Disusun oleh :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Teori ......................................................................................................... 1
1.2 Faktor-Faktor Yang Mempercepat Proses Evaporasi.......................... 6
1.3. Tujuan Percobaan ...................................................................................... 7
BAB II METODE PERCOBAAN ....................................................................... 8
2.1. Bahan........................................................................................................... 8
2.2. Alat .............................................................................................................. 8
2.3. Prosedur Percobaan ................................................................................... 9
2.3.1 PembuatanAlkohol 10% sebanyak 250ml dari Alkohol 96% ......... 9
2.3.2 Proses Evaporasi pada Evaporator .................................................... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10
3.1 Hasil Percobaan...................................................................................... 10
3.2 Pembahasan ........................................................................................ 10
3.3 Neraca Massa Pada Larutan Alkohol 10% dengan Kecepatan Aliran
Air Pendingin 1250ml/menit , 1500ml/menit, dan 1750ml/menit ............... 11
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 14
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 14
4.2. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA...................................................... 16
LAMPIRAN B PERHITUNGAN ...................................................................... 17
ABSTRAK
Proses evaporasi adalah proses untuk memisahkan pelarut dengan proses
penguapan dari padatan (zat pelarut) yang tidak mudah menguap. Tujuan dari
percobaan ini adalah menyiapkan alkohol dengan kadar 10%, mengoperasikan
alat Rotary Evaporator Buchi R200, menyusun neraca massa total pada unit
evaporator, menghitung efisiensi kerja Rotary Evaporator Buchi R200, dan
menentukan kadar alkohol sebelum dan setelah di evaporasi dengan
alkoholmeter. Pada percobaan ini zat yang dipekatkan adalah larutan alkohol
10%.Alkohol dievaporasi atau dipekatkan dengan laju alir air pendingin 1250
ml/menit, 1500 ml/menit, dan 1750 ml/menit. Setelah proses evaporasi selesai
didapatkan alhokol dengan kadar masing-masing meningkat menjadi 12%, 14%,
dan 15% dari tiap-tiap laju alir air pendingin tersebut. Efisiensi kerja alat
dipengaruhi oleh kecepatan aliran dari air pendingin. Pada percobaan ini
diperoleh efisiensi kerja alat pada kecepatan alir air pendingin 1250 ml/menit,
1500 ml/menit, dan 1750 ml/menit yaitu masing-masing sebesar 81,7%, 86,5%,
dan 71,4%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran
air pendingin masuk mempengaruhi efisiensi kerja alat dan kadar alkohol yang
di dapat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Teori
Evaporasi adalah salah satu metoda yang digunakan untuk pengentalan
larutan. Tujuan Evaporasi ialah untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat
terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam
kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi dilaksanakan
dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair
pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Dalam evaporasi sisa penguapan adalah
zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat.
Evaporasi berbeda dari distilasi karena disini uapnya biasanya komponen
tunggaldan walaupun uap itu merupakan campuran. Dalam proses evaporasi ini
tidak ada usaha untuk memisah-misahkannya menjadi fraksi-fraksi. Evaporasi lain
dari kristalisasi dalam hal penekanannya disini ialah pada pemekatan larutan dan
bukan pembuatan zat padat atau kristal.
Proses evaporasi adalah proses untuk memisahkan pelarut dengan proses
penguapan dari padatan (zat terlarut) yang tidak volatil (tidak mudah menguap).
Inti dari proses ini adalah terjadinya perubahan fasa dari fasa cair menjadi fasa
uap, suatu proses yang membutuhkan energi yang relatif besar. Evaporasi
dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik didihnya,
sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap
yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan
jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan
komponen-komponennya.Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang
dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.
Penyelesaian praktis terhadap masalah evaporasi sangat ditentukan oleh
karakteristik cairan yang akan dikonsentrasikan. Beberapa sifat penting dari zat
cair yang dievaporasikan antara lain: 1)Konsentrasi, 2)Pembentukan Busa,
3)Kepekaan terhadap Suhu, 4)Kerak, 5)Bahan Konstruksi.
1. Konsentrasi
Walaupun cairan encer diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup
encer sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya
meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual. Densitas dan viskositasnya
meningkat bersamaan dengan kandungan zat padatnya, hingga larutan itu menjadi
jenuh, atau jika tidak menjadi terlalu lamban sehingga tidak dapat melakukan
perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair jenuh dididihkan terus, maka akan
terjadi pembentukan kristal, dan kristal ini harus dipisahakan karena bisa
menyebabkan tabung evaporator tersumbat. Titik didih larutanpun dapat
meningkat dengan sangat bila kandungan zat padatnya bertambah, sehingga suhu
didih larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih air pada tekanan
yang sama.
2. Pembentukan Busa
Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat-zat organik, membusa (foam) pada
waktu diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap dan
menyebabkan banyaknya bahan yang terbawa-ikut. Dalam hal-hal yang ekstrim,
keseluruhan massa zat cair itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan
terbuang.
3. Kepekaan Terhadap Suhu
Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi dan bahan makanan
dapat rusak bila dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat
saja.Dalam mengkonsentrasikan bahan-bahan seperti itu diperlukan teknik khusus
untuk mengurangi suhu zat cair dan menurunkan waktu pemanasan.
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan kerak pada permukaan pemanasan.
Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin berkurang sampai
akhirnya operasi evaporator terpaksa dihentikan untuk membersihkannya. Bila
kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu tidak mudah dan memakan
biaya.
5. Bahan Konstruksi
Apabila evaporatordibuat dari baja, banyak larutan yang merusak bahan-
bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan itu. Karena itu digunakan
juga bahan-bahan kondtruksi khusus, seperti tembaga, nikel, baja tahan karat,
aluminium, grafit tak tembus dan timbal.Karena bahan-bahan ini relatif mahal,
maka laju perpindahan kalor harus harus tinggi agar dapat menurunkan biaya
pokok peralatan.
Karena adanya variasi dalam sifat-sifat zat cair, maka dikembangkanlah
berbagai jenis rancang evaporator. Evaporator mana yang dipilih untuk suatu
masalah tertentu bergantung terutama pada karakteristik zat cair itu.Ada dua
metode pada evaporator yaitu :
1. Operasi efek Tunggal (single-effect evaporation)
Hanya menggunakan satu evaporator dimana uap dari zat cair yang
mendidih dikondensasikan dan dibuang. Walaupun sederhana, nemun
proses ini tidak efektif dalam penggunaan uap.
2. Operasi Efek Berganda (multiple-effect evaporation)
Metode yang umum digunakan untuk meningkatkan evaporasi perpon uap
dengan menggunakan sederetan evaporator antara penyediaan uap dan
kondensor. Jika uap dari satu evaporator dimasukkan ke dalam rongga uap
(steam chest) evaporator kedua, dan uap dari evaporator kedua dimasukkan
ke dalam kondensor, maka operasi itu akan menjadi efek dua kali atau efek
dua (doubble-effect). Kalor dari uap yang semula digunakan lagi dalm efek
yang kedua dan evaporasi yang didapatkan oleh satu satuan massa uap yang
diumpankan ke dalam efek pertama menjadi hampir lipat dua. Efek ini dapat
ditambah lagi dengan cara yang sama.
Pada praktikum ini penekanannya pada pengguaan neraca massa dan neraca
energi untuk mengetahui performance dari suatu unit operasi, dan mendapatkan
kondisi optimal proses.
Entalpi ( H )
Isi panas dari satu satuan massa bahan dibandingkan dengan isi panas dari bahan
tersebut pada suhu referensinya.
Keterangan:
Maka,
HV = Cp1 . ( 100 – TR ) + λ ……………………...………………....…….…....(1.10)
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air keran, alkohol
10%,dan aquadest.
2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkoholmeter, gelas ukur
100ml dan 1000ml, labu ukur 250 ml, labu leher satu 500ml, stopwatch dan
Rotary Evaporator Buchi R200.
Rangkaian alat :
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1020
1022 227 95 12%
1 10 % 1250
1021
1299
1298 229 75 14%
2 10 % 1500
1297
1249
1251 231 71 15%
3 10 % 1750
1250
3.2 Pembahasan
Sebelum alkohol di evaporasi menggunakan evaporator, alkohol terlebih
dahulu di encerkan dari larutan induk yang berkonsentrasi 96% menjadi 10%
dengan cara mengambil 26ml larutan alkohol di masukkan ke labu ukur 250 ml
dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Dari Tabel 3.1 dapat di lihat kadar
alkohol mengalami kenaikan setelah dimasukkan ke unit evaporator, hal ini
dikarenakan evaporator yang berfungsi untuk meningkatkan suatu sampel dari
keadaan awal. Kadar alkohol mengalami kenaikan seiring dengan besarnya
kecepatan alir air pendingin masuk, dimana semakin cepat kecepatan aliran air
pendingin maka semakin besar kadar alkohol yang dihasilkan. Pada kecepatan
aliran pendingin masuk 1250 ml/menit, 1500 ml/menit dan 1750ml/menit di
dapatkan kadar alkohol setelah melakukan evaporasi secara berturut–turut adalah
12%, 14% dan 15%. Untuk hasil destilat diperoleh 227ml, 229 ml dan 231ml
untuk setiap kecepatan aliran air pendingin masuk dengan kadar alkohol awal
12%. Waktu untuk destilat pertama kali menetes juga berbeda untuk setiap variasi
kecepatan laju aliran air pendingin masuk. Semakin cepat laju aliran air pendingin
masuk menghasilkan waktu destilat semakin cepat.
Pemisahan alkohol dari air oleh proses pemanasan, menggunakan perbedaan
titik didih dari suatu larutan yang tercampur, dimana larutan yang mempunyai
titik didih yang lebih rendah menguap lebih dahulu. Pada percobaan ini titik didih
alkohol lebih kecil dari pada air sehingga alkohol lebih cepat menguap dari pada
air. Alkohol yang berubah kedalam fase uap akan terkondensasi oleh aliran air
pendingin dalam kondesor. Berdasarkan Tabel 3.1 juga dapat dilihat bahwa waktu
yang diperlukan untuk destilat pertama kali menetes sudah stabil, dimana pada
kecepatan air pendingin 1250 ml/menit memerlukan waktu 1jam 35menit,
kecepatan air pendingin 1500 ml/menit memerlukan waktu 1jam 15menit dan
kecepatan air pendingin 1750 ml/detik memerlukan waktu 1jam 11menit.
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa neraca massa pada proses
evaporasi alcohol 10% memiliki nilai input untuk setiap komponen
adalah119000ml, sedangkan untuk output dari setiap komponen yang keluar
sebagai hasil dari proses evaporasi adalah97245ml. Perbedaan antara kedua nilai
input dan output inilah yang menjadi patokan untuk efisiensi kerja dari alat
evaporator. Efisiensi kerja dari alat berdasarkan percobaan sebesar 81,7%. Hal
tersebut menunjukkan hasil kerja alat yang memuaskan. Ketidaksamaan nilai
output dan input juga mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan, seperti
dalampengukuran laju alir yang kurang teliti, pengukuran zat hasil destilat dan
lain sebagainya. Namun perbedaan yang tidak cukup jauh antara input dan output
menyatakan bahwa kesalahan dalam percobaan tidak terlalu besar.
Tabel 3.3Neraca massa Evaporasi larutan alkohol 10% dengan kecepatan aliran
air pendingin 1500 ml/menit.
Nama Bahan Input (ml) Output (ml)
Sampel 250 21
Destilat - 229
Air Pendingin Masuk 112500 -
Air Pendingin Keluar - 97350
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 97600
Efisiensikerja alat = × 100% = 112750 × 100% = 86,5%
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa neraca massa pada proses
evaporasi alcohol 10% memiliki nilai input untuk setiap komponen
adalah112750ml, sedangkan untuk output dari setiap komponen yang keluar
sebagai hasil dari proses evaporasi adalah97600ml. Perbedaan antara kedua nilai
input dan output inilah yang menjadi patokan untuk efisiensi kerja dari alat
evaporator. Efisiensi kerja dari alat berdasarkan percobaan sebesar86,5%.
Tabel 3.4 Neraca massaEvaporasi larutan alkohol 10% dengan kecepatan aliran
air pendingin1750ml/detik
Nama Bahan Input (ml) Output (ml)
Sampel 250 19
Destilat - 231
Air Pendingin Masuk 124250 -
Air Pendingin Keluar - 88750
𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 89000
Efisiensikerja alat = × 100% = 124500 × 100% = 71,4%
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat diketahui bahwa neraca massa pada proses
evaporasi alkohol 10% memiliki nilai input untuk setiap komponen
adalah124500ml, sedangkan untuk output dari setiap komponen yang keluar
sebagai hasil dari proses evaporasi adalah89000ml. Perbedaan antara kedua nilai
input dan output inilah yang menjadi patokan untuk efisiensi kerja dari alat
evaporator. Efisiensi kerja dari alat berdasarkan percobaan sebesar71,4%,.
Dari percobaan dapat diketahui bahwa semakin besar kecepatan alir masuk,
maka semakin besar pula konsentrasi alkohol yang dihasilkan, semakin cepat
waktu yang dibutuhkan dan semakin besar pula efisiensi kerja dari alat
evaporator, namun pada kecepatan alir masuk 1750 ml/menit mengalami
penurunan pada efisiensi kerja dari alat. Hal ini dikarenakan terjadi kesalahan
pada saat praktikum dan proses perhitungan yang kurang teliti.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar alkohol awal adalah 10%, setelah diproses dalam unit evaporasi
dengan menggunakan variasi laju aliran air pendingin masuk yaitu 1250
ml/menit, 1500 ml/menit,dan 1750ml/menit didapatkan kadar alkohol
meningkat menjadi 12%, 14%, dan 15%.
2. Kecepatan aliran air pendingin masuk mempengaruhi kadar alkohol yang di
dapat, dimana semakin cepat aliran air pendingin maka semakin besar kadar
alkohol yang diperoleh.
3. Efisiensi kerja alat dipengaruhi kecepatan aliran air pendingin. Efisiensi
terendah adalah 71,4% pada kecepatan aliran air pendingin 1750ml/menit
dan efisiensi tertinggi adalah 86,5% pada kecepatan aliran air pendingin
1500 ml/menit.
4.2. Saran
Saat pengenceran alkohol sebaiknya lebih teliti agar saat diperiksa
menggunakan alkoholmeter kadar yang didapatkan tepat dan pada saat proses
evaporasi sebaiknya dimulai saat vakum mulai dihidupkan sehingga waktu
destilat pertama menetes di setiap variasi percobaan stabil.
DAFTAR PUSTAKA
McCabe L.1985. Operasi Teknik Kimia Jilid I Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Winarno, FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B. Neraca Massa
1. Neraca Massa untuk 1250 ml/menit
Destilat Output = 227 ml
Sampel Input = 250 ml
Sampel Output = Sampel Input – Destilat Output
= 250 ml – 227 ml
= 23 ml
Air Pendingin Input = 1250 ml/menit 95 menit
= 118750 ml
= 81,7%
= 86,5%
= 71,4%