Anda di halaman 1dari 23

PEMBUATAN DAN ANALISIS BIOFUEL SEBAGAI

ALTERNATIF MINYAK TANAH DARI BIJI BUAH BINTARO


(CERBERA MANGHAS)

Proposal Praktik Kimia Terpadu Tahun Ajaran 2017/2018

Disusun oleh Kelompok PKT-13, XIII-2:

Anissa Defi Permatasari 14.60.07719

Anwar Majid Madani 14.60.07726

Ratih Dewiyanti 14.60.07891

Teguh Gumelar 14.60.07936

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK

Bogor

2017
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh,

Dra. Vera Marzuklina, M.Pd.

NIP 19620212 1987122 001

Pembimbing

Disahkan oleh,

Hj. Tin Kartini, M.Si.

NIP 19640416 1994032 003

Kepala Laboratorium SMK-SMAK Bogor


BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Energi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat


dan merupakan parameter penting bagi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi. Hampir semua sektor kehidupan termasuk didalamnya industri, rumah
tangga, transportasi, jasa, dan lain-lain tidak dapat dipisahkan dari sektor energi.
Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan akses ke energi yang handal
dan terjangkau merupakan prasyarat utama untuk meningkatkan standar hidup
masyarakat. Pada tahun 2007 harga minyak mentah dunia meningkat tajam
mencapai 72 dollar AS per barrel (Nuryanti & Herdine 2007). Hal ini menyebabkan
pemerintah harus mensubsidi lebih besar untuk minyak tanah agar harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat. Subsidi minyak tanah untuk rakyat sangat
memberatkan pemerintah. Minyak tanah merupakan salah satu Jenis BBM yang
banyak dikonsumsi oleh rumah tangga, baik untuk memasak maupun penerangan,
terutama di daerah yang belum tersedia listrik.

Terbatasnya produksi minyak bumi akibat ketersediaan energi fosil yang


diperkirakan tidak akan berlangsung lama lagi, memerlukan solusi yang tepat
untuk mengatasinya, diantaranya adalah dengan mencari sumber bahan bakar
alternatif. Salah satu bahan bakar alternatif untuk dapat digunakan adalah minyak
nabati (plant/vegetable oil) yang bahan bakunya tersedia secara lokal, mudah
didapat dan terbarukan (renewable). Bahan bakar nabati merupakan bahan bakar
yang berasal dari tanaman.

Dalam mengantisipasi kondisi seperti yang disebutkan di atas, pemakaian


energi alternatif dari sumber terbaharukan menjadi sesuatu yang tidak dapat
ditunda lagi. Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi alam yang sangat
beraneka ragam. Dari hasil studi pustaka yang telah dilakukan selama ini ternyata
banyak sekali sumber minyak nabati yang dapat dimanfaatkan, misalnya kacang
tanah (Arachis hypogea) denga kandungan minyak 30-50% (Sadikin S & Maesen
L.J.G. 1993), bintaro (Cerbera manghas L) dengan kandungan minyak sekitar 30-
60% (Heyne 1987), minyak kelapa (Cocos nucifera L) dengan kandungan minyak
sekitar 30-40% (Heyne 1987) dan minyak goreng bekas atau

1
2

minyak jelantah dari berbagai sisa hasil olahan rumah tangga yang secara umum
berasal dari minyak kelapa sawit.

Penelitian mengenai bahan bakar nabati ini sudah mulai berkembang. Banyak
tanaman yang dinilai memiliki potensi sebagai penghasil bahan bakar nabati
setelah melalui serangkaian proses, salah satunya adalah tanaman bintaro
(Cerbera odollam gaertn). Kelebihan bintaro sebagai bahan baku bahan bakar
nabati adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, untuk bintaro memiliki
rendemen biji sekitar 54% dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan
kepentingan pangan. Beberapa keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan
dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman tumbuh dan tersebar merata
secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun
menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan, tanaman relatif
mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monoculture) atau hutan campuran
(mixed-forest).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Minyak tanah merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbarui.


2. Penggunaan minyak tanah sebagai bahan bakar sudah mulai
berkurang.
3. Buah bintaro belum banyak dimanfaatkan potensinya sebagai bahan
bakar alternatif.

