Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ketersediaan bahan bakar minyak bumi semakin hari semakin terbatas. Sementara itu,
jumlah pemakaian alat-alat diesel dari tahun ke tahun semakin meningkat. Maka untuk
mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan bahan bakar mesin diesel yang semakin
meningkat, perlu diupayakan pencarian dan penelitian tentang bahan bakar alternatif.
Minyak bumi merupakan sumber energi yang tak terbaharukan, butuh waktu jutaan
bahkan ratusan tahun untuk mengkonversi bahan baku minyak bumi menjadi minyak bumi,
peningkatan jumlah konsumsi minyak bumi menyebabkan menipisnya jumlah minyak
bumi. Dari berbagai produk olahan minyak bumi yang digunakan sebagai bahan bakar,
yang paling banyak digunakan adalah bahan bakar diesel, karena kebanyakan alat
transportasi, alat pertanian, peralatan berat dan penggerak generator pembangkit listrik
menggunakan bahan bakar tersebut. Maka dari itu sebagai pengganti bahan bakar diesel
yang diperoleh dari minyak bumi, dapat digantikan dengan biodiesel yang diperoleh dari
minyak nabati yang dapat diperbaharui.
Biodiesel merupakan solusi yang paling tepat untuk menggantikan bahan bakar fosil
sebagai sumber energi transportasi dunia, karena biodiesel merupakan bahan bakar
terbaharukan yang dapat menggantikan diesel petrol pada mesin dan dapat diangkut serta
dijual menggunakan infrastruktur sekarang ini.

1.2.Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas materi tentang biodiesel yang akan dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan uraian pada rumusan masalah ini, meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan bahan bakar bio diesel ?
2. Bagaimana proses pembuatan bahab bakar biodiesel ?
3. Mengapa biodiesel bisa digunakan sebagai sumber energi ?
4. Bagaimana dampak bahan bakar biodiesel terhadap lingkungan ?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah :
- Mahasiswa mampu menguasai materi tentang biodiesel secara menyeluruh dan
umum.
- Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan biodiesel sebagai sumber energy
- Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan karakteristik diesel dengan biodiesel

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biodiesel

Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang

terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai bahan bakar

mesin diesel. Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, minyak hewani atau dari minyak

goreng bekas/daur ulang. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar mesin diesel yang

ramah lingkungan dan dapat diperbarui (renewable). Biodiesel tersusun dari berbagai

macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan maupun lemak

hewan. Minyak tumbuhan yang sering digunakan antara lain minyak sawit (palm oil),

minyak kelapa, minyak jarak pagar dan minyak biji kapok randu, sedangkan lemak hewani

seperti lemak babi, lemak ayam, lemak sapi, dan juga lemak yang berasal dari ikan.

Biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-C22

dengan reaksi transesterifikasi. Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena dapat

bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-sifat fisik yang

mirip dengan solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung untuk mesin diesel.

Biodiesel merupakan alternative yang paling dekat untuk menggantikan bahan

bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia karena bahan bakar terbarukan

yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini. Biodiesel pertama kali

dikenalkan di Afrika Selatan sebelum Perang Dunia II sebagai bahan bakar kendaraan

berat. Bahan bakar nabati biodiesel merupakan kandidat kuat sebagai bahan alternatif

pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

2
Perbandingan parameter bahan bakar biodiesel dengan diesel :

Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati maupun lemak hewan, namun yang

paling umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah minyak nabati.

Minyak nabati dan biodiesel tergolong ke dalam kelas besar senyawa-senyawa organik

yang sama, yaitu kelas ester asam-asam lemak. Akan tetapi, minyak nabati adalah triester

asam-asam lemak dengan gliserol, atau trigliserida, sedangkan biodiesel adalah monoester

asam-asam lemak dengan metanol. Perbedaan wujud molekuler ini memiliki beberapa

konsekuensi penting dalam penilaian keduanya sebagai kandidat bahan bakar mesin diesel :

1. Minyak nabati (yaitu trigliserida) berberat molekul besar, jauh lebih besar dari

biodiesel (yaitu ester metil). Akibatnya, trigliserida relatif mudah mengalami

perengkahan (cracking) menjadi aneka molekul kecil, jika terpanaskan tanpa

kontak dengan udara (oksigen).

3
2. Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak

diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam

mesin diesel tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik

ketika minyak nabati disemprotkan ke dalam kamar pembakaran.

3. Molekul minyak nabati relatif lebih bercabang dibanding ester metil asam- asam

lemak. Akibatnya, cetane number minyak nabati lebih rendah daripada cetane

number ester metil. Cetane number adalah tolok ukur kemudahan

menyala/terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.

Semua minyak nabati dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar namun dengan

proses-proses pengolahan tertentu. Tabel 1 menunjukkan berbagai macam tanaman

penghasil minyak nabati serta produktifitas yang dihasilkannya.

Tabel 1. Tanaman penghasil minyak nabati


Nama Indo Nama Inggris Nama Latin
Sawit Oil palm Elaeis guineensis
Kelapa Coconut Cocos nucifera
Alpokat Avocado Persea americana
K. Brazil Brazil nut Bertholletia excelsa
K. Makadam Macadamia nut Macadamia ternif.
Jarak pagar Physic nut Jatropha curcas
Jojoba Jojoba Simmondsia califor.
K. Pekan Pecan nut Carya pecan
Jarak Kepyar Castor Ricinus communis
Zaitun Olive Olea europea
Kanola (Lobak) Rapeseed Brassica napus
Opium Poppy Papaver somniferum
Sumber: Soerawidjaja, 2006
2.2 Proses Pembuatan Biodiesel

Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi transesterikasi trigliserida dan atau reaksi

4
esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang digunakan
sebagai bahan baku. Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan trigliserida dalam
minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti methanol atau
etanol (pada saat ini sebagian besar produksi biodiesel menggunakan metanol)
menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids Methyl Esters / FAME) atau biodiesel
dan gliserol (gliserin) sebagai produk samping. Katalis yang digunakan pada proses
transeterifikasi adalah basa/alkali, biasanya digunakan natrium hidroksida (NaOH) atau
kalium hidroksida (KOH). Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas
(FFA) dengan alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan metil ester asam
lemak (FAME) dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam,
biasanya asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4). Berdasarkan kandungan FFA
dalam minyak nabati maka proses pembuatan biodiesel secara komersial dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Transesterifikasi dengan katalis basa (sebagian besar menggunakan kalium
hidroksida) untuk bahan baku refined oil atau minyak nabati dengan kandungan
FFA rendah.
2. Esterifikasi dengan katalis asam ( umumnya menggunakan asam sulfat) untuk
minyak nabati dengan kandungan FFA tinggi dilanjutkan dengan
transesterifikasi dengan katalis basa.
Proses pembuatan biodiesel dari minyak dengan kandungan FFA rendah secara
keseluruhan terdiri dari reaksi transesterifikasi, pemisahan gliserol dari metil ester,
pemurnian metil ester (netralisasi, pemisahan methanol, pencucian dan
pengeringan/dehidrasi), pengambilan gliserol sebagai produk samping (asidulasi dan
pemisahan metanol) dan pemurnian metanol tak bereaksi secara destilasi/rectification.
Proses esterifikasi dengan katalis asam diperlukan jika minyak nabati mengandung FFA
di atas 5%. Jika minyak berkadar FFA tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan
katalis basa maka FFA akan bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Terbentuknya
sabun dalam jumlah yang cukup besar dapat menghambat pemisahan gliserol dari metil

5
ester dan berakibat terbentuknya emulsi selama proses pencucian. Jadi esterifikasi
digunakan sebagai proses pendahuluan untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester
sehingga mengurangi kadar FFA dalam minyak nabati dan selanjutnya ditransesterifikasi
dengan katalis basa untuk mengkonversikan trigliserida menjadi metil ester.
ESTERIFIKASI

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat
berkarakter asam kuat, dan karena ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin
penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek
industrial (Soerawidjaja, 2006). Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung ke
konversi yang sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi 120° C), reaktan
metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih besar dari
10 kali nisbah stoikhiometrik) dan air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa
reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi
reaksi dan metode penyingkiran air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya
dapat dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dari asam
lemak menjadi metil ester adalah :
RCOOH + CH3OH RCOOH3 + H2O
Trigliserida Metanol Metil Ester Air

Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam
lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas
akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap
transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi,
air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :
a. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar

6
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah
tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan
karena tidak memperbesar hasil.

b. Pengadukan

Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi


dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna.
Sesuai dengan persamaan Archenius :

k = A e(-Ea/RT)

dimana,

T = Suhu absolut ( ºC)

R = Konstanta gas umum (cal/gmol ºK)

E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)

A = Faktor tumbukan (t-1)

k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)

Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan
reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan
minyak-katalis- metanol merupakan larutan yang immiscible.

c. Katalis

Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga
pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi
esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara
1 - 4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi (Mc Ketta, 1978).

7
d. Temperatur

Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang
dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga
k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.

k = A e(-Ea/RT)

dimana,

T = Suhu absolut ( ºC)

R = Konstanta gas umum (cal/gmol ºK)

E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)

A = Faktor tumbukan (t-1)

k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)

TRANSESTERIFIKASI

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari


trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang
menjadi kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum
digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis identik dengan ester metil
asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME). Reaksi transesterifikasi trigliserida
menjadi metil ester adalah :

8
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis,
konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat
(Mittlebatch,2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah
katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi.
Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam 3 tahap yaitu sebagai
berikut:

Tahapan reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel selalu menginginkan agar


didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi reaksi yang
mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai
berikut (Freedman, 1984):
a. Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam yang lebih
kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan asam lemak bebas
lebih kecil dari 0.5% (<0.5%). Selain itu, semua bahan yang akan digunakan harus
bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis
menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak
mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida

9
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi adalah 3 mol
untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1 dapat menghasilkan
konversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1944). Secara umum ditunjukkan bahwa
semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka konversi yang diperoleh
juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1, setelah 1 jam konversi yang
dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1 adalah 74-89%. Nilai perbandingan
yang terbaik adalah 6:1 karena dapat memberikan konversi yang maksimum.
c. Pengaruh jenis alkohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yang tertinggi
dibandingkan dengaan menggunakan etanol atau butanol.
d. Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila
dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH),
natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3). Katalis sejati
bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi transesterifikasi akan
menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah katalis 0,5-1,5%-b minyak
nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi adalah 0,5%-b minyak nabati untuk
natrium metoksida dan 1%-b minyak nabati untuk natrium hidroksida.
e. Metanolisis Crude dan Refined Minyak Nabati
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined.
Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah dihilangkan
getahnya dan disaring.
f. Pengaruh temperatur
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C (titik didih

10
metanol sekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh akan
semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian
dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai pH campuran
menjadi normal (pH 6,8-7,2).

Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil ester.
Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan dengan
cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa
sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada alat pengering.

Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses
berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau dinding pipa
atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari
10 mikron.

2.2.1 Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar


Pada makalah ini kami akan membahas proses pembuatan biodiesel dari minyak
Jarak Pagar. Jarak Pagar (Jatropha curcas L) merupakan tanaman perdu yang termasuk
keluarga Euphorbiaceae dengan kegunaan yang beragam terutama karena bijinya
merupakan sumber minyak nabati non-pangan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
baku biodiesel. Pertanamannya tersebar luas di sekitar Amerika Tengah dan Selatan,
Afrika, India dan Asia Tenggara.
Minyak Jarak Pagar dihasilkan dengan mengekstrak biji keringnya, baik secara
mekanis maupun kimiawi. Ekstraksi mekanis dengan pengempaan (pressing) baik secara
batch atau kontinu biasanya lebih mudah dan murah karena tidak membutuhkan teknologi
yang rumit dan mahal. Kandungan minyak jarak pagar dalam bijinya sekitar 30-40 % (basis
kering) sedangkan dari daging bijinya 40-50 % (basis kering) dengan potensi produksi
1.590 kg minyak/ha/tahun.

KARAKTERISTIK
Secara kimiawi, minyak jarak pagar adalah trigliserida yang tersusun oleh asam
lemak palmitat (14,1 %), stearat (6,8%), oleat (38,6%), linoleat (36%) dan asam lemak
lainnya (4,5%). Jenis asam lemak yang paling dominan adalah asam oleat dan linoleat yang
merupakan asam lemak tidak jenuh.

