Anda di halaman 1dari 3

Dampak dari Pengolahan Minyak Goreng Menjadi BBM Alternatif

Di Indonesia minyak goreng merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh


masyarakat, dengan demikian sisa pakainya, disadari atau tidak, dapat mengotori lingkungan
yang pada akhirnya dapat menganggu kesehatan dan lingkungan. Minyak jelantah sebagai
limbah akan menjadi bahan yang bermanfaat jika diolah untuk penggunaan yang lain.
Namun, pembuangan bekas minyak goreng sawit yaitu limbah minyak jelantah tersebut dapat
membawa dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, khususnya untuk lingkungan.
Pembuangan minyak jelantah sering sekali dibuang melalui saluran air begitu saja dan dapat
menimbulkan pencemaran air maupun tanah.

Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat,
dan bahkan Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam telah
mengimplementasikan penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar alternatif sedangkan
Indonesia masih belum terlaksanakan sepenuhnya. Salah satu hambatannya yaitu kesadaran
masyarakat dalam mengolah limbah sehingga berbagai macam bahan alternatif masih sulit
untuk didapatkan suplainya secara konsisten untuk diproduksi. 1

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar terbaru untuk mesin bahan bakar solar
(diesel engines) yang diproduksi dari minyak nabati atau hewani yang terdiri dari campuran
senyawa methyl ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan
bakar alternatif mesin diesel.

Sumber daya alam yang bisa diperbaharui seperti minyak jelantah dapat diubah
menjadi bahan bakar biodiesel yang aman untuk lingkungan karena menghasilkan polusi
udara yang jauh lebih sedikit dibandingkan bahan bakar jenis solar mengingat saat ini
masyarakat Indonesia masih banyak menggunakan mobil dan kendaraan bermotor sebagai
alat transportasi utama dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan tingkat polusi
akibat kendaraan terus meningkat setiap tahunnya, dengan cara ini maka dapat meminimalisir
tingkat polusi yang ada di Indonesia.

Begitu banyak manfaat yang dihasilkan dengan menggantikan bahan bakar fosil
menjadi bahan bakar biomassa berbasis minyak jelantah, hal ini menunjukkan betapa
pentingnya penerapan konsep tersebut terutama di Indonesia mengingat tingkat polusinya
serta penggunaan minyak goreng yang semakin tinggi, maka dari itu disarankan konsep
1
Prajana Marco, “Pemanfaatan Minyak Jelantah sebagai Bahan Bakar Alternatif di Indonesia”
https://bandungbergerak.id/article/detail/2742/pemanfaatan-minyak-jelantah-sebagai-bahan-bakar-alternatif-
di-indonesia (diakses pada 28 April 2023)
biodiesel dari minyak jelantah dapat diterapkan di Indonesia terutama di pulau Jawa karena
merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian yang paling besar. Sangat perlu diterapkan
penggunaan bahan bakar alternatif berbasis biomassa yang ramah lingkungan dan terbarukan
untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.

Pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar nabati alternatif, seperti biodiesel, memiliki
beberapa dampak yang positif, di antaranya:

1. Mengurangi limbah jelantah yang dibuang ke lingkungan. Pengolahan minyak


jelantah menjadi bahan bakar nabati alternatif dapat mengurangi jumlah limbah
jelantah yang dibuang ke sungai atau selokan, sehingga dapat membantu menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan.

2. Menekan penggunaan bahan bakar fosil. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar
nabati alternatif dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sehingga
dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu mengurangi dampak negatif
perubahan iklim.

3. Menstimulasi industri pengolahan minyak jelantah. Pengolahan minyak jelantah


menjadi biodiesel dapat menjadi sebuah industri yang menjanjikan dan berpotensi
meningkatkan perekonomian daerah.

4. Meningkatkan kualitas udara. Penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan


dapat mengurangi emisi gas buang yang berbahaya dan mengurangi polusi udara di
kota-kota besar.

Namun, pengolahan minyak jelantah menjadi bahan bakar nabati alternatif juga memiliki
dampak negatif, seperti:

1. Membutuhkan investasi dan biaya tinggi. Pengolahan minyak jelantah menjadi


biodiesel membutuhkan teknologi dan peralatan khusus, sehingga memerlukan biaya
yang cukup tinggi.
2. Memerlukan bahan baku dalam jumlah besar. Untuk memproduksi biodiesel dalam
jumlah besar, diperlukan bahan baku yang cukup banyak, seperti minyak jelantah,
sehingga dapat mempengaruhi pasokan bahan baku di pasar.

3. Menimbulkan persaingan dengan pangan. Penggunaan lahan untuk menanam tanaman


penghasil minyak, seperti kelapa sawit atau kedelai, dapat bersaing dengan lahan yang
biasa digunakan untuk bercocok tanam pangan, seperti padi atau jagung.2

2
Tilahun Mekonnen, Yohannes Gebremichael, and Meseret Molla. (2021). “Production of Biodiesel from Waste
Cooking Oil: A Review”. Journal of Energy Research and Reviews, 6(1), 29-44.

Anda mungkin juga menyukai