Anda di halaman 1dari 43

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

A. Materi Pokok 1

Judul : Pengolahan Bahan Baku Biodiesel

Tujuan Pembelajaran :
a) menjelaskan tahap-tahap pengolahan bahan baku biodiesel dari biji
tanaman secara umum
b) menjelaskan cara mengolah biji jarak menjadi minyak nabati
c) menjelaskan cara mengolah biji nyamplung menjadi minyak nabati
d) menjelaskan cara mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak nabati

Bahan Bacaan :

Sumber : ESDM 2021

Biodiesel sudah ramai diperbincangkan dan dikembangkan serius para peneliti dunia
di era 70-an, dipicu munculnya isi krisis minyak dunia. Bahan bakar alternatif ini
semakin masif dikembangkan saat disadari energi fosil dianggap memberi pengaruh
buruk bagi lingkungan melalui nilai emisinya dan menilik sifatnya yang tak bisa
diperbarui.

Mungkin tidak banyak yang tahu kalau penggunaan biodiesel ini sudah dimulai oleh
rudolf Diesel ketika membuat mesin diesel pertamanya pada 1893. Ia mencoba
berbagai alternatif bahan bakr untuk menggerakkan mesin diesel ciptaannya, mulai
dari coal dust sampai minyak nabati.

Di Indonesia riset biodiesel berkembang sejak tahun 1990-an. Pusat penelitian dan
pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) , Badan Pengkajian
dan penerapan teknologi (BPPT), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) dapat
dikatakan menjadi institusi awal yang meneliti biodiesel dari berbagai bahan baku.

Peneliti Indonesia melakukan riset untuk memproduksi biodiesel dari berbagai bahan
baku seperti kelapa sawit, minyak jelantah, jarak pagar dan minyak nabati lainnya.
Riset ini dilakukan tidak hanya riset-riset dasar namun juga produksi skala pilot,
hingga ujicoba pada mesin.

a) Tahap-tahap Pengolahan bahan baku biodiesel menjadi minyak nabati

(1) Memilih bahan baku

Energi memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa.


Penguasaan energi akan mendorong perkembangan industri dan
kegiatan di berbagai sektor. Indonesia mempunyai potensi sebagai
penghasil energi terbesar. Memang, persediaan batubara, minyak
dan gas bumi berbahan fosil yang kita miliki sudah mulai menipis.
Namun demikian, kekayaan hayati Indonesia yang begitu luar biasa
akan membuka peluang Indonesia menjadi penghasil energi
terbesar di dunia.

Energi hijau merupakan cadangan energi terbarukan yang berasal


dari tumbuhan dan hewan yang tidak akan pernah habis.Kelapa
sawit, jarak pagar, nyamplung, kapok, kedelai, bunga matahari, karet
merupakan tanaman penghasil biji yang dapat diolah menjadi energi
terbarukan yaitu biodiesel.

Biodiesel dibuat dari minyak yang diekstrak dari biji-bijian tersebut di


atas dengan metode transesterifikasi. Penggunaan biodiesel baik
untuk kendaraan bermotor dan industri akan mengurangi
ketergantungan kita terhadap solar.

Biodiesel, atau sering dikenal dengan nama FAME atau fatty acid
methyl ester (metil ester asam lemak) merupakan produk yang
dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak nabati atau hewani
dengan metanol dan katalisator NaOH atau KOH. Hasil samping dari
proses transesterifikasi adalah gliserol yang dapat diolah lebih lanjut
menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Bila dibandingkan dengan bahan bakar solar, biodiesel bersifat lebih


ramah lingkungan, dapat diperbaharui (renewable), dapat terurai
(biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik terhadap piston
mesin, mampu mengeliminasi efek rumah kaca dan kontinuitas
ketersediaan bahan baku terjamin.

Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas


buang yang jauh lebih baik dibandingkan solar, yaitu bebas sulfur,
bilangan asap rendah, angka setana (cetane number) lebih tinggi
dari 60 sehingga efisiensi pembakaran lebih baik, terbakar lebih
sempurna dan tidak menghasilkan racun.

Bahan baku nabati yang paling siap digunakan saat ini adalah
minyak kelapa sawit karena perkebunan dan tata niaganya sudah
tertata dengan baik. Namun, karena minyak kelapa sawit banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan sehingga banyak pihak yang
mengkhawatirkan terjadi penyerapan yang lebih besar untuk
biodiesel.

Minyak jarak pagar (Jatropha curcas) dan nyamplung (Calophyllum


inophyllum) merupakan alternatif yang cukup menjanjikan sebagai
bahan baku biodiesel. Selain karena bersifat minyak non pangan,
kandungan minyak dalam kedua bahan tersebut bisa mencapai 50-
65%.

Semua minyak yang berasal dari tanaman bisa dijadikan FAME atau
biodiesel. Di mancanegara bahan yang digunakan bisa berasal dari
tanaman berikut ini :
 Kedelai (Glycine max) sehingga disebut SME (soy bean methyl
ester)
 Kanola atau rapeseed (Brassica rape) yang disebut RME
(rapeseed methyl ester)
 Kelapa (Cocos nucifera) yang disebut CME (coco methyl ester)
 Bunga matahari (Helianthus annus), neem atau mimba
(azadirahta Indica), malapari atau karanja (Pongamia pinnata).

Saat ini, Pertamina Biosolar menggunakan FAME, tepatnya POME


(palm oil methyl ester) berasal dari minyak sawit (CPO; crude palm
oil). Minyak nabati harus dikonversi ke metil ester jika akan
digunakan sebagai bahan bakar, khususnya mesin dengan putaran
tinggi (mobil) karena kekentalan (viskositas) minyak nabati sangat
tinggi. Viskositas CPO sebesar 24,3; viskositas minyak jarak
sebesar 49,15; sedangkan minyak solar atau diesel sebesar 1,6 –
5,8.

Pemilihan bahan baku yang tepat sangat penting dalam pengolahan


biodiesel, mulai dari jenis bahan baku yang digunakan hingga waktu
yang terbaik untuk memanen bahan baku. Di Indonesia banyak
terdapat tanaman penghasil minyak oleh karena itu perlu dipilih
bahan baku yang mudah didapatkan dan banyak terdapat di
lingkungan sekitar. Pemilihan lokasi prosesing yang dekat dengan
lokasi bahan baku karena bahan baku yang telah dipanen
diharapkan segara dapat di proses lebih lanjut. Waktu yang lama
antara pemanenan dengan ekstraksi minyak, dapat mengakibatkan
penurunan kualitas minyak yang dihasilkan.
Kandungan minyak tertinggi pada tanaman paling banyak terdapat
pada bagian kernel, kecuali pada kelapa sawit dan kelapa.
Rendemen minyak tertinggi pada kedua tanaman tersebut terdapat
pada bagian buah. Waktu panen juga berpengaruh terhadap kualitas
minyak yang dihasilkan. Buah yang dipanen hendaknya dipilih buah
yang telah matang secara fisiologis. Walaupun kadangkala buah
yang lewat matang rendemen minyaknya lebih tinggi, namun
kandungan asam lemak bebasnya (ALB) lebih tinggi. Minyak yang
memiliki kadar ALB tinggi dapat meningkatkan biaya produksi, lama
proses dan menurunkan rendemen biodiesel. Oleh karena itu bahan
yang dipilih sebaiknya telah matang secara fisiologis.