11
Minyak jarak pagar mengandung komponen asam lemak dengan jumlah ikatan
rangkap yang berbeda. Jumlah ikatan rangkap akan berpengaruh terhadap karakteristik fisik
dan kimia minyaknya, sehingga minyak jarak pagar digolongkan sebagai minyak semi
mongering seperti halnya minyak kapuk dan kemiri.
Minyak jarak pagar merupakan minyak non-pangan karena tidak aman dikonsumsi
sebagai minyak goring atau digunakan sebagai ingredient olahan pangan. Hal tersebut
disebabkan minyak jarak pagar mengandung senyawa anti nutrisi yang dapat menyebabkan
efek keracunan jika dikonsumsi. Senyawa tersebut adalah phorbol esters dan curcin yang
relative tahan pengaruh pemanasan. Dengan demikian penggunaan minyak jarak
memberikan peluang menguntungkan sebagai bahan baku biodiesel karena tidak harus
bersaing dengan minyak pangan. Table 2 merupakan sifat Fisika Kimia dari minyak jarak
pagar.

Karakteristik Nilai
Bilangan asam (mg KOH/g minyak) 0,82
FFA/Kadar Asam Lemak Bebas (%) 0,41
Densitas (g/ml) 0,91
Kadar Air (%) 0,9
Nilai Kalor Total (Mj/kg) 39,65
Kinematik Viskositas (cSt) 103
Table 2. Sifat Fisika Kimia Minyak Jarak Pagar (sumber : Soerawidjaja, 2004)

12
Diagram proses pembuatan biodiesel dari minyak jarak :

13
2.3 Biodiesel sebagai Sumber Energi

Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk menggantikan bahan


bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel merupakan
bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan
dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur zaman sekarang.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa,
Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari
penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan
biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan
biodiesel sebagai bahan bakar.

Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan untuk mesin diesel dan memiliki
karakteristik menyerupai solar produk turunan bahan bakar minyak bumi. Karakteristik
minyak biodiesel dan diesel tidak jauh berbeda sehingga biodiesel dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar mesin diesel secara langsung ataupun dicampur terlebih dahulu
dengan diesel. Table 3 merupakan perbandingan karakteristik fisik biodiesel dengan
diesel.

Parameter Nilai
Kelapa Rapeseed Biji Bunga Kedelai Jarak Diesel
Sawit Matahari Pagar
Densitas 0.859-0.875 0.875-0.900 0.885-0.880 0.884 0.879 0.825
(gr/ml)
Viskositas 4.3-6.3 3.50-5.00 4.20-4.40 3.05-4.08 4.84 3.16
(CSt)
Flash 155-174 153-179 164-183 141-171 191 70
Point
Kalor 37-38 37.2 35.34-37.69 37.1-38.1 37-38 41
(Mj/kg)
Sulfur (%) 0.04 <0.01 0.004-0.01 0.01 0 Max
500
Cetane 50-70 49-62 45-61 45-54.8 51 51.5
(sumber : The Biodiesel, Mitelbatch & Scmidht 2004)

2.3.1 Analisa Perhitungan Konversi Energi Biodiesel

Biodiesel dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap
dan pembangkit listrik tenaga diesel. Dengan memanfaatkan nilai kalor yang dimiliki

14
bahan bakar biodiesel, panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai panas untuk
konversi energy listrik pada proses pembangkit listrik.

Pembangkit listrik tenaga uap membutuhkan panas pembakaran dari bahan


bakar untuk menguapkan air pada steam boiler. Studi kasus :

uap

Air dalam boiler 100 kg,

U = 2.268 x 109 Mj/kg

Bahan bakar pada


Furnace

Biodiesel 38 Mj/kg

Dengan menggunakan persamaan kalor uap dan asas black maka dapat dihitung
kebutuhan jumlah bahan bakar biodiesel dengan nilai kalor 38 Mj/kg untuk
menguapkan air pada steam boiler sebanyak 100 kg.

𝑀𝑗
𝑄𝑎𝑖𝑟 = 𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑈 = 100 𝑘𝑔 𝑥 2.268 x 109 𝑘𝑔 = 2.268 x 1011 𝑀𝑗 …. (1)

𝑄𝐵𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑄𝑎𝑖𝑟

𝑚𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑥 𝐶𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑈


𝑀𝐽
𝑚𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑥 38 𝑘𝑔 = (2.268 x 1011 )𝑀𝑗

𝑚𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 60 𝑘𝑔 …. (2)

Dari perhitungan tersebut dibutuhkan 60 kg bahan bakar biodiesel untuk


memanaskan air 100 kg dalam boiler menjadi uap sehingga menggerakkan turbin
pembangkit listrik.

