A. Materi Pokok 1
Tujuan Pembelajaran :
a) menjelaskan tahap-tahap pengolahan bahan baku biodiesel dari biji
tanaman secara umum
b) menjelaskan cara mengolah biji jarak menjadi minyak nabati
c) menjelaskan cara mengolah biji nyamplung menjadi minyak nabati
d) menjelaskan cara mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak nabati
Bahan Bacaan :
Biodiesel sudah ramai diperbincangkan dan dikembangkan serius para peneliti dunia
di era 70-an, dipicu munculnya isi krisis minyak dunia. Bahan bakar alternatif ini
semakin masif dikembangkan saat disadari energi fosil dianggap memberi pengaruh
buruk bagi lingkungan melalui nilai emisinya dan menilik sifatnya yang tak bisa
diperbarui.
Mungkin tidak banyak yang tahu kalau penggunaan biodiesel ini sudah dimulai oleh
rudolf Diesel ketika membuat mesin diesel pertamanya pada 1893. Ia mencoba
berbagai alternatif bahan bakr untuk menggerakkan mesin diesel ciptaannya, mulai
dari coal dust sampai minyak nabati.
Di Indonesia riset biodiesel berkembang sejak tahun 1990-an. Pusat penelitian dan
pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) , Badan Pengkajian
dan penerapan teknologi (BPPT), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dapat
dikatakan menjadi institusi awal yang meneliti biodiesel dari berbagai bahan baku.
Peneliti Indonesia melakukan riset untuk memproduksi biodiesel dari berbagai bahan
baku seperti kelapa sawit, minyak jelantah, jarak pagar dan minyak nabati lainnya.
Riset ini dilakukan tidak hanya riset-riset dasar namun juga produksi skala pilot,
hingga ujicoba pada mesin.
Biodiesel, atau sering dikenal dengan nama FAME atau fatty acid
methyl ester (metil ester asam lemak) merupakan produk yang
dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak nabati atau hewani
dengan metanol dan katalisator NaOH atau KOH. Hasil samping dari
proses transesterifikasi adalah gliserol yang dapat diolah lebih lanjut
menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Bahan baku nabati yang paling siap digunakan saat ini adalah
minyak kelapa sawit karena perkebunan dan tata niaganya sudah
tertata dengan baik. Namun, karena minyak kelapa sawit banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan sehingga banyak pihak yang
mengkhawatirkan terjadi penyerapan yang lebih besar untuk
biodiesel.
Semua minyak yang berasal dari tanaman bisa dijadikan FAME atau
biodiesel. Di mancanegara bahan yang digunakan bisa berasal dari
tanaman berikut ini :
Kedelai (Glycine max) sehingga disebut SME (soy bean methyl
ester)
Kanola atau rapeseed (Brassica rape) yang disebut RME
(rapeseed methyl ester)
Kelapa (Cocos nucifera) yang disebut CME (coco methyl ester)
Bunga matahari (Helianthus annus), neem atau mimba
(azadirahta Indica), malapari atau karanja (Pongamia pinnata).
Gambar 7 Alat Penyaring Minyak Nabati (a) Tipe Putar (b) Tipe Horizontal
a) Cara Mengolah Biji Jarak Menjadi Minyak Nabati
Ada beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia, semuanya
dari keluarga Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu.
Jarak kaliki/ kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas),
jarak gurita (Jatropha multifida) dan jarak landi (Jatropha gossypifolia).
Keempat jenis jarak tersebut menghasilkan minyak tetapi jarak kaliki
kurang cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
karena viskositasnya terlalu tinggi.
Gambar 8 Pohon Jarak
Tanaman jarak pagar dapat ditanam pada lahan kritis karena lebih tahan
terhadap kekeringan dan bisa meningkatkan kualitas tanah. Namun
tidak demikian untuk tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan lahan kritis
tersebut juga menciptakan peluang kerja baru bagi petani.