Gambar 1 Buah Jarak Pagar pada Berbagai Tingkat Kematangan

Perbedaan karakteristik antar tanaman penghasil biodiesel


menjadikan alat yang digunakan untuk panen berbeda-beda.
Bahkan pada beberapa tanaman, pemanenan dapat dilakukan tanpa
membutuhkan peralatan khusus. Salah satunya adalah tanaman
jarak pagar, tanaman ini dalam satu dompolan (Gambar 1) dapat
berkumpul buah yang masih muda, matang dan kelewat matang.
Sehingga disarankan pemanenannya dilakukan dengan tangan dan
dipilih yang berwarna kuning.

Selain itu, agar kualitas minyaknya bagus. Contoh beberapa


peralatan bantu panen dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
“Egrek” digunakan sebagai alat pemanen sawit dan memotong
pelepah sedangkan kapak buah memindahkan TBS (tandan buah
segar) yang jatuh di lantai ke dalam lori. Kedua alat ini kurang cocok
jika digunakan untuk kegiatan panen tanaman yang lain.

Gambar 2 Alat Bantu Panen Kelapa Sawit


Egrek (Kiri) dan Kapak Buah (Kanan)

(2) Pemecahan buah


Pemecahan buah dapat dilakukan secara manual maupun mekanis.
Cara manual dilakukan dengan menggilas buah yang dihamparkan
dilantai dengan menggunaan kaki. Secara mekanis dapat dilakukan
dengan menggunakan alat pemecah buah jarak.

Gambar 3 Alat Pemecah Buah Jarak


Prinsip kerja alat ini adalah pengupasan kulit buat akibat gesekan
buah-buah dalam ruang di antara silinder yang berputar pada
kecepatan tertentu dengan konkaf. Mesin ini dilengkapi dengan
separator sehingga biji-biji jarak pagar hasil pengupasan relatif
sudah bersih dari kulit buah, gagang, atau kotoran lainnya. Namun
jika buah yang di proses terlalu matang (berwarna coklat/hitam), biji
dapat bercampur dengan kulit buah bagian dalam (cangkang).

(3) Pengeringan Bahan Baku


Proses pengeringan bahan baku (biji) diperlukan untuk mengurangi
air yang terdapat pada bahan. Masih banyaknya air pada biji dapat
menghambat proses ekstraksi minyak, oleh karena itu perlu
dikurangi hingga mencapai 5-7%. Proses pengeringan dapat
dilakukan menggunakan panas matahari atau buatan. Pengeringan
buatan dapat menggunakan alat pengering (dryer).

(4) Ekstraksi Minyak Nabati


Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ada
beberapa metode ekstraksi, yaitu dengan metoda pemanasan,
rnetoda penekanan pengepresan hidrolik (hidrolic press), metoda
pengepresan berulir (screw press) dan metoda pelarutan.
(a) Metode Pengepresan Hidrolik (hydraulic pressing)
Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan menggunakan
tekanan.Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm.
Besarnya tekanan yang digunakan akan mempengaruhi jumlah
minyak yang dihasilkan. Metode pengepresan merupakan metode
yang sederhana untuk mendapatkan minyak dari bahan. Menurut
Bailey (1959), metode pengepresan merupakan metode terbaik
untuk biji-bijian yang mengandung minyak sebesar 30-70 %.
Keuntungan dari proses ini adalah ekonomis, mudah dioperasikan
dan dirawat, dapat dijalankan dengan tangan atau listrik, dan
operator hanya membutuhkan pelatihan minimum.

(b) Metode Pengepresan Berulir


Metode pengepresan berulir merupakan metode ekstraksi yang lebih
maju dan telah diterapkan di industri pengolahan minyak. Cara
ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan
yang kadar minyaknya di atas 10%. Prinsip operasinya adalah
bahan rnendapat tekanan dari ulir yang berputar dan dengan
sendirinya terdorong keluar. Minyak keluar melalui celah diantara ulir
dan penutup yang dapat berupa pipa atau lempengan besi berongga
yang mempunyai celah dengan ukuran tertentu sedangkan
ampasnya keluar dari tempat yang lain. Tipe alat pengepres berulir
yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single
screw press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press). Pada
pengepresan jarak pagar, dengan teknik pengepres berulir tunggal
(single screw press) dihasilkan rendemen sekitar 28-34 persen,
sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (twin screw
press) dihasilkan rendemen minyak sekitar 40-45 persen.

Pengepresan dengan pengepresan berulir memiliki beberapa


kelebihan, yaitu :
 Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses
pengepresan dapat dilakukan secara kontinyu.
 Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan
perlakuan pendahuluan, yaitu pengecilan ukuran dan
pemasakan/pemanasan.
 Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi

Gambar 4 Pengepresan Biji menggunakan Dongkrak Hidrolik


Gambar 5 Alat Press Berulir
(a) Double Stage Screw Expeller (b) Single Stage Screw Expeller

a) Metode pelarutan dengan pelarut


Prinsip, minyak yang bersifat non polar dilarutkan atau dibilas
menggunakan pelarut yang bersifat non polar sehingga minyak
akan ikut keluar bersama dengan pelarut. Kemudian pelarut dan
minyak dipisahkan berdasarkan titik didih larutan.

Gambar 6 Teknik Ekstraksi Minyak Menggunakan Pelarut (kiri) dan Teknik


Pemisahan Minyak dari Pelarut

Keuntungan dari teknik ekstraksi minyak nabati menggunakan


pelarut mampu menghasilkan minyak yang lebih banyak
dibandingkan dengan metode yang lain. Namun biaya
operasionalnya mahal dan membutuhkan ketelitian yang tinggi.

(5) Penjernihan Minyak Nabati


Proses penjernihan minyak nabati dapat dilakukan dengan
pengendapan, adsorpsi atau penyaringan. Untuk mempercepat
proses penyaringan dapat dilakukan dengan gaya gravitasi, tekanan
vakum maupun centrifuge.

Gambar 7 Alat Penyaring Minyak Nabati (a) Tipe Putar (b) Tipe Horizontal
a) Cara Mengolah Biji Jarak Menjadi Minyak Nabati
Ada beberapa jenis tanaman jarak yang tercatat di Indonesia, semuanya
dari keluarga Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu.
Jarak kaliki/ kastor (Ricinus communis), jarak pagar (Jatropha curcas),
jarak gurita (Jatropha multifida) dan jarak landi (Jatropha gossypifolia).
Keempat jenis jarak tersebut menghasilkan minyak tetapi jarak kaliki
kurang cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
karena viskositasnya terlalu tinggi.
Gambar 8 Pohon Jarak
Tanaman jarak pagar dapat ditanam pada lahan kritis karena lebih tahan
terhadap kekeringan dan bisa meningkatkan kualitas tanah. Namun
tidak demikian untuk tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan lahan kritis
tersebut juga menciptakan peluang kerja baru bagi petani.

Gambar 9 Buah dan Biji Jarak

Selain diambil minyaknya untuk dijadikan biodiesel tanaman jarak


memiliki kegunaan yang sangat beragam dalam kehidupan sehari-hari,
berikut bagan kegunaaan tanaman jarak dalam kehidupan sehari-hari :
Bagan 1 Manfaat Buah Jarak

(1) Panen Buah


Panen buah merupakan kegiatan penting dalam pemilihan bahan
baku untuk biodiesel. Buah jarak pagar dari tanaman yang berasal
dari stek sudah dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam.
Umumnya, hasil yang tinggi diperoleh pada pemanenan saat musim
kering.

