Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Teknik Kimia UNPAM, Vol. 2 No.

2 (Juli, 2018) ISSN 2549 -


0699

STUDI PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI BAHAN BAKU


PEMBUATAN BIODIESEL
Studi On The Utilization of Used Oil As Raw Material For Biodiesel

Joni Prasetyo
Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia, BPPT. e-mail:
joni.prasetyo@bppt.go.id

ABSTRAK
Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel memberikan beberapa manfaat
seperti mengurangi pencemaran lingkungan di began air. Karena masyarakat sekarang ini cenderung membuang
minyak jelantah dengan kualitas yang sangat rendah. Selain itu, bahan baku minyak jelantah ini sudah bukan lagi
dikategorikan sebagai bahan pangan mengingat bentuknya yang hitam dan encer. Pembuatan biodiesel dengan
transesterifikasi suasana basa ini bisa dilakukan dengan biaya yang murah dengan mengggunakan NaOH teknis yang
banyak dijual dipasar dan ethanol teknis. Optimasi dilakukan dengan mempertimbangkan parameter jumlah NaOH
teknis 2N mulai dari 10, 25, 40, 55 dan 70 ml dan exces ethanol 0, 25, 50, 75 dan 100%. Proses transesterifikasi
dilakukan pada suhu 80°C selama tiga jam dalam pengadukan yang homogen. Kondisi optimum didapatkan dengan
menggunakan 10 ml NaOH 2M dan 0% exces ethanol sebesar 196.64 gr/200 gr minyak jelantah. Kondisi ini juga
mampu meminimalkan volume glycerol yang hanya berjumlah 79.79 ml. Secara keseluruhan FFA biodiesel ini sudah
dibawah 0.5% sesuai dengan yang diharapkan. Adapun kualitas biodiesel melalui pengamatan masa jenis yang
menunjukan 0.937 gr/ml masih harus dilakukan perlakukan lebih lanjut dari target yang diharapkan 0.900 gr/ml, yaitu
dengan melakukan penguapan air dalam oven pada suhu lebih tinggi dan durasi yang lebih panjang.

Kata kunci: biodiesel, minyak jelantah, transesterifikasi, Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE)

ABSTRACT
Utilization of used cooking oil as a raw material for biodiesel production provides several benefits such as
environmental pollution problem in the watershed. Society culture nowadays tends to dispose of the very low quality
of used cooking oil to watershed. In addition, this raw materials is no longer categorized as a food ingredient
considering its appearance, black and watery shape. Making biodiesel by transesterification in this alkaline
condition can be done at low cost using technical NaOH sold and technical ethanol that are easily available in
market. The optimization was conducted at various parameters, 2N NaOH solution amount 10, 25, 40, 55 and 70 ml
and excess of ethanol level 0, 25, 50, 75 and 100%. The transesterification process was carried out at 80°C for three
hours with stirring. The optimum condition was obtained by using 10 ml of NaOH 2M and 0% excess ethanol
produced 196.64 gr / 200 g of used cooking oil. This condition was also able to minimize the volume of glycerol
which was only 79.79 ml. Overall, the FFA of biodiesel was less than 0.5% as expected. The quality of biodiesel was
examined through its density at 0.937 gr / ml but literally the density should be 0.900 g / ml. In other words, the
biodiesel was needed evaporated in the oven at higher temperatures and longer period.

Keywords: biodiesel, used cooking oil, transesterifikasi, Fatty Acid Ethyl Ester (FAEE)

PENDAHULUAN industri maupun transportasi. Saat ini, banyak negara terutama Indonesia
Sumber energi minyak bumi saat ini
kekurangan bahan bakar minyak (bahan mulai menipis
seiring meningkatnya bakar diesel/solar) sehingga perlu pembangunan dan penggunaannya di

