Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOENERGI SEBAGAI ENERGI TERBARUKAN DAN SEBAGAI ENERGI


ALTERNATIF DENGAN KONVERSI CRUDE PALM OIL MENJADI
BIOFUEL MENGGUNAKAN KATALIS Cr-Zeolit ALAM

MOHD FAUZAN
J1A116056

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Abstrak
Sumber bahan bakar yang berada di Indonesia mulai menipis di karenakan
penggunaan bahan bakar secara besar-besaran baik dalam otomotif maupun dalam
bidang perindustrian. Peningkatan konsumsi bahan bakar dari sumber daya alam
(SDA) selalu meningkat setiap tahunnya, peningkatan ini tidak diimbangi dengan
peningkatan sarana dan prasarana di jalan raya sehingga polusi di Indonesia menigkat
setiap tahunnya.

Dengan semakin tingginya konsumsi terhadap bahan bakar minyak fosil,


Indonesia harus memiliki sumber energy alternatif, yaitu Bioenergi. Bioenergy adalah
energy alternatif terbarukan yang dapat diperoleh dari hasil alam.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam yang memiliki kontribusi sangat besar dalam hal
perekonomian da pembangunan negara Indonesia adalah minyak, hal itu
diperkuat dengan adanya krisis energy internasional yang terjadi pada tahun 1973.
Pendapatan dalam penjualan dapat menjadi cadangan devisa pemerintah, dan
membiayai impor baik sebagai kebutuhan pembangunan dan kebutuhan konsumsi
masyarakat (Sagir, 1982).
Saat ini fraksi minyak bumi seperti solar, bensin, premium dan sebagainya
menjadi keperluan utama dalam bahan bakar dan keperluan transportasi. Fraksi-
fraksi tersebut termasuk kedalam fraksi ringan minyak bumi.
Bioenergi adalah energy Alternatif yang bersumber dari alam dan bahan-
bahan biologis. Penggunaan bahan bakar berupa bioenergy memiliki keuntungan
dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan mengurangi ketergantungan
dalam penggunaan bahan bakar fosil. Salah satu bioenergy yang sering digunakan
adalah minyak sawit.
Minyak sawit yang saat ini banyak dikonsumsi masyarakat adalah minyak
sawit kemasan dan minyak sawit curah. Pada dua jenis minyak sawit tersebut
memiliki perbedaan dalam hal kualitas, pada minyak sawit kemasan memiliki
bilangan asam lebih rendah dibandingkan minyak sawit curah

1.2. Rumusan masalah


1. Apa itu bioenergi?
2. Bagaimana pemanfaatan bioenergi sebagai energi alternatif?
3. Bagaimana konversi Crude Palm Oil menjadi Bionergi?
4. Bagaimana potensi bioenergi di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Mengtahui apa itu Bioenergi.
2. Mengetahui pemanfaatn bioenergi sebagai energi alternatif.
3. Mengetahui konversi Crude Palm Oil menjadi bioenergi.
4. Mengetahui potensi bioenergy di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Minyak Sawit


Minyak sawit dapat ditentukan berdasarkan kadar asam lemak bebas, Minyak
sawit yang baik adalah yang kandungan asam lemak bebas, air dan bahan–bahan
kotoran lainnya sangat rendah (Setyawibawa dan Yustina, 1992). Sifat kimia minyak
berperan juga untuk menentukan mutu minyak sawit, satu diantaranya adalah
bilangan asam (Ketaren, 1986).

2.2. Kebijakan Energi


Kebijakan energi dalam instruksi presiden nomor 1 dan peraturan presiden
nomor 5 tahun 2006 menempatkan energi alternatif, terutama pada bahan bakar
nabati (biofuel) yang merupakan instrumen penting dalam perencanaan dan
pengembangan energi nasional. Biofuel mempunyaai peran tidak hanya untuk
mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, tetapi juga berfungsi sebagai penyerap
tenaga kerja (pro-job), mengurangi tingkat kemiskinan (pro-poor), sekaligus akan
memperkuat ekonomi nasional (pro-growth), serta memperbaiki lingkungan (pro-
planet).
Dilain pihak sumber daya alam yang berupa tambang zeolit alam di tanah air
kita cukup melimpah, tetapi sayangnya zeolit alam di tanah air kita belum dapat
dimanfaatkan sebagai katalis pada pengolahan minyak bumi. Sampai saat ini zeolite
alam Indonesia baru dimanfaatkan untuk makanan ternak, pemurnian air
(Gafar,1992).