Buah jarak berbentuk tandan, pada setiap tandan rata-rata ada 10


buah. Biji terdapat di dalam buah, 3 biji dalam setiap buah. Setelah
buah berwarna kuning sebaiknya segera dipetik. Pada setiap tandan
buah masak tidak serentak. Setelah buah yang masak mencapai 60-
70% pada setiap tandannya, buah bisa dipanen. Caranya, potong
tandan menggunakan pisau atau gunting yang tajam. Untuk pohon
yang tinggi, pemetikan buah dilakukan dengan menggunakan alat
bantu berupa galah yaitu tongkat panjang yang bagian ujungnya
terikat kantong kecil. Buah sudah masak apabila warnanya sudah
menjadi kuning ranum. Buah yang sudah kering pohon dapat jatuh
sendiri ke tanah.
Panen untuk tujuan memproduksi minyak tidak perlu dilakukan
dengan cara petik pilih karena pada skala penanaman yang luas
diperlukan tenaga yang besar. Selain itu, apabila dalam satu tandan
sudah terdapat 60-70% buah yang masak, umumnya semua buah
pada tandan tersebut sudah tua sehingga tidak banyak berpengaruh
terhadap kandungan minyaknya. Sortasi buah yang benar-benar
masak di pohon hanya dilakukan apabila bijinya akan digunakan
untuk benih.

Waktu panen sebaiknya hari terang, baik pada pagi maupun sore
hari. Hal ini mengingat pemetik harus menentukan tandan yang akan
dipetik berdasarkan warna buah.

Produksi buah jarak perhektar bervariasi, bergatung pada berbagai


faktor. Produksi biji sangat beragam, mulai dari 0,4 ton/ha/tahun
sampai lebih dari 12,5 ton/ha/tahun. Faktor yang dapat
mempengaruhi produktifitas antara lain varietas, umur tanaman,
pengairan iklim dan tanah.

Produksi mulai stabil setelah tanaman berusia 2 tahun. Setiap


kilogram biji jarak pagar umumnya berisi sekitar 1200-1375 biji.
Produksi jarak pagar pada berbagai kondisi lahan dan dalam kondisi
penanaman alami tanpa penumpukan dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 1 Produksi Jarak Pagar pada Berbagai Kondisi Lahan


Parameter Tanah tidak Kesuburan Tanah Subur
subur sedang
Jarak tanaman 2 m x 1,5 m 2mx2m 2mx3m
Jumlah 3330 2500 1670
tanaman
perhektar
Hasil biji per 200 g 1.000 g 2.500 g
tanaman
Hasil biji per/ha 670 Kg 2.500 Kg 4.175 Kg
Pengeringan buah jarak untuk diambil minyaknya dapat dilakukan di
bawah sinar matahari langsung sedangkan untuk tujuan pembibitan
harus pada tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari
langsung.

Buah jarak dikeringkan hingga semua buah terbuka dengan


sendirinya, atau biji jarak dipisahkan dengan cangkangnya bisa
menggunakan alat pemecah buah jarak tanpa ada proses
pengeringan terlebih dahulu (lihat gambar 3). Setelah buah jarak
terbuka semua, selanjutnya biji dikeluarkan dari cangkang buah dan
dibersihkan. Biji jarak kembali dijemur selama 1 hari. Bila kurang
kering, biji mudah bercendawan dan cepat rusak. Biji jarak
dikeringkan hingga kandungan airnya mencapai 5-7%.

Biji jarak yang telah mencapai kadar air sekitar 5-7%. Sebaiknya
segera disimpan. Biji jarak yang telah kering disimpan dalam karung
plastik. Penyimpanan dilakukan di gudang yang kering dan tidak
terkena sinar matahari langsung serta penumpukan karung tidak
bersinggungan dengan lantai. Pada penyimpanan di suhu ruang,
kelangsungan hidup biji jarak untuk tujuan pembibitan dapat
dipertahankan hingga sekitar satu tahun, tetapi disarankan lama
penyimpanan biji untuk pembibitan sekitar 2 bulan.

(2) Membuat Minyak Mentah Jarak


Prinsip pembuatan minyak mentah jarak adalah memisahkan minyak
dengan kandungan senyawa lain dalam daging biji atau inti biji
dengan cara pengepresan. Biji jarak selain mempunyai kandungan
minyak, juga mengandung protein dan senyawa lain, seperti terlihat
pada tabel berikut :
Tabel 2 kandungan Minyak Jarak Pagar

Senyawa Kandungan (%)


Minyak/lemak 38
Protein 18
Serat 15,5
Air 6,2
Abu 5.3
Karbohidrat 17

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan


minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak adalah teknik pengepresan mekanis (mechanical
expression) dan menggunakan pelarut (solvent extraction).

Pengepresan mekanis merupakan cara pemisahan minyak dari


bahan yang kadar minyaknya tinggi, yaitu sekitar 30-70%. Minyak
jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan
kandungan minyak 30-50%. Dengan demikian, metode ekstraksi
yang paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik pengepresan
mekanis.

Dua cara yang umum digunakan pada pengepresan mekanis biji


jarak yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan
pengepresan berulir (expeller pressing). Cara lain adalah kombinasi
pengepresan mekanis dengan ekstraksi pelarut, tetapi cara ini
jarang digunakan karena mahal ongkos produksinya.
Bagan 2 Diagram Alir Ekstraksi Minyak dari Biji Jarak

Tabel di bawah ini memperlihatkan kandungan asam lemak pada


minyak jarak pagar sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku
biodiesel.

Tabel 3 kandungan Asam Lemak Pada Minyak Jarak

Asam Jumlah Ikatan Komposisi


Rumus Kimia Akronim
Lemak karbon Rangkap (%berat)
Palmitat -(CH2)14-CH3 16 0 16:0 14,2
Stearat -(CH2)16-CH3 18 0 18:0 6,9
Oleat -(CH2)7CH=CH(CH2)7-CH3 18 1 18:1 43,2
-(CH2)7CH=CH-CH2-
Linoleat 18 2 18:2 34,3
CH=CH(CH2)4-CH3
Minyak mentah jarak perlu diproses menjadi minyak jarak murni,
sebelum diproses lebih lanjut menjadi biodiesel. Tahap pemurnian
dilakukan untuk menghilangkan berbagai bahan yang tidak
diinginkan seperti fosfatida, asam lemak bebas, lilin, tokoferol atau
zat warna yang dapat memperlambat reaksi.

Tahap pemurnian pertama adalah pembuangan fosfatida, yang


dikenal dengan proses degumming. Fosfatida membuat minyak
menjadi gelap (turbid) selama penyimpanan dan akan
mengakibatkan berkumpulnya air dalam produk ester. Fosfatida
yang terlarut dapat dibuang dengan penambahan air ke dalam
minyak pada suhu 60-90°C dan diikuti pemisahan sentrifugasi dari
fase air dan minyak yang dimurnikan (degumming air). Namun,
untuk fosfatida yang tidak dapat dihidrasi diperlukan tahap
pemurnian tambahan melalui penambahan larutan asam contohnya
asam fosfat.

(3) Produksi Samping Minyak Jarak Pagar


Keberhasilan pengembangan suatu produk sangat dipengaruhi oleh
nilai tambah yang dapat dihasilkan oleh produk tersebut. Nilai
tambah adalah nilai ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas unit
produksi dalam ekonomi. Seperti umumnya dipahami masyarakat,
bahwa jarak pagar dimanfaatkan terutama dari minyaknya, yang
diperoleh dengan memeras bijinya. Peningkatan nilai tambah dari
tanaman jarak pagar sebenarnya dapat diperoleh jika dapat
diketahui cara memanfaatkan limbahnya yang sebenarnya cukup
banyak, yaitu bungkil hasil pemerasan bijinya, maupun daging
buahnya.
Kendala pengembangan jarak pagar diantaranya adalah masih
rendahnya produktivitas hasil, sehingga apabila petani hanya
memanfaatkan minyaknya, maka pendapatan dari usaha tani jarak
pagar sangat terbatas. Pada kasus pertanaman jarak pagar ini, jika
petani hanya mengandalkan pendapatan dari pengolahan minyak
saja, sampai tahun kedua cenderung masih belum mendapat
keuntungan. Padahal banyak limbah yang masih dapat
dimanfaatkan seperti bungkil jarak pagar sebagai sumber energi
maupun biogasnya yang dapat dihasilkan dari digestasi bungkilnya
dan dapat mengganti fungsi minyak tanah di rumah tangga
pedesaan.

Hasil bungkil merupakan 60% dari bobot setelah biji diambil


minyaknya. Biomas dari bungkil jarak pagar yang melimpah ini juga
berpeluang menjadi alternatif energi dengan mengembangkannya
menjadi briket dan peralatannya. Bungkil jarak dapat dikomposkan
menjadi pupuk organik yang banyak mengandung unsur hara N, P
dan K. bungkil biji yang dihilangkan racunnya dapat digunakan
sebagai pakan ternak yang berprotein tinggi. Cangkang dapat
diproses dengan teknologi pirolisis untuk menghasilkan bio-oil. Bio
oil digunakan sebgai pengganti minyak bakar seperti minyak tanah.

Selain sebagai bahan baku biodiesel, minyak mentah jarak pagar


dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk.
Sebelumnya, minyak dibersihkan dari kotoran padat yang masih
terikut pada proses penyaringan, dengan cara penyaringan ulang
setelah diendapkan. Untuk memudahkan proses penyaringan,
minyak jarak terlebih dahulu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu
35°C. dengan teknologi sederhana minyak yang telah disaring ulang
dapat digunakan untuk membuat sabun mandi padat, sabun mandi
cair, pencuci piring dan sampo.

Teknologi ini dapat dikerjakan dalam skala kecil sehingga petani


dapat menjual biji atau minyak mentah, juga dimungkin menjual
dalam bentuk produk-produk tersebut. Di Afrika, sabun yang dibuat
dari minyak jarak diperkenalkan dengan image sabun kesehatan.

Riset yang dilakukan mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Hutan


Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Reza Ramadhan
menemukan bahwa limbah sisa pengolahan minyak tanaman jarak
(Jatropha curcas L.) bermanfaat sebagai antirayap. Temuannya bisa
menjadi alternatif pengendalian hama dengan bahan alami.

b) Cara pembuatan Minyak Nabati dari Buah Nyamplung

Gambar 9 Pohon Nyamplung


Gambar diambil dari http://archive.kaskus.co.id/

Nyamplung (Calophyllum inophyllum) termasuk dalam marga


Callophylum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu
Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan
Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, pohon ini
dikenal dengan sebutan eyobe (Enggano), punaga (Minangkabau dan
Makasar), penago (Lampung), camplong (Madura, Bali, dan Timor),
mantan (Bima), dingkalreng (Sangir), dongkalan (Mongondow), dungala
(Gorontalo), pude (Bugis), hatan (Ambon), dan fitako (Ternate).
Tanaman ini tumbuh subur di hutan-hutan tropis Indonesia. Dari segi
nilai ekonomi hutan, bintangur mempunyai nilai setara seperti meranti.
Nyamplung biasa dipakai sebagai kayu pertukangan, antara lain untuk
kayu lapis dan diekspor.

Habitat dari nyamplung mulai dari hutan di pegunungan hingga di rawa-


rawa kawasan iklim tropis. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 30 m dan
diameternya dapat mencapai 0,8 m. Daun tanaman ini mengkilap batang
pohon ini berwarna abu-abu hingga putih. Buah seperti batu, bulat,
diameter 2,5-3,5 cm, coklat. Warna kayu pohon ini dapat bervariasi
tergantung spesies. Dengan melihat sebarannya yang luas dan
habitatnya yang lebar dari jenis ini, maka potensi untuk
mengembangkan nyamplung sangat memungkinkan di Indonesia.

Sampai saat ini potensi alami nyamplung di Indonesia belum diketahui


secara pasti. Hasil penafsiran tutupan lahan dari Citra Satelit Landsat7
ETM+ tahun 2003 menunjukkan bahwa tegakan alami nyamplung
seluruh pantai di Indonesia mencapai luas total 480,000 ha, dan
sebagian besar (± 60 %) berada dalam kawasan hutan.

Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau dari prospek pengembangan


dan pemanfaatan, antara lain adalah:
 Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di
Indonesia.
 Regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan daya
survival yang tinggi terhadap lingkungan.
 Tanaman relatif mudah budidayakan baik tanaman sejenis
(monoculture) atau hutan campuran (mixed-forest).
 Cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan
berbuah sepanjang tahun.
 Tegakan hutan Nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind
breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai.
 Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan
pohon hutan sebagai kayu bakar.
 Dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan
pangan.
 Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan
menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi.
 Produktivitas biji lebih tinggi dibandingkan jenis lain antara lain yaitu:
 jarak pagar 5 ton/ha
 sawit 6 ton/ha
 nyamplung 20 ton/ha

Manfaat lain dari bagian tanaman nyamplung adalah:


 Kayunya yang termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk
bahan pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada
bangunan perumahan dan bahan kontruksi ringan.
 Getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang
diindikasikan berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus HIV.
 Daunnya mengandung senyawa costatolidea, saponin dan acid
hidrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encok,
bahan kosmetik untuk perawatan kulit, menyembuhkan luka seperti
luka bakar dan luka potong.
 Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan
minyak rambut.
 Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk pelitur,
minyak rambut dan minyak urut, berkhasiat juga untuk obat urus-urus
dan rematik.
 Kandungan minyak dalam biji nyamplung sekitar 40 – 55 % pada biji
basah
dan 70 – 73 % pada biji kering.
Gambar 10 Biji Nyamplung

Minyak biji nyamplung didapatkan dengan metode pengempaan atau


ekstraksi biji nyamplung dengan menggunakan pelarut. Minyaknya
mempunyai karateristik aromatik dan berwarna kehijauan. Dapat larut
dalam alkohol dan minyak tetapi tidak dapat larut dalam air.

Melihat potensi hutan dan kesesuaian nyamplung yang cukup luas


maka potensi pengembangan nyamplung ini sebagai bahan baku
biodiesel sangat dimungkinkan. Ternyata biji buah pohon nyamplung
yang juga dikenal dengan bintangur bisa menjadi bahan baku utama
biodiesel. Saat pemerintah mencanangkan program Bahan Bakar
Nabati (BBN) atau yang dikenal dengan biofuel, maka para pakar
mulai meneliti tanaman yang dapat menjadi bahan bakunya. Akhirnya
diketahui bahwa biji nyamplung ternyata merupakan bahan baku
biodiesel yang lebih baik daripada jarak pagar.

Selama ini pohon nyamplung belum dimanfaatkan secara maksimal.


Kalaupun dimanfaatkan adalah kayu dan getahnya. Biji nyamplung
selain memiliki kekentalan melebihi minyak tanah juga terdapat
kandungan minyak yang mencapai sebesar 50-70 persen.

Tabel 4 Komposisi Minyak Nyamplung

Komposisi
Asam Lemak Rumus Kimia
(%berat)
Miristat CH3(CH2)12COOH <0,1
Palmitat HOOC-(CH2)14-CH3 13,7 ± 0,8
HOOC-(CH2)14-CH2-
Palmitoleat (CH2)7CH=CH(CH2)7-CH3 0,20
Stearat HOOC-(CH2)16-CH3 14,3 ± 0,8
Oleat HOOC-(CH2)7CH=CH(CH2)7-CH3 39,1 ± 1,4
HOOC-(CH2)7CH=CH-CH2-
Linoleat CH=CH(CH2)4-CH3 31,1 ± 1,4
Linolenat C3H6=C3H4=C3H4=CH(CH2)7COOH 0,3 ± 0,1
Arachidic C20H40O2 0,6 ± 0,3
Gondoic C20H38O2 0,10
Behenic C22H44O2 0,20
Erucic C22H42O2 <0,1
Lignoceric C24H48O2 0,20
Nervonic C24H46O2 <0,1

Badan Litbang Kehutanan telah menemukan sumber energi biofuel dari


biji nyamplung dengan melakukan penelitian sejak tahun 2005.
Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka mendukung Kebijakan
Energi Nasional. Hasil pengujian biofuel nyamplung oleh Badan Litbang
Kehutanan menghasilkan:
 Seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan kualifikasi biodiesel
menurut SNI 04-7182-2006 dengan rendemen konversi asam lemak
bebas (FFA) menjadi metil ester 97,8%
 Uji kelayakan atas kinerja permesinan, biodiesel nyamplung dapat
digunakan untuk kendaraan bermotor (otomotif) sebesar 100%, tanpa
campuran solar (B 100)
 Dari segi lingkungan, biodiesel nyamplung bebas dari polutan (green
solar).

Untuk memperoleh 1 liter minyak nyamplung hanya membutuhkan 2,5


Kg nyamplung kering, sedangkan untuk 1 liter minyak jarak
membutuhkan 4 Kg jarak. Dari perbandingan tersebut, nyamplung
sudah menguntungkan, belum lagi kalau dibandingkan dengan ongkos
produksinya. biji nyamplung per kilo hanya Rp 700,00. Harga tersebut
adalah harga sampai pabrik pengolahan. Sedangkan harga jarak per
kilo antara Rp 3.000,00 sampai Rp 4.000,00. Dari sini bisa dibayangkan
berapa ongkos produksi 1 liter minyak jarak.

(1) Panen buah Nyamplung


Pada umur lima tahun, buah nyamplung sudah bisa dipanen. Buah
nyamplung yang siap panen mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
 Warna buah kuning sampai merah.
 Buah berumur tiga bulan dari awal terbentuk sampai tua.
 Buah akan jatuh bila buah sudah tua (buah yang jatuh akan
menghasilkan minyak yang baik).

Cara memanen buah dapat dilakukan dengan cara memanjat


dengan menggunakan tangga atau bisa juga dengan menggunakan
alat atau wadah bambu yang dipasang di ujungnya. Pohon
nyamplung yang berumur 7 tahun, dapat memproduksi buah
sebanyak 5-20 kg. Setelah umur 10-15 tahun, sebanyak 25-50 kg,
dan pada umur 20 tahun menghasilkan buah 200 kg setiap
tanaman. Dari satu kilogram buah nyamplung, setelah diperas akan
menghasilkan minyak sebanyak 0,06 kg. Pohon nyamplung
biasanya berproduksi sampai umur 50 tahun.

Kandungan minyak dari biji nyamplung adalah 40% – 55% saat


kondisi biji hijau, dan 70 – 75% saat kondisi biji kering. Kadar air biji
nyamplung segar adalah 37 – 45%. Pengeringan hingga kadar air
menjadi 12% dilakukan sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan.
Alur pengolahan biji nyamplung menjadi minyak nabati adalah:

(a) Penyimpanan Biji


Biji nyamplung yang sudah dipanen, dikeringkan hingga
mencapai kadar air sekitar 12%. Pengeringan dapat dilakukan
dengan menggunakan penjemuran sinar matahari atau mesin
pengering. Apabila sinar matahari cukup terik, maka
pengeringan berlangsung selama 2 – 3 hari. Selanjutnya biji
dipisahkan dari tempurungnya.

Tempurung atau cangkang biji nyamplung mencapai 30% berat


total. Setelang pengupasan cangkang maka diperoleh rendemen
biji sebesar 70%. Biji dimasukan kedalam karung goni dan
ditutup rapat. Karung berisi biji nyamplung di simpan didalam
gudang dengan suhu 26 – 27 oC dan kelembapan sekitar 60 –
70%. Penyimpanan dilakukan apabila terdapat rentang waktu
yang cukup panjang antara pemanenan dan pengolahan biji
nyamplung.
(b) Pengeringan Biji
Pada saat mengalami penyimpanan, biji nyamplung menyerap
kelembaban sehingga kadar airnya meningkat. Pengeringan
sebelum pengambilan minyak perlu dilakukan karena
keberadaan air dapat menghambat ekstraksi minyak dari biji
nyamplung.

Pengeringan biji tanpa tempurung bisa dilakukan dengan


berbagai cara, yaitu :
 Dikeringkan di bawah sinar matahari
 Digoreng tanpa minyak (sangrai)
 Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dilakukan sampai biji nyamplung berwarna coklat
kemerahan. Pengeringan yang tepat akan menentukan
rendemen minyak yang dihasilkan.

(c) Pengepresan biji


Bisa dilakukan dengan dua macam mesin pres, yaitu: mesin
pres hidrolik manual dan mesin pres ekstruder (sistem ulir).
Mesin pres hidrolik memerlukan energi yang lebih kecil namun
produksi minyaknya dalam satu hari juga kecil. Sedangkan
mesin pres ekstruder memerlukan energi yang lebih besar
dengan produksi minyak lebih banyak.

Rendemen minyak yang dihasilkan dari proses press adalah 20-


30%. Residu proses pres berupa ampas/bungkil biji yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan briket. Minyak
yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap karena
mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia sepert:
alkoloid, fosfatida, karotenoid, khlorofil, dll.

(d) Degumming
Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari
getah/lendir yang terdiri dari fostatida, protein, karbohidrat,
residu, air dan resin. Proses degumming dilakukan dengan
penambahan asam fosfat 20% sebesar 0,3-0,5% (b/b)
minyak,sehingga akan terbentuk senyawa fosfasida yang mudah
terpisah dari minyak. Hasil dari proses degumming akan
memperlihatkan perbedaan warna yang jelas dari minyak
asalnya, yaitu berwarna jernih kemerah-merahan.

Degumming dilakukan pada suhu 80°C selama 15 menit,


sampai terjadi endapan. Endapan dipisahkan, kemudian minyak
dicuci dengan air hangat (suhu 60°C) hingga jernih. Selanjutnya
air dipisahkan/diuapkan dari minyak dengan pengeringan vakum
pada suhu 80°C agar tidak terjadi reaksi oksidasi.

c) Pengolahan Kelapa Sawit menjadi Minyak

Gambar 11 Biji kelapa Sawit

(1) Panen dan Proses Panen Kelapa Sawit


Minyak sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang
mengandung asam lemak dengan rantai karbon C14-C20,
sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai
bahan baku biodiesel.
Pekerjaan potong buah merupakan pekerjaan utama di
perkebunan kelapa sawit karena menjadi sumber pemasukan
uang bagi perusahaan kelapa sawit. Dengan demikian tugas
utama pemanen adalah mengambil buah dari pokok pada tingkat
kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke lokasi
pembuatan minyak (pabrik) sebanyak-banyaknya dengan cara
dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada
tanaman. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi
(ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi
kualitas produksi (kadar asam lemak bebas atau FFA).

Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai


dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan
pemotongan tandan buah matang, pengutipan brondolan,
pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan
pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam


pengelolaan tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanam (bibit)
dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting
dalam pencapaian produktivitas.

Berdasarkan tinggi tanaman ada 2 cara panen yang umum di


lakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang
berumur kurang dari 7 tahun cara panen menggunakan alat
dodos yg lebarnya 10-72,5 cm dengan gagang pipa besi atau
tongkat kayu.

Gambar 12 Alat Dodos

Sedangkan tanaman yg berumur 7 tahun atau lebih pemanenan


menggunakan egrek yg disambung dg pipa almunium atau
batang bambu
Gambar 13 Alat Egrek

(a) Tujuan Panen Kelapa Sawit


 Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang
optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS)
mengandung minyak dan kernel tertinggi.
 Memanen hanya buah yang matang dan mengutip
brondolan.
 Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah
panen. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan
asam lemak bebas di dalam minyak sawit mentah.
(b) Norma Panen Kelapa Sawit
 Pada saat kelapa sawit berumur 3 tahun : 0.6 ton/hk2.
 Pada saat kelapa sawit berumur 4 tahun : 0.8 ton/hk3.
 Pada saat kelapa sawit berumur 5 tahun : 1.2 ton/hk4.
 Pada saat kelapa sawit berumur diatas 5 tahun : 1.5 ton/hk

(c) Sistem panen


 Standar panen yg digunakan antara satu perusahaan dan
perusahaan lain pengolah kelapa sawit kemungkinan
berbeda :
 Tandan buah matang harus mempunyai sedikitnya 1
brondolan di piringan sebagai tanda buah tersebut siap di
panen.
 Pelepah yang di tunas di potong dan di susun rapi pada
gawangan.
 Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari.
 TBS di brondolan di susun rapi di TPH (tempat
pemungutan hasil) untuk pengangkutan ke pabrik.
 Tangkai buah di potong dan seluruh kotoran tandan
(tandan buah segar:TBS) di bersihkan sebelum
pengangkutan.
 Tingkat ekstraksi minyak >22% dan kandungan ALB (asam
lemak bebas) <2%.

(d) Peralatan Panen


Untuk peralatan panen kelapa sawit menggunakan alat sbb :
 Berumur < 7thn:
Dodos dengan lebar 10-12,5 cm, Kantong/ piringan untuk
pengutipan brondolan, Kapak kecil untuk memotong
tangkai TBS dan batu asah, Kereta dorong (lori)/ alat pikul,
jaring panen.
 Berumur > 7 thn
Egrek, kapak kecil dan batu asah,kereta dorong (lori)/ alat
pikul dan jaring panen.

(e) Rotasi Panen


Rotasi adalah waktu yg di perlukan antara panen terakhir
dengan panen berikutnya pada tempat yg sama.
Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan
rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus di masuki oleh
pemanen tiap 7 hari.
Rotasi panen di anggap baik bila buah tidak terlalu matang
yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya:dalam satu
minggu terdapat 5 hari 2 hari untuk sisa peliharaan alat panen
dan masing-masing ancak panen di ulang 7 hari berikutnya.
(f) Kegiatan Panen
Dalam proses panen dapat dilakukan dengan berbagai
kegiatan sbb:

 memotong tandan
 mengambil/mendodos buah yang telah siap untuk dipanen
 mengutip brondolan hasil dari rontokan panen
 mengangkut hasil panen ke TPH ( tempat pemungutan hasil)

Gambar 14 Pengamatan Buah Kelapa Sawit

(g) Kriteria Panen


Kelapa sawit dapat dipanen bila sudah memenuhi kriteria
tingkat kematangan buah mencapai fraksi 1-3 dimana
persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5%-75%.

(h) Kebutuhan Tenaga Kerja


Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol yg di
perlukan 1:1, pada daerah tertentu pembrondol jumlahnya
lebih sedikit. Pemanen dan pembrondol ini hendaknya
diperlukan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila di
perlukan sebagai buruh lelap harian maka mandor akan sulit
mendapatkan pemanen yg terampil dalam jumlah yang sesuai
untuk pemanen suatu luasan areal tertentu, sehingga tandan
yang tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat akan
menurun kualitasnya. Dalam menentukan kebutuhan tenaga
kerja pemanen dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
topografi kebun, jenis alat angkut yang digunakan, umur
pekerja, norma kerja, sistem panen dan faktor lainnya.

(i) Proses Panen


Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari
perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi
merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak,
kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika
terlalu matang buah kelapa sawit akan jatuh dan lepas pada
tandannya. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan
hasil (TPH) serta ke pabrik. Buah yang jatuh dari tangkai
tandannya disebut membrondol.

Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang


perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu. Tujuan panen
kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak
yang tinggi dengan kualitas minyak yg baik.

Kriteria panen yang harus di perhatikan adalah: matang


panen, cara panen,alat panen,rotasi panen,sistem
panen,serta mutu panen.

(2) Membuat Minyak Kelapa Sawit Skala Pabrik


a) Sterilizer (perebusan)
Proses sterilizer ini bertujuan untuk melunakkan daging
buah agar mudah terlepas dan pemerasan daging buah
dapat lebih mudah, serta mempermudah proses pemisahan
tandan dengan brondolan, juga menurunkan kadar air buah
dan pengumpulan protein dan menonaktifkan enzim lipase
yang merupakan katalisator pembentuk asam lemak bebas.
Buah yang sudah disortir direbus dengan waktu perebusan
90-100 menit pada suhu 140°C dan tekanan 2,8 kg/Cm3.

Gambar 15 Alat Sterilizer

b) Threser
Kegunaan threser ini adalah untuk memisahkan brondolan
dengan tandan kosong, sehingga hasilnya lebih maksimal.

Gambar 16 Alat Threser


c) Digester

Fungsi dari digester adalah untuk mencambik dan


melumatkan buah serta melepaskan biji dari serabut yang
membungkusnya.

d) Presser
Presser ini kegunaannya adalah untuk memisahkan minyak
pada masa minyak yang berbentuk bubur dari ampasnya.
e) Sand trap tank
Fungsinya untuk mengendapkan pasir dan minyak kasar,
supaya pengendapan dapat berlangsung cepat dengan suhu
90°C.

f) Vibrator screen
Vibrator ini berfungsi sebagai penyaring minyak yang
bekerja dengan getaran.

Gambar 17 Alat Vibrator Screen

(a) Crude oil tank


Berfungsi untuk menampung minyak hasil press.

Gambar 18 Crude Oil Tank

(b) CST (Continue Settling Tank)


Berfungsi sebagai penampung dan pemisah minyak
dengan air dengan suhu 90°C. Kolam CST ada tiga yaitu
CST 1, 2 dan slude tank. Lalu ditempatkan di tangki
penampung.
d) Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas (waste cooking oil) atau yang sring disebut minyak
jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis - jenis minyak
goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan
sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga, umumnya dapat digunakan kembali untuk keperluan
kuliner.
Pemahaman bahwa minyak jelantah merupakan limbah cair masih
dianggap awam bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena dampak dari penyalahgunaan minyak bekas
sebagai bahan pengolah makanan, tidaklah terlihat secara langsung.

Menurut Julianus (2006) minyak goreng bekas mengandung bahan


kimia dengan senyawa yang bersifat karsinogenik, pada proses
pemanasan atau pemakaian yang terus menerus dapat merusak
kesehatan dan mengurangi kecerdasan manusia. Proses pemanasan
yang terus menerus akan berpengaruh terhadap minyak goreng. Pada
suhu penggorengan 200°C rantai kimia minyak akan terurai.
(Department of Food Science and Technology, 2005).

Minyak goreng sering kali dipakai untuk menggoreng secara berulang-


ulang bahkan sampai warnanya coklat tua atau hitam dan kemudian
dibuang. Penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang akan
menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh yang kemudian
membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Hal tersebut dapat
menimbulkan dampak negatif bagi yang mengkonsumsinya, yaitu
menyebabkan berbagai gejala keracunan. Beberapa penelitian pada
binatang menunjukkan bahwa gugus peroksida dalam dosis yang besar
dapat merangsang terjadinya kanker kolon. Karena itu, penggunaan
minyak goreng bekas secara berulang-ulang sangat berbahaya bagi
kesehatan (Handayani, 2010).
Minyak jelantah kaya akan asam lemak bebas, terlalu sering
mengkonsumsi minyak goreng bekas dapat menyebabkan potensi
kanker meningkat dan juga dapat menimbulkan penyakit yang membuat
tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun. Minyak goreng bekas
mengandung asam lemak bebas yang tinggi antara 3% - 40% (Marchetti
dkk., 2007)
Tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein
pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada
tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng
menggunakan minyak goreng berulang kali.
Adapun sifat fisik dan sifat kimia dari minyak goreng bekas ditunjukkan
pada tabel 7 berikut :
Tabel 7 Sifat fisik dan kimia minyak goreng bekas

Sumber : Afriyani (2014)

Pembuatan biodiesel merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan


minyak goreng bekas, dengan mengubahnya melalui proses kimia. Hal
ini dapat dilakukan karena minyak goreng bekas juga merupakan
minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Adapun pembuatan
biodiesel dari minyak goreng bekas ini menggunakan reaksi
transesterifikasi seperti pembuatan biodiesel pada umumnya dengan
pretreatment untuk menurunkan angka asam (Free Fatty Acid) jika nilai
FFA-nya lebih dari 2% pada minyak goreng bekas (Listiadi dan Putra,
2013). Tabel berikut adalah perbandingan emisi yang dihasilkan oleh
biodiesel dari minyak goreng bekas (Altfett Methyl Ester/AME) dan solar:
Tabel 8 Perbandingan Emisi Minyak goreng bekas dan Solar

Sumber : margaretha (2007)


Dari tabel di atas terlihat bahwa biodiesel dari minyak goreng bekas
merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan sebagaimana
biodiesel dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang menunjukkan
keunggulan minyak goreng bekas/FAME dibandingkan dengan solar,
terutama penurunan partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel dari
minyak goreng bekas ini juga memenuhi persyaratan SNI untuk
biodiesel (Margaretha, 2007).
Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel
merupakan suatu cara penanggulangan limbah (minyak goreng bekas)
yang menghasilkan nilai ekonomis serta menciptakan bahan bakar
alternatif pengganti bahan bakar solar yang bersifat ekonomis, dan
sekaligus ekologis (Kahar, 2009).
Perkembangan biodiesel dari minyak jelantah semakin pesat dengan
dilarangnya pemakaian minyak jelantah untuk campuran pakan ternak,
karena sifatnya yang karsinogenik.
Sekarang biodiesel dari minyak jelantah telah di produksi di mana-mana
yaitu di Eropa, Amerika dan Jepang. Biodiesel ari minyak jelantah di
Austria dikenal dengan nama AME (Allfett Methyl Esther) sedang di
Jerman selain dikenal dengan AME juga mendapat nama Frittendiesel
atau Ecodiesel sedangkan di Jepang dikenal dengan e-oil.

Jika minyak jelantah ini dikelola dengan baik dapat memenuhi 32%
kebutuhan biodiesel nasional. Memiliki peluang unutk dipasarkan baik
kedalam dan keluar negeri serta hemat biaya produksi 35 %
dibandingkan dengan biodisesel dari CPO (crude palm oil) serta
mengurangi 91,7% emisi CO2 dibanding solar”, papar Koordinator
Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Effendi Manurung, mewakili
Direktur Bioenergi, pada webinar Mengenal Potensi dan Dampak Minyak
Jelantah yang digelar waste4change pada tanggal 16 Maret 2021.

Siklus pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel diawali dengan


proses pemurnian kemudian disaring kemudian dicampur dengan arang
aktif lalu dinetralkan. Setelahnya dilakukan tranesterifikasi yang
menghasilkan biodiesel kasar dan dimurnikan untuk menghasilkan
biodiesel. Proses ini menggunakan prinsip zero process.

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan biodiesel


berbasis minyak jelantah diantaranya minyak jelantah mengandung
asam lemak bebas dengan konsentrasi cukup tinggi sehingga
membutuhkan katalis asam homogen dan diperlukan pengembangan
teknologi yang efisien dan terjangkau. Diperlukan pula pemetaan potensi
bahan baku dan mekanisme pengumpulan dari restoran, hotel dan
rumah tangga. Juga perlu penentuan zonapengembangan program
karena sebaran lokasi dimana sumber yang tidak simetris dengan lokasi
pengolahan biodiesel. Tantangan dan yang menjadi isu utama yaitu
dibutuhkan mekanisme harga beli dan belum ada insentif untuk
pengembangan biodiesel berbasis minyak jelantah karena saat ini
berfokus insentif berbasis minyak sawit. Saat ini baru ada dua badan
usaha biodiesel berbasis minyak jelantah, yaitu Alpha Global Cinergy
dan PT. Bali Hijau Biodiesel.

Implementasi biodiesel berbasis minyak jelantah di Indonesia dapat


dilakukan dengan beberapa program, diantaranya:

- Program mandatori biodiesel. Kontribusi biodiesel berbasis minyak


jelantah sebesar 2.765 kL dari 2014-2018. Adapun produksi kemudian
berhenti karena faktor keterbatasan bahan baku dan tingginya biaya
produksi.
- Program pengembangan di Bali. PT. Bali Hijau Biodiesel telah
mengembangkan biodiesel berbasis minyak jelantah yang dimanfaatkan
sebagai bahan bakar bus sekolah dan genset di beberapa hotel/resort di
Bali. Kapasitas terpasang 360 liter/tahun.

- Program pengembangan di Kalimantan. Kelompok swadaya


masyarakat di Tarakan Timur berhasil memproduksi biodiesel berbasis
minyak jelantah dengan rata-rata produksi 180 L per hari dan dijual
dengan harga Rp.11. 000/liter. Dari produksi ini mendapat keuntungan
2juta/hari.

“Kontribusi BBN akan terus meningkat dan dominan dengan


implementasi B30 tahun 2020, rencana pengembangan B40 dan B50
serta rencana pengembangan greenfuel. Pengembangan program ini
membutuhkan sinergi dari NGO, perguruan tinggi, masyarakat, swasta
dan pemerintah sehingga pemanfaatan minyak jelantah menjadi
biodiesel dalam terlaksana”,
(https://ebtke.esdm.go.id/post/2021/03/09)

Ada tiga tahap yang dilakukan dalam pemurnian minyak jelantah (Halid
S.Ahmad dkk, 2016) yaitu :
1. Proses despicing, tahap ini adalah tahap awal yang dilakukan dalam
proses pemurnian. Tujuan despicing yaitu untuk melarutkan bumbu-
bumbu yang terdapat pada minyak. Pada proses ini dilakukan
pemanasan minyak dan aquades dengan komposisi 1:1 hingga
sebagian aquades menguap, tujuannya agar kotoran yang ada pada
minyak larut pada aquades dan sebagian kotoran mengendap di atas
permukaan aquades. Pada proses ini kotoran yang mengendap
disaring menggunakan kertas saring, agar campuran minyak dan
aquades bebas dari kotoran. Dan campuran tersebut dipisahkan
menngunakan corong pisah , agar diperoleh minyak hasil despicing
yang bebas aquades.
2. Proses Netralisasi , Tahap ini adalah tahap kedua yang dilakukan
dalam proses pemurnian. Tujuan netralisasi yaitu untuk menurunkan
kadar asam lemak bebas yang terdapat pada minyak jelantah. Pada
proses ini dilakukan pemanasan selama 35ºC dan penambahan
larutan NaOH. 16% dengan
3. komposisi 4 mL untuk setiap 100 mL minyak, dengan tujuan agar
kadar asam lemak yang terdapat pada minyak hasil desping
berkurang. Pada proses tersebut dilakukan pengadukan pada suhu
40ºC agar minyak dan NaOH dapat bercampur secara merata
sehingga bereaksi secara sempurna dengan asam lemak bebas
yang terdapat pada minyak. Dan pada proses ini pula sebelum
dilakukan penyaringan campuran minyak dan NaOH didinginkan
berapa menit agar diperoleh minyak.
4. Proses Bleaching, Tahap pemucatan adalah tahap terakhir yang
dilakukan dalam proses pemurian minyak. Tujuan dari pemucatan
yaitu untuk menghilangkan logam-logam yang terdapat dalam
minyak. Dalam tahap ini minyak hasil netralisasi ditambahkan kulit
pisang dengan komposisi 1 g kulit pisang untuk 10 mL minyak hasil
netralisasi dan diaduk secara merata tetapi, sebelumnya dipanaskan
sampai dengan suhu 70ºC. Fungsi dari penambahan kulit pisang
yaitu sebagai adsorben, untuk menyerap logam-logam yang terdapat
pada minyak. Dan pada tahap ini dipanaskan sampai pada suhu
100ºC agar kadar air dari minyak berkurang. Selanjutnya diuji kadar
asam lemak bebas (FFA). Penentuan kadar asam lemak bebas pada
minyak goreng dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam-
basa.

Rangkuman
a) Memilih Bahan Baku
Pemilihan bahan baku yang tepat sangat penting dalam pengolahan
biodiesel, mulai dari jenis bahan baku yang digunakan hingga waktu yang
terbaik untuk memanen bahan baku. Di Indonesia banyak terdapat
tanaman penghasil minyak oleh karena itu perlu dipilih bahan baku yang
mudah didapatkan dan banyak terdapat di lingkungan sekitar. Pemilihan
lokasi prosesing yang dekat dengan lokasi bahan baku karena bahan
baku yang telah dipanen diharapkan segara dapat di proses lebih lanjut.
Waktu yang lama antara pemanenan dengan ekstraksi minyak, dapat
mengakibatkan penurunan kualitas minyak yang dihasilkan.

b) Memecah Buah
Pemecahan buah dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Cara
manual dilakukan dengan menggilas buah yang dihamparkan dilantai
dengan menggunaan kaki. Secara mekanis dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pemecah buah jarak.

c) Mengeringkan Bahan Baku


Proses pengeringan bahan baku (biji) diperlukan untuk mengurangi air
yang terdapat pada bahan. Masih banyaknya air pada biji dapat
menghambat proses ekstraksi minyak

d) Mengekstraksi Minyak Nabati


Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ada beberapa
metode ekstraksi, yaitu dengan metoda pemanasan, metoda penekanan
pengepresan hidrolik (hidrolic press), metoda pengepresan berulir (screw
press) dan metoda pelarutan.

e) Menjernihkan Minyak Nabati


Proses penjernihan minyak nabati dapat dilakukan dengan pengendapan,
adsorpsi atau penyaringan. Untuk mempercepat proses penyaringan
dapat dilakukan dengan gaya gravitasi, tekanan vakum maupun
centrifuge.

f) Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor diesel


merupakan suatu cara penanggulangan limbah (minyak goreng bekas)
yang menghasilkan nilai ekonomis serta menciptakan bahan bakar
alternatif pengganti bahan bakar solar yang bersifat ekonomis, dan
sekaligus ekologis (Kahar, 2009).
Latihan Soal
Pilihlah jawaban (A, B, C, D atau E) yang sesuai dengan pertanyaan di bawah
ini :

1) Biodiesel merupakan energi alternatif yang sangat diperlukan di masa


depan karena :
A. Mudah dibuat dalam skala kecil maupun besar
B. Harganya relatif lebih murah dibandingkan solar karena biodiesel
disubsidi pemerintah.
C. Biodiesel mempunyai sifat kimia dan sifat fisika yang mirip dengan solar.
D. Biodiesel merupakan bahan bakar pengganti energi fosil yang semakin
berkurang cadangan sumbernya.
E. Biodiesel terbuat dari minyak nabati maupun lemak hewani.

2) Defenisi yang paling tepat dari biodiesel adalah:


A. Biodiesel adalah bahan bakar pengganti solar
B. Biodiesel adalah bahan bakar yang bersifat lebih ramah lingkungan,
dapat diperbaharui dan dapat terurai.
C. Biodiesel adalah produk yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi
minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol dan katalisator basa.
D. Biodiesel adalah bahan bakar yang mempunyai angka setana yang
tinggi sehingga efisiensi pembakaran lebih baik.
E. Biodiesel merupakan bahan bakar yang bahan bakunya mudah
diperoleh di lingkungan sekitar.
3) Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan baku untuk
biodiesel, kecuali:
A. Bahan baku yang dipilih mudah didapat
B. Lokasi prosesing dekat dengan lokasi bahan baku
C. Buah yang dipanen harus matang secara fisiologis
D. Buah yang dipanen harus pada saat buah memiliki rendemen minyak
paling tinggi
E. Bahan baku yang dipilih banyak terdapat di lingkungan sekitar.
4) Waktu panen sangat berpengaruh pada kualitas minyak nabati yang
dihasilkan oleh karena itu:
A. Waktu panen harus tepat waktu agar menghasilkan bahan baku dengan
kandungan minyak kualitas tinggi.
B. Waktu panen harus dilakukan pada saat buah benar-benar matang
C. Waktu panen harus dilakukan pada saat buah memiliki kandungan
minyak paling tinggi
D. Waktu panen harus dilakukan pada saat buah memiliki kandungan
minyak dengan ALB tinggi
E. Waktu panen dan ekstraksi minyak harus dilakukan dalam jangka waktu
yang lama
5) Tujuan dari degumming adalah
A. Menjernihkan minyak yang dihasilkan
B. Membuat viskositas minyak menjadi lebih kecil
C. Memisahkan minyak dari getah/lendir
D. Mengeluarkan minyak dari biji
E. Menurunkan ALB minyak
6) Limbah dari proses pembuatan minyak dari buah /biji sebagai bahan baku
biodiesel dapat dimanfaat sebagai yang tercantum di bawah ini kecuali:
A. Bahan baku pembuatan briket
B. Bahan bakar pengganti minyak tanah
C. Bahan baku pembuatan biogas
D. Pupuk kompos
E. Bahan baku nata de coco

Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
1) Mengapa minyak nabati harus dikonversi ke metil ester jika akan
digunakan sebagai bahan bakar?
2) Mengapa lokasi prosesing harus dekat dengan lokasi bahan baku ?
3) Mengapa buah yang dipanen untuk dijadikan bahan baku biodiesel harus
matang fisiologis ?
4) Jelaskan manfaat pengeringan bahan baku (biji)
5) Jelaskan beberapa metode ekstraksi

Anda mungkin juga menyukai