J.I. Tek.Kim. UNPAM 1 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

bidang
mengimpor untuk memenuhi kebutuhan mengandung
dalam jumlah yang besar[1]. Dalam terjadinya
Tabel 1 Emisi Minyak Bensin dan Minyak
peningkatan kebutuhan energi khususnya
Solar
untuk bahan bakar mesin diesel yang Emisi Bensin Diesel
diperkirakan akibat meningkatnya jumlah
Hidrokarbon 15.8 2.6
industri, transportasi dan pusat pembangkit
Karbon Dioksida
listrik tenaga diesel (PLTD) diberbagai daerah 24.4 5.4
di Indonesia sejak pertengahan tahun 80-an.
Nitrogen Oksida
Hal tersebut dikarenakan stok minyak mentah 19.9 5.2
yang berasal dari fosil terus berkurang seiring
Sulfur Oksida 3.2 3.2
dengan meningkatnya jumlah kebutuhan
Partikulat 2 1.9
konsumsi.
Timbal 0.4 0
Dari berbagai macam produk olahan
minyak bumi yang digunakan sebagai bahan Sumber: The World Bank
bakar, maka yang paling banyak
pemakaiannya adalah minyak solar. senyawa-senyawa yang membahayakan bagi
Kebutuhan solar dari tahun ke tahun semakin kesehatan.
meningkat, karena solar banyak digunakan Pada tabel 1 dapat dilihat emisi dari
sebagai bahan bakar berbagai jenis alat minyak bensin dan minyak solar dalam
transportasi yang menggunakan mesin diesel gram/liter.
(mobil dan kapal laut), bahan bakar berbagai Usaha untuk mengadakan diversifikasi
jenis peralatan berat dan pesawat pengangkat sumber energi sudah banyak dilakukan, mulai
(excavator, crane, dll). Bahan bakar berbagai dari penggunaan bahan bakar gas sampai
jenis peralatan bengkel dan sebagai bahan dengan pengembangan teknologi mesin
bakar penggerak generator pembangkit tenaga bertenaga matahari. Namun pengaplikasian
listrik. bahan bakar pada mesin kendaraan
Selain sifatnya yang tidak dapat membutuhkan modifikasi dan penambahan
terbaharukan penggunaan bahan bakar fosil infrastruktur, demikian juga dengan tenaga
menyebabkan berbagai permasalahan matahari. Agar dapat bersifat aplikatif maka
lingkungan. Dewasa ini kepedulian terhadap alternatif bahan bakar harus dalam bentuk
lingkungan hidup yang semakin tinggi, dipicu cair. Selain itu bahan bakar alternatif
oleh semakin memburuknya kondisi bumi sebaiknya bersifat dapat diperbaharui dan
yang kita tempati. Pemanasan global akibat juga ramah lingkungan. Serangkaian
efek rumah kaca mengancam kehidupan penelitian telah dilakukan diprogram studi
manusia karena dapat menyebabkan naiknya teknik mesin Universitas Udayana terkait
permukaan airlaut dari melelehnya es di dengan upaya untuk membuat bahan bakar
kutub.polusi yang membahayakan bagi pengganti minyak solar. Tahun 1994
lingkungan, terutama di kota-kota besar yang penelitian dimulai dengan jalan mencampur
penuh dengan polusi asap kendaraan dan minyak nabati ke dalam minyak solar,
industri. Dan penggunaan BBM sebagai penelitian selanjutnya adalah dengan jalan
bahan bakar utama ikut memberi andil dalam melakukan pemanasan pada minyak nabati
kerusakan lingkungan yang terjadi. Emisi gas sebagai minyak solar, hingga akhirnya
buang hasil pembakaran bahan bakar pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel

J.I. Tek.Kim. UNPAM 2 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

ini dibuat dengan menggunakan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) terbesar adalah
nabati dari jenis minyak kelapa sawit yang sebagai bahan baku minyak goreng. Minyak
dicampur dengan alkohol dan katalis. goreng merupakan salah satu kebutuhan
Pengembangan biodiesel merupakan alternatif bahan pokok penduduk Indonesia dengan
yang potensial untuk mengatasi permasalahan tingkat konsumsi yang mencapai lebih dari
keterbatasan sumber bahan bakar fosil, karena 2,5 juta ton pertahun, atau lebih dari 12
berasal dari bahan-bahan yang dapat kg/orang/tahun. Minyak goreng yang paling
diperbaharui. Selain itu penggunaan biodiesel banyak di gunakan di Indonesia adalah yang
dapat mengurangi emisi pada hasil berbahan baku minyak kelapa sawit (lebih
pembakaran, sehinggan lebih bersifat ramah dari 70%). Penggunaan minyak goreng kelapa
lingkungan. Indonesia sangat potensial dalam sawit sebagai biodiesel secara teknis lebih
pengembangan biodiesel karena merupakan menguntungkan karena sudah melalui
negara produsen minyak kelapa sawit terbesar berbagai proses penghilangan impuritis,
kedua di dunia, sehingga suplai bahan baku kandungan asam lemak dan lemak padat.
dalam pembuatan biodiesel sudah tersedia. Namun secara ekonomis penggunaan minyak
goreng kelapa sawit sebagai bahan baku
Biodiesel merupakan salah satu
pembuatan biodiesel secara teknis tidak
potensial permasalahan energi yang dapat
menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh
dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar
kebijakan harga BBM di Indonesia relatif
solar/diesel. Minyak biodiesel merupakan
rendah, sehingga jika dibandingkan dengan
bahan bakar alternatif yang terbuat dari
harga minyak goreng kelapa sawit terdapat
sumber daya alam yang dapat diperbarui,
perbedaan yang relatif besar [5].
diantaranya adalah minyak tumbuhan dan
hewan. Biodiesel ini dapat dijadikan sebagai Khususnya minyak kelapa sawit dan
bahan bakar pengganti solar, sebab komposisi minyak kelapa pada saat ini banyak
fisika-kimia antara biodiesel dan solar tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan[6]. Oleh
jauh berbeda. Pembakaran bahan bakar fosil karena itu pemakaian minyak kelapa sawit
menghasilkan salah satu polutan yaitu sulfur dan minyak kelapa ini dihindari karena bisa
dioksida (SO2) dan mengakibatkan polusi berakibat kompetisi dengan bahan pangan.
udara meningkat. Selain sebagai energi yang Adapun pemanfaatan minyak nyamplung
terbarukan, biodiesel memiliki beberapa masih mempunyai kendala ketersediaan bahan
keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar bakunya. Kontinuitas minyak nabati dari
yang ramah lingkungan karena menghasilkan nyamplung pada saat ini masih sangat sulit
emisi yang jauh lebih baik (bebas sulfur, walaupun minyak nyamplung ini cocok untuk
smoke number rendah) sesuia dengan isu-isu digunakan sebagai bahan baku pembuatan
global [2], asap buangan biodiesel tidak hitam biodiesel karena tidak akan mengakibatkan
dan asap buangnya berkurang 75% kompetisi dengan bahan pangan. Sebagai
dibandingkan solar biasa. Sifat biodegradable jalan yang bisa mendukung kontinuitas
juga baik, karena lebih dari 90% biodiesel produksi dan tidak berkompetisi dengan
dapat terurai dalam 21 hari bahan pangan, maka digunakan minyak
[3,4]. goreng bekas atau minyak jelantah [7] dengan
Bahan baku yang bisa dapat kualitas yang paling redah. Minyak jelantah
menghasilkan minyak biodiesel seperti, merupakan salah satu bahan baku yang
minyak nyamplung, kelapa sawit, kelapa, atau memiliki peluang untuk pembuatan biodiesel
minyak nabati lainnya. Penggunaan minyak [8-10]. Penggunaan minyak goreng bekas atau

J.I. Tek.Kim. UNPAM 3 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

minyak jelantah sebagai bahan baku biodiesel, bias didapatkan dari took bahan kimia yang
karena secara karakteristik masih ada umumnya ada dipasaran. NaOH teknis atau
kesamaan dengan minyak kelapa sawit: masih biasa disebut caustic soda ini banyak
mengandung trigliserida, di samping asam digunakan untuk pembuatan sabun,
lemak bebas. Secara ekonomi, minyak goreng mengandung beberapa logam sehingga bahan
bekas yang kualitas sangat rendah seperti ini tidak bisa digunakan untuk pemrosesan
bentuknya yang sudah hitam, saat ini dapat makanan. Pemakaian NaOH teknis ini juga
diperoleh secara gratis karena merupakan lebih didasarkan pada pertimbangan ekonomi,
limbah yang sudah tidak digunakan lagi. Data harganya murah.
statistik menunjukkan bahwa terdapat
Ethanol. Pemilihan ethanol teknis sebagai
kecenderungan peningkatan produksi minyak
reaktan lebih didasarkan kemudahan
goreng. Selain ketersediaannya yang relatif
didapatkan di pasaran dibandingkan dengan
berlimpah, minyak jelantah merupakan
methanol yang saat ini lebih banyak
limbah sehingga berpotensi mencemari
digunakan sebagai reaktan pada pembuatan
lingkungan berupa naiknya kadar COD
biodiesel di industry. Keuntungan lainnya
(Chemical Oxygen Demand) dan BOD
adalah ethanol lebih tidak mudah menguap
(Biology Oxygen Demand) dalam perairan,
dibandingkan methanol. Titik didih ethanol
selain itu jugamenimbulkan bau busuk akibat
adalah 78.37oC sedangkan methanol 64.7oC
degradasi biologi.
[12].
Pada penelitian ini, pengolahan minyak
Metode
jelantah mengubah molekul-molekul asam
lemak tak jenuh dalam minyak nabati menjadi Pembuatan biodiesel dari minyak goreng
asam lemak jenuh dengan menggunakan bekas dilakukan dalam 3 tahap:
alkohol (methanol & etanol) dan katalis
Tahap Persiapan. Minyak jelantah yang
NaOH teknis pada proses transesterifikasi
didapatkan dari berbagai sumber dijadikan
[9,10]. Campuran dari minyak jelantah
satu dalam satu wadah, diaduk hingga merata
dengan NaOH teknis akan membentuk
(homogen). Minyak jelantah ini disaring
gliserol yang mengendap dibagian bawah dan
menggunakan saringan yang atasnya dilapisi
etil ester (biodiesel) mengapung dipermukaan.
dengan tisu. Pada tahapan ini kotoran padatan
Berdasarkan penelitian tersebut maka terbuka
akan tersaring dan akan langsung diproses
kesempatan untuk membuat biodiesel sebagai
dalam kondisi basa, transesterifikasi.
pengganti bahan bakar solar. Dengan
menggunakan minyak jelantah atau minyak Proses pembuatan biodiesel. Pembuatan
goreng bekas. biodiesel ini dilakukan dalam suasana basa
dengan menggunakan katalis cair yang akan
BAHAN DAN METODE Bahan bereaksi secara homogen dengan minyak
Minyak jelantah. Minyak jelantah yang jelantah yang sudah disaring. Adapun katalis
digunakan disini merupakan minyak goreng NaOH cair disiapkan dalam konsentrasi 2M.
dengan kualitas sangat rendah yang berwarna NaOH ini dicampur lebih dahulu dengan
hitam dan encer. Minyak goreng semacam ini ethanol dalam erlenmeyer berpengaduk.
didapatkan dari penjual dipinggir jalan seperti Jumlah ethanol dan NaOH dalam studi ini
ayam goreng atau lele goreng maupun penjual merupakan parameter yang digunakan untuk
gorengan. optimasi pembuatan biodiesel. Optimasi ini
dilakukan dengan mengatur jumlah excess
NaOH teknis. Katalis NaOH yang digunakan pemakaian ethanol sebagai reaktan: 0, 25, 50,

J.I. Tek.Kim. UNPAM 4 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

75 dan 100% terhadap kebutuhan reaksi dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan
minyak jelantah teoritis. Optimasi kedua pada ditambahkan ethanol 95% sebanyak 50ml.
studi ini dilakukan untuk meminimalkan Larutan ditambahkan 1 ml (20 tetes) indikator
jumlah NaOH 2M yang digunakan, dimulai fenolftalein (PP). Larutan tersebut kemudian
dari penggunaan 10, 25, 40, 55, dan 70 ml dititrasi dengan larutan standar NaOH
[13-15]. hinggaberwarna merah muda konstan (tidak
berubah selama 15 detik) [16,17]. Jumlah
Proses esterifikasi dilakukan dengan basis
NaOH yang digunakan untuk titrasi dicatat
jumlah minyak jelantah 200 ml ke dalam
untuk menghitung bilangan asam. Pengerjaan
beaker glass. Minyak jelantah tersebut
ini dilakukan sebanyak tiga kali. Perhitungan:
dipanaskan menggunakan hot plate pada suhu
60°C yang disertai pengadukan dengan Kadar FFA =
magnetic stirer. Selanjutnya volume katalis
NaOH sebanyak 50 ml dan ethanol sebanyak
100 ml kedalam campuran tersebut sedikit (1)
demi sedikit sehingga campuran tersebut Dimana:
homogen. Setelah pengadukan tersebut, pra V= Jumlah volume NaOH untuk titrasi (ml)
crude methyl ester diendapkan selama 1 hari N= Normalitas
kemudian disaring lagi dengan tisu. Pada G= massa biodiesel (g)
akhir proses esterifikasi ini akan terbentuk Kuantitas konsentrasi gliserin (glycerol).
gliserol yang larut dalam air sehingga bisa Penentuan lipida atau lemak dalam suatu
dipisahkan dari biodiesel dengan bahan dapat dilakukan dengan menganalisa
menggunakan corong pemisah. uji bilangan iodin. Bilangan iodine adalah
Proses pemurnian biodiesel. Pemurnian gram iodine yang diserap oleh 100 gram
biodiesel diawali dengan proses pencucian lemak, akan mengadisi ikatan asam lemak
sisa NaOH yang masih terlarut dalam tidak jenuh bebas maupun dalam bentuk ester.
biodiesel. Proses pencucian ini dilakukan Bilangan iodine tergantung pada jumlah asam
dengan menambahkan aquadest sebanyak 100 lemak tidak jenuh dalam lemak. Lemak yang
ml. Menuangkan air pencuci (aquades) akan diperiksa dilarutkan dalam kloroform
kedalam crude methyl ester yang akan dicuci, (CHCl3) kemudian ditambahkan larutan
dilakukan pengadukan dan didiamkan iodine berlebihan ( 0,1-0,5 gram.) sisa iodine
sehingga terjadi pemisahan antara methyl yang tidak bereaksi dititrasi dengan tiosulfat.
ester dan air. Pemurnian terakhir dilakukan Berat jenis atau Densitas. Perhitungan
untuk memisah kandungan air yang tersisa densitas dilakukan dengan menggunakan alat
dalam biodiesel. Pemurnian biodiesel dari piknometer. Piknometer disiapkan dengan
aquadest tersisa dilakukan melalui terlebih dahulu dikeringkan dengan
pemanasan biodiesel dalam oven pada suhu dimasukan ke oven dengan suhu 60°C selama
70-80°C selama kurang lebih 12 jam. 15 menit. Piknometer kosong ditimbang.
Analisa Selanjutnya biodiesel dimasukan kedalam
piknometer tersebut dan ditimbang lagi.
Beberapa parameter yang dianalisa dalam Perhitungan berat jenis biodiesel adalah
studi ini dilakukan untuk menghitung: sebagai berikut:
Kadar FFA. Sebanyak 5 gram biodiesel yang
telah ditentukan massa jenisnya pada suhu
ruang, dipipet menggunakan pipet volume,

J.I. Tek.Kim. UNPAM 5 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

Jelantah
C ─ O ─ RꞋ C ─ OH RꞋ ─ ESTER
│ │
C ─ O ─ RꞋꞋ C ─ OH RꞋꞋ ─ ESTER trigliserida yang merupakan trigliseril ester
│ │ dari asam lemak. Gliserin mengandung gugus
C ─ O ─ RꞋꞋꞋ C ─ OH RꞋꞋꞋ ─ ESTER
alkohol primer dan alkohol sekunder yang
dapat mengalami reaksi oksidasi. Sebagai
Gambar 1. Proses Transesterifikasi Minyak hasil samping pengolahan minyak
dimanfaatkan. Namun, pemurnian limbah
HASIL DAN PEMBAHASAN gliserol menjadi gliserol murni sangat mahal
dan tidak efektif.
Minyak jelantah sebagaimana minyak
goreng dari kelapa sawit mempunya Rendemen dari hasil penelitian ini, dapat
kandungan yang hamper sama, trigliserida dilihat memiliki pola dari segi berat minyak
dari asam jenuh dengan rantai panjang biodiesel, berat gliserol, pengecekan FFA
mempunyai titik leleh yang lebih tinggi (Free Fatty Acid), dan massa jenis biodiesel
(2) jelantah, gliserol memiliki potensi untuk
(densitas).
Dengan
daripada yang terbuat dari asam jenuh dengan
beberapa variabel, dapat ditemukan kondisi
rantai pendek atau tak jenuh. Dengan
optimum dari biodiesel tersebut.
transesterifikasi, kandungan asam lemak
bebas dapat diminimalisir hingga 2% dan Biodiesel
diperoleh tambahan ester [18]. Parameter Biodiesel yang didapatkan dari Dari
utama dalam hasil reaksi transesterifikasi pembuatan biodiesel ini dapat diperoleh hasil
adalah rasio molar antara trigliserida dan data seperti pada Gambar 2. Gambar 2
alkohol dalam studi ini digunakan ethanol. menunjukan berat biodiesel yang dihasilkan
Faktor lain yang mempengaruhi kandungan dari minyak jelantah 200 ml. Kondisi
ester pada biodiesel, diantaranya kandungan optimum yang didapatkan pada setiap
gliserol, jenis alkohol yang digunakan pada pemakaian jumlah NaOH adalah berbedabeda
reaksi transesterifikasi, jumlah katalis sisa untuk masing-masing excess pemakaian
[18,19]. ethanol. Pada penggunaan NaOH 10, 25, 40
Pembentukan FAEE dari minyak dan 55 ml didapat hasil biodiesel tertinggi
jelantah dan ethanol pada kondisi basa dengan excess ethanol 0% dengan urutan
(dengan katalis NaOH) menghasilkan produk 196,64; 196.52; 187.62 dan 182.28 gram.
biodiesel dan produk samping gliserin. Adapun pemakaian 70 ml NaOH optimal pada
Gliserin (glycerol) merupakan suatu tribasic excess ethanol 50% sebesar 195.82 gram.
alcohol yang terdapat di alam dalam bentuk Produk hasil berat biodiesel
Trigliserida + Alkohol → Gliserin + FAEE (3) kemungkinan dipengaruhi
dengan banyaknya

J.I. Tek.Kim. UNPAM 6 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

Gambar 2. Berat biodiesel yang dihasilkan


jumlah air yang digunakan untuk pelarut excess ethanol yang digunakan. Oleh karena
NaOH dimana semakin besar jumlah NaOH itu, jumlah minimal glycerol ini didapatkan
berarti semakin besar pula jumlah air yang pada penggunaan 10 ml NaOH 2M dan excess
ada. Besarnya jubiodiesel pada excess 0% ethanol 0% yaitu 79.79 ml. Secara umum,
menunjukan bahwa perhitungan teoritis glycerol ini akan semakin besar volumenya
kebutuhan ethanol sebagai reaktan sudah dengan semakin besarnya volume NaOH 2M
cukup untuk mereaksikan menjadi biodiesel. yang digunakan dan semakin besarnya excess
Dengan kata lain, penambahan jumlah ethanol ethanol yang digunakan dimana volume
tidak akan menambah hasil biodiesel yang glycerol terbanyak didapatkan pada 70 ml
merupakan produk target pada studi ini. NaOH 2M dan 100% excess ethanol yaitu
Adapun pemakaian NaOH 2 M sebanyak 70 303.35 ml, suatu perbedaan yang significant.
ml menunjukan bahwa hasil maksimal pada Jadi pada studi disarankan untuk
excess ethanl 50%. Hal ini berkaitan dengan meminimalkan jumlah ethanol dan NaOH
sabun yang terbentuk padat sehingga mudah 2M. Dalam penentuan SNI 7182:2015 gliserol
dipisahkan terhadap glycerol dan biodiesel. bebas maksimal 0,24%-massa.
Ternyata hal ini efektif meningkatkan produk
Massa jenis atau densitas
biodiesel.
Pengukuran massa jenis ini diperlukan untuk
Gliserin memprediksi kandungan air dalam biodiesel.
Gliserin (glycerol) merupakan produk Densitas air mendekati 1 g/cm3 adapun
samping. Karena pemanfaatan glycerol ini densitas biodiesel berkisar 0,8600,900 g/cm3.
memerlukan proses pemurnian yang mahal. Oleh karena itu, diharapkan berat jenis
Maka pada studi ini diharapkan produk biodiesel yang dihasilkan disini
glycerol yang seminimal mungkin. Hasil yang
diperoleh pada studi ini sebagaimana
ditunjukan pada gambar 3. Besarnya glycerol
dalam pembuatan FAEE ini sangat berkaitan
dengan jumlah air yang digunakan baik pada
larutan NaOH 2M maupun semakin besarnya

J.I. Tek.Kim. UNPAM 7 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

diharapkan mendekati masa jenis biodiesel teoritis. Gambar 4 menunjukan bahwa masa

Grafik 3 Hasil berat gliserol

Grafik 4 Berat jenis biodiesel.

jenis biodiesel yang paling mendekati masa


jenis biodiesel teoritis adalah pada
penggunakan 70 ml NaOH 2M dan 100%
excess ethanol yang berkisar antara 0.937
sampai 0,95 gr/ml. Hasil ini menunjukan
kemungkinan masih adanya kandungan air
pada biodieseltersebut.

Massa jenis atau densitas


Pengukuran massa jenis ini diperlukan untuk
memprediksi kandungan air dalam biodiesel.
Densitas air mendekati 1 g/cm3 adapun
densitas biodiesel berkisar 0,8600,900 g/cm3.

J.I. Tek.Kim. UNPAM 8 Juli 2018 Vol. 2 No. 2

kemungkinan masih adanya kandungan air. pada biodiesel tersebut.


Prasetyo

Oleh karena itu, diharapkan berat jenis memerlukan biaya yang tinggi. Pada studi ini,
biodiesel yang dihasilkan disini diharapkan volume minimal glycerol juga pada
mendekati masa jenis biodiesel teoritis. penggunakaan 10 ml NaOH 2M dan excess
Gambar 4 menunjukan bahwa masa jenis ethanol 0%, yaitu 79.79 ml.
biodiesel yang paling mendekati masa jenis Kualitas biodiesel yang dilihat dari
biodiesel teoritis adalah pada penggunakan 70 masa jenis teoritis dari literatur ternyata
ml NaOH 2M dan 100% excess ethanol yang menunjukan bahwa masih terlalu tinggi yaitu
berkisar antara 0.937 sampai 0,95 gr/ml. Hasil 0.937 gr/ml dari yang diharapkan 0.900 gr/ml.
ini menunjukan FFA (Free Fatty Acid) Kendala ini bias diantisipasi dengan
FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak jenuh pemanasan dioven dengan suhu yang lebih
merupakan produk yang dihasilkan ketika tinggi dan waktu yang lebih lama.
suatu trigliserida mengalami reaksi hidrolisis.
Pada umumnya disyaratkan FFA ini nilainya DAFTAR PUSTAKA
dibawah 0.5%. Pada pengukuran FFA ini
[1] Agus Sugiyono, Anindhita,
semua sample adalah dibawah 0.5%.
Laode
Pengukuran FFA dengan metode titrasi yang
M.A. Wahid, and Adiarso, Outlook
menggunakan indicator pH PP ini harus
Energi Indonesia.: Badan Pengkajian
dilaksanakan dengan teliti dan standard warna
dan Penerapan Teknologi, 2016.
yang sama. Sebaiknya dilakukan oleh orang
[2] Basha, Syed Ameer & Gopal, K. Raja &
sama untuk membndingkan hasil yang
Jebaraj, S., 2009. "A review on
konsisten. Pada pengukuran FFA oleh orang
biodiesel production, combustion,
yang berbeda seringkali menghasilkan data
emissions and performance,"
yang berbeda secara cukup signifikan.
Renewable and Sustainable Energy
KESIMPULAN Reviews, Elsevier, vol. 13(6-7), pages
1628-1634, August.
Studi pembuatan biodiesel dari minyak [3] Mudge SM, Pereira G, 1999.
jelantah ini menunjukan potensi pemanfaatan Stimulating the biodegradable of crud
minyak jelantah sebagai bahan bakar melalui oil with biodiesel preliminary result.
system sumbu dengan nyala api (gambar tidak Spill Science & Technology Bulletin 5:
ditunjukan). 353-355.
Pembuatan biodiesel ini sebaiknya [4] Speidel HK, Lightner RL dan Ahmed I,
dilakukan dengan meminimalkan jumlah 2000, “Biodegradability of New
kandungan air yang digunakan melalui Engineered Fuels Compared to
minimalisasi volume larutan katalis NaOH Conventional Petroleum Fuels and
dan excess ethanol yang digunakan. Oleh Alternative Fuels in Current Use”,
karena itu, hasil maksimum biodiesel pada Twenty-First Symposium on
studi ini dicapai pada penggunakaan 10 ml Biotechnology for Fuels and Chemicals
NaOH 2M dan excess ethanol 0% teoritis pp 879-89, Part of the Applied
yang mencapai 196.64 ml. Selain itu, Biochemistry and Biotechnology book
minimalisasi air yang digunakan tersebut, series (ABAB). DOI 10.1007/978-1-
juga akan meminimalkan volume glycerol, 4612-1392-5_69
produk samping, yag dihasilkan. Volume
[5] Swern.1964. Bailey’s Industrial Oil and
glycerol diharapkan seminimalkan mungkin
Fast Product, pp.948-951:
karena untuk pemanfaatan lebih lanjut
Interscience Publisher Inc. New York.

J.I. Tek.Kim. UNPAM 9 Juli 2018 Vol. 2 No. 2


Prasetyo

[6] Harrington KJ. 1986. Chemical and Volume 41, Issue


physical properties of vegetable oil 2, February 2009, Pages 167-170.
ester and their effect on diesel fuel doi.org/10.1016/j.jct.2008.10.001
perfomance. Biomass 9(1): 1-17. [13] Ahlsy. 2015. “Parameter Dasar Analisa
[7] Ardra. 2015. “Pengolahan Minyak Minyak dan Lemak”
Goreng Bekas Menjadi Biodiesel” <http://ahlsy.blogspot.co.id/2015/07/pa
<https://ardra.biz/sain-teknologi/ rameter-dasar-analisa-minyak-dan-
ilmudan-teknologi-terapan/pengolahan- lemak.html> Diakses pada 13
minyak-goreng bekas-menjadi- Nopember 2017
biodiesel/> Diakses pada 11 Mei 2017 [14] Freedman, B.E.H and T.L.Mounts.
[8] Farid, Salman dan 1984. Variabel Affecting th Yield of
Juhansyah, Fatty Esters from Transesterified
Mohamad. 2005. “Pembuatan biodiesel Vegetable Oils: J. Am. Oil Chem. Soc,
dari minyak jelantah”. Laporan 61, pp.1638-1643. New York.
Penelitian: Jurusan Teknik Kimia, [15] Gerpen, J.V., 2005, Biodiesel
Fakultas Teknologi Industri, Institut Processing and Production, Fuel
Teknologi Indonesia, Serpong. Processing Technology, Elsevier
[9] Sholikhah MD, Paryanto I, Barus BR, [16] Kirk, R.E and Othmer, D.F. 1951.
2009, “Efek Kualitas Minyak Jelantah Encyclopedia of Chemical Technology,
Terhadap Harga Proses Produksi dan vol.5, pp. 781-790: Interscience
Kualitas Biodiesel”, Seminar Nasional Incyclopedia Inc. New York.
Teknik Kimia Indonesia – SNTKI, [17] NMS Sanjiwani, Suaniti, dan Ni Luh
Bandung. Rustini, 2015. “Bilangan peroksida,
[10] Rahkadima,Y,T. & Abdi,P. bilangan asam, dan kadar FFA biodiesel
2016. dengan penambahan antioksidan dari
Produksi Biodiesel Dari Minyak kulit buah pisang kepok (Musa
Goreng bekas Menggunakan Katalis paradisiaca Linn.)”. Jurnal Kimia, Vol.
Kalsium Oksida: Program Studi Teknik 02, No. 259-266
Kimia,Fakultas Teknik,Universitas NU [18] Ramadhas, dkk. 2005. Pembuatan
Sidoarjo. Indonesian: Journal of Biodiesel dari Minyak Sawit dengan
Research and Technologies 2. Esterifikasi Dua Tahap: Laporan
[11] Polsri. 2013. “Eprints, Minyak Penelitian, Laboratorium Prose Kimia,
Jelantah” Jurusan Teknik Kimia, Universitas
<http://eprints.polsri.ac.id/94/3/BAB% Gadjah Mada. Yogyakarta.
20II.pdf> Diakses pada 15 Nopember [19] Fessenden, R.J and Fessenden, J.S.
2017 1979. Kimia Organik, Jilid I. Jakarta:
[12] Jun-feng Wang,, Xue-mei Li, Hong PT.Erlangga
Meng, Chun-xi Li, Zi-hao Wang, 2009,
“Boiling temperature measurement for
water, methanol, ethanol and their
binary mixtures in the presence of a
hydrochloric or acetic salt of mono-, di-
or tri-ethanolamine at 101.3 kPa”, The
Journal of Chemical Thermodynamics,

J.I. Tek.Kim. UNPAM 10 Juli 2018 Vol. 2 No. 2

Anda mungkin juga menyukai