Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK WOOD PELLET DARI LIMBAH

KAYU KARET (Hevea brazilliensis Muell. Arg) SEBAGAI ALTERNATIF


SUMBER ENERGI TERBARUKAN

CHARACTERISTIC WOOD PELLET OF


WOOD RUBBER (Hevea brazilliensis Muell. Arg) WASTE
AS ALTERNTIVE ENERGY

Ari Adrian 1, Rudianda Sulaeman 2, Yossi Oktorini 2


Departement of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau
Address Bina Widya Km 12,5 Panam, Pekanbaru, Riau
(ariadrian813@yahoo.com)

ABSTRACT

This research to investigate the characteristics of wood pellets from wood rubber waste as
alternative renewable energy sources and determine the best treatment. This research was
conducted in experiments with completely randomized design (CRD), which consists of three
treatments three replications, with the use of wood rubber waste, tapioca flour and water as
well as the tools use are peletmill, calory meter combustion bomb, hammermill, oven,
container, stirrer, weigher, measure cups, stopwach, wood pellets stove and camera. It can be
concluded that the water content wood pellet 15,06% - 17,26%, wood pellet density 0,408
g/cm3(408 kg/m )3 ± 0,628 g/cm (628
3 3
kg/m ), long burn wood pellets 5,42 minutes/200gr ±
7,29 minutes/200gr and a calorific value 4029 Kcal/kg - 4106 Kcal/kg. Treatment to three
with tapioca powder rubber wood + 30% + 300 ml water have the appropriate or best
3
treatment approach by SNI, where the water content of 15,06%, density of 0,628 g/cm (628
kg/m3), long burning 5,42 minutes/200gr and calorific value of 4106 Kcal/kg.

Keywords: waste, rubber wood, wood pellets, energy

PENDAHULUAN

Tanaman karet merupakan komoditi Hasil pemanenan kayu karet akan


tanaman perkebunan yang banyak menghasilkan limbah yang disebut limbah
diusahakan oleh masyarakat Riau setelah pemanenan seperti daun, ranting, akar serta
perkebunan kelapa sawit. Pohon karet kayu karet yang tidak termasuk kedalam
hanya produktif menghasilkan getah layak jual (Matangaran, 2012). Selain itu
hingga berumur 20 - 25 tahun dan setelah Industri penggergajian kayu menghasilkan
itu produktifitas getah akan menurun limbah berupa serbuk gergaji 10,6%,
(Sukaton dan Wardhani, 1996 dalam sebetan 25,9% dan potongan 14,3% dengan
Setiawan, 2014). Selain getah produk lain total limbah sebesar 50,8% dari bahan baku
dari tamanan karet adalah kayu karet yang yang digunakan (Setyawati, 2003 dalam
dapat digunakan sebagai kayu bakar, bahan Sutrisno, 2013).
baku perabotan rumah tangga, particle Limbah industri penggergajian
board, parquet, MDF (Medium Density dilapangan ada yang ditumpuk, dibuang
Fibreboard), kayu lapis, papan partikel dan kealiaran sungai bahkan ada yang dibakar
lain sebagainya (Towaha dkk, 2013). secara langsung sehingga ikut menambah
1
Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
2
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015
emisi gas karbon di atmosfir (Pari, 2001 Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dalam Yakin, 2014). Untuk mengurangi adalah peletmill, calori meter combustion
dampak yang ditimbulkan diperlukan bomb, hammermill, oven, wadah,
adanya suatu pengolahan lanjut dengan pengaduk, neraca, gelas ukur, stopwach,
teknologi aplikatif sehingga menghasilkan kompor wood pellet dan kamera.
produk yang memiliki nilai tambah dan Penelitian ini menggunakan
ramah lingkungan, salah satunya dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
memanfaatkan limbah kayu karet menjadi terdiri dari tiga perlakuan dan tiga kali
wood pellet (pelet kayu). ulangan. Perlakuan terdiri dari: P 1 =
Wood pellet merupakan salah satu Serbuk kayu karet 1,5 kg + tapioka 10%
produk yang dikembangkan sebagai dari berat serbuk + air 300 ml, P 2= Serbuk
alternatif sumber energi baru yang kayu karet 1,5 kg + tapioka 20% dari berat
digunakan sebagai bahan bakar. Wood serbuk + air 300 ml, P3 = Serbuk kayu
pellet dapat digunakan sebagai bahan bakar karet 1,5 kg + tapioka 30% dari berat
kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan serbuk + air 300 ml. Data yang diperoleh
industri besar, bahkan juga bisa untuk dianalisis secara statistik dengan
industri pembangkit tenaga (Kementrian menggunakan uji ANOVA, apabila
Kehutanan Republik Indonesia, 2010). berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan
Wood pellet dapat menjadi bahan bakar uji DNMRT pada Taraf 5%.
andalan karena mengandung nilai kalor
yang tinggi dan dapat menghemat HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaan bahan bakar fosil yang
harganya semakin tinggi serta jumlahnya A. Kadar Air
semakin menipis di Indonesia. Hasil penelitian rata-rata persentase
Berdasarkan penelitian Kementrian kadar air wood pellet antara 15,06% -
Energi dan Sumberdaya Mineral (2009) 17,26%. Rata-rata persen kadar air wood
dalam Yanti (2013) cadangan energi pellet setelah dilakukan uji Duncan pada
minyak mentah Indonesia hanya dapat taraf 5% dapat dilihat pada Gambar 1.
diproduksi atau akan habis dalam kurun
waktu 22,99 tahun, gas selama 58,95 tahun
dan batubara selama 82,01 tahun. Hasil
perhitungan ini mengasumsikan bahwa
tidak ditemukan lagi ladang-ladang baru
sebagai sumber energi fosil. Untuk itu
perlu alternatif baru sumber bahan bakar
yang dapat mengurangi penggunaan bahan
bakar fosil salah satunya adalah wood
pellet.

METODE PENELITIAN Keterangan: huruf yang berbeda pada hasil


analisa menunjukkan perbedaan nyata antara
Penelitian ini telah dilaksanakan di perlakuan pada taraf 5% menurut uji DNMRT
workshop wood pellet Balitbang Provinsi Gambar 1. Nilai rata-rata kadar air wood
Riau, Laboratorium Jurusan Kehutanan pellet
dan Sukopindo cabang Provinsi Riau,
waktu penelitian dilakukan dari bulan Juli Hasil analisis yang dilakukan
sampai September 2014. menunjukkan bahwa ada perbedaan
Bahan yang digunakan adalah persentase kadar air wood pellet dengan
limbah kayu karet, tepung tapioka dan air. adanya perlakuan pemberian perekat

Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015


tapioka, semakin banyak perekat tapioka meningkat dengan bertambahnya tepung
yang diberikan maka kadar air wood pellet tapioka, karena tepung tapioka bersifat
yang dihasilkan semakin rendah karena, perekat. Selain itu ukuran partikel perekat
ukuran partikel perekat tapioka lebih kecil tapioka lebih kecil dibandingkan dengan
dibandingkan ukuran partikel serbuk kayu ukuran partikel serbuk kayu sehingga pada
karet sehingga pada proses pengempaan, saat proses pengempaan perekat tropika
perekat tapioka dapat mengisi rongga- dapat mengisi rongga yang kosong pada
rongga kosong pada wood pellet yang wood pellet. Ukuran partikel yang lebih
dapat mengurangi partikel air yang kecil dapat memperluas bidang ikatan
terjebak dirongga-rongga wood pellet atau antar serbuk, sehingga dapat meningkatkan
disebut dengan air terikat, sesuai dengan kerapatan wood pellet (Masturin 2002
penelitian Rahman (2011) dalam Winata dalam Santosa dkk, 2010). Yakin (2014)
(2013) tinggi tekanan saat pencetakan menambahkan dengan bertambahnya daya
menyebakan wood pellet semakin padat, perekat akan meningkatkan daya ikat antar
kerapatan tinggi, halus dan seragam, partikel sehingga dapat memperkecil
sehingga partikel biomasa dengan rongga wood pellet.
penambahan perekat dapat saling mengisi
pori±pori yang kosong serta menurunkan Nilai kerapatan wood pellet penting
molekul air yang dapat menempati pori± diketahui karena berhubungan langsung
pori tersebut. dengan wood pellet yang dihasilkan.
Semakin tinggi nilai kerapatan wood pellet
B. Kerapatan maka semakin baik kualitas wood pellet
Hasil penelitian menunjukkan yang dihasilkan dan dapat memudahkan
kerapatan wood pellet antara 0,408 dalam hal penanganan, penyimpanan serta
gr/cm3(408 kg/m 3) ± 0,628 gr/cm 3 (628 transportasi wood pellet, sehingga dapat
kg/m3). Rata-rata kerapatan wood pellet menurunkan biaya yang dibutuhkan
setelah dilakukan uji Duncan pada taraf (Adapa dkk, 2009 dalam Winata, 2013).
5% dapat dilihat pada Gambar 2.
C. Lama Pembakaran
Kerapatan
0,7 Hasil penelitian menunjukkan
0,628 c bahwa lama pembakaran wood pellet 5,42
)3 0,6 0,558 b
m menit/200gr - 7,29 menit/200gr. Rata-rata
0,5 lama pembakaran wood pellet setelah
c/ 0,408 a
gr 0,4 dilakukan uji Duncan pada taraf 5% dapat
(
an 0,3 dilihat pada Gambar 3.
at 0,2
ap Hasil analisis yang dilakukan
r 0,1 menunjukkan bahwa lama pembakaran
eK
0 wood pellet tertinggi terdapat pada
10 20 30 perlakuan pemberian perekat tapioka 10%
Komposisi Tapioka yaitu 7,29 menit/200gr. Sedangkan lama
pembakaran wood pellet terendah terdapat
pada perlakuan 30% yaitu 5,42
Keterangan: huruf yang berbeda pada hasil
analisa menunjukkan perbedaan nyata antara
menit/200gr.
perlakuan pada taraf 5% menurut uji DNMRT
Gambar 2. Nilai Kerapatan wood pellet
Hasil analisis yang dilakukan
menunjukkan bahwa kerapatan wood pellet

Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015


Keterangan: huruf yang berbeda pada hasil Keterangan: huruf yang berbeda pada hasil
analisa menunjukkan perbedaan nyata antara analisa menunjukkan perbedaan nyata antara
perlakuan pada taraf 5% menurut uji DNMRT perlakuan pada taraf 5% menurut uji DNMRT
Gambar 3. Nilai lama pembakaran wood Gambar 4. Nilai kalor wood pellet
pellet
Hasil analisis yang dilakukan
Perbedaan lama pembakaran pada menunjukkan bahwa nilai kalor meningkat
wood pellet dipengaruhi oleh kadar air, dengan bertambahnya perekat tapioka,
semakin tinggi kadar air maka akan karena wood pellet dengan perekat yang
semakin lama pembakarannya, tinggi menghasilkan kadar air yang rendah,
menghasilkan api yang kecil dan jumlah kadar air yang rendah akan menghasilkan
asapnya banyak, ini sesuai dengan nilai kalor yang tinggi. Nilai kalor
penelitian (Rahman, 2011 dalam Winata, merupakan salah satu parameter penting
2013) bahwa kadar air sangat dalam pemilihan bahan bakar padat seperti
mempengaruhi kualitas wood pellet sepert wood pellet (Liliana, W. 2010 dalam
nilai kalor, pembakaran, kemudahan Hasanuddin dan Lahay, 2012).
menyala, daya pembakaran, dan jumlah Kalor yang semakin tinggi
asap yang dihasilkan selama pembakaran. menunjukan kualitas bahan bakar yang
Sanusi, dkk (2010) menambahkan pada semakin baik, kalor dipengaruhi oleh kadar
kadar air yang tinggi, wood pellet yang air dan kerapatan, nilai kalor berbanding
terbakar mula-mula panas pembakaran terbalik dengan kadar air. Semakin tinggi
digunakan untuk mengeluarkan air, dan kadar air pada suatu bahan bakar maka
setelah semua air dalam wood pellet habis kalor yang dihasilkan akan semakin rendah
menguap barulah massa kayu wood pellet (Rahman, 2011 dalam Winata, 2013).
terbakar. Selain itu (Yanti, 2013) menyatakan nilai
kalor erat kaitannya dengan kadar air dan
D. Nilai Kalor kerapatan dari wood pellet yang
dihasilkan. Semakin rendah kadar air akan
Hasil penelitian menunjukkan nilai
meningkatkan nilai kerapatan wood pellet,
kalor wood pellet antara 4029 Kkal/kg -
dan semakin padat produk tersebut
4106 Kkal/kg. Rata-rata nilai wood pellet
dihasilkan sejalan dengan semakin
setelah dilakukan uji Duncan pada taraf
meningkatnya nilai kalor.
5% dapat dilihat pada Gambar 4.

Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015


E. Perbandingan Mutu Wood Pellet diberikan, diperoleh nilai kalor wood pellet
Limbah Kayu Karet dengan SNI pada perlakuan dua dan perlakuan tiga
sudah memenuhi SNI.
Berdasarkan pengujian mutu wood
pellet yang dilakukan, maka didapatkan KESIMPULAN DAN SARAN
tiap perlakuan pada wood pellet dengan
bahan baku limbah kayu karet dan A. Kesimpulan
dibandingkan dengan Standar Nasional 1. Karakteristik wood pellet yang
Indonesia (SNI) yang ditunjukkan pada dihasilkan dalam penelitian ini adalah
Tabel 1. sebagai berikut (1) Kadar air berkisar
antara 15,06% - 17,26%. (2) Kerapatan
Tabel 1. Perbandingan mutu wood pellet berkisar antara 0,408 gr/cm3 (408
limbah kayu karet dengan SNI kg/m3) - 0,628 gr/cm 3(628 kg/m ).3(3)
Lama pembakaran berkisar antara 5,42
Standar Perlakuan menit/200gr - 7,29 menit/200gr. (4)
Parameter Uji
Nasional Nilai kalor berkisar antara 4029
Indonesia
(SNI)
P1 P2 P3 Kkal/kg ± 4106 Kkal/kg.
Kadar Air (%) 8 - 10 17,26 16,51 15,06
2. Dari ketiga perlakuan yang diberikan
Kerapatan 450 - 650 408 558 628 diperoleh perlakuan 3 dengan serbuk
(kg/m3) kayu karet 1,5 kg + tapioka 30% dari
Lama - 7,29 6,51 5,42 berat serbuk + air 300 ml yang memiliki
Pembakaran karakteristik yang sesuai atau
(menit/200gr)
mendekati dengan SNI.
Nilai Kalor 4041,53 - 4029 4082 4106
(Kkal/kg) 4213,51
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih
Pengujian kadar air wood pellet, lanjut tentang karakteristik wood pellet
didapatkan bahwa ketiga perlakuan yang dari limbah kayu karet mengenai pengaruh
dilakukan memiliki kadar air yang lebih ukuran serbuk dan kadar air bahan baku
tinggi dibandingkan dengan SNI. Kadar air terhadap karakterisrik wood pellet.
maksimum pada wood pellet yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA
dengaQ 61, DGDODK ” %, MDGL EHOXP DGD
perlakuan yang memenuhi kriteria SNI. Hasanuddin dan lahay, i. D. 2012.
Pembuatan Biopelet Ampas
Pengujian kerapatan wood pellet
Kelapa Sebagai Energi Bahan
pada ketiga perlakuan yang diberikan
Bakar Alternatif Pengganti
diperoleh kerapatan wood pellet pada
Minyak Tanah Ramah
perlakuan dua dan perlakuan tiga sudah
Lingkungan. Laporan Penelitian.
memenuhi SNI.
Jurusan Teknik Industri Fakultas
Sementara sampai penelitian ini Teknik Universitas Negeri
dilakukan belum ada ditemukan SNI Gorontalo. Gorontalo.
terhadap lama pembakaran wood pellet,
Kementrian Kehutanan Republik
sehingga untuk lama pembakaran belum
Indonesia. 2010. Wood Pellet
ada standar untuk mengukur nilai terbaik
Sumber Energi Dari Limbah
dari lama pembakaran wood pellet.
Kayu. Siaran Pers Nomor:
Pada pengujian nilai kalor wood S.108/PIK-1/2010. Kepala Pusat
pellet dari ketiga perlakukuan yang Informasi Kehutanan
http://www.dephut.go.id/index.php

Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015


/news /details/6569 [akses 13 mei Winata, A. 2013. Karakteristik Biopelet
2014] Dari Campuran Serbuk Kayu
Sengon Dengan Arang Sekam
Matangaran, J, R dan Anggoro. R. 2012. Padi Sebagai Bahan Bakar
Limbah Pemanenan Kayu Jati Alternatif Terbarukan. Skripsi
Di Banyuwangi Jawa Timur. Departemen Hasil Hutan Fakultas
Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. Kehutanan Institut Pertanian
2: 88-92. ISSN: 1412-7784. Bogor. Bogor.
Tersedia Online: http://journal.
unhas.ac.id/index.php/ perennial. Yakin, S. 2014. Penamfatan Limbah
Serbuk Gergajian Sebagai Bahan
Sanusi, dkk. 2010. Karakteristik Pellet Wood Pellet. Skripsi Fakultas
Kayu Sengon. Laporan Penelitian Kehutanan Universitas Lancang
Fakultas Kehutanan Universitas Kuning. Pekanbarau.
Hasanuddin. Makasar.
Yanti, RN. 2013. Pemanfaatan Limbah
Santosa, dkk. 2010. Studi Variasi HTI (Akasia) Sebagai Bahan
Komposisi Bahan Penyusun Baku Wood Pellet. Penelitian
Briket Dari Kotoran Sapi dan Hibah Bersaing Dikti. Riau.
Limbah Pertanian. Jurnal Pekanbaru.
Penelitian Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Andalas
Limau Manis. Padang.

Setiawan, F. 2014. Karakteristik Kayu


Lapis dari Bahan Baku Kayu
Karet (Hevea braziliensis Muell.
Arg) Berdasarkan Umur Pohon.
Skripsi Jurusan KehutananFakultas
Pertanian Universitas Riau.

Sutrisno. L. 2013. Pemanfaatan Limbah


Kayu Mahang (Macaranga sp)
Dari Industri Penggergajiaan
Kayu Sebagai Bahan Pembuatan
Cuka Kayu (Wood Vinegar).
Jurnal Penelitian. Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Riau.

Towaha, J. Daras, U. dan Balitri. 2013.


Peluang Pemanfaatan Kayu
Karet (Hevea braziliensis Muell.
Arg) Sebagai Kayu Industri.
Warta Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Industri.
Volume 19 Nomor 2.

Jom Faperta Vol 2 No 2 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai