Bogor
2017
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Pembimbing
Disahkan oleh,
A. LATAR BELAKANG
1
2
minyak jelantah dari berbagai sisa hasil olahan rumah tangga yang secara umum
berasal dari minyak kelapa sawit.
Penelitian mengenai bahan bakar nabati ini sudah mulai berkembang. Banyak
tanaman yang dinilai memiliki potensi sebagai penghasil bahan bakar nabati
setelah melalui serangkaian proses, salah satunya adalah tanaman bintaro
(Cerbera odollam gaertn). Kelebihan bintaro sebagai bahan baku bahan bakar
nabati adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, untuk bintaro memiliki
rendemen biji sekitar 54% dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan
kepentingan pangan. Beberapa keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan
dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman tumbuh dan tersebar merata
secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun
menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan, tanaman relatif
mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monoculture) atau hutan campuran
(mixed-forest).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
A. BIOFUEL
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan,
cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah
industri dan pertanian), fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa
oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana),
atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan
energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai
bahan bakar). Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa
meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan
untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak
seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah
permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih
bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca
di atmosfer
Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah
menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis atau
tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan
fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam
berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit,
kedelai, alga, atau bintaro. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati
akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak
nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti
biodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel
seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol.
3
4
B. Minyak Bumi
Minyak bumi adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang
mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian
besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan
kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-
pertambangan minyak. Minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak
dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan
berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal
dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-
obatan. Walaupun sangat banyak keuntungannya ada beberapa kerugian dari
pengelolahan bahan bakar diantaranya adalah:
• Sumber daya minyak bumi dan gas memerlukan waktu yang cukup lama
dalamproses membentuknya kembali. Karena minyak bumi sebenarnya
memiliki sifat sekali pakai yang tidak baik. Sehingga sumber minyak bumi bisa
habis kapanpun.
• Dalam proses pengelolahan bisanya menimbulkan beberapa efek buruk untuk
kesehatan dan mebuat pemanasan global karena menimbulkan polusi dan
pencemaran.
• Pengelolahannya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga akan
menghabiskan dana yang banyak dibandingkan dengan beberapa proses
pengelolahan lainnya yang ada didari sumber daya manusia.
C. Minyak Tanah
Harga eceran tertinggi minyak tanah untuk rumah tangga dan industri kecil
di Indonesia pada Januari 2003 Rp700,00 per liter sedangkan harga
keekonomiannya Rp2.300,00 per liter. Perbedaan harga ini mengakibatkan
pemerintah masih harus memberikan dana subsidi yang cukup besar untuk
minyak tanah (Pertamina, 2003). Selain itu pembuatan minyak tanah yang
berasal dari bahan yang tidak dapat diperbarui (minyak bumi) membuat bahan
bakar alternatif sangat dibutuhkan.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan Bahan Bakar
Nabati untuk memasak. Bahan bakar nabati merupakan bahan bakar yang berasal
dari tanaman. Penelitian mengenai bahan bakar nabati ini sudah mulai
berkembang. Banyak tanaman yang dinilai memiliki potensi sebagai penghasil
bahan bakar nabati setelah melalui serangkaian proses, salah satunya adalah
tanaman bintaro (Cerbera odollam gaertn). Agar minyak nabati dapat dijadikan
sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah, maka minyak nabati harus memiliki
karaketristik yang hampir sama dengan minyak tanah. Beberapa karakteristik
tersebut adalah kekentalan (viskositas), densitas, nilai kalor, dan daya kapilaritas.
D. Buah Bintaro
Buah bintaro berbentuk bulat dan berwarna hijau pucat sampai kemerahan.
Buah bintaro Merupakan buah drupa (buah biji) yang terdiri dari tiga lapisan yaitu
epicarp atau eksokarp (kulit bagian terluar buah), mesokarp (lapisan tengah
berupa serat seerti sabut kelapa), dan endocarp (biji yang dilapisi kulit biji atau
testa). Biji yang terdapat di dalam endocarp terkadang menghasilkan dua biji
berbentuk ellips atau oval dalam satu buah. Walaupun berbentuk indah namun
buah bintaro tidak dapat dikonsumsi, Karena mengandung zat yang bersifat racun
terhadap manusia.
sarang tikus), bahan baku lilin, bioinsektisida, obat luka, deodorant, dan minyak
biji bintaro berpotensi sebagai bahan bakar.
E. Minyak Bintaro
Minyak nabati atau plant oil adalah minyak yang diperoleh dari tanaman
melalui proses ekstraksi dari biji, buah atau pun bagian lain dari suatu tanaman
Pure Plant Oil (PPO) didefinisikan sebagai minyak yang diperoleh secara langsung
baik dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak, minyak yang telah
dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa melibatkan modifikasi secara kimia. PPO
disebut juga sebagai unmodified oil atau SVO (straight vegetable oil) (Hambali dkk
2008). Seperti hal namanya, PPO dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
minyak, seperti kelapa (daging buah), kelapa sawit (buah), kedelai (biji), bunga
matahari (biji), kacang tanah (biji), jagung (biji), kaliki (biji), dan sebagainya. Minyak
dari tanaman tersebut berupa minyak kasar (crude oil), umumnya dapat digunakan
untuk pengganti minyak tanah dan sejenisnya, melalui peralatan atau kompor yang
dimodifikasi (Reksowardojo 2008).
Buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya sendiri
terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Biji bintaro mengandung
minyakantara 35-50% (bandingkan dengan biji jarak yang 14% dan kelapa sawit
20%).Semakin kering biji bintaro semakin banyak kandungan minyaknya. Minyak
ini termasuk jenis minyak nonpangan, diantaranya asam palmitat (22,1%), asam
stearat (6,9%), asam oleat (54,3%), dan asam linoleat (16,7%).
BAB III METODE SINTESIS DAN ANALISIS
Pengupasan
Pengeringan Biji
Pengecilan Ukuran
Biji bintaro
Pengepresan biji
bintaro
Degumming
8
9
Keterangan:
B. Metode Analisis
a) Densitas
i. Prinsip
iii. Perhitungan
dimana:
ρt = densitas (g/ml)
mi = masa piknometer dan sampel (g)
mo= masa piknometer kosong (g)
vt = volume piknometer (ml)
iii. Perhitungan
Nilai kekentalan sampel dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑑𝐴 𝑥 𝑡𝐴
ƞA = 𝑥 ƞ𝑎𝑖𝑟
𝑑𝑆 𝑥 𝑡𝑆
Dimana:
Ƞ = Viskositas (centipoist)
d = Densitas (g/ml)
t = Waktu alir (s)
A = Sampel
S = Standar
iii. Perhitungan
Nilai kalor dapat dihitung dengan rumus:
𝑑𝑇
𝑄=𝑊𝑥 𝑥 1000
𝑔
Dimana:
12
d) Sifat Kapilaritas
i. Prinsip
70oC.
2. Pengujian Kompor
a) Pengujian temperatur api
i. Prinsip
b) Uji Daya
i. Prinsip
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan tingkat daya kompor,
yaitu konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu. Pengujian daya
dilakukan pada bukaan katup bahan bakar dengan temperatur api
tertinggi. Variabel yang dicari dalam pengujian daya yaitu massa bahan
bakar yang terbakar dalam 30 menit.
A. Pelaksanaan
B. Tempat Pelaksanaan
C. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Praktikum Kimia Terpadu pada semester VII ini dimulai pada
minggu ke- sampai dengan minggu ke-. Jadwal pelaksanaan kegiatan yang kami
lakukan adalah sebagai berikut:
15
16
A. Alat
17
18
B. Bahan
No Bahan Jumlah
1. Biji Buah Bintaro 15 kg
2. Asam posfat 20% 20ml
A. Pembuatan
1. Alat
2. Bahan
B. Analisis
19
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Kartika, Ika Amalia. Dkk. 2014. Pemurnian Minyak Nyamplung dan Aplikasinya
sebagai Bahan Bakar Nabati. Bogor: IPB
Marlianto, Taubing Des. 2012. Modifikasi dan Unjuk Kerja Kompor Sumbu Tunggal
Berbahan Bakar Minyak Bintaro. Bogor: [Skripsi]. Fakultas Teknologi
Pangan IPB
Sunandar, Kudrat. 2010. Kajian Kapilaritas Minyak Nabati Pada Kompor Sumbu.
[Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB
http://eprintspolsri.ac.id/928/BAB%20ll.pdf
20
21
http://erepo.unud.ac.id/10950/3/05f111b9b3627e97edc6ea8f4fd6f981.pd
f