Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak

Goreng Bekas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Bakar Minyak (BBM)

Berdasarkan asal mulanya sumber energi dapat digolongkan menjadi dua


macam, yakni fosil dan non fosil. Sumber energi fosil berasal dari jasad renik – organik
(makhluk hidup) yang mengalami proses sedimentasi selama jutaan tahun yang lalu
seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Sedangkan energi non fosil adalah energi
yang permbentukannya bukan berasal dari jasad organik. Sinar matahari, angin, dan
panas bumi merupakan contoh energi non fosil. Minyak bumi sebagai energi fosil
merupakan sumber daya yang paling banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Hal ini mengakibatkan keterbatasan jumlah dan menipisnya cadangan dari tahun
ke tahun, hal ini dapat dilihat dari produksi minyak tahun 2000 - 2012 seperti pada tabel
2.1. Krisis energi ini akan berdampak buruk bagi keberlangsungan hidup manusia itu
sendiri, dimana kebutuhan manusia akan minyak bumi pun semakin meningkat seiring
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat setiap tahunnya. Oleh karena itu, pencarian
terhadap sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan bersifat dapat diperbaharui
(renewable resources) mulai digalakkan (Kouzu, dkk., 2012).

Energi alternatif merupakan istilah untuk semua energi yang dapat digunakan
untuk dapat menggantikan dan mengurangi kandungan hidrokarbon pada bahan bakar
konvensional yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi
karbondioksida yang tinggi. Berdasarkan Intergovermental Panel or Climate Change, zat
tersebut yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global.

Salah satu contoh energi alternatif yang sering dipakai saat ini adalah
pembuatan biodiesel. Di indonesia banyak bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan energi alternatif yang ramah lingkungan, tidak merusak, dan dapat
menjaga kelestarian alam.

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 5


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

Tabel 2.1 Produksi Minyak Bumi, 2000 - 2012

Tahun Jumlah (Barel)

2000 434368.80

2004 354351.90

2008 314221.70

2012 279412.10

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS,) 2014

2.2. Biodiesel

Bahan bakar minyak bumi diperkirakan akan habis jika diekploitasi secara besar –
besaran. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara
memanfaatkan bahan bakar biodisel, dimana bahan bakunya masih sangat besar untuk
dikembangkan (Darmanto, Ireng, 2006). Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri
dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai
alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti
minyak nabati atau lemak hewan (Vasudevan and briggs, 2008). Biodiesel diproduksi
melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati pada satu mol trigliserida yang merupakan
komposisi utama minyak nabati, bereaksi dengan tiga mol alkohol rantai pendek
(methanol), untuk memproduksi satu mol gliserol, yang merupakan hasil samping paling
penting, dan tiga mol methyl ester (Zabeti dkk.,2010). Sebuah reaksi membutuhkan
katalis untuk mendorong dan mempercepat terjadinya reaksi itu sendiri seperti katalis
asam, asal sulfat (Zheng,dkk., 2006), Katalis basa umumnya berasal dari oksida-oksida
logam alkali tanah diantaranya: magnesium oksida, kalsium oksida, barium oksida,
strontium oksida dan barium oksida (Zabeti dkk., 2009). Secara umum reaksi
transesterifikasi trigliserida dan metanol ditunjukkan pada gambar 2.1.

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 6


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

Gambar 2.1. Reaksi transesterifikasi trigeliserida

Energi alternatif biodiesel selain memiliki beberapa kelebihan juga memiliki


beberapa kelemahan, berikut merupakan kelebihan serta kelemahan dari biodiesel.

Beberapa kelebihan biodiesel :

 Tidak menyebabkan efek rumah kaca sehingga biodiesel ini ramah


lingkungan dan juga bisa mengurangi resiko terkena kanker

 Mudah terurai (biodegradable)

 Dapat diperbaharui (renewable)

 Dapat memperpanjang umur mesin kendaraan

 Dapat menghasilkan sampai 75% lebih sedikit emisi CO 2 dibandingkan


dengan diesel standar.

Kelemahan biodiesel :

 Sebagian besar biodiesel diproduksi dari tanaman pangan yang dalam skenario
terburuk menyebabkan peningkatan harga pangan dan bahkan meningkatkan
kelaparan di dunia

 Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah ( < 20° C )

 Biodiesel yang dibuat secara signifikan lebih mahal dibandingkan diesel


konvensional.

Proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas (minyak jelantah)


memiliki beberapa tahapan, berikut ini merupakan tahapan pada proses pembuatan
biodiesel.

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 7


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

1. Proses pemurnian minyak jelantah dari pengotor dan water content.

2. Transesterifikasi molekul trigliserida ke dalam bentuk metil ester.

3. Pemisahan dan pemurnian

2.3. Minyak Goreng Bekas

Di negara berkembang seperti Indonesia, minyak goreng merupakan salah satu


kebutuhan pokok karena memiliki tingkat pemakaian yang tinggi. Berdasarkan data
Susenas 2013, konsumsi minyak goreng per kapita pada 2009 sebesar 8,19 liter per
kapita per tahun dan meningkat menjadi sebesar 8,92 liter per kapita per tahun pada
2013, konsumsi minyak ini meningkat setiap tahunnya, peningkatan konsumsi minyak
dari tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 2.2. Minyak goreng yang telah digunakan untuk
menggoreng dengan suhu tinggi mempunyai kulaitas yang sudah tidak baik atau tidak
layak konsumsi karena selain dapat mengganggu kesehatan juga dapat mencemari
lingkungan. Melihat dampak serta bahaya yang dapat ditimbulkan oleh minyak goreng
bekas/jelantah (waste cooking oil) maka perlu dicari solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satu cara yang sangat menjanjikan adalah pemanfaatan
sebagai bahan baku biodiesel.

Minyak goreng bekas merupakan bahan yang sangat potensial digunakan


sebagai bahan baku biodiesel. Minyak goreng yang telah mengalami proses pemanasan
pada suhu tinggi 170 -180 ⁰C pada saat penggorengan menyebabkan terjadinya proses
oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi yang menghasilkan senyawa-senyawa hasil
degradasi minyak seperti keton, aldehid, dan polimer yang merugikan kesehatan
manusia. Proses-proses tersebut menyebabkan minyak mengalami kerusakan (Wijana,
dkk., 2005). Jika minyak goreng bekas ini dapat dimanfaatkan ulang dengan baik
(recycled frying oil), keuntungan yang dapat diambil adalah selain harga yang relatif
murah karena merupakan limbah, dapat mencegah terjadinya polusi lingkungan (air dan
tanah) dengan tidak membuang minyak goreng bekas pada sembarang tempat,
mengurangi bahan karsinogenik yang membahayakan bagi manusia. Penggunaan minyak
goreng yang berulang-ulang (ditandai dengan warna coklat tua, hitam, dan mengandung
sekitar 400 senyawa kimia) akan mengoksidasi asam lemak tidak jenuh membentuk

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 8


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

gugus peroksida. Senyawa ini memicu kanker, pembesar hati, ginjal dan gangguan
jantung (Prihandana, dkk., 2007).

Tabel 2.2 Konsumsi rata-rata per kapita Setahun minyak


goreng di Indonesia, 2009-2013

Tahun Jumlah (liter per kapita per tahun)

2009 8.19

2010 8.03

2011 8.24

2012 9.33

2013 8.92

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009 - 2013

2.4 Katalis

Katalis merupakan substansi yang dapat meningkatkan laju reaksi pada suatu
reaksi kimia yang mendekati kesetimbangan dimana katalis tersebut tidak terlibat secara
permanen (Agustine, 1996). Katalis meningkatkan laju reaksi dengan cara
mempengaruhi energi pengaktifan suatu reaksi kimia. Keberadaan katalis akan
menurunkan energi pengaktifan, sehingga reaksi dapat berjalan dengan cepat (Utomo,
2007). Pada dasarnya katalis memiliki
Secara umum katalis dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Enzim
2. Katalis homogen
3. Katalis heterogen

2.4.1Enzim

Enzim merupakan biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis,


sehingga enzim juga dikatakan sebagai biomolekul yang berupa protein yang dapat
meningkatkan laju reaksi pada suatu reaksi kimia, dimana enzim tersebut tidak ikut
bereaksi (Berzelius, 1837).

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 9


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

2.4.2Katalis Homogen

Katalis homogen merupakan katalis yang berinteraksi dengan reaktan dalam


fase yang sama, dengan kata lain katalis homogen merupakan katalis yang memiliki fase
yang sama dengan fase reaktan. Katalis homogen berfasa cair/gas, dimana reaktannya
pun juga cair/gas. Katalis homogen juga memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

Kelebihan dari penggunaan katalis homogen adalah :

1. Kontak antara reaktan dengan katalis sangat baik, sehingga reaksi dari reaktan dapat
lebih maksimal

2. Yield produk yang dihasilkan lebih besar dari pada katalis heterogen.

Penggunaan katalis ini mempunyai kelemahan yaitu :

1. Mencemari lingkungan karena biasanya limbah yang ditimbulkan dari katalis


homogen lebih banyak. dan tidak dapat digunakan kembali.

