BAB 1
Pendahuluan
Energi merupakan salah satu komoditi penting bagi tingkat kemajuan suatu
negara, karena energi merupakan salah satu aspek penggerak aktivitas di berbagai
sektor kehidupan. Sumber energi terbesar yang digunakan di dalam negeri saat ini
masih bertumpu pada bahan bakar minyak (BBM).Permintaan pasar terhadap BBM
akan terus meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan perkembangan
industri, namun ketersediaannya semakin terbatas karena BBM tergolong sebagai
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra)
Kementeri-an ESDM Tahun 2015–2019, cadangan minyak bumiIndonesia sebesar 3,6
miliar barel diperkirakan akan habis dalam 13 tahun mendatang.
Bagi Indonesia, minyak sawit (palm oil) akan tampil sebagai minyak nabati
paling potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan mentah utama pembuatan green
diesel, paling tidak dalam tahap awal pengembangan industri bahan bakar terbarukan
dalam negeri karena Indonesia memiliki potensi produk minyak sawit dalam jumlah
besar. Minyak goreng kelapa sawit bekas merupakan salah satu bahan baku yang
memiliki peluang untuk pembuatan green diesel, karena minyak ini masih mengandung
trigliserida. Dari data statistik menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi kecenderungan
peningkatan produksi minyak goreng sawit.
Produksi minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil ( CPO) Indonesia
mencapai 38,17 juta ton, sementara produksi palm kernel oil (PKO) atau minyak
inti kelapa sawit mencapai 3,05 juta ton . Dengan demikian, total produksi kelapa
sawit Indonesia sepanjang tahun 2017 mencapai 41,98 juta ton. angka tersebut
mengalami peningkatan sebesar 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya (Sitanggang, 2017)
Selain ketersediaannya yang relatif berlimpah, minyak goreng kelapa sawit bekas
merupakan limbah sehingga berpotensi mencemari lingkungan berupa naiknya kadar
COD dan BOD dalam perairan, selain itu juga menimbulkan bau busuk akibat
degradasi biologi (Djaeni, 2002). Oleh karena perlu dilakukan usaha-usaha
pemanfaatan minyak kelapa sawit bekas tersebut. Salah satunya adalah sebagai bahan
baku yang digunakan untuk dijadikan sebagai bahan green diesel.
2
1.3. Tujuan
A. Mengetahui kondisi operasi yang bersesuaian untuk mendapatkan yiel
tertinggi
B. Mengetahui pengaruh kondisi operasi terhdap yield yang dihasilkan
C. Julah penurunan oksigen yang terjadi stelah reaksi berlangsung
1.4. Manfaat
A. Dapat memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan green
diesel
B. Dapat mengurangi kadar pemakaian petrodiesel terhadap bahan bakar minyak.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam lemak bebas di dalam minyak goreng merupakan asam lemak berantai
panjang yang tidak teresterifikasi. Asam lemak bebas mengandung asam lemak jenuh
yang berantai panjang. Semakin banyak konsumsi asam lemak bebas, akan
meningkatkan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah yang merupakan
kolesterol jahat. Banyaknya asam lemak bebas dalam minyak menunjukkan penurunan
kualitas minyak (Adrian, 2005).
Sebagai bahan bakar, tentunya solar memiliki karakteristik tertentu sama halnya
dengan jenis bahan bakar lainnya. berikut karakteristik yang dimiliki fraksi solar:
Pada umumnya solar digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel
ataupun peralatan-peralatan industri lainnya. Agar menghasilkan pembakaran yang
baik, solar memiliki syarat-syarat agar memenuhi standar yang telah ditentukan.
Berikut persyaratan yang menentukan kualitas solar:
Mudah terbakar.
Tidak mudah mengalami pembekuan pada suhu yang dingin.
Memiliki sifat anti knocking dan membuat mesin bekerja dengan lembut.
Solar harus memiliki kekentalan yang memadai agar dapat disemprotkan oleh
ejector di dalam mesin.
7
Tetap stabil atau tidak mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna dalam
proses penyimpanan.
Memiliki kandungan sulfur sekecil mungkin, agar tidak berdampak buruk bagi
mesin kendaraan serta tidak menimbulkan polusi.
Bahan bakar diesel dapat digolongkan dalam berbagai macam jenis yang dibedakan
oleh kekentalan, jumlah cetane dan sebagainya. Tetapi walaupun memiliki perbedaan,
struktur utama pada diesel tersebut tidak memiliki perbedaan. berikut adalah jenis-
jenisnya:
HSD merupakan bahan bakar jenis solar yang digunakan untuk mesin diesel yang
memiliki performa untuk jumlah cetane 45. Umumnya mesin yang menggunakan
bahan bahar HSD merupaka mesin yang menggunakan sistem injeksi pompa dan
elektronik injeksi. Jadi pada dasarnya bahan bakar ini diperuntuhkan untuk kendaraan
bermotor dan bahan bakar peralatan industri.
MFO dihasilkan dari proses pengolahan minyak berat (residu) sehingga memiliki
kekentalan yang lebih tinggi. Jenis ini sering dugunakan sebagai bahan bakar langsung
pada sektor industri untuk mesin-mesin diesel yang memiliki kecepatan proses yang
rendah..
3. Minyak Bakar
Memiliki sifat dan bentuk yang tidak berbeda jauh dengan MFO, tetapi biasanaya
digunakan sebagai bahan bakar langsung untuk menghasilkan panas, contohnya saja
sebagai bahan bakar furnace pada proses pemanasan minyak mentah.
IDO dihasilkan dari proses penyulingan minyak mentah pada temperatur rendah,
biasanya jenis ini memiliki kandungan sulfur yang tergolong rendah sehingga dapat
diterima oleh Medium Speed Diesel Engine.
8
5. Biodiesel
Bahan bakar biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang cukup baik sebagai
pengganti solar yang berasal dari fraksi minyak bumi, hal ini disebabkan karena
biodiesel merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui karena berasal dari
minyak nabati dan hewani walaupun. Secara kimia, susunan biodiesel terdiri dari
campuran mono-alkyl ester dan rantai panjang asam lemak, Biodiesel merupakan
bahan bakar yang tidak memiliki kandungan berbahaya bila terlepas ke udara, karena
sangat mudah untuk terurai secara alami. Dalam proses pembakarannya, bahan bakar
jenis ini hanya menghasilkan karbon monoksida serta hidrokarbon yang relatif rendah
sehingga cukup aman bagi lingkungan sekitar, hal ini lah yang membuat biodiesel
memenuhi persyaratan sebagai bahan bakar
Bahan bakar ini merupakan bahan bakar yang memiliki kualitas lebih tinggi jika
dibandingkan dengan jenis bahan bakar yang berasal dari petroleum lainnya. Jenis
bahan bakar telah mengalami proses peningkatan kualitas dari segi cetane number serta
pengurangan kandungan sulfur sehingga lebih di anjurkan bagi mesin diesel sistem
injeksi comonrail, untuk lebih jelasnya, sistem injeksi comonrail adalah sebuah tube
bercabang yang terdapat di dalam mesin dengan katup injektor yang dikendalikan oleh
komputer dimana masing-masing tube tersebut terdiri dari nozzle mekanis dan
pulunger yang dikedalikan oleh selenoid serta actuator piezoelectric. Pada solar jenis
ini memiliki jumlah bilangan cetane 53 serta kandungan sulfur dibawah 300 ppm
sehingga digolongkan sebagai diesel modern yang memiliki standar gas buang EURO
2.
Meskipun biodiesel dan green diesel adalah biofuel transportasi cair lipid yang
turunan, ada perbedaan signifikan di antara mereka. Perbedaan pertama adalah antara
struktur molekul dari dua bahan bakar. Sementara biodiesel terdiri dari molekul alkil
ester, konstituen hijau diesel adalah hidrokarbon. Oleh karena itu, tidak seperti
biodiesel, diesel hijau tidak memiliki molekul berbasis oksigen. Karakteristik green
diesel ini menghasilkan nilai panas yang tinggi dan kepadatan energi yang tinggi.
Kedua, diesel hijau memiliki angka cetane yang sangat tinggi (80-90), sementara
biodiesel memiliki angka setana pada urutan 50. Ketiga, diesel hijau memiliki emisi
NOx yang lebih rendah dibandingkan untuk biodiesel. Selain itu, hydroprocessing
adalah proses umpan-fleksibel yang tidak sensitif terhadap konten FFA dari bahan baku
sementara transesterifikasi sangat sensitif terhadap tingkat FFA. Dalam hal produk
samping mereka, hydroprocessing menghasilkan propana yang merupakan bahan bakar
gas itu sendiri dan dapat digunakan dalam sistem. Selain itu, sifat bahan bakar diesel
hijau dibandingkan dengan Ultra Low Sulphur Diesel (ULSD), dan Fatty Acid Methyl
Ester (FAME) yang dikenal sebagai biodiesel ditunjukkan pada Tabel 4 (Hoekman,
2009).
Tabel 4. Perbandingan Sifat bahan bakar Green Diesel, Petrodiesel dan Biodiesel
Selanjutnya, kerapatan energi hidrokarbon yang luar biasa sebagai bahan bakar
membuatnya menjadi pilihan bahan bakar transportasi yang kuat
10
Komersialisasi green diesel telah dimulai dibeberapa negara. Saat ini green diesel
diproduksi secara industri di Finlandia oleh Neste Oil memiliki dua pabrik dengan
kapasitas gabungan sebesar 170 000 ton / tahun. Selain itu, Neste Oil mengumumkan
bahwa mereka akan memulai produksi diesel hijau di Singapura pada tahun 2010 dan
di Rotterdam pada tahun 2011 dengan tanaman yang memiliki kapasitas 800.000 ton /
tahun. Dan di Indonesia sendiri kilang Green diesel ini baru akan dibangun pada tahun
2021. Menurut Ignasius Jonan pada tahun 2018 menyatakan bahwa Pemerintah
memberikan target ke PT Pertamina (Persero) untuk memproduksi green diesel melalui
Kilang Plaju dan Dumai mulai 2021.
Karena asam lemak adalah asam karboksilat, mereka dapat diproses dengan cara yang
sama untuk membentuk hidrokarbon rantai lurus (n-hidrokarbon). Untuk asam lemak,
ester asam lemak, dan trigliserida, dekarboksilasi berlangsung dengan reaksi berikut:
Penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami efek katalis dalam dekarboksilasi
heterogen dilakukan tanpa katalis versus satu set katalis yang berbeda. Ditemukan
bahwa dekarboksilasi termal tanpa katalis hanya menyebabkan konversi 5% dalam
reaktor semibatch di bawah atmosfer helium pada 300 C dan 6 bar. Serangkaian katalis
termasuk tembaga oksida yang dibantu katalis oksida Ir, Mo, Ni, Os, Pd, Pt, Rh dan
Ru, serta katalis nikel Raney, dicoba di bawah kondisi reaksi yang sama. Disimpulkan
bahwa dekarboksilasi asam stearat dengan katalis karbon yang didukung umumnya
mengarah ke tingkat yang lebih tinggi paling mungkin karena interaksi metalupport.
Tingkat reaksi awal adalah yang tertinggi untuk 5% Pd / C (1,9 mmol / s / gmet) yang
menunjukkan kinerja terbaik. Dengan katalis Ru / C dan Rh / C diamati bahwa
selektivitas mereka terhadap produk samping tak jenuh lebih tinggi, yang
mengakibatkan penonaktifan mereka. Studi lain deoksigenasi katalis untuk
menghasilkan hidrokarbon bahan bakar diesel dilakukan dalam reaktor semi-batch
menggunakan asam lemak tidak jenuh termasuk asam lemak tak jenuh tunggal, asam
oleat, asam lemak tak jenuh, asam linoleat, dan ester asam lemak tak jenuh tunggal,
metil oleat. .Dalam studi ini, katalis Pd / C digunakan pada tekanan antara 15–27 bar
dan suhu 300–360 C. Studi selanjutnya menunjukkan bahwa untuk produksi diesel
hijau melalui dekarboksilasi asam stearat lebih dari 4% berat. % Pd katalis didukung
pada sibunit (kelas baru dari bahan komposit karbon-karbon mesopori menggabungkan
keuntungan dari stabilitas kimia dan konduktivitas listrik grafit dan tinggi luas
permukaan spesifik dan kapasitas adsorpsi batubara aktif) adalah mungkin. Proses ini
dilakukan dalam reaktor semi batch dengan volume 300 mL pada 17 bar helium dan
300 oC, menggunakan dodekana sebagai pelarut. Di bawah kondisi ini, dekarboksilasi
katalitik asam stearat menghasilkan pembentukan n-pentadekana serta n-heptadecane
sebagai produk utama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi produk
dalam dekarboksilasi katalitik asam stearat berubah tergantung pada jenis dukungan
13
dan sifat dari kelompok permukaan dalam bahan karbon. Beberapa reaksi
dekarboksilasi yang diuji untuk konversi asam lemak.
2.4.1.2.Hidrodeoksigenasi
Hydroprocessing adalah istilah umum yang digunakan untuk reaksi katalitik
yang menggunakan hidrogen untuk menghilangkan heteroatom seperti sulfur, nitrogen,
oksigen, dan logam, dan juga untuk menjenuhkan olefin dan aromatik. Reaksi
hidroprosesing yang khas termasuk hidrodesulfurisasi (HDS) di mana sulfur
dihilangkan dengan memecah ikatan C-S dan hidrogen sulfida terbentuk;
hidrodenitrogenasi (HDN) yang menargetkan penghilangan nitrogen sebagai amonia;
hydrodeoxygenation (HDO) yang menghilangkan oksigen sebagai air; dan
hidrodemetalisasi (HDM) untuk menghilangkan logam seperti sulfida logam. Produksi
renewable diesel (HDRD) yang berasal dari hidrogenasi berfokus pada penghilangan
oksigen dari bio-minyak / lemak, yang sesuai dengan reaksi HDO, untuk mendapatkan
hidrokarbon dalam rentang bahan bakar diesel . Reaksi HDO dari minyak-minyak /
lemak beroperasi pada suhu sedang, antara 300-600 ° C, dan di bawah tekanan hidrogen
tinggi dengan adanya katalis heterogen. Namun, kondisi reaksi seperti suhu dan
tekanan harus disesuaikan tergantung pada bahan baku. Katalis yang digunakan untuk
HDO pada kenyataannya sama dengan yang digunakan untuk HDS dan HDN seperti
Co-Mo sulfida atau Ni-Mo karena proses hidrogenasi sangat mirip dalam kilang
minyak bumi.
14
Gambar 2.3 stoikiometri konversi hidrokarbon dari trigliserida menjadi green diesel
Persiapan katalis logam yang didukung adalah salah satu area terpenting dalam
proses yang menggunakan reaksi kimia. Biasanya logam Golongan 8-11 dari tabel
periodik didukung pada karbon seperti platinum, paladium, rodium, rutenium dan
iridium.40 Katalis yang didukung karbon-karbon dapat dibuat dengan adsorpsi dari
larutan, impregnasi, pengendapan, dan deposisi fasa uap. Dalam kilang minyak bumi,
katalis logam sulfida logam mulia seperti sulfida Ni-Mo / Al2O3 digunakan untuk
aplikasi hydrotreating. Ini karena keberadaan sulfur dalam katalis ini mencegah
deaktivasi di mana katalis logam mulia akan rentan terhadap keracunan dari hadir
sulfur dalam bahan baku. Pada tahun 1976, telah terbukti bahwa bahkan katalis sulfida
pada dukungan karbon dapat berhasil digunakan untuk hidroprosing. Namun,
pekerjaan di masa depan dalam deoksigenasi bahan bakar minyak / lemak rendah sulfur
akan fokus pada pengembangan katalis berbasis nonsulfur dengan peningkatan
stabilitas yang tidak memerlukan tinggi -tekanan hidrogen
Teknologi produksi diesel hijau komersial saat ini didasarkan pada hidrogenasi
minyak nabati / lemak hewani atau campurannya dengan minyak nabati. Selama
hidroprosesing trigliserida menjadi hidrokarbon, reaksi berurutan berlangsung dalam
rangkaian. Gambar 2.4 menunjukkan reaksi selama konversi TAG atas katalis NiMo /
Al2O3 dalam atmosfer tekanan tinggi H2. Reaksi pertama adalah hidrogenasi molekul
trigliserida di mana semua ikatan rangkap dijenuhkan. Reaksi kedua melibatkan
penghilangan atom-atom oksigen yang dapat berupa hidrodeoksigenasi, dekarboksilasi
dan / atau dekarbonilasi. Selain reaksi samping yang terjadi seperti hidrocracking TAG,
reaksi pergeseran gas-air, metanisasi, siklisasi, dan aromatisasi yang disebut sebagai
reaksi ketiga. Reaksi keempat adalah isomerisasi n-parafin. Menurut proses
hidrotreating, gugus yang mengandung O2 dalam TAG dihilangkan dengan
mereaksikan dengan H2 untuk menghasilkan hidrokarbon. Selain itu, reaksi
hidrogenasi harus dilanjutkan dalam atmosfir H2 yang berlebihan untuk menghindari
16
reaksi samping yang tidak diinginkan seperti polimerisasi, ketonisasi, siklisasi dan
aromatisasi. Tidak cukup H2 menghasilkan pembentukan kokas pada permukaan
katalis dan deaktivasi katalis. Akibatnya, hasil solar hijau menurun dan profil spesies
diesel hijau berubah
Gambar 2.4 konversi TAG menjadi Green Diesel dari hydrogen dan NiMo/Al2O5
Oleh karena itu, untuk menghindari masalah kokas dan deaktivasi katalis, operasi
tekanan H2 tinggi lebih disukai.
dari dekarboksilasi dapat ditangkap dalam keadaan yang relatif murni, yang
memberikan manfaat tambahan untuk proses dekarboksilasi.
18
BAB III
METODE
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kondisi tekanan awal 30 bar dan waktu reaksi 1 jam, hasil tertinggi
diperoleh pada suhu operasi 400C dari 98,72% mempertimbangkan diesel hijau
C13-C22. Ini karena ketika suhu meningkat maka proses cracking akan terjadi
lebih mudah dan optimal. Ini juga disebabkan oleh penambahan energi panas
yang lebih besar
.
Gambar 4.2 Efek tekanan Awal terhadap yield hasil reaksi green diesel
21
Hasil pada 4 jam waktu operasi lebih tinggi dari waktu operasi 1 jam saja.
Semakin lama waktu reaksi, proses perengkahan juga terjadi lebih optimal karena
kontak antara reaktan dan katalis lebih lama menghasilkan lebih banyak produk
yang juga menyebabkan solar hijau meningkat.
Hasil pada 2 tahap lebih tinggi dari hasil reaksi hanya 1 tahap. Hal ini disebabkan
proses cracking pada 2 tahap terjadi lebih lama dimana setiap 1 tahap diberikan
1 jam sehingga jika 2 tahap maka terjadi reaksi 2 jam dari cracking. Selain itu,
penggantian dengan hidrogen segar membuat proses cracking lebih optimal
22
Bab 5
Kesimpulan
1. Hasil tertinggi diperoleh di bawah kondisi operasi dengan 2 tahap reaksi, di mana
T1 = 300 C, T2 = 400 C, P1 = P2 = 30 bar, t1 = t2 = 1 jam itu sama dengan
98,93%
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil diesel hijau adalah tekanan, suhu, jumlah
tahapan dan waktu.
3. Tingkat oksigen menurun dari 14.25% menjadi 13.35% pada T = 400C, P1 = 30
bar, t = 1 jam.