Goreng Bekas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi alternatif merupakan istilah untuk semua energi yang dapat digunakan
untuk dapat menggantikan dan mengurangi kandungan hidrokarbon pada bahan bakar
konvensional yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi
karbondioksida yang tinggi. Berdasarkan Intergovermental Panel or Climate Change, zat
tersebut yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global.
Salah satu contoh energi alternatif yang sering dipakai saat ini adalah
pembuatan biodiesel. Di indonesia banyak bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan energi alternatif yang ramah lingkungan, tidak merusak, dan dapat
menjaga kelestarian alam.
2000 434368.80
2004 354351.90
2008 314221.70
2012 279412.10
2.2. Biodiesel
Bahan bakar minyak bumi diperkirakan akan habis jika diekploitasi secara besar –
besaran. Ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi dapat dikurangi dengan cara
memanfaatkan bahan bakar biodisel, dimana bahan bakunya masih sangat besar untuk
dikembangkan (Darmanto, Ireng, 2006). Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri
dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai
alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti
minyak nabati atau lemak hewan (Vasudevan and briggs, 2008). Biodiesel diproduksi
melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati pada satu mol trigliserida yang merupakan
komposisi utama minyak nabati, bereaksi dengan tiga mol alkohol rantai pendek
(methanol), untuk memproduksi satu mol gliserol, yang merupakan hasil samping paling
penting, dan tiga mol methyl ester (Zabeti dkk.,2010). Sebuah reaksi membutuhkan
katalis untuk mendorong dan mempercepat terjadinya reaksi itu sendiri seperti katalis
asam, asal sulfat (Zheng,dkk., 2006), Katalis basa umumnya berasal dari oksida-oksida
logam alkali tanah diantaranya: magnesium oksida, kalsium oksida, barium oksida,
strontium oksida dan barium oksida (Zabeti dkk., 2009). Secara umum reaksi
transesterifikasi trigliserida dan metanol ditunjukkan pada gambar 2.1.
Kelemahan biodiesel :
Sebagian besar biodiesel diproduksi dari tanaman pangan yang dalam skenario
terburuk menyebabkan peningkatan harga pangan dan bahkan meningkatkan
kelaparan di dunia
Biodiesel murni memiliki masalah signifikan terhadap suhu rendah ( < 20° C )
gugus peroksida. Senyawa ini memicu kanker, pembesar hati, ginjal dan gangguan
jantung (Prihandana, dkk., 2007).
2009 8.19
2010 8.03
2011 8.24
2012 9.33
2013 8.92
2.4 Katalis
Katalis merupakan substansi yang dapat meningkatkan laju reaksi pada suatu
reaksi kimia yang mendekati kesetimbangan dimana katalis tersebut tidak terlibat secara
permanen (Agustine, 1996). Katalis meningkatkan laju reaksi dengan cara
mempengaruhi energi pengaktifan suatu reaksi kimia. Keberadaan katalis akan
menurunkan energi pengaktifan, sehingga reaksi dapat berjalan dengan cepat (Utomo,
2007). Pada dasarnya katalis memiliki
Secara umum katalis dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Enzim
2. Katalis homogen
3. Katalis heterogen
2.4.1Enzim
2.4.2Katalis Homogen
1. Kontak antara reaktan dengan katalis sangat baik, sehingga reaksi dari reaktan dapat
lebih maksimal
2. Yield produk yang dihasilkan lebih besar dari pada katalis heterogen.
3. Operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga peralatan
lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis.
Katalis heterogen merupakan katalisis yang terjadi dalam fase yang lebih dari
satu, katalis dapat berupa padatan dalam cairan atau padatan dalam gas. Pada umumnya,
katalis heterogen dibuat dari unsur-unsur logam transisi sebab memiliki sifat
pengadsorpsi gas yang baik. Cara kerjanya yaitu dengan menempel pada bagian substrat
tertentu dan pada akhirnya dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi, sehingga
reaksi berlangsung dengan cepat.