2. Katalis homogen umumnya hanya digunakan pada skala laboratorium ataupun


industri bahan kimia tertentu, sulit dilakukan secara komersil.

3. Operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga peralatan
lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis.

2.4.3Katalis Heterogen/ Katalis Padat

Katalis heterogen merupakan katalisis yang terjadi dalam fase yang lebih dari
satu, katalis dapat berupa padatan dalam cairan atau padatan dalam gas. Pada umumnya,
katalis heterogen dibuat dari unsur-unsur logam transisi sebab memiliki sifat
pengadsorpsi gas yang baik. Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian substrat
tertentu dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat.

Pada beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian mengenai katalis padat
atau katalis heterogen. Beberapa katalis asam padat telah diteliti sebagai pengganti
potensial untuk asam mineral pada rekasi esterifikasi dan transesterifikasi, seperti :
katalis tungsten zirconia oksida (Shon and Park, 1998), molybdate tungstated – Al2O3
sebagai promotor (Reddy dkk.,2005). Meskipun katalis padat asam sudah efektif

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 10


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

diaplikasikan dalam reaksi esterifikasi asam karbonat, namun pada penggunaannya


katalis ini membutuhkan temperature reaksi yang lebih tinggi untuk mendapatkan nilai
konversi yang tinggi pula dari trigeliserida menjadi FAME jika dibandingkan dengan
katalis basa karena aktifitasnya yang lebih sedikit untuk transesterifikasi (Lopez,
dkk.,2008). Kim dan Asistennya pada sebuah jurnal yang berjudul transesterifikasi
minyak nabati menjadi biodiesel menggunakan katalis basa heterogen telah meneliti
pemanfaatan beberapa basa (Na /NaOH) diimpregnasi dengan γ-Al2O3. Kim
menyimpulkan bahwa katalis Na / NaOH / γ-Al2O3 memiliki kemampuan untuk
membawa kondisi optimum yang hampir sama jika dibandingkan dengan pengunaan
katalis homogen konvensional, NaOH.

Penggunaan katalis heterogen memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan,


diantaranya :

Kelebihan dari penggunaan katalis heterogen antara lain :

1. Tidak bersifat korosif

2. Mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, proses ini berlangsung lebih cepat
sehingga biaya produksi dapat diminimalkan

3. Dapat digunakan berulang kali dalam jangka waktu yang sama

4. Dapat meeningkatkan kemurnian hasil, karena hasil reaksi samping dapat


dieliminasi.

Kelemahan dari penggunaan katalis heterogen antara lain :

1. Mudah teracuni oleh adanya sedikit kotoran

Operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga
peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis.Maka dari
itu jenis katalis ini banyak dikembangkan dewasa kini karena prosesnya yang lebih
sederhana dan tidak menimbulkan limbah berupa alkali kuat, serta menghasilkan gliserin
dengan kadar kemurnian yang tinggi.

Perbedaan proses pembuatan biodiesel secara konvensional dan modern


menggunakan katalis heterogen secara umum ditunjukkan oleh gambar :

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 11


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

Gambar 2.2 Perbandingan penggunaan katalis padat pada proses konvensional dan modern (Dept., NIPPON
SHOKUBAI Co., Ltd., 2008)

Ide dasar untuk proses transesterifikasi adalah dari kemampuan CaO untuk
memisahkan H+ dari metanol dalam membentuk intermediate anionik. Sesuai teori,
katalis dapat bertindak sebagai basa atau dengan mendonasikan pasangan elektron ke
reaktan seperti pada basa Lewis , membentuk inetermediate anionik yang menjalani siklus
katalitik dan memulai reaksi (Hattori, 2001). Mekanisme reaksi tampak seperti pada
Gambar 2.4.2. Mula – mula mekanisme dimulai dengan melepaskan H+ metanol untuk
membentuk intermediate anionik yang dikenal dengan ion metoksi. Grup karbonil dari
asam lemak kemudian diserang oleh metoksi dan melepaskan ikatan antara gliserol dan
asam lemak , menghasilkan metil ester dan digliserida. O- pada digliserida akan melepas
proton dari CaO membentuk grup –OH. Reaksi ini akan berlanjut sampai ketiga mol fatty
acid metil ester dan gliserol terbentuk (Yacob dkk., 2009).
Dalam pembuatan biodiesel, Granados dkk. (2007) menggunakan kalsium
oksida pada transesterifikasi minyak bunga matahari untuk meneliti pengaruh air dan
karbondioksida pada penurunan unjuk kerja katalis yang telah berkontak dengan udara
dalam periode waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CaO terhidrasi
dan terkarbonasi dengan cepat di udara yang berarti sisi aktif permukaan katalis terracuni
oleh CO2 dan tertutupi oleh air. Mereka juga mendapati bahwa katalis CaO menunjukkan
aktifitas katalis dengan konversi sebesar 94%.

Disarankan untuk menghindari penurunan aktifitas katalis, maka sebelum


digunakan untuk reaksi transesterifikasi maka katalis harus direkalsinasi pada suhu

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 12


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

6500C. Penggunaan katalis Strontium Oksida dalam pembuatan biodiesel belum banyak
diteliti. Strontium Oksida merupakan okida logam yang sangat aktif dan larut dalam
media reaksi transesterifikasi.

Gambar 2.4.2 Mekanisme CaO sebagai katalis basa heterogen dalam transesterifikasi
trigliserida (Lam dkk., 2010)

Keterangan:
1. Pelepasan proton dari metanol oleh basic site membentuk anion metoksid;
2. Anion metoksid menyerang karbon karbonil dalam molekul trigliserida yang
menyebabkan terbentuknya intermediate alkoksikarbonil;
3. Intermediate alkoksikarbonil selanjutnya dirubah menjadi bentuk yang lebih stabil:
FAME dan anion digliserida;

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 13


ITATS 2013
Pengaruh Loading KI, Suhu, dan Waktu Reaksi Terhadap Transesterifikasi Minyak
Goreng Bekas

4. Kation metoksid menyerang anion digliserida membentuk digliserida. Urutan tersebut


diulang dua kali untuk R2 dan R3.

2.5 Penelitian Yang Pernah Dilakukan Sebelumnya

Beberapa penelitian antara lain :

Asri dkk.(2010) meneliti proses transesterifikasi minyak sawit menggunakan katalis


padat dengan promotor tunggal CaO/γ-Al2O3, hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
bahwa katalis CaO/ γ-Al2O3 berpotensi digunakan dalam proses transeterifikasi, akan
tetapi yield biodiesel masih rendah (64,95%), sehingga perlu ditingkatkan aktivitasnya.
Xie dkk.(2006), meneliti transesterifikasi minyak biji kedelai dengan metanol,
menggunakan katalis alumina yang diimpreg/diemban dengan beberapa senyawa
potasium. Disimpulkan bahwa alumina yang diemban dengan KI 35% berat memberikan
aktivitas yang paling tinggi dengan konversi sebesar 87%. Dijelaskan juga bahwa ada
korelasi antara basisitas dengan aktivitas katalis. Ilgen dan Akin, (2008), meneliti tentang
transesterifikasi minyak kanola menggunakan katalis alkali berpenyanggaγ-Al2O3.
Didapatkan bahwa katalis KOH/ γ-Al2O3 memberikan basisitas dan aktivitas yang terbaik
dengan yield tetinggi sebesar 89,40%.

Zabetti dkk. (2010), melakukan studi optimasi terhadap yield biodisel yang dihasilkan
melalui reaksi transesterifikasi minyak sawit menggunakan katalis kalsium oksida
berpenyangga alumina dalam reaktor batch. Zabetti dkk. (2010), menyimpulkan bahwa
kondisi optimal diperoleh pada ratio molar alkohol-minyak 12:1, jumlah katalis 6% (%
berat) dan suhu reaksi 65o C. Selanjutnya Asri dkk. (2011) melakukan peningkatan
terhadap aktivitas katalis dengan menggunakan promotor ganda CaO dan KI (CaO/KI/γ-
Al2O3). Uji katalitik menunjukakan bahwa aktivitas katalis meningkat dengan baik,
terbukti dari yield yang dihasikan mendekati 95%.

Jurusan Teknik Kimia/ Fakultas Teknologi Industri 14


ITATS 2013

Anda mungkin juga menyukai