Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Biodiesel, Bahan Bakar Alternatif dari Minyak Nabati

Apa itu Biodiesel?

Biodiesel adalah salah satu contoh dari bahan bakar dengan sumber daya alam
yang dapat diperbarui. Dengan memiliki bahan dasar dari tumbuhan, biodiesel
dapat menggantikan peran diesel atau solar yang menggunakan minyak
bumi sebagai bahan dasarnya.

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat


diperbarui. Banyak ilmuwan telah mengemukakan bahwa sumber bahan bakar
ini akan segera habis dari perut bumi dalam waktu yang singkat. Oleh sebab itu,
pengembangan biodiesel bertujuan untuk menggantikan minyak bumi sebagai
penggunaan bahan bakar mesin diesel. 

Sumber Olahan Biodiesel

Dari penjabaran pengertian biodiesel di atas kita dapat memahami bahwa


biodiesel adalah bahan bakar bio yang berasal dari produk minyak nabati. Lebih
spesifik, bahan nabati untuk membuat biodesel adalah bahan nabati berupa buah
atau biji tanaman.

Sebagai catatan penting, ada dua kelompok bahan-bahan olahan diesel.


Pembagian kelompok itu berdasarkan dari macam lemak/minyaknya, yakni
lemak pangan (editable fatty oil) atau lemak non-pangan (non editable fatty oil).

Berikut merupakan daftar sumber olahan biodiesel:

 pangan: sawit, keiapa, kacang (peanut), kelor (Moringa oleifera),


saga utan (Adenanthera pavonina), kasumba/kembang pulu
(Carthamus tinctorius), dll
 non pangan: jarak pagar (Jatropha curcas), kapok, kemiri, nimba
(Azadirachta indica), nyamplung (Calophyllum inophyllum),
kesambi (Schleichera oleosa), randu alas (Bombax malabaricum),
jarak gurita (Jatropha multifida), jarak landi (Jatropha
gossypifolia), dan banyak lagi yang lain.
Minyak nabati atau golongan lemak nabati adalah contoh dari tanaman yang
dapat dengan mudah kita tanam dan tumbuh di sekitar kita. Oleh sebab itu,
dengan memperhatikan kemungkinan ketersediaanya, biodiesel masuk sebagai
energi alternatif terbarukan untuk menggantikan penggunaan bahan bakar
diesel / solar. 
Cara Membuat Biodiesel Mandiri

Pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi dua tahap. Selanjutnya


proses pencucian, pengeringan, dan filtrasi,  tetapi jika bahan baku dari CPO
maka sebelumnya perlu adanya proses esterifikasi.

Transesterifikasi

Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu


pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan
minyak sawit.  Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu
58-65°C. Bahan yang pertama kali masuk ke dalam reaktor adalah asam lemak
kemudian melalui proses pemanasan hingga suhu tertentu.

Reaktor transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk.  Selama


proses pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reaktor 63°C,
campuran metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi
mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester
dengan konversi sekitar 94%.  Selanjutnya produk ini diendapkan selama
rentang waktu khusus untuk memisahkan gliserol dan metil ester.

Gliserol berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih hesar daripada
metil ester. Kemudian, gliserol diketuarkan dari reaklor agar tidak mengganggu
proses transeslerifikasi II.

Setelah  proses transesterifikasi II selesai, proses selanjutnya adalah


pengendapan selama rentang waktu khusus agar gliserol lepas dari metil ester.
Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I
karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan larut  melalui proses
pencucian.

Pencucian

Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk


menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol.
Proses pencucian ada pada suhu sekitar 55°C. Pencucian berjumlah tiga kali
sampai pH campuran menjadi normal (pH 6.8-7.2).

Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang bercampur dalam metil


ester. Lamanya proses pengeringan sekitar 10 menit pada suhu 130°C.
Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan
suhu sekhar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah
permukaan cairan pada alat pengering.

Filtrasi

Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi yang bertujuan
untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk
selama proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari  dinding
reaktor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter berukuran sama
atau lebih kecil dari 10 .

Bila pada bahan bakar bensin kita mengenal angka oktan tingkat pembakaran,


dalam bahan bakar diesel ada cetane number (CN). Makin tinggi nilai CN maka
makin cepat pembakarannya dan mesin pun bekerja optimal.

Manfaat Biodiesel

Sebagai unggulan dari produk bahan bakar alternatif biodiesel memiliki


beberapa ragam manfaat dan keunggulan, yakni:

1. Mengurangi emisi karbon monoksida 


2. Limbah nabati berkurang
3. Aman dalam penyimpanan karena tidak mengandung racun
4. Tidak memerlukan teknologi tinggi dalam proses pembuatan
5. Limbah dari proses pengolahan biodiesel berupa zat cair atau gliserin dapat
melalui pengolahan kembali menjadi bahan utama pembuatan sabun.

Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang dapat menggantikan peran
dari diesel atau solar untuk jangka waktu ke depannya. Sehingga, penggunaan
sumber daya alam dapat terkontrol dan menyesuaikan dengan kebutuhan saat
ini. Tantangan utamanya adalah dari faktor penghematan dan penggunaan
teknologi dan bijak dan tepat guna.

Anda mungkin juga menyukai