Waktu panen sebaiknya hari terang, baik pada pagi maupun sore
hari. Hal ini mengingat pemetik harus menentukan tandan yang akan
dipetik berdasarkan warna buah.
Biji jarak yang telah mencapai kadar air sekitar 5-7%. Sebaiknya
segera disimpan. Biji jarak yang telah kering disimpan dalam karung
plastik. Penyimpanan dilakukan di gudang yang kering dan tidak
terkena sinar matahari langsung serta penumpukan karung tidak
bersinggungan dengan lantai. Pada penyimpanan di suhu ruang,
kelangsungan hidup biji jarak untuk tujuan pembibitan dapat
dipertahankan hingga sekitar satu tahun, tetapi disarankan lama
penyimpanan biji untuk pembibitan sekitar 2 bulan.
Komposisi
Asam Lemak Rumus Kimia
(%berat)
Miristat CH3(CH2)12COOH <0,1
Palmitat HOOC-(CH2)14-CH3 13,7 ± 0,8
HOOC-(CH2)14-CH2-
Palmitoleat (CH2)7CH=CH(CH2)7-CH3 0,20
Stearat HOOC-(CH2)16-CH3 14,3 ± 0,8
Oleat HOOC-(CH2)7CH=CH(CH2)7-CH3 39,1 ± 1,4
HOOC-(CH2)7CH=CH-CH2-
Linoleat CH=CH(CH2)4-CH3 31,1 ± 1,4
Linolenat C3H6=C3H4=C3H4=CH(CH2)7COOH 0,3 ± 0,1
Arachidic C20H40O2 0,6 ± 0,3
Gondoic C20H38O2 0,10
Behenic C22H44O2 0,20
Erucic C22H42O2 <0,1
Lignoceric C24H48O2 0,20
Nervonic C24H46O2 <0,1
(d) Degumming
Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari
getah/lendir yang terdiri dari fostatida, protein, karbohidrat,
residu, air dan resin. Proses degumming dilakukan dengan
penambahan asam fosfat 20% sebesar 0,3-0,5% (b/b)
minyak,sehingga akan terbentuk senyawa fosfasida yang mudah
terpisah dari minyak. Hasil dari proses degumming akan
memperlihatkan perbedaan warna yang jelas dari minyak
asalnya, yaitu berwarna jernih kemerah-merahan.
memotong tandan
mengambil/mendodos buah yang telah siap untuk dipanen
mengutip brondolan hasil dari rontokan panen
mengangkut hasil panen ke TPH ( tempat pemungutan hasil)
b) Threser
Kegunaan threser ini adalah untuk memisahkan brondolan
dengan tandan kosong, sehingga hasilnya lebih maksimal.
d) Presser
Presser ini kegunaannya adalah untuk memisahkan minyak
pada masa minyak yang berbentuk bubur dari ampasnya.
e) Sand trap tank
Fungsinya untuk mengendapkan pasir dan minyak kasar,
supaya pengendapan dapat berlangsung cepat dengan suhu
90°C.
f) Vibrator screen
Vibrator ini berfungsi sebagai penyaring minyak yang
bekerja dengan getaran.
Jika minyak jelantah ini dikelola dengan baik dapat memenuhi 32%
kebutuhan biodiesel nasional. Memiliki peluang unutk dipasarkan baik
kedalam dan keluar negeri serta hemat biaya produksi 35 %
dibandingkan dengan biodisesel dari CPO (crude palm oil) serta
mengurangi 91,7% emisi CO2 dibanding solar”, papar Koordinator
Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Effendi Manurung, mewakili
Direktur Bioenergi, pada webinar Mengenal Potensi dan Dampak Minyak
Jelantah yang digelar waste4change pada tanggal 16 Maret 2021.
