Gagasan yang diajukan 1. Perlunya metode penyimpanan biodiesel dan optimisasi prosesnya 2. Metode penyimpanan biodiesel dalam atmosfer argon dari PKM-GT ini merupakan solusi yang baik dari masalah penyimpanan biodiesel yang belum terselesaikan 3. Kondisi optimal dari PKM-GT ini dapat diterapkan oleh pabrik pabrik agar menghasilkan biodiesel dengan kualitas yang baik sehingga dapat menggantikan bahan bakar fossil kedepannya

Teknik implementasi 1. Memberi tahu pemerintah(bidang energi) mengenai hasil riset 2. Bekerjasama dengan pemerintah dalam menyosialisasikan hasil riset kepada industri biodiesel dan membuat industri tersebut mengikuti saran dari riset PKM-GT 3. Berkoordinasi dengan penyuplai minyak jagung agar tercapainya stok minyak jagung yang cukup untuk industri biodiesel

10

Prediksi hasil yang diperoleh 1. Biodiesel dari minyak jagung yang optimal dapat diproduksi dan biodiesel tersebut dapat disimpan dalam jangka panjang tanpa terjadinya penurunan kualitas disebabkan oksidasi secara signifikan 2. Biodiesel yang optimal dan stabil dapat menarik minat banyak orang sehingga keberadaannya dapat menggeser ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fossil 3. Saat biodiesel telah menggantikan bahan bakar fossil, keberlanjutan energi di dunia diharapkan dapat tercapai

DAFTAR PUSTAKA El Boulifi, N., Bouaid, A., Martinez, M., Aracil, J. (2010). Process optimization for biodiesel production from corn oil and its oxidative stability. International Journal of Chemical Engineering, Vol.2010 Singh, S.P., and Singh, D. (2010). Biodiesel production through the use of different sources and characterization of oils and their esters as the substitute of diesel:a review. Renewable and sustainable energy reviews, 14(1), 200-216 Negara, A.K. (2008). Kebutuhan akan minyak bumi dunia meningkat. Diunduh dari www.alpensteel.com/article/53-101-energi-terbarukan--renewableenergy/2846--kebutuhan-akan-minnyak-bumi-dunia-meningkat.html pada tanggal 13 November 2013 Lemigas. (2012). Peningkatan Kualitas Biodiesel Dengan Pengembangan Teknologi Proses Pengolahan Produksi Biodiesel. Diunduh dari www.lemigas.esdm.go.id/id/prdkpenelitian-257-.html Pada tanggal 14 November 2013 Schneller, E., Gatto, V. (2008). Improving the quality of biodiesel through the use of antioxidants and metal chelators. Diunduh dari biodieselmagazine.com/articles/2136/improving-the-quality-of-biodieselthrough-the-use-of-antioxidants-and-metal-chelators/ pada tanggal 14 November 2013

11

CURRICULLUM VITAE 1. 2. 3. 4. 5. Nama Tempat lahir Tanggal lahir Fakultas Jurusan : Rioneli Ghaudenson : Jakarta : 26 Juli 1995 : Teknik : Teknik kimia

Kualifikasi Akademik 1. SDIT Nurul Fikri, 2001 2. SMP Negeri 2 Depok, 2007 3. SMA Negeri 1 Depok, 2010 4. Universitas Indonesia, Teknik kimia, 2013 Karya Ilmiah Yang Pernah Dibuat 1. ULAR SAWAH : Ubi Jalar sebagai pengganti pengawet formaldehid Penghargaan Ilmiah Yang Pernah Diraih : -

Anda mungkin juga menyukai