Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan energi di dunia maupun di Indonesia kini semakin meningkat. Hal


tersebut disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pola
konsumsi energi yang semakin meningkat. Ketersediaan energi di Indonesia semakin
lama semakin menipis. Indonesia sudah menjadi net importer untuk total minyak mentah
dan BBM. Pada tahun 2008, Indonesia telah mengimpor BBM mencapai sebesar 153 juta
BOE (barrel of oil equivalent) = SBM/setara barel minyak (Djamaludin, 2011). Keadaan
ini menyebabkan para peneliti dan pemerintah harus berpikir ekstra bagaimana cara untuk
mencegah terjadinya kelangkaan energi. Upaya yang dapat dilakukan adalah mencari
sumber-sumber energi lain yang dikenal dengan energi terbarukan. Energi terbarukan
adalah energi yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam dan dapat diproduksi
dalam waktu yang cepat atau tidak akan habis.
Untuk meringankan beban tersebut, pemerintah berupaya keras mencari sumber-
sumber BBM alternatif yang dapat diperbaharui atau disebut “biofuel” sebagai pengganti
sumberdaya energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Bahan bakar hayati atau biofuel
adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-
bahan organik. Sumber biofuel adalah tanaman pertanian, utamanya kelapa sawit dan
jarak pagar yang menghasilkan biodiesel sebagai pengganti solar dan ubi kayu dan tebu
yang menghasilkan bioetanol sebagai pengganti premium.
Di Indonesia sendiri, industri biofuel secara formal telah dimulai sejak tahun 2006
(Silviati, 2008; Slette dan Wiyono, 2013). Akan tetapi, Indonesia telah menjadi
pengimpor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk biodiesel pada tahun-tahun
sebelumnya (Haryanto, 2002). Menurut Silviati (2008), di Indonesia ada 60 tanaman yang
dapat digunakan sebagai bahan baku biofuel termasuk kelapa sawit, jarak pagar, tebu,
sorgum, dan ketela. Oleh karena itu, potensi Indonesia dalam industri biofuel
sesungguhnya cukup besar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan Bakar Alternatif


Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar yang dapat digunakan untuk
menggantikan bahan bakar konvensional. Ini menuntut kita untuk dapat
menghasilkan bahan bakar selain bahan bakar fosil/minyak bumi karena minyak
bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Bahan bakar
minyak, yang lebih kita kenal dengan BBM merupakan bahan bakar yang diproses
dan diolah dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Karena sifatnya
yang tidak dapat diperbaharui ini maka minyak sebagai sumber bahan bakar akan
semakin menipis dan habis pada suatu saat nanti. Bahan bakar minyak merupakan
sumber energi utama dalam menggerakkan roda kehidupan dunia, termasuk
didalamnya roda ekonomi. Tanpa adanya bahan bakar, transportasi akan terhenti,
industri akan tutup dan roda perekonomian akan berhenti.
Minat menggunakan bahan bakar alternatif untuk kendaraan yang terus
tumbuh pada dasarnya dimotivasi oleh tiga pertimbangan berikut ini:
1. Bahan bakar alternatif umumnya menghasilkan lebih sedikit emisi kendaraan
yang berkontribusi terhadap kabut asap, polusi udara dan pemanasan global.
2. Sebagian besar bahan bakar alternatif tidak diturunkan dari bahan bakar fosil
yang merupakan sumber daya yang terbatas.
3. Bahan bakar alternatif dapat membantu negara memenuhi kebutuhan energi
secara lebih mandiri.
Bahan Bakar alternatif dibedakan lagi menjadi dua
1. Bahan bakar alternatif dari alam
 Bahan bakar hydrogen
 Energi air
 Energi matahari
 Energi angin
 Energi gelombang laut
 Energi gerak
 Bahan bakar dari buah-buahan/tumbuhan

2
2. Bahan bakar alternatif dari limbah
 Bahan bakar dari limbah plastik
 Bahan bakar dari abu batu bara atau dibuat briket
 Bahan bakar dari ranting, sisa-sisa kayu dan tempurung kelapa dibuat arang
 Bahan bakar dari kotoran hewan atau manusia dibuat biogas
Ciri-ciri bahan bakar alternatif adalah:
1. Dapat digunakan berulang-ulang
2. Jumlahnya berlimpah di alam
3. Pengolahannya tidak merusak alam
4. Tidak berbahaya, aman, serta tidak menyebabkan penyakit akibat
pengolahannya
5. Ramah lingkungan