Pada persamaan lain dapat dihitung Energi yang terkandung dalam bahan bakar

15
biodiesel dari minyak jarak pagar dengan persamaan berikut :

Energi yang terkandung = (1-m)(RPR)(P)(K) …. (3)

Dengan, m = % kadar air

RPR = Konstanta Residu Limbah

P = Jumlah Produksi (kg)

K = Nilai Kalor (Mj/kg)

Sehingga pemanfaatan biodiesel yang dibuat dari minyak jarak mempunyai data
sebagai berikut :

m =9 %

RPR = 70 %

P = basis 2000 kg

K = 38 Mj/kg

Energi yang terkandung = (1-0.09)(0,7)(2000 kg)(38 Mj/kg)

= 48 Mj

Daya Listrik yang dapat dihasilkan :

𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔


𝑃=
𝑡

48 𝑥 106 𝐽
𝑃= = 555,6 𝑊𝑎𝑡𝑡
86400 𝑠

Dengan 2000 kg biodiesel dari produksi minyak pagar dapat membangkitkan


listrik sebesar 555,6 Watt per hari.

2.4 Dampak Biodiesel Terhadap Lingkungan

Dampak penggunaan biodiesel terhadap lingkungan, yakni dapat meningkatkan


emisi CO2 akibat penggundulan hutan terutama di negara tropis, naiknya NOx akibat
tingginya kandungan O, dan gundulnya hutan-hutan di dunia. Biodiesel lebih mudah

16
melepaskan oksida nitrogen yang dapat mengarah pada pembentukan kabut asap. Hal
ini karna Biodiesel memiliki kualitas oksidasi yang buruk. Selain menghasilkan NOx,
kualitas oksidasi biodiesel yang buruk juga mengakibatkan berubahnya biodiesel
menjadi gel bila didiamkan dalam waktu yang lama. Sehingga dapat
menyumbat mesin.Dari sisi ekonomi, dampak biodiesel adalah mengakibatkan kenaikan
harga pangan yang cukup besar. Karena adanya kelangkaan pangan akibat dialihkannya
tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan bahan bakar. Tanaman seperti tebu,
jagung, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas lainnya cenderung dapat mengalami
kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan Bio diesel. Dimana kenaikan
harga tersebut juga akan mengakibatkan naiknya harga kebutuhan – kebutuhan pokok
lainnya.Sedangkan, dari sisi social atau masyarakat biodiesel dapat menyebabkan
Akibat penggundulah hutan karena di pakai untuk pembuatan lahan,hutan tropis tidak
lagi berperan sesuai tempatnya, sulitnya untuk menghirup oksigen nantinya akan kita
alami.Selain itu, biofuel juga mendatangkan masalah “perut”. Pembukaan lahan dan
produksi bahan baku lebih banyak ditujukan untuk biofuel yang lebih bernilai
ekonomis sehingga untuk produksi pangan akan “sedikit” terhambat. Dilain sisi, jumlah
penduduk dunia semakin bertambah sehingga akan muncul ketimpangan antara jumlah
penduduk dengan makanan yang ada, yang pada akhirnya akan berakibat munculnya
banyak kelaparan diberbagai belahan dunia.

2.4.1 Pemanfaatan Produk Samping

Pemanfaatan produk samping dari pengepresan biji jarak pagar berupa bungki,
cangkang biji dan gliseerin. Sama halnya dengan produk samping dan limbah pertanian
yang lain. Produk pengepresan biji jarak juga memberikan nilai tambah yang tinggi.
Bungkil biji jarak dimanfaatkan sebagai produk briket, produk bahan bakar padat
sederhana yang mudah dibuat.

Selain itu gas yang dihasilkan dari pembakaran cangkang biji jarak digunakan
sebagai bahan bakar untuk mengetahui kemampuan cangkang biji dalam aplikasi
termal. Efisiensi gasifikasi cukup tinggi (68,31%) pada laju alir gas 5,5 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚
dengan laju gasifikasi spesifik 270 kg/jam.𝑚2 dan suhu nyala rata-rata 872 Celcius.

17
Hasil studi menyimpulkan cangkang biji jarak merupakan bahan baku untuk gasifikasi
yang unggul dan memiliki karakteristik bahan bakar yang setara dengan kayu dan briket
biomassa. (Vyas and Singh)

Kadar abu dan serat yang tinggi dan masih terdapatnya senyawa yang dapat
menyebabkan keracunan yaitu phorbol ester serta curcin pada bungkil kurang sesuai
untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan melakukan rekayasa detoksifikasi
senyawa-senyawa racunnya.

Pengepresan biji jarak pagar meninggalkan ampas sebesar 70-75 % yang masih
mengandung minyak. Proses ekstraksi minyak biji jarak pagar tentunya akan
meninggalkan sejumlah limbah biomassa yang tidak sedikit. Umumnya biomassa hasil
samping dari industri pertanian yang akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar padat,
memiliki nilai kalor total sekitar 15-30 MJ/kg.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak
nabati, turunan tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia seperti kelapa
sawit, kelapa, kemiri, jarak pagar, nyamplung, kapok, kacang tanah dan masih banyak
lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat meproduksi bahan minyak nabati.

Dampak dari penggunaan biodiesel dapat ditinjau dari 3 sisi, yakni dampaknya
terhadap lingkungan, ekonomi dan masyarakat (social).

Karakteristik biodiesel yang hampir mirip dengan diesel adalah alasan biodiesel
dapat digunakan sebagai bahan bakar/sumber energi mesin diesel.

3.2. Saran

Menyadari bahwa penulisan dari makalah kelompok kami masih jauh dari kata
sempurna maka kedepannya penulisan akan terstruktur lebih baikk dengan menjelaskan
pembahasan dari sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk kritik dan saran terhadap penulisan makalah bisa untuk menanggapi
kesimpulan dari pembahasan yang telah dijelaskan.

3.3. Pertanyaan dan Jawaban

1. Apakah dampak positif dan negatif dari penggunaan biodiesel terhadap lingkungan ?
(Tri Aulia, kelompok 10)

Jawab : Dampak Positif meliputi Ramah lingkungan dan tidak beracun sehingga
tidak menyebabkan polusi. Sedangkan dampak negatifnya terhadap
lingkungan secara tidak langsung dapat menyebabkan keguindulan lahan
akibat penanaman hutan monokultur tanaman sumber bahan pembuatan
biodiesel. Selain itu biodiesel memiliki kualitas oksidasi yang kurang baik
sehingga berpengaruh terhadap mesin.

2.Bagaimana karakteristik biji jarak yang baik kualitasnya untuk biodiesel ? (Yustika
Oktaviani, kelompok 7)

Jawab : karakteristik yang baik berdasarkan analisa laboiratorium meliputi :

19
karakteristik nilai
Bilangan asam(mg KoH)/(gr minyak) 0,82
Kadar asam lemak bebas 0,41
Densitas 0,91
Kadar air 0,9
viskositas 103

Sedangkan berdasarkan karakter fisik buah cirri-cirinya buah berbentuk l


onjong berwarna coklat yang mengandung banyak minyak.

3.Apa saja peralatan yang digunakan dalam pembuatan biodiesel?

Jawab :

Sumber : aprianiwulantahdid.wordpress.com

20
4.Bagaimana cara mendapatkan dan memanfaatkan energi biodiesel ? (Ardian Saputra,
kelompok 1)

Jawab : Sumber bahan baku biodiesel didapatkan dari minyak nabati yang
berasal dari tumbuhan dan minyak hewani. Pemanfaatan energy biodiesel dapat
dilakukan dengan pengolahan sumber bahan biodiesel menjadi bahan bakar
biodiesel. Bahan bakar biodiesel dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran
diesel atau langsung digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel karena
memiliki karakteristik yang hamper sama dengan diesel.

21
DAFTAR PUSTAKA

Pusdatin ESDM. 2010. Handbook & Energy. ESDM : Jakarta

E-Book Biodiesel Bahan Baku Proses dan Teknologi. Arif Budiman

Energi Terbarukan. Dr. Hamidi, M.S.i

Produksi Minyak Diesel dari Minyak Jarak. Carlina Dewi, Dessy.

Skripsi. Pembuatan Metil Ester dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. Nurul
Hikmah, Maharani

Teknologi Pembuatan Biodiesel dengan Minyak Biji Jarak Pagar. Sudrajat R, A.W.
Hendra.

Studi Kinetika Reaksi Pada Metanolisi Minyak Jarak Pagar. Tri Tutiwi, M. Said.

Pengolahan Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) menjadi Sumber Bahan Bakar
Nabati dan Pemanfaaatan Produk Samping. Niken Harimurti. Djajeng
Sumangat

Biodiesel. Martin Mittelbach, 2004

22

Anda mungkin juga menyukai