Zumala Nilasari
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
email: nila27.biologi@yahoo.co.id
ABSTRAK
Minyak Bumi merupakan sumber energi yang tak dapat diperbaharui, dengan
meningkatnya kebutuhan dalam penggunaan bahan bakar ini menyebabkan
persediaan minyak bumi semakin berkurang. Hal ini jika dibiarkan terus menerus
bisa jadi persediaan akan habis. Untuk mengatasi hal tersebut, maka banyak
usaha untuk mendapatkan energi alternatif, antara lain dengan menggunakan
minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel. Salah satunya adalah minyak yang
dihasilkan oleh biji buah alpukat (Persea americana). Minyak yang dihasilkan
alpukat cukup tinggi dibandingkan dengan ninyak nabati lain. Saat ini biji
alpukat belum dimanfaatkan secara optimal, bakan hanya dibuang begitu saja.
Padahal biji alpukat memiliki kandungan lemak nabati yang tersusun dari
senyawa yang jika diproses lebih lanjut bisa menjadi bahan bakar alternatif
berupa biodiesel. Senyawa tersebut sangat unik, karena memiliki komposisi yang
sama dengan biodiesel solar. Selain itu, kadar belerang dalam alpukat lebih
sedikit dibandingkan dengan kadar belerang dalam solar. Hal ini membuat
pembakaran berlangsung sempurna sehingga gas buangnya lebih ramah
lingkungan. Biji alpukat merupakan bahan biomassa yang mengandung
trigliserida serta kandungan asam lemak bebas (FFA) pada minyak biji alpukat
rendah yakni 0,367% sehingga dapat dijadikan biodiesel dengan proses
transesterifikasi.
Kata Kunci: Biji alpukat (Persea americana), biodiesel, transesterifikasi, minyak
nabati, trigleserida
PENDAHULUAN
masih lebih rendah bila dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Pemanfaatan
biji alpukat sampai sekarang hanya digunakan sebagai obat penghilang stress saja
dan belum dimanfaatkan untuk yang lainnya padahal biji alpukat memiliki
kandungan fatty acid methyl ester sebagai bahan pembuat biodiesel.
(Hidayat,2007)
The National Biodiesel Foundation (NBF) telah meneliti buah alpukat
sebagai bahan bakar sejak 1994. Joe Jobe selaku direktur eksekutif NBF
mengungkapkan bahwa biji alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari
senyawa alkil ester. Bahan ester itu memiliki komposisi yang sama dengan bahan
bakar diesel, bahkan nilai cetanenya lebih baik diibandingkan solar sehingga gas
buangnya lebih ramah lingkungan. (Hidayat,2007)
GAMBARAN KHUSUS
Kondisi Kekinian
di Jawa. Namun, pada bulan Juli 2009, di beberapa daerah, PT. Pertamina kembali
menjual diesel. PT. Pertamina mengurangi penjualan.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di
dunia namun sejak tahun 2003 sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar
minyak (BBM) untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar minyak di sektor
transportasi dan energi. Produksi minyak solar dan diesel tahun 2003 sekitar 17
juta KL, sedangkan total konsumsi mencapai 26,4 juta KL (165 juta barrel),
sehingga harus diimpor sebesar 9,4 juta KL (35,7% dari total konsumsi)
(Joelianingsih,2006). Kenaikan harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini
memberi dampak yang besar pada perekonomian nasional, terutama dengan
adanya kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya
transportasi, biaya produksi industri dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan
kebutuhan BBM di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, pada tahun 2010
mendatang jumlah konsumsi BBM Indonesia diprediksi mencapai 2 juta barel per
hari, jauh lebih tinggi dari kapasitas produksi nasional tahun 2004 yang tercatat 1
juta barel per hari. Dalam jangka panjang impor BBM akan makin mendominasi
penyediaan energi nasional apabila tidak ada kebijakan pemerintah untuk
melaksanakan
penganekaragaman
energi
dengan
memanfaatkan
energi
Kg/Ha
145
148
183
189
195
Tanaman
Jarak
Bunga Matahari
Coklat
Kacang
Bunga candu
Kg
/Ha
790
800
863
690
978
Biji karet
217
Biji raps
Kenaf
230
Zaitun
Calendula
256
Plassava
Kapas
273
Gopher plant
Rami
305
Biji jarak
Kacang hijau
375
Bacuri
Kopi
386
Pecan
Biji rami
402
Mentimun
Hazelnut
405
Babassu palm
Euphorbia
440
Jarak Pagar
Biji labu
449
Macadamia nut
Ketumbar
450
Kacang brasil
Mustard
481
Alpukat
Camelina
490
Kelapa
Wijen
585
Oiticia
Crambe
589
Buriti palm
Safflower
655
Pequi
Labu
665
Macauba palm
Padi
696
Sawit
Sumber: Priyohadi Kuncahyo et all, 2013
1000
1019
1112
1119
1188
1197
1505
1528
1541
1590
1887
2010
2217
2260
2520
2743
3142
3775
5000
: Plantae
Divisi
: Spermathophyta
Sub-Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
Proses Transesterifikasi
Produksi biodiesel dari biji alpukat dapat dibuat melalui proses yang disebut
transesterifikasi. Transesterifikasi yaitu proses kimiawi yang memerlukan grup
alkoholis pada senyawa ester dengan alkohol. Untuk mempercepat reaksi ini
diperlukan bantuan katalisator berupa asam atau basa. Asam mengkatalis reaksi
dengan memberikan proton yang dimilikinya kedalam grup alkoholis sehingga
lebih reaktif Proses transesterifikasi secara kimia hanya mengambil molekul
trigliserida atau asam lemak kompleks, menetralisasi asam lemak besar,
mengeluarkan gliserin atau ester membuat ester alkohol.
Pada prakteknya bisa dilakukan dengan mencampur alcohol dengan sodium
hidroksida untuk membuat sodium metoksida. Campuran ini kemudian
direaksikan dengan minyak tumbuh tumbuhan. Terdapat 3 jenis reaksi
tranesterifikasi, yaitu :
R1COOR3+R2OH
R3COOR2+R1COOH
R1COOR4+R3COOR2
3CH3COOC18H34O2 + CH OH
CH2 OH
(Methanol)
(Methyl Oleat)
Biodesel
(Gliserol)
Bahan yang di pakai dalam penelitian ini adalah biji alpukat, metanol 96%,
natrium hidroksida, asam fosfat 85%, N-Hexan. Mekanisme penelitan
digambarkan berikut:
Buji
Alpukat
Dijemur di bawah sinar
Matahari 2-3 hari
Pengecilan
partikel + 1 cm
Ekstraksi n hexane
60oC, 2jam
Distilasi
Bungkil/ampas
Deguming
90oC, 30 menit
Proses Transesferifikasi
Minyak Biji
alpukat
Perbandingan molar methanol
dan minyak + NaOH
Pencampuran dan
pemanasan + 60oC
Biodiesel
Gliserol
10
sampel sudah memenuhi standart biodiesel di Indonesia yaitu diatas suhu 100oC.
Hal tersebut tentunya baik karena menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai flash
pointnya maka bahan bakar tersebut lebih aman karena tidak mudah terbakar.
terbaik diperoleh pada ratio molar terhadap minyak 1 : 12 pada waktu 65 menit,
yaitu sebesar -2oC sedangkan nilai pour point terendah diperoleh pada ratio molar
1 : 4 pada waktu 5 menit, yaitu 9oC karena semakin rendah nilai pour pointnya
maka akan semakin baik karena mengurangi kecenderungan biodiesel untuk
membeku pada temperature rendah. Padahal secara umum ditunjukkan bahwa
konversi maksimal didapat pada ratio molar terhadap minyak 1 : 6 yaitu antara 98
% - 99%. Ini menunjukkan bahwa pada rasio yang memberikan konversi
maksimal ternyata tidak mempunyai nilai pour point yang terbaik. Tetapi hasil
pengujian pour point semua sampel telah memenuhi standart biodiesel di
Indonesia karena berada dibawah suhu pour point maksimal biodiesel, yaitu
maksimal 18oC.
Upaya Promosi
11
12
dapat
dinikmati
masayarakat
pada
umumnya.
Dengan
upaya
13
Kemudian menyediakan lahan pertanian yang subur dan cukup luas untuk
para petani alpukat agar dapat memproduksi buah alpukat. Alpukat merupakan
salah satu jenis buah yang berpotensi di Indonesia. Buah alpukat memiliki pasar
dan nilai ekonomi yang sangat baik di dalam maupun luar negeri, terbukti
harganya yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga buah lainnya. Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, permintaan terhadap buah alpukat pun
semakin bertambah. Produksi buah alpukat Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun 2004 hingga 2009 (Tabel 1), dimana pada tahun 2004 hanya sebesar
221,774 ton dan pada tahun 2009 sebesar 257,642 ton (Badan Pusat Statistik
2010).
Tabel 2. Perkembangan produksi buah alpukat Indonesia tahun 1997-2010
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: BPS tahun 2010
Dari
data
tersebut,
potensi
Volume (ton)
221,774
227,577
239,463
201,635
244,215
257,642
Indonesia
sudah
ada,
hanya
tinggal
DAFTAR PUSTAKA
Anoname. 2011. http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&
view=article&id=366:alpukat-buah-sejuta-manfaat&catid=89:riset.
Diakses pada 5 April 2014
Anoname. 2000. Emergy Evaluation Of Avocado Crop As Raw Material For
Biodiesel Production. Japan: Fbio Takahashi* and Enrique Ortega State
University of Campinas UNICAMP
Hidayat Wahyu, 2007. http://majarimagazine.com/2007/12/alpukat-dari-dapur-ketangki-bahan-bakar/. Di unduh pada 5 April 2014
Kuncahyo, Priyohadi et all. 2013. Analisa Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel
Sebagai Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Di Indonesia. Surabaya:
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS)
Marlinda, Mira et all. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dan Uji Toksisitas
Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea Americana Mill.). Manado:
Jurusan Kimia FMIPA Unsrat
Pramudono, Bambang et all. 2008. Ekstraksi Kontinyu Dengan Simulasi Batch
Tiga Tahap Aliran Lawan Arah: Pengambilan Minyak Biji Alpukat
Menggunakan Pelarut N-Hexane Dan Iso Propil Alkohol. Semarang:
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas diponegoro
Prastowo Bambang. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan
Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga.
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesian
Center for Estate Crops Research and Development
Rahma, Elita et all, Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
Isolat Pus Secara In Vitro. Malang: Laboratorium Mikrobiologi FKUB,
Laboratorium Anatomi-Histologi FKUB Risnoyatiningsih, Sri.2010.
Biodiesel From Avocado Seeds By Transesterification Process.
Surabaya: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN
Veteran.
Widioko, Septian Ardi dan Wawan Rustyawan. Proses Ekstraksi Kontinyu Lawan
Arah Dengan Simulasi Batch Tiga Tahap : Pengambilan Minyak Biji
Alpukat Menggunakan Pelarut N-Hexane Dan Iso Propil Alkohol.
Semarang: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro
14