2.2 Biofuel
Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan,
cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat
dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah
industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel:
1. Pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah
industri dan pertanian)
2. Fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk
menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana)
3. Fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester dan energi
dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan
bakar).
Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel yaitu alkohol dan ester.
Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar
fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel
biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil. Uni Eropa merencanakan 5,75 persen
etanol yang dihasilkan dari gandum, bit, kentang atau jagung ditambahkan pada

3
bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20 persen pada 2020. Sekitar seperempat
bahan bakar transportasi di Brazil tahun 2002 adalah etanol.
Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan
kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk
memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak seperti
bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah
permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifat
carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer (meski timbul keraguan apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam
prakteknya). Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak
bumi serta meningkatkan keamanan energi.
Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah
menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis) atau
tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan
fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam
berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit,
kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati
akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak
nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel.
Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas
kayu, metanol atau bahan bakar etanol.
2.2.1 Biofuel generasi pertama
Biofuel generasi pertama menunjuk kepada biofuel yang terbuat dari gula,
starch, minyak sayur, atau lemak hewan menggunakan teknologi konvensional.
Biofuel generasi pertama yang umum adalah sebagai berikut.
a. Minyak sayur
Minyak sayur dapat digunakan sebagai makanan atau bahan bakar.
Kualitas dari minyak dapat lebih rendah untuk kegunaan bahan bakar. Minyak
sayur dapat digunakan dalam mesin diesel yang tua (yang dilengkapi dengan
sistem injeksi tidak langsung, tetapi hanya dalam iklim yang hangat. Dalam
banyak kasus, minyak sayur dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel,
yang dapat digunakan kebanyakan mesin diesel bila dicampur dengan bahan

4
bakar diesel konvensional. MAN B&W Diesel, Wartsila dan Deutz AG
menawarkan mesin yang dapat digunakan langsung dengan minyak sayur.
Minyak sayur bekas yang diproses menjadi biodiesel mengalami peningkatan,
dan dalam skala kecil, dibersihkan dari air dan partikel dan digunakan sebagai
bahan bakar.
b. Bioalkohol
Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah etanol, dan
yang kurang umum adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi
mikroorganisme dan enzim melalui fermentasi gula atau starch, atau selulosa.
Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena dapat
digunakan langsung dalam mesin bensin.
Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol) dan
eksperimen modifikasi dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang
menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol sebagai produk cair. Butanol
dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung"
dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin). Dan lebih tidak
menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding etanol,
dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. Dupont dan BP
bekerja sama untuk menghasilkan butanol.
Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai
bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang
terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang
memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%,
dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah. Bioetanol
dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia,
sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan
bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk
menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat
tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu
mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas
(ampas tebu).

5
Dari biomas yang banyak mengandung pati dapat dibuat alkohol. Alkohol
merupakan bahan bakar yang baik. Dicampur dengan bensin ia dapat digunakan
untuk bahan bakar mobil, sehingga dapat mengurangi konsumsi BBM.
Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama
bahan bakar etanol di Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara
fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum, jagung, bit gula, tebu, molasses
dan gula atau amilum yang dapat dibuat minuman beralkohol (seperti kentang
dan sisa buah, dll). Produksi etanol menggunakan digesti enzim untuk
menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan.
Proses ini membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali
menggunakan gas alam).
Produksi etanol selulosa menggunakan tanaman non-pangan atau produk
sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus
makanan.
Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang
sulit dan mahal dan masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang
memakan rumput dan menggunakan proses digesti yang lamban untuk
memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium etanol selulosik,
banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama,
dan menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar etanol.
Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan
teknik genetika DNA rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzim
yang dapat memecah kayu lebih cepat dari alam, makhluk mikroskopik tersebut
dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara eksponensial, disebarkan
oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh
tanaman, yang dapat mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh proses
fotosintesis tumbuhan.
Etanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin;
etanol dapat dicampur dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan
mesin bensin dapat beroperasi menggunakan campuran etanol sampai 15%
dengan bensin. Bensin dengan etanol memiliki angka oktan yang lebih tinggi,
yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien

6
Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti
memerlukan lebih banyak bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak
yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi, dibutuhkan bahan bakar dengan
sedikit etanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi yang merusak
(knocking).
Etanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket
karet, aluminium, dan ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan
bakar yang mengandung alkohol ilegal bila digunakan pesawat. Untuk campuran
etanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.
Etanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa
bensin, oleh karena itu diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal,
meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang dibutuhkan untuk mengantar
etanol ke konsumen.
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan
bakar fleksibel, yang dapat beroperasi dengan kombinasi bioetanol dan bensin,
sampai dengan 100% bioetanol.
Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol
dapat tercampur setelah proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari
atmosfer. Air dalam bahan bakar etanol dapat mengurangi efisiensi,
menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan
mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen dari besi).
c. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan
bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur
atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah
minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.
Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel
memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering

7
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan
bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena
biodiesel merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel
petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur zaman sekarang.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di
Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil
saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin
banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan
kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel
diproduksi dari minyak atau lemak menggunakan transesterifikasi dan
merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan diesel mineral. Nama
kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak
dicampur dengan sodium hidroksida dan metanol (atau etanol_ dan reaksi kimia
menghasilkan biodiesel (FAME) dan gliserol. 1 bagian gliserol dihasilkan untuk
setiap 10 bagian biodiesel.
Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan
diesel mineral. Di beberapa negara produsen memberikan garansi untuk
penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan produsen kendaraan membatasi
rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampur
dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5%
banyak digunakan luas dan tersedia di banyak stasiun bahan bakar.
Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi
menggunakan diesel. Oleh karena itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat
dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78 juta galon pada awal
2005. Pada akhir 2006, produksi biodiesel diperkirakan meningkat empat kali
lipat menjadi 1 milyar galon.

8
d. Biogas
Biogas adalah suatu gas yang dihasilkan dari proses anaerobik (fermentasi)
bahan-bahan organic seperti kotoran manusia, limbah rumah tangga, dan kotoran
hewan.
Kotoran hewan dapat digunakan sebagai kompos untuk memupuk
tanaman atau membuat biogas yang berguna sebagai bahan bakar. Biogas cocok
dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di
sentra-sentra produksi padi seperti ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, Bali, dan lain-lain.
Biogas sebagian besar terdiri atas gas metan yang dapat dibakar. Biogas
merupakan hasil fermentasi bakteri metan di dalam kondisi anaerobik. Secara
teknis pembuatan biogas tidak merupakan masalah.
Manfaat energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar khususnya
minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak kemudian sebagai bahan
pengganti bahan bakar minyak (bensin, solar). Dalam skala besar, biogas dapat
digunakan sebagai pembangkit energi listrik. Di samping itu, dari proses
produksi biogas akan dihasilkan sisa kotoran ternak yang dapat langsung
dipergunakan sebagai pupuk organik pada tanaman / budidaya pertanian.
Biogas diproduksi dengan proses digesti anaerobik dari bahan organik oleh
anaerob. Biogas dapat diproduksi melalui bahan sisa yang dapat terurai atau
menggunakan tanaman energi yang dimasukan ke dalam pencerna anaerobik
untuk menambah gas yang dihasilkan. Hasil samping proses digesti, dapat
digunakan sebagai bahan bakar bio atau pupuk.
Biogas mengandung metana dan dapat diperoleh dari digester anaerobik
industri dan sistem pengelolaan biologi mekanik. Gas sampah adalah sejenis
biogas yang tidak bersih yang diproduksi dalam tumpukan sampah melalui
digesti anaerobik yang terjadi secara alami. Bila gas ini lepas ke atmosfer, gas
ini merupakan gas rumah kaca.
e. Biofuel padat
Contohnya termasuk kayu dan arang.

9
f. Syngas
Syngas dihasilkan oleh kombinasi proses pirolisis, kombusi, dan
gasifikasi. Bahan bakar bio dikonversi menjadi karbon monoksida dan energi
melalui pirolysis. Masukan oksigen terbatas diberikan untuk mendukung
kombusi. Gasifikasi mengubah materi organik menjadi hidrogen dan karbon
monoksida. Campuran gas yang dihasilkan, syngas, adalah bahan bakar.

2.2.2 Biofuel generasi kedua


Para pendukung biofuel mengklaim telah memiliki solusi yang lebih baik
untuk meningkatkan dukungan politik serta industri untuk, dan percepatan,
implementasi biofuel generasi kedua dari sejumlah tanaman yang tidak digunakan
untuk konsumsi manusia dan hewan, diantaranya cellulosic biofuel. Proses
produksi biofuel generasi kedua bisa menggunakan berbagai tanaman yang tidak
digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan yang diantaranya adalah limbah
biomassa, batang/tangkai gandum, jagung, kayu, dan berbagai tanaman biomassa
atau energi yang spesial (contohnya Miscanthus). Biofuel generasi kedua (2G)
menggunakan teknologi biomassa ke cairan, diantaranya cellulosic biofuel dari
tanaman yang tidak digunakan untuk konsumsi manusia dan hewan.
Sebagian besar biofuel generasi kedua sedang dikembangkan seperti
biohidrogen, biometanol, DMF (Dimetilformamida), Bio-DME (Dimetileter),
Fischer-Tropsch diesel, biohidrogen diesel, alkohol campuran dan diesel kayu.
Produksi cellulosic etanol mempergunakan berbagai tanaman yang tidak digunakan
untuk konsumsi manusia dan hewan atau produk buangan yang tidak bisa dimakan.
Memproduksi etanol dari selulosa merupakan sebuah permasalahan teknis yang
sulit untuk dipecahkan. Berbagai hewan ternak pemamah biak (seperti sapi)
memakan rumput lalu menggunakan proses pencernaan yang berkaitan dengan
enzim yang lamban untuk menguraikannya menjadi glukosa (gula). Di dalam
labolatorium cellulosic etanol, berbagai proses eksperimen sedang dikembangkan
untuk melakukan hal yang sama, lalu gula yang dihasilkan bisa difermentasi untuk
menjadi bahan bakar etanol. Para ilmuwan juga sedang bereksperimen dengan
sejumlah organisme hasil rekayasa genetik penyatuan kembali DNA yang mampu
meningkatkan potensi biofuel seperti pemanfaatan tepung Rumput Gajah (Panicum
virgatum).

10
2.3 Manfaat Bahan Bakar Alternatif
1. Bahan bakar yang banyak terdapat di alam, sehingga ramah lingkungan.
Berbeda dengan BBM, pembakaran BBM menyebabkan emisi gas
karbondioksida atau CO2. Pengurangan BBM,menjadikan tingkat emisi gas
karbondioksida semakin berkurang.
2. Sebagai penambah cadangan BBM, karena BBM merupakan bahan bakar yang
tidak dapat diperbaharui. Dengan menghemat BBM akan dapat dihemat hingga
dapat digunakan di masa yang akan datang.
3. Tingkat ketergantungan terhadap BBM menjadi berkurang.
4. Pengaruh fluktuasi harga minyak dunia tidak ada. Harga bahan bakar alternatif
tidak ditentukan oleh harga minyak dunia.

2.4 Kendala-Kendala dalam Penggunaan Bahan Bakar Alternatif


Walaupun bahan bakar alternatif sudah terbukti lebih baik, tetap saja
dalam pengaplikasiannya masih ada kendala-kendala, yaitu:
1. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap BBM masih sangat tinggi,
masyarakat masih lebih senang menggunakan BBM karena lebih praktis.
2. Dukungan pemerintah dalam mengembangkan bahan bakar alternatif belum
maksimal.

11
BAB III
PENUTUP

Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar yang dapat digunakan untuk
menggantikan bahan bakar konvensional. Biofuel merupakan salah satu bahan
bakar alternatif. Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik
padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel
dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari
limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel:
1. Pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah
industri dan pertanian)
2. Fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk
menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana)
3. Fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester dan energi
dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan
bakar).

12
DAFTAR PUSTAKA

Djamaludin, A. 2011. Pemanfaatan Minyak Bumi dan Sumber Energi Alternatif Guna
Meningkatkan Ketersediaan Energi. Artikel Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan
Laut.

Haryanto, B. 2002. Bahan Bakar Alternatif Biodiesel (Bagian I. Pengenalan). Universitas


Sumatera Utara.

Silviati, A. 2008. Geothermal Development, The U.S. Commercial Service - Your global
business partner. INDONESIA.

Slette, J and I. E. Wiyono, 2012. Indonesia Coffee Annual: Assesment of Commodity and
Trade Issue. Global Agricultural Information Network.

13

Anda mungkin juga menyukai