C. TUJUAN

1. Membantu pemerintah dalam pengembangan energi alternatif.


2. Membuat bahan bakar alternatif minyak tanah dari biji buah bintaro.
3. Melakukan analisis terhadap minyak biji bintaro dengan metode
analisis yang sesuai.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. BIOFUEL

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan,
cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah
industri dan pertanian), fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa
oksigen untuk menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana),
atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan
energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai
bahan bakar). Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa
meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan
untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak
seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah
permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih
bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca
di atmosfer

Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah
menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis atau
tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan
fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam
berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit,
kedelai, alga, atau bintaro. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati
akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak
nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti
biodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel
seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol.

3
4

B. Minyak Bumi

Minyak bumi adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, atau kehijauan yang
mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.
Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian
besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan
kemurniannya. Minyak bumi diambil dari sumur minyak di pertambangan-
pertambangan minyak. Minyak bumi akan diproses di tempat pengilangan minyak
dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan titik didihnya sehingga menghasilkan
berbagai macam bahan bakar, mulai dari bensin dan minyak tanah sampai aspal
dan berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk membuat plastik dan obat-
obatan. Walaupun sangat banyak keuntungannya ada beberapa kerugian dari
pengelolahan bahan bakar diantaranya adalah:

• Sumber daya minyak bumi dan gas memerlukan waktu yang cukup lama
dalamproses membentuknya kembali. Karena minyak bumi sebenarnya
memiliki sifat sekali pakai yang tidak baik. Sehingga sumber minyak bumi bisa
habis kapanpun.
• Dalam proses pengelolahan bisanya menimbulkan beberapa efek buruk untuk
kesehatan dan mebuat pemanasan global karena menimbulkan polusi dan
pencemaran.
• Pengelolahannya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga akan
menghabiskan dana yang banyak dibandingkan dengan beberapa proses
pengelolahan lainnya yang ada didari sumber daya manusia.

C. Minyak Tanah

Minyak tanah (kerosin, kerosene, burning kerosene) merupakan produk hasil


penyulingan minyak bumi dengan rentang titik didih 175oC sampai dengan 275oC
(berentang didih di antara fraksi bensin dan minyak gas) (Williams dan Jones,
1963). Minyak tanah tersusun dari senyawa- senyawa hidrokarbon C9 sampai
C16, yang terbagi atas tiga kelompok yaitu hidrokarbon parafinik, hidrokarbon
naptenik dan hidrokarbon aromatik (Reuben dan Wittcoff, 1996). Pemakaian
minyak tanah di Indonesia cukup beragam. Minyak tanah banyak dimanfaatkan
sebagai minyak lampu dan bahan bakar untuk kompor.
5

Harga eceran tertinggi minyak tanah untuk rumah tangga dan industri kecil
di Indonesia pada Januari 2003 Rp700,00 per liter sedangkan harga
keekonomiannya Rp2.300,00 per liter. Perbedaan harga ini mengakibatkan
pemerintah masih harus memberikan dana subsidi yang cukup besar untuk
minyak tanah (Pertamina, 2003). Selain itu pembuatan minyak tanah yang
berasal dari bahan yang tidak dapat diperbarui (minyak bumi) membuat bahan
bakar alternatif sangat dibutuhkan.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan Bahan Bakar
Nabati untuk memasak. Bahan bakar nabati merupakan bahan bakar yang berasal
dari tanaman. Penelitian mengenai bahan bakar nabati ini sudah mulai
berkembang. Banyak tanaman yang dinilai memiliki potensi sebagai penghasil
bahan bakar nabati setelah melalui serangkaian proses, salah satunya adalah
tanaman bintaro (Cerbera odollam gaertn). Agar minyak nabati dapat dijadikan
sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah, maka minyak nabati harus memiliki
karaketristik yang hampir sama dengan minyak tanah. Beberapa karakteristik
tersebut adalah kekentalan (viskositas), densitas, nilai kalor, dan daya kapilaritas.