Pada beberapa tahun terakhir telah banyak penelitian mengenai katalis padat
atau katalis heterogen. Beberapa katalis asam padat telah diteliti sebagai pengganti
potensial untuk asam mineral pada rekasi esterifikasi dan transesterifikasi, seperti :
katalis tungsten zirconia oksida (Shon and Park, 1998), molybdate tungstated – Al2O3
sebagai promotor (Reddy dkk.,2005). Meskipun katalis padat asam sudah efektif
2. Mudah dipisahkan dari produk dengan cara filtrasi, proses ini berlangsung lebih cepat
sehingga biaya produksi dapat diminimalkan
Operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga
peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis.Maka dari
itu jenis katalis ini banyak dikembangkan dewasa kini karena prosesnya yang lebih
sederhana dan tidak menimbulkan limbah berupa alkali kuat, serta menghasilkan gliserin
dengan kadar kemurnian yang tinggi.
Gambar 2.2 Perbandingan penggunaan katalis padat pada proses konvensional dan modern (Dept., NIPPON
SHOKUBAI Co., Ltd., 2008)
Ide dasar untuk proses transesterifikasi adalah dari kemampuan CaO untuk
memisahkan H+ dari metanol dalam membentuk intermediate anionik. Sesuai teori,
katalis dapat bertindak sebagai basa atau dengan mendonasikan pasangan elektron ke
reaktan seperti pada basa Lewis , membentuk inetermediate anionik yang menjalani siklus
katalitik dan memulai reaksi (Hattori, 2001). Mekanisme reaksi tampak seperti pada
Gambar 2.4.2. Mula – mula mekanisme dimulai dengan melepaskan H+ metanol untuk
membentuk intermediate anionik yang dikenal dengan ion metoksi. Grup karbonil dari
asam lemak kemudian diserang oleh metoksi dan melepaskan ikatan antara gliserol dan
asam lemak , menghasilkan metil ester dan digliserida. O- pada digliserida akan melepas
proton dari CaO membentuk grup –OH. Reaksi ini akan berlanjut sampai ketiga mol fatty
acid metil ester dan gliserol terbentuk (Yacob dkk., 2009).
Dalam pembuatan biodiesel, Granados dkk. (2007) menggunakan kalsium
oksida pada transesterifikasi minyak bunga matahari untuk meneliti pengaruh air dan
karbondioksida pada penurunan unjuk kerja katalis yang telah berkontak dengan udara
dalam periode waktu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CaO terhidrasi
dan terkarbonasi dengan cepat di udara yang berarti sisi aktif permukaan katalis terracuni
oleh CO2 dan tertutupi oleh air. Mereka juga mendapati bahwa katalis CaO menunjukkan
aktifitas katalis dengan konversi sebesar 94%.
6500C. Penggunaan katalis Strontium Oksida dalam pembuatan biodiesel belum banyak
diteliti. Strontium Oksida merupakan okida logam yang sangat aktif dan larut dalam
media reaksi transesterifikasi.
Gambar 2.4.2 Mekanisme CaO sebagai katalis basa heterogen dalam transesterifikasi
trigliserida (Lam dkk., 2010)
Keterangan:
1. Pelepasan proton dari metanol oleh basic site membentuk anion metoksid;
2. Anion metoksid menyerang karbon karbonil dalam molekul trigliserida yang
menyebabkan terbentuknya intermediate alkoksikarbonil;
3. Intermediate alkoksikarbonil selanjutnya dirubah menjadi bentuk yang lebih stabil:
FAME dan anion digliserida;
Zabetti dkk. (2010), melakukan studi optimasi terhadap yield biodisel yang dihasilkan
melalui reaksi transesterifikasi minyak sawit menggunakan katalis kalsium oksida
berpenyangga alumina dalam reaktor batch. Zabetti dkk. (2010), menyimpulkan bahwa
kondisi optimal diperoleh pada ratio molar alkohol-minyak 12:1, jumlah katalis 6% (%
berat) dan suhu reaksi 65o C. Selanjutnya Asri dkk. (2011) melakukan peningkatan
terhadap aktivitas katalis dengan menggunakan promotor ganda CaO dan KI (CaO/KI/γ-
Al2O3). Uji katalitik menunjukakan bahwa aktivitas katalis meningkat dengan baik,
terbukti dari yield yang dihasikan mendekati 95%.