2.3. Perengkahan Katalitik dengan Cr-Zeolit


Conversi crude palm oil (CPO) menjadi biofuel (bahan bakar nabati) dengan
perengkahan katalitik dapat menggunakan katalis Cr-zeolit alam. Berdasarkan produk
yang telah dihasilkan pada analisa GC-MS menunjukkan sampel crude palm oil
terdiri dari lemak C12 (1,65 %), C14 (1,9 %), C16 (39,45 %), C18:1 (52,83 %), C18
(4,17 %). (Nazarudin, 2006)
Gafar (1992) telah mencoba meneliti zeolit alam sebagai katalis (dengan
perlakuan kalsinasi pada suhu 3500C selama 3 jam) pada proses perengkahan katalitik
fraksi gasoil berat dan membandingkannya dengan proses perengkahan fraksi gasoil
berat dengan menggunakan katalis zeolit sintesis.
Nilai konversi produk dengan menggunakan katalis zeolit alam adalah 4,5-
7,2%, Katalis zeolit dapat lebih ditingkatkan kinerjanya dengan cara menempelkan
logam katalis pada zeolit yang berfungsi sebagai pengemban. Dengan
mengembankan logam pada zeolit diharapkan akan meningkatkan aktivitas katalis
secara keseluruhan. Beberapa peneliti telah mencoba membuat katalis perengkah
dengan cara mengembankan logam Ni, Ni, pada zeolit, katalis yang dihasilkan berupa
Ni-zeolit dan Ni-zeolit. katalis MNi-zeolit mempunyai keunggulan yaitu mengurangi
terbentuknya kokas dan menjaga aktivitas katalis (Chambellat et al, 1984)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.1.1. Hasil analisa dengan menggunakan spectrometer IR

3.1.2. Hasil spectrum perangkahan


3.1.3. Kromatogram GC CPO

3.1.4. Kromatogram hasil perangkahan CPO

3.2. Pembahasan
Analisis Spektrofotometer IR hasil CPO dan hasil cracking dari proses yang
optimum. Spektrum IR CPO (Gambar 1) dan Spektrum hasil cracking (Gambar 2)
jika di bandingkan akan menunjukkan hasil berbeda nyata antar kedua spectrum.
Intensitas dari beberapa puncak spectrum IR CPO terlihat menurun dan terjadi
beberapa perubahan setelah dilakukan cracking, ini menunjukkan proses cracking
dapat merubah hasil baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Analisa IR pada hasil
perengkahan yang menunjukkan terjadinya minyak diesel terdapat puncak 1188,1 -1.

Dengan membandingkan kromatogram GC-MS CPO (gambar 3) dan hasil


cracking (gambar, 4) terlihat bahwa beberapa puncak yang tadi ada di kromatogram
CPO tidak terlihat lagi pada kromatogram hasil cracking, hal ini menunjukkan
bahwa terlah terjadi proses cracking pada CPO. Hasil analisa GC-MS menunjukkan
bahwa sampel CPO terdiri dari asam lemak C 12 (1,65%), C14 (1,9%), C16 (39,45%),
C18:1 (52,83%), C18 (4,17%). Analisa GCMS pada hasil perengkahan menunjukkan
terbentuknya biofuel terlihat pada puncak 17,025 menit yang menunjukkan
Heksadekana (C14) dan puncak 26,97 menit yang menunjukkan oktadekana (C18).
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa Sampel CPO terdiri dari
asam lemak C12 (1,65%), C14 (1,9%), C16(39,45%), C18:1 (52,83%), C18 (4,17%).
Dengan proses perengkahan menggunakan katalis Crzeolit alam, CPO dapat diubah
menjadi Biofuel yakni senyawa hidrokarbon Heksadekana (C 14 )dan oktadekana
(C18).
DAFTAR PUSTAKA

Chambellan, A, Cornet D, 1984, Transition Ions Exchanged Zeolites A Cracking


Catalysts, Imelik, B Catalyst by Acid and Bases, Elsevier Amsterdam
Gafar, Abdul, 1992, Zeolit Alam Sebagai Katalis Dalam Proses Perengkahan
Katalitik, Proceedings Diskusi Ilmiah VII Hasil Penelitian LEMIGAS,
Jakarta, 559-564
Ketaren, S., 1986, Minyak dan lemak pangan, Penerbit Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Nazarudin, et al. Optimasi Dengan Response Surface Methodology Pada Kondisi
Reaksi Perengkahan CPO Menggunakan Katalis Cr-karbon dan Ni-karbon, in
Makalah Seminar DP2M dikti,. 2006. Jakarta.
Setyawibawa, I., Yustina, E. W., 1992, Kelapa sawit usaha budidaya pemanfaatan
hasil dan aspek pemasaran, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai