Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

NAMA : Elli. M

NIM :201911060

PRODI : Teknik Pengolahan Sawit

1. Judul Jurnal
Pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan katalis CaO disinarin
dengan gelombang mikro
2. Penulis dan Istitusi asal
Susila Arita, R Attaso.K, dan Rangga Septian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya
Ogan Ilir (OI) 30662
3. Sumber jurnal
http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/article/download/158/157

4. Ringkasan abstrak
Penelitian ini mempelajari kondisi optimum minyak Biodiesel minyak sawit
denganreaksi metanolisis katalis heterogen kalsium oksida (CaO) komersial dibantu
oleh penyinaran gelombangmikro. Perlakuan awal katalis untuk mendapatkan kondisi
optimum telah dilakukan kalsinansi pada 500oC selama 1 jam. Pengurangan FFA
mencapai 0,2% dengan esterifikasi. Hasil biodiesel dianalisisdengan gas kromatografi
untuk mengukur total konversi metil ester. Kondisi optimum untuktransesterifikasi
adalah 400 watt dengan katalis 5% CaO dari berat minyak, memiliki yield biodiese
75,60% dan konversi metil ester 92%. Secara umum, kualitas produk biodiesel dalam
percobaan ini tidakdapat memenuhi persyaratan standar biodiesel secara komersial.

5. Konsep pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk membuat biodiesel dari minyak kelapa sawit
dengan katalis CaO disinari dengan gelombang mikro. Dimana pembuatan biodiesel
minyak sawitd dengan reaksi metanolisis katalis heterogen kalsium oksida (CaO)
komersial dengan bantuan oleh penyinaran gelombang mikro

6. Metodologi yang digunakan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen di


laboratorium. Pembuatan biodiesel dari minyak sawit menggunakan katalis Heterogen
(CaO) dibantu dengan radiasi gelombang mikro. Kondisi optimum diperoleh dengan
memvariasikan kekuatan microwave, dan katalis. Biodiesel yang dihasilkan dianalisa
densitas, yield, FFA, Angka asam dengan metode uji laboratorium dan Konversi
menggunakan Gas Chromatography. Bahan baku biodiesel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Refined Palm Oil dan metanol 98% (MERCK). Katalis yang
digunakan yaitu katalis homogen asam sulfat pekat 98% untuk esterifikasi dan katalis
heterogen kalsium oksida (CaO) 96% untuk reaksi transesterifikasi.

7. Ringkasan Hasil Penelitian


Pada penelitian pembuatan pembuatan biodiesel menggunakan minyak
kelapa sawit sebagai bahan baku telah ditemukan bahwa kandungan asam lemak
bebas masih cukup tinggi untuk melakukan reaksi metanolisis , sebelum reaksi
dilakukan , kita perlu mengurangi persentase asam lemak bebas dalam minyak sawit
dengan mengkonversi asam lemak bebas ( FFA ) menjadi ester melalui reaksi
esterifikasi. Rasio molar metanol dengan minyak adalah 18:1 , lalu ditambahkan ke
100 gr minyak dan 3 % asam sulfat ( H2SO4 ) dari berat minyak . Esterifikasi
dilakukan dengan pemanasan konvensional selama 1 jam pada suhu 65oC (Buathip T
et al, 2013). Diketahui kandungan FFA pada minyak sebanyak 1,06 % dan setelah
pengurangan FFA melalui esterifikasi , asam lemak bebas ( FFA ) telah berubah
menjadi 0,20% . Menurut Garpen ( 2004) kadar FFA diperbolehkan dalam katalis
basa adalah < 1 % atau setara dengan 2 mg KOH/g sampel ( Berrios ,2007) . Reaksi
esterifikasi membutuhkan metanol dan katalis asam untuk mengubah FFA menjadi
ester dan air. Penggunaan katalis asam untuk reaksi ini memiliki alasan yaitu tidak
menyebabkan reaksi saponifikasi dengan kandungan FFA tinggi. Studi tentang
pembuatan biodiesel melalui pemanasan batch konvensional telah dilakukan oleh
banyak orang dan tentunya lebih mahal karena energi yang dipakai lebih tinggi dan
waktu proses yang lama , Padil (2010)
telah melakukan penelitian tentang transesterifikasi minyak nabati dengan
menggunakan CaO dengan pemanasan batch konvensional dan dihasilkan konversi
methyl ester sekitar 73,03 % dan 73,38 % reaksi ini membutuhkan suhu sekitar 105oC
dengan waktu reaksi 1,5 jam . Ini berarti menggunakan pemanas konvensional
membutuhkan waktu reaksi yang lama untuk membuat FAME (Fatty Acid Methyl
Ester), namun kita dapat mengurangi semua itu dengan microwave . Dalam hal ini
microwave komersial digunakan reactor skala batch . Metode batch memiliki
beberapa keuntungan jika kita bandingkan dengan metode continous karena lebih
mudah dalam mengontrol proses dan tidak perlu banyak peralatan untuk melakukan
percobaan. Transesterifikasi membutuhkan banyak metanol untuk mengubah
trigliserida menjadi metil ester , itu sebabnya dalam penelitian menggunakan
perbandingan molar tinggi antara metanol dan minyak (18:01) ,hal itu akan membuat
keseimbangan reaksi akan bergerak ke arah kanan (produk) dan membuat konversi
metil ester menjadi lebih tinggi , karenam 3 mol metanol dan 1 mol trigliserida akan
membentuk 3 mol metil ester dan 1 mol gliserol. (Bradshaw dan Meuly , 1994).
Dalam percobaan ini telah dilakukanreaksi transesterifikasi dengan berbagai
katalis 1% , 3 % dan 5 % dari berat minyak untuk setiapsampel dan juga kekuatan
daya microwave 200watt , 300 watt , dan 400 watt . wakty setiapreaksi adalah sama
yaitu 20 menit dan kecepatan pengadukan yang sama juga untuk setiap sampel yaitu
600 rpm . Produk utama metanolisis adalah biodiesel ( metil ester ) , dan gliserol.
Biasanya proses pembuatan biodiesel dengan katalisheterogen akan membuat 3
lapisan , bagian bawah adalah katalis yang digunakan , bagian tengahadalah gliserol
dan atas adalah produk (biodiesel), tapi dari percobaan ini didapatkan 4lapisan dengan
pemanasan microwave dibawah300oC . lapisan bagian atas adalah metanolberlebih
yang belum bereaksi atau diduga tidak bereaksi , di tengah adalah biodiesel , di
lapisan 3 adalah gliserol dan lapisan 4 adalah katalis.Diasumsikan bahwa pada suhu
rendah metanol tidak dapat terkonversi penuh menjadibiodiesel karena reaksi waktu
yang singkat.
Tetapi pada 300oC - 400oC.semua metanol telah diubah menjadi biodiesel dan
hanya menghasilkan 3 lapisan . Lapisan adalah biodiesel , lapisan tengah adalah
gliserol dan lapisan 3 adalah katalis. Hasil yang ditampilkan produk dapat dilihat pada
gambar 4.1. Kita bisa melihat dari data yang ditampilkan hasil tertinggi adalah 300
watt daya microwave dan katalis 1 % CaO menghasilkan 91% yield biodiesel. Dan
yield terendah pada 200 watt daya dan dengan katalis 1% CaO yang hanya memiliki
60,48% yield biodiesel. Itu berarti 300 watt lebih baik daripada 200 watt. kekuatan
daya gelombang mikro telah dipelajari Putra,RP dkk ( 2012) , mereka mendapatkan
hasil sekitar 60,11% yield biodiesel dalam 20 menit reaksi pada 200 watt dengan
katalis 1 % CaO.Tapi untuk kondisi reaksi dengan suhu 300 watt dengan konsentrasi
katalis 3 % dan 5 % yield biodiesel adalah berkurang dari 91,15%menjadi 86,6 %
dan 77,34 % . Diduga bahwa terjadi human error saat pencucian biodiesel.Karena
berdasarkan grafik di atas bahwa 200 watt dan 400 watt daya gelombang mikro , yield
biodiesel akan naik untuk katalis yang lebih tinggi Penggunaan katalis dapat
mempengaruhi hasil yang diperoleh, dalam hal waktu dan suhu reaksitergantung pada
karakteristik masing-masing katalis.

8. Ringkasan Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian sebelumnya telah dilakukan menggunakan NaOH sebagai katalis


basa homogen dan membentuk biodiesel sebesar 98 % pada 260 Watt dan suhu
operasi 50oC selama 20 menit. suhu operasi 50oC selama 20 menit. ( Santoso dan
Wijaya, 2009). Seperti kita ketahui katalis homogen akan menghasilkan yield yang
lebih tinggi tetapi membutuhkan biaya produksi yang lebih besar dan pemisahannya
sulit. Analisis oleh Trace Gas Chromatography AS 2000 digunakan untuk
menentukan jenis senyawa yang terkandung dalam metil ester dari minyak sawit , dan
untuk menghitung persentase konversi Fatty Acid Methyl Ester ( FAME ) pada
biodiesel yang terbentuk . Analisis ini menghasilkan puncak spektrum masing-masing
menunjukkan jenis metil ester tertentu. Berdasarkan data dari GC , berbagai jenis
metil ester untuk biodiesel dapat diketahui. Analisis senyawa biodiesel dilakukan
terhadap puncak fragmentasi yang dapat diidentifikasi sebagai senyawa biodiesel
berdasarkan kemiripan dengan senyawa standar. Senyawa A dikatakan mirip dengan
senyawa standar jika memiliki berat molekul yang sama , pola serupa, fragmen, dan
nilai indeks kesamaan yang tinggi . Untuk menggunakan GC kita membutuhkan
larutan standar,heksana dan sampel. Dalam penelitian ini digunakan 2 ml heksana dan
dicampur dengan 0,2 ml minyak.
Setelah itu diisi dalam botol sampel untuk dianalisa dengan GC yang
terhubung ke perangkat lunak komputer .

NO Nama senyawa Puncak Presentase (%)


1 C16;0 (methyl palmitate) 1 9,8
2 C16;1 ( methyl palmitoleate) 2 0,041
3 C18;0 (methyl stearate) 3 1,078
4 C18;1 ( methyl oleate ) 4 9,227
Tabel 3. Senyawa yang terkandung dari Biodiesel Minyak Sawit
No Nama Senyawa Puncak Persentase (%) 1 C16:0 (methyl Palmitate) 1 9,8 2
C16:1 (methyl palmitoleate) 2 0,041 3 C18:0 (methyl stearate) 3 1,078 4 C18:1
(methyl oleate) 4 9,227 Dari tabel di atas terlihat bahwa Biodiesel dari minyak sawit
memiliki senyawa utama metil ester antara lain metil palmitat, metil palmitoleat, metil
stearat dan metil oleat dimana konversi tertinggi dimiliki oleh metil palmitat karena
asam lemak ini merupakan asam lemak dominan pada minyak kelapa sawit. Senyawa
lain yang dihasilkan dari analisis dengan Gas Chromatography, kemungkinan sebuah
turunan alkil ester asam lemak.
Di dalamnya ada juga metil ester tak jenuh, yaitu metil ester palmitoleate
(C16:1) meskipun persentasenya sangat kecil. Hasil konversi yang dihitung dari
masing-masing sampel yang dianalisa oleh GC dapat ditampilkan dalam lampiran.
Dan grafik di bawah ini dapat menggambarkan tentang jumlah konversi yang
terbentuk. Dari grafik di atas kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa kondisi
tertinggi adalah untuk daya 400 watt dan 5 % Kalsium Oksida . Daya 400 watt juga
menghasilkan konversi metil ester tertinggi dari yang lainnya , dan terlihat pada grafik
jumlah katalis juga mempengaruhi konversi metil ester, semakin banyak jumlah
katalis, hasil konversi semakin besar. Dalam grafik kita dapat melihat bahwa konversi
biodiesel terlalu kecil untuk 200 watt dan 300 watt. Handayani SP (2010) telah
membuktikan penggunaan microwave dalam pembuatan biodiesel dengan katalis basa
homogen pada 300 watt , konversi biodiesel kurang dari 70% . Hal ini diduga bahwa
daya yang diberikan masih kecil , sehingga belum mampu mereaksikan minyak dan
metanol dalam waktu 10 menit. Biodiesel mulai terbentuk pada 400 watt dan rasio
mol minyak terhadap metanol adalah 1:12 . Metanol yang tidak bereaksi dari
pembuatan biodiesel dengan daya 200 watt dan 300 watt dalam waktu 20 menit juga
masih terlihat , dan hal ini mengakibatkan konversi metil ester tidak sempurna,
sedangkan untuk daya microwave 400 watt

9. Ringkasan simpulan
1. Radiasi gelombang mikro (microwave) dapat dimanfaatkan dalam proses
pembuatan biodiesel dari minyak sawit melalui proses transesterifikasi secara
batch
2. Penggunaan radiasi gelombang mikro dalam pembuatan biodiesel dari minyak
sawit dengan daya yang lebih tinggi mampu meningkatkan hasil yield
biodiesel.Daya yang optimal adalah 300 watt pada rasio mol minyak sawit dengan
metanol 1:18 dan jumlah katalis 1% dari berat minyak memiliki yield biodiesel
sebesar 91,15 % .
3. Penyinaran gelombang mikro membuktikan bahwa dapat mengurangi waktu
reaksi menjadi sangat singkat. Semakin tinggi daya gelombang mikro maka dapat
meningkatkan konversi metil ester . Daya yang optimal adalah 400 watt pada rasio
mol minyak sawit dengan metanol pada 1:18 dan persentase konversi mencapai 92
% dari FAME
4. Kondisi optimum dalam percobaan ini beradapada 400 watt dan 5 % CaO , yang
memiliki hasil yang lebih baik daripada yang lain
5. Dari variasi berbagai katalis CaO , \diperoleh bahwa kondisi optimum untuk
percobaan ini adalah 5 % katalis dari berat minyak dalam perbandingan molar
minyak dan metanol 1:18.
6. Semakin banyak penambahan katalis CaO pada daya 200 dan 400 watt dapat
meningkatkan konversi.
7. Senyawa biodiesel dari minyak sawit pada percobaan ini telah dianalisa melaluii
gas kromatografi (AS 2000) adalah sebagai berikut : metil palmitat , metil
palmitoleate ,metil stearat , dan metil oleat.
8. Secara umum, kualitas biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian ini belum dapat
memenuhi persyaratan standar cukup biodiesel Berdasarkan hasil studi
eksperimental yang telah dilakukan.

9. Berikan Komentar
Dari penelitan diatas dapat di berikan beberapa komentar diantaranya:
a) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pembuatan biodiesel dengan
mengunakan katalis KOH dan NaOH dengan disinarin gelombang mikro.
b) Data data dalam jurnal ini dipaparkan secara jelas dan mendetail
sehingga tidak membngungkan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai