Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI MENJADI KATALIS HETEROGEN DALAM

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT

Kusyanto & Purwa Aditya Hasmara

Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Samarinda


Kampus Gn. Lipan, Jl. Cipromangunkusumo, Samarinda 75131
Email: yanto_koes@yahoo.com

ABSTRAK

Berdasarkan data BPS Kaltim (2014) jumlah produksi padi mencapai 432.612 ton/tahun.
Produksi padi tersebut menghasilkan sekam padi rata-rata sebesar 20%. Sekam padi masih
kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga hanya menjadi tumpukan limbah pertanian. Abu
sekam padi mengandung senyawa yang dapat digunakan sebagai support katalis yaitu
diantaranya SiO2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan abu sekam
padi yang telah dikalsinasi dengan impregnasi KOH sebagai katalis pembuatan biodiesel dari
minyak sawit secara konvensional. Sekam padi dikalsinasi pada suhu 500°C selama 3 jam lalu
diimpregnasi dengan KOH 1,9 N. Kemudian dibilas dengan aquadest dan dioven hingga
beratnya konstan. Transesterifikasi dilakukan pada minyak sawit dengan perbandingan massa
terhadap volume minyak (10%, 15%, 20%, 25% v/b). Hasil yang didapatkan, semakin banyak
massa katalis yang digunakan, konversi yield yang diperoleh semakin tinggi yaitu mencapai
67%. Viskositas dan densitas memenuhi standar biodiesel. Hasil uji surface area BET diperoleh
surface area spesifik sebelum dan sesudah impregnasi berturut-turut adalah 89,937 m2/g dan
5,471 m2/g. Analisa produk dengan menggunakan GC-MS dilakukan untuk mendapatkan jenis
methyl ester sterarate, palmitat, dan Linoleat.

Kata kunci: abu sekam padi, biodiesel, kalsinasi, katalis heterogen, impregnasi

PENDAHULUAN sangat terbatas, bahkan hanya menjadi


Sebagai Negara agraris, Indonesia limbah pertanian yang tidak diinginkan.
merupakan penghasil padi. Menurut data Pemanfaatan sekam masih terbatas secara
Biro Pusat Statistik Kalimantan Timur pada tradisional, yaitu digunakan untuk
tahun 2014 jumlah produksi padi mencapai pembakaran batu bata dan selebihnya
432.612 ton Gabah Kering Giling ditimbun lalu dibakar menjadi abu. Pada
(GKG)(BPS, 2014).Menurut Folleto dalam setiap penggilingan padi akan selalu kita
Soeswanto (2011) sekam padi yang lihat tumpukan bahkan gunungan sekam
dihasilkan dari proses penggilingan sebesar yang semakin lama semakin tinggi.
20% dari produksi padi. Dari produksi Penanganan sekam padi yang kurang tepat
tersebut dihasilkan sekam sekitar 86.522 akan menimbulkan pencemaran terhadap
ton. lingkungan.
Menurut Ismunadji dalam Galang dkk Abu sekam padi hasil pembakaran yang
(2013) Selama ini pemanfaatan sekam padi terkontrol pada suhu tinggi (500-600oC)

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 14


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

akan menghasilkan abu silika yang dapat Penelitian ini bertujuan untuk
dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia mengetahui pengaruh penambahan abu
(Putro, 2007) diantaranya adalah sebagai sekam padi terkalsinasi dengan impregnasi
support katalis. Berikut kandungan kimia KOH sebagai katalis pada proses
dari abu sekam padi menurut Ismail dalam pembuatan biodiesel dari minyak sawit.
Prasad.R (2012) SiO2 80%, Al2O3 3,59%, Dengan memvariasikan massa katalis abu
Fe2O3 0,41%, CaO 3,84%, MgO 0,25%, sekam padi maka diharapkan dapat
K2O 1,26%, Na2O 0,77%. Pada penelitian mendapatkan yield biodiesel yang terbaik.
sebelumnya SiO2 diekstraksi dari abu sekam Biodiesel merupakan senyawa metil
padi dengan KOH dan digunakan sebagai ester dengan asam lemak rantai panjang
katalis heterogen pada pembuatan biodiesel. seperti laurat, palmitat, stearat, oleat, dan
Dengan melihat kandungan kimia pada abu lain-lain. Biodiesel merupakan bahan bakar
sekam padi yang mempunyai kandungan alternatif dari sumber daya terbarukan
SiO2 mencapai 80% dan kandungan kimia (renewable resources ), dengan komposisi
lainnya yang juga dapat di gunakan sebagai ester asam lemak dari minyak nabati antara
support katalis pada proses pembuatan lain: minyak kelapa sawit, minyak kelapa,
biodiesel. minyak jarak pagar, minyak biji kapuk,dan
Pada penelitian sebelumnya telah masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan
dilakukan percobaan tentang manfaat Indonesia yang memiliki potensial untuk
sekam padi menjadi katalis pada proses dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel
pembuatan biodiesel seperti penelitian yang (Standar Nasional Indonesia, 2006).
dilakukan oleh Santoso dkk pada tahun Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati
2012 dimana bahan baku yang dipakai maupun lemak hewan, namun yang paling
adalah zeolit dari sekam padi dan minyak umum digunakan sebagai bahan baku
biji kapuk yang dibuat menjadi biodiesel. pembuatan biodiesel adalah minyak nabati.
Pada penelitian tersebut memvariasikan Minyak nabati dan biodiesel tergolong ke
massa katalis zeolit sekam padi dan hasil dalam kelas besar senyawa-senyawa
terbaik yang didapatkan adalah pada saat organik yang sama, yaitu kelas ester asam-
massa katalis 2 gram dengan rendemen asam lemak. Akan tetapi, minyak nabati
21,94% biodiesel. Selain itu juga penelitian adalah triester asam-asam lemak dengan
yang telah dilakukan Simanjuntak (2013) gliserol, atau trigliserida, sedangkan
bahan baku yang dipakai sekam padi dan biodiesel adalah monoester asam-asam
minyak sawit. Sekam padi di ekstraksi lemak dengan methanol. Soerawidjaja
(SiO2) dengan metode sol gel lalu (2006) dalam Sudrajat dkk (2003). Semua
dimodifikasi dengan MgO dan digunakan minyak nabati dapat digunakan sebagai
sebagai katalis heterogen pada pembuatan pengganti bahan bakar namun dengan
biodiesel. Pada penelitian tersebut proses-proses pengolahan tertentu (Choo
memvariasikan komposisi katalis dalam Sudrajat dkk, 2003).
MgO/SiO2 dan didapatkan hasil terbaik Minyak sawit adalah minyak nabati yang
pada saat kondisi terbaik proses dapat dikonsumsi. Minyak inti kelapa sawit
transesterifikasi minyak kelapa oleh katalis dihasilkan dari inti buah yang sama;
MgO/SiO2 adalah menggunakan katalis perbedaan keduanya adalah warna (minyak
dengan perbandingan MgO/SiO2 1:5, pada inti kurang memiliki karotenoida dan tidak
suhu 60oC selama 30 menit. Dengan capaian merah) dan mengandung lemak jenuh.
konversi minyak kelapa menjadi biodiesel Minyak ini memiliki banyak kegunaan,
sekitar 80% sebagai produk makanan, sumber bahan
bakar nabati, dan beragam olahan kosmetik.

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 15


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

Minyak sawit adalah produk minyak dasar alkali tanah yang diimpregnasi dalam Al2O3
yang dijual dalam pasar komoditi dunia (Noiroj et al, 2009), Alum (Aderemi et al,
meskipun banyak perusahaan yang 2009) K2CO3 yang diimpregnasi dalam
memfraksinasikan minyak ini lebih lanjut alumina/silika (Lukic et al, 2009). Katalis
menjadi minyak olein untuk minyak masak heterogen adalah katalis yang wujudnya
atau produk lain. Memisahkan minyak dan berbeda dengan wujud reaktannya. Reaksi
lemak dengan proses hidrolisis atau dengan zat-zat yang melibatkan katalis jenis ini,
pengkondisian alkalin (saponifikasi) akan berlangsung pada permukaan katalis
menghasilkan asam lemak dengan gliserin tersebut. Reaksi fase gas dan fase cair
(gliserol) sebagai produk sampingannya. dikatalisa oleh katalis heterogen biasanya
Asam lemak yang terpisah adalah campuran lebih mungkin terjadi di permukaan katalis
dari rantai karbon panjang antara C4 hingga dari pada di fase gas atau fase cair. Untuk
C18, tergantung tipe minyak atau lemaknya alasan ini, maka katalis heterogen disebut
(Kemendag, 2015). Menurut Rohmadi katalis kontak, selain itu katalis heterogen
(2010) asam lemak pada minyak sawit juga dapat digunakan kembali. Beberapa
(Crude Palm Oil, CPO) berturut-turut jenis katalis heterogen yang telah
adalah asam palmitat (C16:0), asam oleat dilaporkan antara lain CaO, MgO.
(C18:0) dan asam linoleat (C18:2). Jumlah Sebagai bahan bakar alternatif,
asam lemak jenuh dan tak jenuhnya biodiesel memiliki banyak keunggulan
seimbang. dibandingkan dengan bahan bakar minyak
Sekam padi merupakan produk samping bumi diantaranya: ramah lingkungan, emisi
dari industri penggilingan padi. Menurut pencemaran udara yang relative rendah,
Ismunadji dalam Galang dkk (2013) bahwa dapat terurai secara alami (biodegradable),
industri penggilingan dapat menghasilkan dan bisa digunakan tanpa memerlukan
65% beras, 20% sekam padi, dan sisanya proses modifikasi mesin. Biodiesel
hilang. Jika sejumlah sekam padi yang dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi,
dihasilkan dari industri penggilingan padi yaitu reaksi antara minyak nabati atau
tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan lemak hewani dengan alkohol
baik maka akan menimbulkan pencemaran menghasilkan alkil ester (biodiesel) dan
lingkungan. Sekam padi dianggap sebagai hasil samping gliserol dengan bantuan
bahan yang kurang bermanfaat dan bernilai katalis (Noiroj et al, 2009). Katalis
gizi rendah karena menurut Houston dalam digunakan untuk meningkatkan kecepatan
Galang dkk (2013), sekam padi reaksi dan yield produk. Karena reaksi ini
mengandung abu yang cukup tinggi. merupakan reaksi bolak‐balik (reversible),
Menurut Helmani dkk dalam Ricky dkk dibutuhkan alkohol berlebih untuk
(2011) katalis heterogen merupakan pilihan menggeser kesetimbangan ke arah produk
baru untuk menggantikan katalis homogen Helwani et al dalam Ricky dkk (2011).
berdasarkan korosivitasnya yang lebih Konversi trigliserida menjadi metil ester
rendah, kemudahannya untuk dipisahkan, atau etil ester melalui proses
dapat digunakan kembali, dan transesterifikasi dapat mengurangi berat
menghasilkan limbah beracun dalam jumlah molekul trigliserida hingga sepertiganya
yang lebih sedikit. Banyak dilakukan dan mengurangi viskositas hingga
penelitian dalam mengembangkan katalis seperdelapannya, serta sedikit
heterogen dalam bentuk padat. Katalis padat meningkatkan titik nyalanya (Lemigas,
yang telah dikembangkan dan digunakan 2005).
untuk proses transesterefikasi minyak Transesterifikasi (biasa disebut dengan
nabati misalnya logam alkali atau logam alkoholisis) adalah tahap konversi

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 16


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil Cara Kerja: Pada tahap pertama
ester, melalui reaksi dengan alkohol dan membersihkan sekam padi dengan air,
menghasilkan produk samping yaitu mengeringkan sekam padi dengan oven
gliserol. Di antara alkohol-alkohol pada suhu 110°C hingga beratnya konstan,
monohidrik yang menjadi kandidat sumber lalu memasukkan sekam padi sebanyak 100
atau pemasok gugus alkil, adalah metanol gram ke dalam cawan pengabuan kemudian
yang paling umum digunakan, karena memasukkan cawan pengabuan kedalam
harganya murah dan reaktifitasnya paling furnace pada suhu 500°C selama 3 jam
tinggi (sehingga reaksi disebut kemudian mengeluarkan abu sekam padi
metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia dari dalam furnace lalu mendinginkan ke
ini, biodiesel praktis identik dengan ester dalam desikator selama 15 menit. Prosedur
metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil impragnasi katalis abu sekam padi dengan
Ester, FAME). Reaksi transesterifikasi menggunakan KOH 1,9 N yang pertama
trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat ialah melakukan perendaman katalis abu
sebagai berikut: sekam padi dengan KOH 1,9 N selama 24
Transesterifikasi juga menggunakan jam lalu memanaskan katalis yang telah
katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya direndam dengan KOH 1,9 N hingga semua
katalis, konversi yang dihasilkan KOH teruapkan. Menggunakan katalis hasil
maksimum namun reaksi berjalan perendaman ke proses transesterifikasi
dengan lambat Satriyo dalam Maharani minyak sawit lalu menyiapkan rangkaian
(2010). Katalis yang biasa digunakan pada alat labu leher tiga dengan kapasitas 1 liter.
reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, Menyiapkan condenser, mesin pengaduk,
karena katalis ini dapat mempercepat corong pisah, dan termokopel kemudian
reaksi. memasukkan methanol ke dalam gelas
Produk yang diinginkan dari reaksi kimia beserta katalis dan diaduk selama 2
transesterifikasi adalah ester metil asam- jam mengunakan magnetik stirrer kemudian
asam lemak. Terdapat beberapa cara agar memasukkan minyak sawit sebanyak 100
kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu, ml ke dalam labu leher tiga kemudian
menambahkan metanol berlebih ke dalam panaskan sampai suhu 60°C sambil diaduk
reaksi, memisahkan gliserol, menurunkan dengan magnetic stirrer. Memasukkan
temperatur reaksi (transesterifikasi metanol dan katalis ke dalam labu leher tiga
merupakan reaksi eksoterm). waktu sampai 4 jam. Memasukkan hasil ke
dalam corong pisah lalu mendiamkan
METODOLOGI selama 24 jam sehingga terbentuk 2
Bahan: Sekam padi, minyak Sawit, endapan biodiesel dengan gliserol lalu
methanol teknis, aquadest, KOH 1,9 N, abu memisahkan endapan yang paling atas yang
sekam padi yang dikalsinasi padea diduga biodiesel. Langkah selanjutnya
temperatur 500°C selama 3 jam dan abu melakukan pencucian dengan air hangat
sekam padi yang dikalsinasi padea sampai bening lalu mengulangi langkah di
temperatur 500°C selama 3 jam dengan atas dengan variasi massa katalis 10%, 15%,
impragnasi KOH 1,9 N 20% untuk setiap proses pembuatan
Alat: furnace, Erlenmeyer vacuum biodiesel kemudian memanaskan hasil pada
ahsa,magnetic stirrer, oven, gegep, cawan, suhu 100°C untuk menghilangkan methanol
spatula, neraca digital, kondenser, gelas dan air serta menganalisa hasil produk
kimia, hot plate, lumpang alu, corong pisah pemisahan.
125 ml, kaca arloji.

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 17


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini bertujuan untuk Tabel 2. Surface area BET pada suhu
mengetahui pengaruh katalis abu sekam 500°C selama 3 jam
padi dari hasil metode impregnasi KOH Perlakuan Katalis Hasil Analisa BET
terhadap pembuatan biodiesel dari minyak Tanpa Impregnasi 89,937 m2/g
sawit secara konvensional. Abu sekam padi Impregnasi 5,471 m2/g
terkalsinasi pada suhu 500°C selama 3 jam
diimpregnasi dengan KOH 1,9 N. Penelitian
menggunakan abu sekam padi dengan suhu Berdasarkan Tabel 2 diperoleh bahwa
kalsinasi 500°C selama 3 jam dan suhu surface area pada katalis terimpregnasi
kalsinasi 500°C selama 3 dengan KOH mengalami penurunan. Pada saat
impregnasi KOH. Variabel yang digunakan kalsinasi 500°C selama 3 jam surface area
sebagai indikator apabila minyak sawit telah diperoleh 89,937 m2/g dan pada saat setelah
menjadi biodiesel yang terbaik adalah impregnasi menjadi 5,471 m2/g. Noiroj dkk
dengan viscositas, densitas, asam lemak (2009) menyebutkan bahwa Al2O3 dan NaY
bebas, metil ester yang terbentuk dan yield. dapat dijadikan support katalis dengan cara
Pada penelitian ini hasil GC-MS yang impregnasi dengan KOH berbagai
ditampilkan adalah pada saat massa katalis konsentrasi. Dari hasil surface area dari
10% karena merupakan variasi massa penelitian Noiroj dkk (2009) bahwa hasil
terkecil dan sebagai perbandingan dengan yang didapat untuk surface area
hasil biodiesel yang lain. Berikut adalah KOH/Al2O3 dan KOH/NaY diketahui
data awal karakteristik minyak sawit bahwa semakin besar penambahan KOH
sebelum transesterifikasi menggunakan maka surface area pada katalis juga akan
katalis abu sekam padi. Berdasarkan Tabel menurun. Hal ini sesuai dengan katalis abu
1 dapat dilihat bahwa nilai asam lemak sekam padi yang telah diimpregnasi dengan
bebas pada sampel awal adalah <1% KOH, bahwa surface area setelah
sehingga tidak perlu dilakukan metode diimpregnasi KOH mengalami penurunan
esterifikasi. yang signifikan. Fungsi utama impregnasi
dengan KOH 1,9 N adalah untuk
meningkatkan sisi aktif katalis sehingga
Tabel 1. Hasil analisa bahan baku minyak membuat abu sekam padi memiliki sisi aktif
sawit sebelum transesterifikasi yang lebih tinggi dan dapat digunakan
Sifat fisika/kimiawi sebagai katalis heterogen pada pembuatan
Metode uji Hasil
biodiesel biodiesel. KOH digunakan sebagai sisi aktif
Densitas pada 40°C SNI-7182 0,9072 katalis dan abu sekam adi sebagai support
(g/cm3) katalis. KOH mengisi pori-pori dari abu
Viscositas mm2/s SNI-7182 40,9 sekam padi sehingga membuat surface area
(cSt) menjadi menurun. KOH dengan SiO2
Asam lemak bebas SNI-7182 0,5 membentuk KOH/SiO2 yang akan menjadi
(mgKOH/g) maks sisi aktif katalis. Setelah dilakukan
impregnasi KOH kemudian di aplikasikan
ke pembuatan biodiesel.
Pada penelitian selanjutnya melakukan Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil
impregnasi dengan KOH 1,9 N. Menurut yang menunjukkan bahwa reaksi
Prasad dkk (2012) impregnasi dilakukan pembentukan biodiesel dapat berjalan. Pada
untuk meningkatkan sisi aktif katalis. pengabuan abu sekam padi pada suhu

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 18


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

500°C dan dilakukan impregnasi dengan


KOH didapatkan viscositas dan densitas Sisi aktif yang terbentuk adalah
yang sesuai dengan standar SNI-7182:2012 KOH/SiO2 dan KOH yang masuk kedalam
sehingga membuat katalis abu sekam padi pori-pori katalis. Pada saat abu sekam padi
menjadi reaktif dan dapat merubah minyak dan KOH 1,9 N dipanasi dengan hot plate
sawit menjadi biodiesel. Hal ini diperkuat pada suhu 75°C selama 6 jam terjadi
dengan beberapa parameter biodiesel yang pemasukan gugus KOH ke dalam katalis
diuji sesuai dengan standar baku biodiesel. yang terkalsinasi sehingga membuat katalis
abu sekam padi menjadi reaktif.
Tabel 3. Hasil analisa biodiesel dengan Pengovenan pada suhu 110°C selama
katalis abu sekam padi terkalsinansi 500°C ±12 jam bertujuan untuk mengkonstankan
selama 3 jam sebanyak 10%v/b dan berat katalis dan menghilangkan air
impregnasi dengan KOH sehingga katalis siap digunakan. Semakin
Sifat banyak massa yang digunakan untuk reaksi
Metode transesterifikasi maka yield yang dihasilkan
fisika/kimiawi Standar Hasil
uji semakin tinggi. Yield tertinggi didapat pada
biodiesel
yield (%) 60 massa katalis 12,5 gram dengan konversi
Densitas pada SNI- 0,850- 0,8640 sebanyak 67%. Hal ini disebabkan karena
40°C(g/cm3) 7182 0,890 katalis semakin banyak mempunyai sisi
Viscositas SNI- 2,3-6,0 5,56 aktif sehingga membuat perolehan yield
2
mm /s(cSt) 7182 semakin meningkat.

Analisis viscositas pada hasil biodiesel


Pengaruh massa katalis terhadap yield Viscositas merupakan faktor penting
biodiesel dalam biodiesel karena menurut Soetaredjo
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat dkk (2010) viscositas bahan bakar memberi
bahwa yield biodiesel yang diperoleh pengaruh besar pada injektor dan proses
mengalami peningkatan seiring dengan atomisasi bahan bakar. Jika viscositasnya
semakin banyak jumlah massa katalis yang terlalu kecil, bahan bakar tidak mampu
dipakai. Seiring dengan semakin besarnya menyediakan lubrikasi bagi pompa injeksi,
massa maka di dalam katalis semakin namun jika viscositasnya terlalu timggi
bertambah konsentrasi KOH sehingga akan menghasilkan tetesan-tetesan yang
meningkatkan sisi aktif katalis. lebih besar sehingga dapat menyebabkan
pembakaran tidak sempurna. Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI-
7182:2012) viscositas yang masih dapat
digunakan untuk bahan bakar berbasis
biodiesel adalah 2,6-6,0 cSt. Hasil dari
viscositas pada penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 4 dimana variasi massa yang
yang digunakan pada penelitian ini masih
masuk ke dalam standar biodiesel. Massa
katalis tidak memberikan perubahan yang
signifikan terhadap nilai viscositas.

Gambar 1. Hubungan yield (%) dengan


massa katalis

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 19


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

Tabel 4. Hasil analisis viscositas KESIMPULAN


Massa Viscositas Vscositas Berdasarkan hasil penelitian abu sekam
Katalis (%) Hasil Uji, cSt Standar SNI padi dapat digunakan sebagai katalis
10 3,8601 2,6-6,0 heterogen dalam pembuatan biodiesel dari
15 4,5082 2,6-6,0 minyak sawit dengan impregnasi KOH 1,9
20 4,7662 2,6-6,0 N dengan hasil yield tertinggi yaitu 67%.
25 5,0813 2,6-6,0 Viscositas dan densitas pada hasil yang
didapat memenuhi range biodiesel menurut
SNI-7182:2012 Hasil GC-MS
Analisis komposisi biodiesel dari minyak membuktikan bahwa hasil yang diperoleh
sawit adalah methyl ester. Yield biodisesel yang
Methyl ester hasil transesterifikasi diperoleh sebesar 67% tentunya masih
minyak sawit menjadi biodiesel dianalisa minimal, perlu dilakukan penelitian lebih
menggunakan Gas Chromatography-Mass lanjut untuk meningkatkan yield tersebut
Spectroscopy (GC-MS). Analisis ini hingga mencapai 90%.
merupakan analisis kualitatif dan kuantitatif
yang bisa digunakan untuk mengetahui jenis DAFTAR PUSTAKA
kandungan asam lemak dalam biodiesel 1. Badan Pusat Statistik Kalimantan
beserta kuantitasnya. Methyl ester biodiesel Timur. 2014. Produksi Padi Kalimantan
yang telah dianalisis dengan GC-MS Timur, http://www.bpskaltim.go.id/ 11 -
menunjukkan enam puncak dominan seperti 12 – 2014 10:40 WITA
disajikan pada Tabel 5. 2. Badan Standarisasi Nasional. 2014.
Biodiesel SNI 04-7182-2006.
http//www.bsn.go.id 11-12-2014 12.00
Tabel 5. Hasil analisa GC-MS untuk hasil WITA
biodiesel yang diperoleh 3. D. Mescha, 2007. Intensifikasi Proses
Kuantitas Produksi Biodiesel. Institut Teknologi
Nama Senyawa Bandung. Bandung
(% area)
Methyl ester stearate 47,45 4. Fangrui, M., Milford, A.H., Biodiesel
Methyl ester palmitate 29,87 Production: a review. Biosource Tecnol
Methyl ester linoleat 16,92 1999;70:1-15
Arachidic acid methyl ester 2,01 5. Indra, K, R, Hardinoto, P, J, Ayucitra,
Methyl ester myristate 0,93 A, Ismadji, S., 2011. Pemanfaatan
Methyl ester oleate 0,83 Zeolit Alam sebagai Katalis Murah
dalam Proses Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Kelapa Sawit. Prosiding
Seminar Nasional Fundamental dan
Hasil analisa GC-MS terhadap
Aplikasi Teknik Kimia. Institut
kandungan methyl ester penyusun biodiesel
Teknologi Surabaya.
yang diperoleh meliputi Methyl ester
6. Lemigas. 2005. Naskah Akademik
stearate, Methyl ester palmitate, Methyl
Rancangan Kebijakan Biodiesel.
ester linoleat, Arachidic acid methyl ester,
Jakarta: Pusat Penelitian dan
Methyl ester myristate, dan Methyl ester
Pengembangan Teknologi Minyak dan
oleate.
Gas Bumi
7. Galang F, A, M., Hanafi, M, R.,
Mardina, P. 2013, Ekstraksi Silika dari

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 20


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090
Pemanfaatan Abu Sekam Padi menjadi Katalis Heterogen dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Sawit

Abu Sekam Padi dengan Pelarut KOH. Pada Sintesis Zeolit ZSM-5 Tanpa
Universitas Lambung Mangkurat. Menggunakan Templat Organik. Akta
8. Noiroj, K., Intarapong, P., Kimindo. Vol. 3(1), hal. 33-36.
Luengnaruemitchai, A., Jai-In, S., 2009, 14. Sudradjat, R. dan D. Setiawan. 2003.
A comparative study of KOH/Al2O3 and Teknologi pembuatan biodisel dari
KOH/NaY catalyst for biodiesel minyak biji jarak pagar. Laporan Hasil
production via transesterification from Penelitian. Pusat Litbang Teknologi
palm oil. Renewable Energy. Bangkok. Hasil Hutan. Bogor.
Thailand 15. Soeswanto, B & Lintang, N., 2011.
9. Maharani, N,H. & Zuliyana. 2010. Pemanfaatan Limbah Abu Sekam Padi
Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) Dari Menjadi Natrim Silikat. Politeknik
Minyak Dedak dan Methanol Dengan Negeri bandung.
Proses Esterifikasi dan 16. S. Rahman, Supranto, P.K. Sri, 2012.
Transesterifikasi. Skripsi. Universitas Studi Proses Pembuatan Biodiesel dari
Diponegoro. Semarang Minyak Kelapa (Coconut Oil) dengan
10. Permatasari, A., Mayangsari, W dan Bantuan Gelombang Ultrasonik.
Gunardi,I .,2013, Pembuatan Biodiesel Universitas Gajah Mada
dari Minyak Nyamplung (Calophyllum 17. Soetaredjo, F. E., Ayucitra, A., Ismadji,
Inophyllum L) dengan Reaksi S. & Maukar, A.L. 2010. KOH/Bentonit
Transesterifikasi Menggunakan Katalis cataliysts for tranesterification of palm
K2O/H-Za Berbasis Zeolit Alam oil to biodiesel. Applied Clay Science,
11. Eko Prasetya., 2012. Regenerasi Katalis In Press, Corrected Proof.
Campuran Al2O3 dan hzsm -5 Melalui 18. Sivasamy., Arumugam., Cheah, K,Y.,
Reaksi oksidasi Berbasis Udara Bebas Kemausuor, F., Sergeyzinoviev.,
dari Reaksi Etanol Menjadi Miertus, S., 2009. Catalytic
Hidrokarbon. Skripsi. Universitas Applications in the Production of
Indonesia : Jakarta Biodiesel from Vegetable Oils.
12. Ram Prasad and Monika, P., 2012. Rice ChemSusChe 2, 278-300
husk ash as a renewable source for the 19. Widayat., Wicaksono, A,R., Firdaus,
production of value added silica gel and H,L., 2013. Pembuatan Katalis H-Zeolit
its application: an overview. Bulletin of dengan Impregnasi KI/KIO3 dan Uji
chemical engineering & catalysis, Vol. Kinerja Katalis Untuk Produksi
7(1) hal.1-25 Biodiesel. Jurnal teknologi Kimia dan
13. Putro, A.L., dan Prasetyoko, D., 2007. Industri, Vol 2 (148-154). Universitas
Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika Diponegoro

J. Trop. Pharm. Chem. 2017. Vol 4. No. 1. 21


p-ISSN: 2087-7099; e-ISSN: 2407-6090

Anda mungkin juga menyukai