D. Buah Bintaro

Pohon Bintaro (Cerbera odollam gaertn)


termasuk tumbuhan mangrove yang berasal dari
daerah tropis di Asia, Australia, Madagaskar, dan
kepulauan sebelah barat Samudera Pasifik. Pohon
ini memiliki nama yang berbeda di setiap daerah,
seperti othalanga Maram dalam bahasa Malayalam
yang digunakan di Kerala, India; arali kattu di
negara bagian selatan India Tamil Nadu;
famentana, kisopo, samanta atau tangena di
Madagaskar; dan pong-pong, buta-buta, Bintaro
atau nyan di Asia Tenggara (Gaillard et al. 2004).

Gambar 1. Pohon Bintaro


6

Taksonomi pohon bintaro adalah sebagai berikut:

• Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


• Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
• Super Division : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
• Division : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
• Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
• Subclass : Asteridae
• Orde : Gentianales
• Family : Apocynaceae
• Genus : Cerbera
• Spesies : Cerbera manghas L

Buah bintaro berbentuk bulat dan berwarna hijau pucat sampai kemerahan.
Buah bintaro Merupakan buah drupa (buah biji) yang terdiri dari tiga lapisan yaitu
epicarp atau eksokarp (kulit bagian terluar buah), mesokarp (lapisan tengah
berupa serat seerti sabut kelapa), dan endocarp (biji yang dilapisi kulit biji atau
testa). Biji yang terdapat di dalam endocarp terkadang menghasilkan dua biji
berbentuk ellips atau oval dalam satu buah. Walaupun berbentuk indah namun
buah bintaro tidak dapat dikonsumsi, Karena mengandung zat yang bersifat racun
terhadap manusia.

Gambar 2. Buah, Isi Buah, dan Biji Bintaro

Hampir seluruh bagian tanaman bintaro mengandung racun yang disebut


“cerberin” yaitu racun yang mampu menghambat saluran ion kalsium manusia,
sehingga mengganggu detak jantung dan dapat menyebabkan kematian. Selain
itu, asap dari pembakaran kayunya dapat menyebabkan keracunan. Walaupun
begitu, pohon bintaro sebenarnya dapat diolah dan dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia, seperti sebagai pembasmi tikus (meletakan buahnya di
7

sarang tikus), bahan baku lilin, bioinsektisida, obat luka, deodorant, dan minyak
biji bintaro berpotensi sebagai bahan bakar.

E. Minyak Bintaro

Minyak nabati atau plant oil adalah minyak yang diperoleh dari tanaman
melalui proses ekstraksi dari biji, buah atau pun bagian lain dari suatu tanaman
Pure Plant Oil (PPO) didefinisikan sebagai minyak yang diperoleh secara langsung
baik dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak, minyak yang telah
dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa melibatkan modifikasi secara kimia. PPO
disebut juga sebagai unmodified oil atau SVO (straight vegetable oil) (Hambali dkk
2008). Seperti hal namanya, PPO dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
minyak, seperti kelapa (daging buah), kelapa sawit (buah), kedelai (biji), bunga
matahari (biji), kacang tanah (biji), jagung (biji), kaliki (biji), dan sebagainya. Minyak
dari tanaman tersebut berupa minyak kasar (crude oil), umumnya dapat digunakan
untuk pengganti minyak tanah dan sejenisnya, melalui peralatan atau kompor yang
dimodifikasi (Reksowardojo 2008).

Buah bintaro terdiri atas 8% biji dan 92% daging buah. Bijinya sendiri
terbagi dalam cangkang 14% dan daging biji 86%. Biji bintaro mengandung
minyakantara 35-50% (bandingkan dengan biji jarak yang 14% dan kelapa sawit
20%).Semakin kering biji bintaro semakin banyak kandungan minyaknya. Minyak
ini termasuk jenis minyak nonpangan, diantaranya asam palmitat (22,1%), asam
stearat (6,9%), asam oleat (54,3%), dan asam linoleat (16,7%).
BAB III METODE SINTESIS DAN ANALISIS

A. Metode Pembuatan Minyak Biji Bintaro

Buah Bintaro Pengupasan

Biji Buah Bintaro

Pengupasan

Pengeringan Biji

Biji Buah Kering

Pengecilan Ukuran
Biji bintaro

Pengepresan biji
bintaro

Degumming

Minyak Biji Bintaro

8
9

Keterangan:

1. Buah Bintaro di kupas dengan cara membelah buah bintaro menjadi 2


bagian dengan arah melintang sesuai dengan alur yang terdapat pada
buah
2. Keluarkan biji dari buah (biasa nya terdapa 1 atau 2 biji dalam 1 buah dan
masih dilapisi kulit biji)
3. Kupas kulit biji, dan ambil biji yang berwarna putih tersebut
4. Keringkan biji di bawah terik matahari
5. Potong biji menjadi bagian-bagian kecil
6. Kemudiang pressing dengan alat kempa hidrolik yang telah diatur suhu nya
kurang lebih 50˚C
7. Kemudian minyak yang dihasilkan dimasukkan ke labu pemisah dan
ditambahkan asam posfat 20% sebanyak 0,3% dari volume minyak dan air
panas (80oC) untuk meghilangkan getah nya.
8. Terbentuk 2 lapisan (minyak lapisan atas, kotoran lapisan bawah). Kotoran
dibuang dan minyak ditampung di wadah.

B. Metode Analisis

Tabel 1. Karakteristik dan Metode Analisis Minyak Bintaro

No. Karakteristik Metode Analisis Alat yang digunakan Standar


1 Densitas IP-160-68 Hidrometer 900 kg/m3
2 Nilai kalor ASTM D-4809-90 Kalorimeter Bom 45800 kJ/kg
3 Titik kilat ASTM D-92-83 Mangkok Cleveland 50,10 oC
4 Titik bakar ASTM D-92-83 Mangkok Cleveland 60,20 oC
5 Titik asap ASTM D-1322-64 Lampu Asap 15,95 mm
6 Titik kabut ASTM D-97-47 Jar Test -21,5oC
7 Titik tuang ASTM D-97-47 Jar Test <-31 oC
8 Kapilaritas ASTM E-734-80 Pipa Kapiler 15 mm
9 Viskositas ASTM D-445-52 Viskometer Ostwald 1,476 cP

1. Uji Karakteristik Minyak Bintaro

a) Densitas
i. Prinsip

Densitas merupakan perbandingan berat suatu sampel dengan


volumenya pada suhu pengujiannya

ii. Cara kerja


1. Piknometer 10 ml ditimbang bobot kosongnya.
10

2. kemudian sampel yang akan diuji masukkan ke dalam piknometer


hingga tanda batas.
3. Selanjutnya piknometer didiamkan selama 1 jam dalam waterbath
o
pada suhu 30, 50, dan 70 C, kemudian ditimbang menggunakan
timbangan analitik.

iii. Perhitungan

Densitas minyak dapat dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut:
𝑚𝑖 − 𝑚𝑜
𝜌𝑡 =
𝑣𝑡

dimana:
ρt = densitas (g/ml)
mi = masa piknometer dan sampel (g)
mo= masa piknometer kosong (g)
vt = volume piknometer (ml)

b) Viskositas dengan Viscometer Ostwald


i. Prinsip
Viskositas adalah salah satu sifat fisika suatu materi yang
merupakan ukuran kerapatan molekul pembentuk materi
(http://en.wikipedia.org/ Density). Viskositasnya dapat ditentukan oleh
viscometer ostwald yang diukur waktu aliran air sebagai standar dan
waktu aliran sampel sebagai koefisien viskositas sampel.

ii. Cara Kerja


1. Tentukan densitas sampel sebelum melakukan penentuan
kekentalan dan ukur suhu ruangan saat pengukuran densitas
2. Bilas viscometer ostwals dengan air lalu diisi dengan air.
3. Air dihisap hingga batas tera.
4. Disiapkan stopwatch, lalu dinyalakan saat larutan melewati tanda
tera atas dan dimatikan saat air melewati tanda tera bawah dan
catat waktu alirnya.
5. Lakukan langkah 4 pada sampel dan catat waktu alirnya
11

iii. Perhitungan
Nilai kekentalan sampel dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑑𝐴 𝑥 𝑡𝐴
ƞA = 𝑥 ƞ𝑎𝑖𝑟
𝑑𝑆 𝑥 𝑡𝑆
Dimana:
Ƞ = Viskositas (centipoist)
d = Densitas (g/ml)
t = Waktu alir (s)
A = Sampel
S = Standar

c) Nilai kalor dengan Kalorimeter bom


i. Prinsip
Nilai kalor adalah besarnya nilai panas yang dimiliki suatu bahan
bakar dalam reaksi pembakaran dengan oksgen dalam bomb
calorimeter. Secara kimia, energi panas dilepas saat senyawa organik
dibakar dengan oksigen sehingga menghasilkan karbon dioksida, air,
asam sulfat dan asam nitrat.

