PEMBUATAN BIODIESEL
DARI BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Oleh:
1. Berry Ristanti NIM. L2C009031
2. Fitrika Dwi Hanani NIM. L2C009055
3. Nurul Hanifah NIM. 21030111150004
4. Makrufah Hidayah Islamiah NIM. 21030111150022
5. Abdurrakhman NIM. 21030111150032
BAB I
PENDAHULUAN
fosil pada masa mendatang, biodiesel juga bersifat dapat diperbaharui (renewable),
dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin karena
termasuk kelompok minyak tidak mengering (non-drying oil), mampu mengurangi
emisi karbon dioksida dan efek rumah kaca. Biodiesel juga bersifat ramah lingkungan
karena menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan diesel/solar,
yaitu bebas sulfur, bilangan asap (smoke number) rendah, terbakar sempurna (clean
burning), dan tidak menghasilkan racun (non toxic).
Beberapa bahan baku untuk pembuatan biodiesel antara lain kelapa sawit, kedelai,
bunga matahari, jarak pagar, tebu dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Dari beberapa
bahan baku tersebut di Indonesia yang punya prospek untuk diolah menjadi biodiesel
adalah kelapa sawit dan jarak pagar. Minyak biji jarak pagar secara kimia terdiri atas
trigliserida yang berantai asam lemak lurus (tidak bercabang) dengan atau tanpa ikatan
rangkap. Minyak ini tidak termasuk dalam kategori minyak makan (edible oil) sehingga
pemanfaatannya sebagai bahan baku biodiesel tidak akan menganggu penyediaan
kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia dan ekspor Crude
Palm Oil (CPO). Hasil olahan jarak pagar tidak bisa dikonsumsi manusia dan hanya
digunakan untuk bahan bakar. Keadaan ini bisa menjamin bahan baku biofuel untuk
masa yang akan datang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Biodiesel didefinisikan sebagai metil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan
atau lemak hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di
dalam mesin diesel (Vicente et al., 2006).
Biodiesel termasuk bahan bakar yang terbakar sempurna dihasilkan dari beberapa
minyak nabati pengganti minyak bumi. Biodiesel terdiri dari metil ester minyak nabati,
dimana rantai karbon trigliserida diubah secara kimia menjadi ester dan asam lemak.
Rantai hidrokarbon biodiesel pada umumnya terdiri dari 16 - 20 atom karbon, sifat
kimia biodiesel membuatnya dapat terbakar dengan sempurna, dan mengikat
pembakaran pada campurannya dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi (Vicente
et al., 2006).
Rantai karbon biodiesel bersifat sederhana, berbentuk lurus dan dua atom oksigen
tiap cabang di degredasi oleh bakteri dibandingkan dengan rantai karbon petrodisel
yang bersifat kompleks, biodiesel dari ester nabati tidak mengandung senyawa organik
volatil. Beberapa studi menunjukkan bahwa pemakaiannya sebagai biodiesel
memberikan efek yang berbeda satu dengan yang lain. Sifat ini berhubungan erat
dengan struktur dan komposisi kandungan asam lemaknya. Misalnya kandungan asam
lemak antara minyak hewan dengan tumbuhan (Leung et al., 2006).
Biodiesel memiliki efek pelumasan yang tinggi, sehingga membuat mesin diesel
lebih awet. Biodiesel memiliki flash point yang lebih tinggi dibanding solar, tidak
menimbulkan bau yang berbahaya sehingga lebih mudah dan lebih aman untuk
ditangani. Kadar belerangnya mendekati nol, tidak adanya sulfur berarti penurunan
hujan asam oleh emisi sulfat penurunan sulfat dalam campuran juga akan mengurangi
tingkat korosif, asam sulfat yang berkumpul dalam mesin akan merusak kinerja mesin.
Biodiesel juga akan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan (Bangun N., 2008).
5
4. Biodiesel dapat dicampur dengan solar, biodiesel pada campuran 20% dengan solar
dapat mengurangi partikel 30%, CO2 sebanyak 21%, dan karbohidrat total 47 %
.Biodiesel 100% dapat menurunkan emisi CO2 sampai 100%, emisi SO2 sampai 100%,
emisi CO antara 10 - 50 % , emisi HC antara 10 - 50 %, (Tritoatmodjo, 1995).
5. Viskositasnya tinggi sehingga mempunyai sifat pelumas yang baik dari pada solar
sehingga memperpanjang umur pakai mesin.
6. Mempunyai titik kilat yang tinggi sehingga lebih aman dari bahya dari kebakaran pada
saat disimpan dan maupun pada saat didistribusikan.
7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun
penambahan hanya 5% - 10 % volume biodiesel kedalam solar.
Buah jarak tidak masak serentak Buah jarak pagar terbagi menjadi 3 ruangan, masing-
masing ruangan 1 biji. Biji berbentuk bulat lonjong berwarna cokelat kehitaman dengan
ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4 – 0,6 gram/biji. Jarak pagar termasuk
dalam familia Euphorbiaceae satu famili dengan tanaman karet dan ubikayu. Adapun
klasifikasi Jarak pagar sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.
Jarak Pagar dapat ditemukan tumbuh subur di berbagai tempat di Indonesia.
Umumnya terdapat di pagar-pagar rumah dan kebun atau sepanjang tepi jalan, tapi
jarang ditemui berupa hamparan. Tanaman Jarak pagar berbentuk pohon kecil maupun
belukar besar yang tingginya mencapai lima meter. Cabang-cabang pohon ini bergetah
dan dapat diperbanyak dengan biji, setek atau kultur jaringan dan mulai berbuah
delapan bulan setelah ditanam dengan produktivitas 0,5 – 1,0 ton biji kering/ha/tahun.
Selanjutnya akan meningkat secara bertahap dan akan stabil sekitar 5 ton pada tahun ke
lima setelah tanam.
Tabel 2.2 Komposisi kimia daging biji tanaman jarak dari berbagai varietas.
(Nazir Novizar, 2011)
Varietas
Item
Cape Verde Nicaragua Ife-Nigeria Mexico,tdk beracun
Bahan kering 96,6 96.9 95,7 94,2
Analisa, %bhn kering
Protein 22,2 25,6 27,7 27,2
Lipida 57,8 56,8 53,9 58,5
Abu 3,6 3,6 5,0 4,3
Tabel 2.3 Komposisi kimia (% bahan kering) bungkil biji jarak pagar dari berbagai
varietas. (Nazir Novizar, 2011)
Varietas
Cape Nicaragua Ife - Tdk- Yautepec Bungkil
Komponen
Verde Nigeria beracun, Morelos kedelai
Mexico statea
Protein 56,4 61,2 55,7 63,8 70,9 45,7
kasar (57,3) (61,9) (56,1) (64,4) (46,5)
Lipida 1,5 1,2 0,8 1,0 0,6 1,8
Abu 9,6 10,4 9,6 9,8 12,1 6,4
Energi 18,2 18,3 17,8 18,0 18,2 19,4
kotor
(MJ/kg)
*
angka dalam kurung menyatakan kandungan bebas lipida; a (Martı´nez-Herrera et al. 2006).
Tabel 2.4 menunjukkan komposisi asam lemak dari minyak jarak pagar. Ia terdiri
dari 23,6% berupa asam lemak jenuh terutama dari palmitat, stearat, dan asam miristat
dan 76,4% berupa asam lemak tak jenuh yang terdiri dari oleat, linoleat, dan asam
palmitoleat.
Tabel 2.4 Kandungan Asam Lemak Minyak Jarak Pagar (Nazir Novizar, 2011)
Nama umum Nama IUPAC Formula
Kaprat Asam Dekanoat C10H20O2
Laurat Asam Dodekanoat C12H24O2
Miristat Asam Tetradekanoat C14H28O2
Palmitat Asam Heksadekanoat C16H32O2
Stearat Asam Oktadekanoat C18H36O2
Arachidat Asam Eikosanoat C20H40O2
Behenat Asam Dokosanoat C22H44O2
Miristoleat Cis-9, Asam Tetradekanoat C14H20O2
Palmitoleat Cis-9, Asam Heksadekanoat C16H30O2
Oleat Cis-9, Asam Oktadekanoat C18H34O2
Linoleat Cis-9, Cis-12, Asam Oktadekanoat C18H32O2
Linolenat Cis-6, Cis-9, Cis-12, Asam Oktadekanoat C18H30O2
Jenis dan prosentase asam lemak dalam minyak jarak pagar bervariasi tergantung pada
varietas tanaman dan kondisi pertumbuhan tanaman. Sifat fisik minyak jarak dibanding
9
dengan minyak dari tanaman lainnya dan diesel disajikan pada tabel 2.6. Sementara sifat
fisiko-kimia biodiesel dari jarak pagar ditampilkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Sifat fisiko-kimia biodiesel jarak pagar (Nazir Novizar, 2011)
Metode uji Metil ester jarak
Sifat (satuan) Batas ASTM 6751
ASTM 6751 pagar
o
Titik nyala ( C) D-93 Min.130 163
Viskositas pada 40 oC D-445 1,9-6,0 4,40
(cSt)
Abu bersulfat (%w) D-874 Max 0,02 0,002
Sulfur (%w) D-5453 Max. 0,05 0,004
o
Titik kabut ( C) D-2500 N/A 4
Korosi tembaga D-130 Max.3 1
Bilangan cetan D-613 Min.47 57,1
Air dan endapan (volume) D-2709 Max.0,05 0,05
Nilai netralisasi (mg D-664 Max.0,80 0,48
KOH/gr)
Gliserin bebas (%w) D-6584 Max. 0,02 0,01
Gliserin total (%w) D-6584 Max. 0,24 0,02
Fosfor (%w) D-4951 Max. 0,001 <0,001
o
Suhu distilasi D-1160 90% pada 360 C 90%
Stabilitas oksidasi (jam) Tidak tersedia Tidak tersedia 3,23
Tabel 2.6 Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar dibandingkan dengan Minyak dari Tanaman
Lainnya dan Diesel ( Nazir Novizar, 2011)
Asal Bilangan Nilai Titik Titik Viskositas Titik Bobot
Minyak Setana Panas Kabut Tuang Kinematik Nyala Jenis
(MJ/kg) (ºC) (ºC) (cSt pada pada
38ºC) 15ºC
Jarak 40 – 45 39 – 40 - - 55 pada 240 0,912
30ºC
Jagung 37,6 39,5 -1,1 -40 34,9 277 0,9095
Biji 41,8 39,5 1,7 -15,0 33,5 234 0,9148
Kapuk
Rapeseed 37,6 39,7 -3,9 -31,7 37,0 246 0,9115
Biji 37,1 39,6 7,2 -15,0 33,9 274 0,9161
Bunga
Matahari
Wijen 40,2 39,3 -3,9 9,4 35,5 260 0,9133
Kedelai 37,9 39,6 -3,9 -12,2 32,6 254 0,9138
Sawit 42,0 39,5 31,0 - 39,6 267 0,9180
Diesel 40 – 55 42 -15 -33 1,3 – 4,1 60 – 80 0,82 –
sampai sampai 0,86
-5 -15
10
2.3.1.1 Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi tetapi zat
tersebut tidak mengalami perubahan kimia pada akhir reaksi. Katalis tidak
berpengaruh pada energi bebas ∆G 0, jadi juga tidak berpengaruh terhadap tetapan
kesetimbangan k. Umumnya kenaikan konsentrasi katalis juga menaikkan kecepatan
reaksi, jadi katalis ini ikut dalam reaksi tetapi pada akhir reaksi diperoleh kembali
(Sukardjo, 2002).
Berdasarkan fasanya, proses katalisis dapat digolongkan menjadi katalisis
homogen dan katalisis heterogen. Katalisis homogen ialah katalis yang mempunyai
fasa sama dengan fasa campuran reaksinya, sedangkan katalisis heterogen adalah
katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya.
Katalisis homogen kurang efektif dibandingkan dengan katalisis heterogen
karena heterogenitas permukaannya. Pada katalisis homogen katalis sukar dipisahkan
dari produk dan sisa reaktanya sedangkan katalisis heterogen pemisahan antara katalis
dan produknya serta sisa reaktan mudah dipisahkan dengan demikian, karena mudah
dipisahkan dari campuran reaksinya dan kestabilannya terhadap perlakuan panas,
katalisis heterogen lebih banyak digunakan dalam industri kimia (Meher et al., 2006;
Bouaid et al., 2005; Felizardo et al., 2006; De Filippis et al., 2005; Zhang et al.,
2003).
2.3.2 Transesterifikasi
Ester merupakan suatu senyawa turunan asam karboksilat dimana gugus
hidroksi dari asam karboksilat digantikan oleh gugus alkoksi.Esterifikasi merupakan
reaksi pembentukan ester antara asam karboksilat dan alkohol, esterifikasi adalah
reaksi ionik yang merupakan kombinasi dari reaksi adisi dan penyusunan ulang
(rearrangement).
Reaksi esterifikasi dapat dibagi atas dua jenis, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Esterifikasi langsung, yang merupakan reaksi antara alkohol dengan asam
lemak.
RCOOH + R`OH RCOOR` + H2O
12
Minyak dan lemak dengan kandungan asam lemak bebas dalam jumlah banyak
tidak dapat dikonversi secara langsung menjadi metil ester dengan menggunakan
katalis basa. Pengaruh negatif transesterifikasi katalis basa terhadap minyak dengan
kandungan asam lemak bebas yang tinggi akan mengakibatkan asam lemak bebas
bereaksi dengan katalis yang ditambahkan dan selanjutnya bereaksi menghasilkan
sabun, disamping itu sebagian katalis akan dinetralisasi. Jika terdapat air dalam reaksi,
sabun akan terbentuk dengan terlebih dahulu membentuk emulsi dengan metanol dan
minyak, sehingga reaksi metanolisis tidak dapat terjadi. Adanya sabun akan
menyebabkan naiknya koefisien viskositas dan pembentukan gel yang akan
mengganggu jalannya reaksi serta berpengaruh terhadap proses pemisahan gliserol
(Freedman, 1984).
14
BAB III
PROSES PEMBUATAN
Screw Press
Degumming
Minyak Jarak
Pagar Mixer
Transesterifikasi
biodiesel, gliserol, sisa
methanol, sisa katalis, dan
sabun
Tangki
Distilasi
Methanol
biodiesel,
gliserol, sabun,
dan sisa katalis H3PO4 biodiesel, air Uap air
biodiesel,
Metil ester garam,FFA
FFA
Dekanter Netralisasi Pencucian Heater Flash drum
gliserol, sisa Biodiesel
katalis, dan garam
sabun
Cooler
Tangki
Asidulasi
Tangki
FFA Biodiesel
Dekanter Tangki FFA
garam
Gliserol
Dekanter Evaporator Tangki Gliserol
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel dari Biji Jarak Pagar
15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, 2010. Studi Pembuatan Metil Ester dari Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Padat
CaO/g Al2O3, http://farisarizki.blogspot.com/2010/11/studi-pembuatan-metil-ester-dari-
minyak.html, akses:22 November 2012
Bangun, N. 2008. Dimetil Ester Rantai Cabang Sebagai Energi Biodiesel Hasil Turunan
Asam Oleat Minyak Kelapa Sawit. Laporan Hasil Penelitan. Universitas Sumatera
Utara.
Bird, T., 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Bouaid Abderrahim, Diaz Yolanda, Martinez Mercedes, Aracil Jose., 2005. Pilot Plant
Studies of Biodiesel Production using Brassicacarinata as Raw Material. Catalysis
Today 106, 193-196.
De Filippis P., Giavarani C., Scarsella M., Sorrentino M., 1995. Transesterification Processes
for Vegetable Oils: A Simple Control Method of Methyl Ester Content. Journal of the
American Oil Chemists 72,1399-1344.
Felizardo Pedro, Neiva Correia M. Joana, Raposo Idalina, Mendes Joao, Berkemeier Rui,
Bordado Joao Moura., 2006. Production of Biodiesel from Waste Frying Oils. Waste
Management 26, 487-494
Freedman B., Pryde E.H., Mounts T.L., 1984. Variables Affecting the Yields of Fatty Esters
from Transterified Vegetable Oils Journal of the American Oil Chemist’s Society 61,
1-2.
Leung D.Y.C., Guo Y., 2006. Transterification of Neat and Used Frying Oil: Optimization for
Biodiesel Production. Fuel Process Technology 87, 883-884.
Meher L.C., Sagar D. Vidya, Naik S.N., 2004. Technical Aspect of Biodiesel Production by
Transesterification-A Review. Renewable and Sustainable Energy Reviews 10, 248-
268.
Nazir Novizar., 2011. Pengembangan Proses Pembuatan Biodiesel Jarak Pagar (Jatropha
curcas l.) melalui Transesterifikasi In Situ, Katalis Heterogen dan Detoksifikasi.
Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, pp. 11-15.
Ramadhas A.S., Jayaraj S., Muraleedharan C., 2005. Biodiesel Production from High FFA
Rubber Seed Oil. Fuel 84, 335-340.
Sukardjo, 2002. Kimia Fisika. Bina Aksara, Yogyakarta.
19
Vicente, G., Martinez, M., Aracil, J., 2006. A Comparative Study of Vegetable Oils for
Biodiesel Production in Spain. Energy & Fuels 20, 394-398.
Zhang Y., Dube M.A.,McLean D.D., Kates M., 2003. Biodiesel Production from Waste
Cooking Oil: 2. Economic Assesment and Sensitivity Analysis. Bioresource
Technology 90, 229-240.