Kelompok : II (Dua)
Nama Kelompok : 1. Andes Sagita (1307022860)
2. Sari Wahyuni S. (1307036091)
3. Siti Rahmalia (1307035765)
Kata Kunci : berat jenis, biodiesel, kadar air, konversi, pH, titik nyala,
transesterifikasi, viskositas, waktu reaksi.
BAB I
PENDAHULUAN
Standar mutu biodiesel telah dikeluarkan dalam bentuk SNI No. 04-7182-
2006, melalui keputusan Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN) Nomor
73/KEP/BSN/2/2006 tanggal 15 maret 2006. Standar mutu biodiesel tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Spesifikasi Bio-diesel Sesuai Standar Indonesia RSNI EB 020551
Parameter Kualitas Alternative
Batas Test Method
dan Units Method
Density at 40 oC, kg/m3 850 – 890 ASTM D 1298 ISO 3675
Kinem. Visc. at 40 oC, ISO 3104
2,3 – 6,0 ASTM D 445
mm2/s (cSt)
ISO 5165
Cetane number min. 51 ASTM D 613
1.3.3 Metanol
Jenis alkohol yang paling sering digunakan pada proses transesterifikasi
adalah metanol dan etanol. Metanol merupakan jenis alkohol yag paling disukai
dalam pembuatan biodiesel karena metanol (CH3OH) mempunyai keuntungan
lebih stabil dibandingkan dengan etanol (C2H5OH) karena metanol memiliki satu
ikatan karbon sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon sehingga lebih mudah
memperoleh pemisahan gliserol dibandingkan dengan etanol (Baedowi dan
Pranggonowati, 1982).
Kerugian dari metanol adalah metanol merupakan zat beracun dan
berbahaya bagi kulit, mata, paru-paru dan pencernaan dan dapat merusak plastik
dan karet terbuat dari batu bara metanol berwarna bening seperti air, mudah
menguap, mudah terbakar dan mudah bercampur dengan air. Etanol lebih aman,
tidak beracun dan terbuat dari hasil pertanian, etanol memiliki sifat yang sama
dengan metanol yaitu berwarna bening seperti air, mudah menguap, mudah
terbakar dan mudah bercampur dengan air. Metanol dan etanol yang dapat
digunakan hanya yang murni 99%. Metanol memiliki massa jenis 0,7915 g/m 3,
sedangkan etanol memiliki massa jenis 0,79 g/m3.
1.3.4 Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat laju reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi, namun tidak menggeser letak keseimbangan.
Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi
operasi. Tanpa katalis reaksi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu
250°C. Ketika reaksi selesai, kita akan mendapatkan massa katalis yang sama
seperti pada awal kita tambahkan.
Sesuai dengan fungsinya, katalis dimanfaatkan untuk mempercepat suatu
reaksi, ikut bereaksi tetapi tidak ikut terkonsumsi menjadi produk. Percobaan
untuk menguji performa beberapa katalis telah dilakukan pada proses pembuatan
biodiesel dan disajikan pada Tabel 1.3 yang menunjukkan bahwa kandungan
silika yang banyak bersifat tidak aktif pada reaksi metanolisis dan yang sangat
aktif adalah katalis dengan kandungan senyawa komponen Kalsium dan Natrium.
Senyawa dengan nilai 10 memberi arti katalis mampu mengkonversi hingga 95%,
tetapi pada kenyataannya katalis tersebut juga banyak sekali menghasilkan sabun.
Tabel 1.3 Katalis metanolisis dan produksi metil ester asam-asam lemak relatif.