ii. Cara Kerja


1. mengambil sampel seberat 1gram dalam cawan.
2. potong benang ±10 cm dan atur di tengah menyentuh dalam
cawan, tambahkan 1 ml ke wadah bomb, dan tutup
3. mengisi bak kalorimeter dengan akuades hingga batas ukur dan
masukkan cawan kedalam bak.
4. menutup valve pada tutup cawan dan isi dengan oksigen hingga
tekanan 30 atm.
5. menekan pematik hingga lampu indikator mati dan kemudian
mencatat suhu dengan interval waktu 1 menit hingga suhu mulai
turun setelah mencapai suhu puncak

iii. Perhitungan
Nilai kalor dapat dihitung dengan rumus:
𝑑𝑇
𝑄=𝑊𝑥 𝑥 1000
𝑔
Dimana:
12

W = koefisien panas calorimeter(MJ/oC)


g = berat bahan bakar(gram)
dT = pertambahan suhu(oC)

d) Sifat Kapilaritas
i. Prinsip

Kapilarisasi adalah gejala naiknya suatu fluida yang disebabkan oleh


gaya kohesi atau gaya tari menarik antara partikel yang sejenis. Sifat
kapilaritas minyak menentukan kemampuan minyak sebagai bahan bakar
kompor bersumbu

ii. Cara Kerja

1. Sumbu kompor sepanjang 20 cm dimasukkan ke dalam kolom


kaca yang dijepit pada tiang statif.
2. Ujung sumbu sepanjang 5 cm tercelup dalam 50 ml minyak yang
diberi zat warna merah yang ditempatkan dalam gelas kimia
berukuran 100 ml.
3. Pemberian zat warna agar batas kenaikkan minyak lebih mudah
terlihat.
4 . Kolom diberi ukuran atau skala dari 1 sampai 10 cm dan
pencatatan waktu dilakukan untuk setiap kenaikkan minyak satu
cm,
5. Percobaan dilakukan pada tiga titik suhu, yaitu 30, 50, dan

70oC.

2. Pengujian Kompor
a) Pengujian temperatur api
i. Prinsip

Pengujian temperatur api bertujuan untuk menentukan temperatur


optimum dari profil api biru.

ii. Cara Kerja


1. Kompor dinyalakan untuk pemanasan awal pada bukaan katup
tertentu yang bisa menghasilkan api biru atau api terbaik yang
13

mendekati api biru, pemanasan awal dilakukan dalam waktu 10


sampai 15 menit hingga nyala api stabil.
2. Apabila nyala api yang stabil sudah dicapai, dilakukan pengukuran
temperatur api dengan termokopel.
3. Termokopel diletakkan diatas kompor pada ketinggian 2cm dan
dilakukan pengukuran temperatur.
4. Termokopel dinaikkan terus tiap ketinggian 2 cm, hingga
mencapai ketinggian 18 cm dan pada tiap-tiap ketinggian
dilakukan pengukuran temperatur.
5. Langkah no (1) dan no (2) dilakukan untuk beberapa bukaan katup
yang mampu menghasilkan nyala api biru atau nyala api terbaik
yang mendekati api biru.
6. Temperatur optimum tertinggi dari beberapa ketinggian pada api
yang dihasilkan kompor kemudian kita gunakan sebagai acuan
dalam pengujian daya kompor.

b) Uji Daya
i. Prinsip
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan tingkat daya kompor,
yaitu konsumsi bahan bakar tiap satuan waktu. Pengujian daya
dilakukan pada bukaan katup bahan bakar dengan temperatur api
tertinggi. Variabel yang dicari dalam pengujian daya yaitu massa bahan
bakar yang terbakar dalam 30 menit.

ii. Cara Kerja


1. Mengukur temperatur ruangan dan temperatur awal bahan bakar.
2. Menimbang berat kompor dalam keadaan kosong
3. Menimbang berat kompor dalam keadaan terisi bahan bakar
4. Kompor dinyalakan dengan bukaan katup yang telah ditentukan
selama ±5 menit, hal ini untuk pemanasan awal sampai mencapai
api biru yang stabil
5. Timbang diatur ulang dan stopwatch dinyalakan
6. Setelah mencapai 30 menit, timbangan diatur ulang, dan berat
setelah diatur ulang ini digunakan sebagai pengganti berat minyak
terpakai.
14

7. Timbangan diatur ulang tiap 30 menit dan mencatat berat minyak


terpakai dan temperatur bahan bakar, dilakukan sampai lima kali
pengambilan data.
8. Berat pengatur ulang (berat minyak terpakai) ditimbang dengan
timbangan digital.
9. Data-data yang diperoleh dari langkah-langkah diatas dicatat.
BAB IV PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan

Praktikum Kimia Terpadu (PKT) dengan judul Pembuatan Biofuel Sebagai


Alternatif Minyak Tanah dari Biji Buah Bintaro dan Analisisnya dilakukan oleh
kelompok PKT 13, XIII-2 dengan anggota:

1. Anissa Defi Permatasari 14.60.07719


2. Anwar Majid Madani 14.60.07726
3. Ratih Dewiyanti 14.60.07891
4. Teguh Gumelar 14.60.07936

B. Tempat Pelaksanaan

Kegiatan PKT ini dilakukan di laboratorium Sekolah Menengah Kejuruan


Analis Kimia Bogor (SMK-SMAK Bogor) yang terletak di Jalan Binamarga I
Baranangsiang. Bogor Timur 16143 dan meliputi:
1. Laboratorium Kimia Terpadu II
2. Laboratorium Analisis Instrumen

C. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Praktikum Kimia Terpadu pada semester VII ini dimulai pada
minggu ke- sampai dengan minggu ke-. Jadwal pelaksanaan kegiatan yang kami
lakukan adalah sebagai berikut:

15
16

Juli Agustus September Oktober Desember


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pencarian Bahan dan Judul
Konsultasi dengan
Pembimbing
Konsultasi dan Penyerahan
Judul
Pembuatan Proposal
Pengumpulan Proposal
Pembuatan Produk
Analisis Produk
Pembuatan Makalah dan
Latihan Seminar
Penyerahan Makalah
Seminar PKT
Penyerahan Laporan PKT
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Praktikum Kimia Terpadu
BAB V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan

Tabel 3. Alat Pembuatan Minyak Bintaro

No. Alat Jumlah


1. Pisau 1 Buah
2. Sendok 1 Buah
3. Wadah penampung 1 Buah
4. Alas koran 1 Buah
5. Alat kempa hidrolik 1 Buah
6 Labu pemisah 1 Buah
7. Piala gelas 400ml 3 Buah
8. Piala gelas 800ml 1 Buah
9. Botol penampung 1L 5 Buah

2. Alat-alat yang digunakan untuk analisis

Tabel 4. Alat Analisis Minyak Bintaro

No Parameter Alat Ukuran Jumlah


1. Densitas Piknometer 10mL 1 buah
Waterbath - 1 buah
Neraca Digital - 1 buah
Termometer - 1 buah
Piala Gelas 400mL 1 buah
2. Viskositas Viskometer Ostwald - 1 buah
Stopwatch - 1 buah
Piala Gelas 400mL 1 buah
3. Nilai kalor Kalorimeter bom - 1 buah
Regulator - 1 buah
Selang oksigen - 1 buah
Stopwatch - 1 buah
Pipet tetes - 1 buah
Neraca digital - 1 buah
Piala gelas 2L 1 buah
4. Sifat Kapilaritas Kolom kaca - 1 buah
Statif - 1 buah
Stopwatch - 1 buah
Waterbath - 1 buah
Piala gelas 100mL 1 buah
Penggaris - 1 buah
5. Pengujian temperature Termokopel - 1 buah
api
Kompor Mawar - 1 buah
Kompor Sumbu - 1 buah
Stopwatch - 1 buah
6. Uji Daya Kompor Kompor Mawar - 1 buah
Kompor Sumbu - 1 buah
Timbangan - 1 buah
Stopwatch - 1 buah

17
18

B. Bahan

1. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan

Tabel 5. Bahan Pembuatan Minyak Bintaro

No Bahan Jumlah
1. Biji Buah Bintaro 15 kg
2. Asam posfat 20% 20ml

2. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis

Tabel 6. Bahan Analisis Minyak Bintaro

No Parameter Alat Ukuran Jumlah


1. Densitas Air suling - -
Minyak Bintaro - 50 ml
Alkohol Pembilas - 20 ml
2. Viskositas Minyak Bintaro - 200 ml
Air suling - -
3. Nilai kalor Minyak Bintaro - 5g
4. Sifat Kapilaritas Sumbu Kompor 20cm 6 buah
Minyak Bintaro - 100ml
Pewarna 50ml 1 buah
5. Pengujian temperature api Minyak Bintaro - 2L
6. Uji daya Minyak Bintaro - 2L
BAB VI ANGGARAN

A. Pembuatan

1. Alat

Tabel 7. Harga Alat Pembuatan Minyak Bintaro

No Alat Jumlah Harga


1. Pisau 1 buah Rp16.000,-
2. Sendok 1 buah Rp12.000,-
3. Wadah penampung 1 buah -
4. Alas koran 1 buah -
5. Alat kempa hidrolik 1 buah Rp75.000,-
6. Labu pemisah 1 buah Rp436.000,-
7. Piala gelas 400ml 3 buah Rp150.000,-
8. Piala gelas 800ml 1 buah Rp100.000,-
9. Botol Penampung 1L 5 buah -
Total Rp789.000,-

2. Bahan

Tabel 8. Harga Bahan Pembuatan Minyak Bintaro

No Bahan Jumlah Harga


1. Biji Buah Bintaro 15 kg -
2. Asam posfat 20% 20ml Rp2.000,-
Total Rp2.000,-

B. Analisis

Tabel 9. Harga Jasa Analisis Minyak Bintaro

No Parameter Uji Harga


1. Densitas Rp15.000,-
2. Viskositas dengan viskometer ostwald Rp30.000,-
3. Nilai kalor Rp35.000,-
4. Pengujian suhu api Rp420.000,-
5. Uji daya Rp440.000,-
Total Rp940.000,-

19
BAB VII DAFTAR PUSTAKA

Edi. 2011. MinyakBiji Bintaro, Newcomer in Alternative Energy.


http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-
biotechnology/2095974-minyak-biji-bintaro-newcomer alternative/.

Fathiyah, S. 2010. Kajian Proses Pemurnian Minyak Nyamplung untuk Bahan


Bakar Nabati. [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Harmel, Hendra dan D. S. Hariwoso. 2014. Evaluasi Teknis Kesesuaian Minyak


Kemukus (Piper cubeba) Sebagai Bahan Bakar Kompor Minyak Tanah.
Bandung: ITB

Kartika, Ika Amalia. Dkk. 2014. Pemurnian Minyak Nyamplung dan Aplikasinya
sebagai Bahan Bakar Nabati. Bogor: IPB

Khanh, T. C. 2001. Cerbera L. dalam: Van Valkenburg, J. L. C. H. dan


Bunyapraphatsara, N. (Editor): Plant Resources of South-East Asia No.
12(2) Medical and poisonous plants 2. Backhuys Publisher, Leiden, the
Netherlands. Pp. 151-155

Marlianto, Taubing Des. 2012. Modifikasi dan Unjuk Kerja Kompor Sumbu Tunggal
Berbahan Bakar Minyak Bintaro. Bogor: [Skripsi]. Fakultas Teknologi
Pangan IPB

Puspitasari, D. 2011. Kajian Pengaruh Tingkat Kematangan Dan Metode Ekstraksi


Terhadap Mutu Minyak Biji Bintaro. [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknik
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB

Sunandar, Kudrat. 2010. Kajian Kapilaritas Minyak Nabati Pada Kompor Sumbu.
[Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB

Tanpa nama. Minyak Bumi. Tanpa Kota.


http://www.pertamina.com/industrialfuel/media/30735/minyak-tanah-
kerosene.pdf

Tanpa Nama, Tinjauan Pustaka Buah Bintaro. Tanpa Kota

http://eprintspolsri.ac.id/928/BAB%20ll.pdf

20
21

http://erepo.unud.ac.id/10950/3/05f111b9b3627e97edc6ea8f4fd6f981.pd
f

Anda mungkin juga menyukai