Ada tiga tahap yang dilakukan dalam pemurnian minyak jelantah (Halid
S.Ahmad dkk, 2016) yaitu :
1. Proses despicing, tahap ini adalah tahap awal yang dilakukan dalam
proses pemurnian. Tujuan despicing yaitu untuk melarutkan bumbu-
bumbu yang terdapat pada minyak. Pada proses ini dilakukan
pemanasan minyak dan aquades dengan komposisi 1:1 hingga
sebagian aquades menguap, tujuannya agar kotoran yang ada pada
minyak larut pada aquades dan sebagian kotoran mengendap di atas
permukaan aquades. Pada proses ini kotoran yang mengendap
disaring menggunakan kertas saring, agar campuran minyak dan
aquades bebas dari kotoran. Dan campuran tersebut dipisahkan
menngunakan corong pisah , agar diperoleh minyak hasil despicing
yang bebas aquades.
2. Proses Netralisasi , Tahap ini adalah tahap kedua yang dilakukan
dalam proses pemurnian. Tujuan netralisasi yaitu untuk menurunkan
kadar asam lemak bebas yang terdapat pada minyak jelantah. Pada
proses ini dilakukan pemanasan selama 35ºC dan penambahan
larutan NaOH. 16% dengan
3. komposisi 4 mL untuk setiap 100 mL minyak, dengan tujuan agar
kadar asam lemak yang terdapat pada minyak hasil desping
berkurang. Pada proses tersebut dilakukan pengadukan pada suhu
40ºC agar minyak dan NaOH dapat bercampur secara merata
sehingga bereaksi secara sempurna dengan asam lemak bebas
yang terdapat pada minyak. Dan pada proses ini pula sebelum
dilakukan penyaringan campuran minyak dan NaOH didinginkan
berapa menit agar diperoleh minyak.
4. Proses Bleaching, Tahap pemucatan adalah tahap terakhir yang
dilakukan dalam proses pemurian minyak. Tujuan dari pemucatan
yaitu untuk menghilangkan logam-logam yang terdapat dalam
minyak. Dalam tahap ini minyak hasil netralisasi ditambahkan kulit
pisang dengan komposisi 1 g kulit pisang untuk 10 mL minyak hasil
netralisasi dan diaduk secara merata tetapi, sebelumnya dipanaskan
sampai dengan suhu 70ºC. Fungsi dari penambahan kulit pisang
yaitu sebagai adsorben, untuk menyerap logam-logam yang terdapat
pada minyak. Dan pada tahap ini dipanaskan sampai pada suhu
100ºC agar kadar air dari minyak berkurang. Selanjutnya diuji kadar
asam lemak bebas (FFA). Penentuan kadar asam lemak bebas pada
minyak goreng dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam-
basa.
Rangkuman
a) Memilih Bahan Baku
Pemilihan bahan baku yang tepat sangat penting dalam pengolahan
biodiesel, mulai dari jenis bahan baku yang digunakan hingga waktu yang
terbaik untuk memanen bahan baku. Di Indonesia banyak terdapat
tanaman penghasil minyak oleh karena itu perlu dipilih bahan baku yang
mudah didapatkan dan banyak terdapat di lingkungan sekitar. Pemilihan
lokasi prosesing yang dekat dengan lokasi bahan baku karena bahan
baku yang telah dipanen diharapkan segara dapat di proses lebih lanjut.
Waktu yang lama antara pemanenan dengan ekstraksi minyak, dapat
mengakibatkan penurunan kualitas minyak yang dihasilkan.
b) Memecah Buah
Pemecahan buah dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Cara
manual dilakukan dengan menggilas buah yang dihamparkan dilantai
dengan menggunaan kaki. Secara mekanis dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pemecah buah jarak.
Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1) Mengapa minyak nabati harus dikonversi ke metil ester jika akan
digunakan sebagai bahan bakar?
2) Mengapa lokasi prosesing harus dekat dengan lokasi bahan baku ?
3) Mengapa buah yang dipanen untuk dijadikan bahan baku biodiesel harus
matang fisiologis ?
4) Jelaskan manfaat pengeringan bahan baku (biji)
5) Jelaskan beberapa metode ekstraksi