Produksi metil ester
Katalis Komposisi
asam lemak relatif
MgO 9,8 % MgO -
SiO2 93% SiO2 ; 3 % Al2O3 -
CaO 7% CaO ; 72% Al2O3 -
CaO.MgO 9,22% CaO ; 91% MgO 10
CaO. Al2O3 14,8% CaO ; 85,2%Al2O3 -
CaO.SiO2 12,6% CaO ; 87,4%SiO2 -
CaO bubuk 3
6,34% CaO ; 5,64% MgO ; 0,5
CaO.MgO. Al2O3
86% Al2O3
K2CO3.MgO 4,76% K2CO3 ; 95,2% MgO 5
K2CO3.Al2O3 14,2% K2CO3 ;85% Al2O3 4
K2CO3 bubuk 6
Na2CO3 bubuk 0,8
2,73% Fe2O3 .SiO2O; 97,3% -
Fe2O3.MgO
MgO
1,5% - 3,6% CH3ONa ; 98,5% 2
CH3ONa.SiO2
- 96,5% SiO2
Sumber : Zahrina, 2002
3.2 Pembahasan
Konversi biodiesel dari minyak nabati dilakukan melalui reaksi
transesterifikasi menggunakan metanol atau yang biasa disebut reaksi metanolisis.
Bahan baku minyak nabati yang digunakan ialah minyak goreng “Fortune”
sedangkan katalis yang digunakan ialah KOH p.a. Sebelum digunakan minyak
goreng perlu dianalisa terlebih dahulu. Analisa terkait preparasi bahan baku
meliputi penentuan kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air pada minyak
goreng. Kadar asam lemak bebas untuk bahan minyak yang digunakan ialah
0,4887 %. Angka ini memenuhi persyaratan angka asam lemak bebas untuk reaksi
transesterifikasi menggunakan katalis basa dimana angka asam lemak bebas bahan
yang diperbolehkan ialah < 1 %. Hal ini dikarenakan angka asam lemak bebas
yang tinggi akan menganggu konversi biodiesel. Asam lemak bebas jika bereaksi
dengan katalis basa maka akan membentuk sabun melalui reaksi saponifikasi.
Sedangkan kadar air minyak goreng yang digunakan ialah 0,3365 %. Kadar air
yang tinggi pada bahan baku akan menyebabkan reaksi samping berupa reaksi
hidrolisis minyak (trigliserida) menjadi asam lemak dan gliserol. Hal ini akan
menambah kadar asam lemak bebas dari minyak dan akan menganggu hasil
biodiesel yang akan didapat nantinya. Jika kadar air bahan yang didapat tinggi
maka bahan minyak goreng haruslah dikeringkan terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk proses metanolisis. Pengujian lainnya terkait bahan baku yaitu
antara lain pengujian pH, berat jenis dan viskositas. Pengujian ini diperlukan
untuk membandingkan antara bahan baku dan biodiesel yang akan didapatkan
nantinya. Berdasarkan pengujian pH didapati pH minyak yaitu 5 dan untuk berat
jenis minyak yaitu 0,854 gr/cm3, sedangkan viskositas minyak yaitu 0,71 mm/s.
Percobaan dilakukan dengan mereaksikan antara minyak goreng dan
metanol dengan bantuan katalis basa berupa KOH p.a. KOH pada reaksi ini
berfungsi untuk menurunkan energi aktifasi dari sistem larutan sehingga dapat
mempercepat reaksi dan reaksi metanolisis dapat berlangsung pada suhu dan
tekanan yang tidak terlalu tinggi. Hasil dari reaksi ini menghasilkan metil ester
dan gliserol. Metil ester dan gliserol dapat terpisah secara gravitasi oleh karena
perbedaan berat jenis, dimana berat jenis metil ester 7,35 lbs/gal sedangkan
gliserol 10 lbs/gal. Hal ini dapat terlihat pada media pemisah dengan terbentuknya
2 lapisan fasa. Lapisan atas ialah metil ester yang memiliki berat jenis lebih ringan
dan lapisan bawah ialah gliserol. Metil ester yang masih mengandung pengotor
dibersihkan dengan menggunakan air hangat untuk melarutkan residu katalis dan
sabun sehingga didapati biodiesel yang bebas dari pengotor.
Konversi Biodiesel
80
70
60
Konversi (%)
50
40 konversi
30
20
10
0
45 60
Waktu Reaksi (menit)
Gambar 3.1 Konversi biodiesel pada variasi waktu reaksi 45 menit dan 60 menit
Berdasarkan grafik 3.1 dapat diketahui bahwa pengaruh waktu reaksi sangat
signifikan terhadap hasil perolehan biodiesel. Konversi biodiesel dengan waktu
reaksi 45 menit adalah 69,888 % sedangkan biodiesel dengan waktu reaksi 60
menit adalah 37,578 %. Perbedaan angka yang cukup signifikas ini menunjukkan
bahwa waktu reaksi 45 menit adalah waktu yang lebih optimal dibandingkan
waktu reaksi 60 menit. Hasil produk pada waktu reaksi 60 menit lebih banyak
mengandung gliserol dan sabun. Selain itu juga diindikasikan bahwa metanol
diperoleh kembali setelah reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi tidak berjalan
dengan semestinya dan hal ini jugalah yang menunjukkan bahwa reaksi
transesterifikasi merupakan reaksi yang reversible.
4.1 Kesimpulan
1. Konversi yang dihasilkan pada waktu reaksi 45 dan 60 menit secara
berturut-turut didapat sebesar 69,888 % dan 37,578 %.
2. Viskositas biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 45 dan 60 menit
secara berturut-turut yaitu sebesar 3,310 cSt dan 3,451 cSt.
3. Berat jenis biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 45 dan 60 menit
secara berturut-turut yaitu sebesar 0,807 gr/cm3 dan 0,867 gr/cm3.
4. Kadar air biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 45 dan 60 menit
secara berturut-turut yaitu sebesar 0,169 % dan 1,06 %.
5. Titik nyala biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 45 dan 60 menit
secara berturut-turut berada pada suhu 125 0C dan 130 0C.
6. Derajat keasaman biodiesel yang diperoleh pada waktu reaksi 45 menit
dan 60 menit secara berturut-turut yaitu 6,5 dan 7.
4.2 Saran
Praktikan diharuskan untuk selalu mengamati dan mengatur suhu reaksi
agar tidak melewati suhu diatas kondisi operasi.
Praktikan diharapkan untuk dapat mengkondisikan alat-alat yang
digunakan agar terbebas dari air.
Proses pemisahan dan pencucian sebaiknya dilakukan sebanyak
mungkin agar hasil terbebas dari residu atau pengotor.
DAFTAR PUSTAKA
Minyak uji
Berat picno + minyak = 24,05 gr
( 24,05−15,51 ) gram
berat jenis= =0,854 gr /ml
10 ml
t×ρ
viskositas= ×μ°
t°×ρ°
Minyak uji
Jarak tanda batas atas hingga bawah = 30 mm
Waktu sampel (t) = 42,31 sekon
Densitas sampel (𝝆) = 0,854 gr/ml
Waktu air (t°) = 1,14 sekon
Densitas air (𝝆°) = 0,992 gr/ml
Viskositas air (𝝻°) = 0,658 cSt
GAMBAR
(a) (b)
Gambar B.3 Hasil reaksi metanolisis setelah (a) waktu reaksi 45 menit dan (b)
waktu reaksi 60 menit
(a) (b)
Gambar B.4 Pemisahan biodiesel dan gliserol didalam corong pisah pada (a)
waktu reaksi 45 menit dan (b) waktu reaksi 60 menit
(a) (b)
Gambar B.5 Pencucian biodiesel menggunakan air hangat pada (a) waktu reaksi
45 menit dan (b) waktu reaksi 60 menit
(a) (b)
Gambar B.6 Hasil biodiesel pada (a) waktu reaksi 45 menit dan (b) waktu reaksi
60 menit.
(a) (b)
Gambar B.7 Pengujian titik nyala biodiesel pada (a) waktu reaksi 45 menit dan (b)
waktu reaksi 60 menit