Tim Peneliti
A. Performa Mesin
Kemampuan mesin motor bakar untuk merubah energi yang masuk yaitu
bahan bakar sehingga menghasilkan daya berguna disebut kemampuan mesin atau
performa mesin. Pada motor bakar tidak mungkin mengubah semua energi bahan
bakar menjadi daya berguna. Dari gambar terlihat daya berguna bagiannya hanya
25% yang artinya mesin hanya mampu menghasilkan 25% daya berguna yang bisa
dipakai sebagai penggerak dari 100% bahan bakar. Energi yang lainnya dipakai
untuk menggerakan asesoris atau peralatan bantu, kerugian gesekan dan sebagian
terbuang ke lingkungan sebagai panas gas buang dan melalui air pendingin. Kalau
digambar dengan hukum termodinamika kedua yaitu tidak mungkin membuat
sebuah mesin yang mengubah semua panas atau energi yang masuk menjadi kerja
(Basyirun, 2008 : 23).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya dan torsi motor atau
kemampuan motor. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain volume
silinder, perbandingan kompresi, efisiensi volumetrik, dan kualitas bahan bakar
(Sudibyo, 2011 : 23).
Bilangan Oktan
Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh
piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh
percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara
dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar.
Bilangan oktan suatu bensin memberikan informasi tentang seberapa besar tekanan
yang bisa diberikan sebelum bensin tersebut terbakar secara spontan. Jika campuran
gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari
busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan
menyebabkan mesin cepat rusak.
Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul penyusun
bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus; oktana dapat dikompres
sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang
terjadi pada heptana, misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan
sedikit.
Bensin dengan bilangan oktan 87, berarti bensin tersebut terdiri dari campuran
setara dengan campuran 87% oktana dan 13% heptana. Bensin ini akan terbakar
secara spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga
hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang
tidak melebihi angka tersebut.
C. Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertamina dengan RON
90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya
di kilang minyak. Pertalite diluncurkan tanggal 24 Juli 2015 sebagai varian baru
bagi konsumen yang menginginkan BBM dengan kualitas di atas Premium, tetapi
dengan harga yang lebih murah daripada Pertamax, bahan bakar jenis ini menjadi
penengah antara Premium dan Pertamax.[1]
Selain itu, Pertalite memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Premium. Pertalite direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi
9,1-10,1 dan mobil keluaran tahun 2000 ke atas, terutama yang telah menggunakan
teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters
(pengubah katalitik).
Selain itu, RON 90 membuat pembakaran pada mesin kendaraan dengan
teknologi terkini lebih baik dibandingkan dengan Premium yang memiliki RON 88.
Sehingga sesuai digunakan untuk kendaraan roda dua, hingga kendaraan multi
purpose vehicle ukuran menengah. Hasil uji yang dilakukan Pertamina, untuk
kendaraan seperti Toyota Avanza/Daihatsu Xenia, satu liter Pertalite mampu
menempuh jarak 14,78 Km. Sementara, satu liter Premium mampu menempuh jarak
13,93 Km.
Komposisi
Keterangan :
1. Nafta adalah material yang memiliki titik didih antara gasolin dan kerosin yang
digunakan untuk :
Pelarut dry cleaning (pencuci)
Pelarut karet
Bahan awal etilen
Bahan bakar jet dikenal sebagai JP-4
2. HOMC yaitu merupakan produk naphtha (komponen minyak bumi) yang
memiliki struktur kimia bercabang dan ring (lingkar) berangka oktan tinggi
(daya bakar lebih sempurna dan instant cepat), Oktan di atas 92, bahkan ada
yang 95, sampai 98 lebih. Kebanyakan merupakan hasil olah lanjut Naphtha jadi
ber-angka oktane tinggi atau hasil perengkahan minyak berat menjadi HOMC.
Terbentuknya oktane number tinggi adalah hasil perengkahan katalitik ataupun
sintesis catalityc di reaktor kimia Unit kilang RCC/FCC/RFCC atau Plat
Forming atau proses polimerisasi katalitik lainnya.
Spesifikasi Pertalite :
Bensin yang digunakan oleh kendaraan akan menimbulkan dua masalah utama.
Masalah pertama adalah asap dan ozon di kota-kota besar. Masalah kedua adalah
karbon dan gas rumah kaca.
Prinsip Kerja
Istilah-istilah baku yang berlaku dalam teknik otomotif yang harus diketahui
untuk bisa memahami prinsip kerja mesin ini:
TMA (titik mati atas) atau TDC (top dead centre): Posisi piston berada
pada titik paling atas dalam silinder mesin atau piston berada pada titik
paling jauh dari poros engkol (crankshaft).
TMB (titik mati bawah) atau BDC (bottom dead centre): Posisi piston
berada pada titik paling bawah dalam silinder mesin atau piston berada pada
titik paling dekat dengan poros engkol (crankshaft).
Langkah ke 1
Piston bergerak dari TMA ke TMB, posisi katup masuk terbuka dan katup keluar
tertutup, mengakibatkan udara (mesin diesel) atau gas (sebagian besar mesin
bensin) terhisap masuk ke dalam ruang bakar. Proses udara atau gas sebelum masuk
ke ruang bakar dapat dilihat pada sistem pemasukan.
Langkah ke 2
Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk dan keluar tertutup,
mengakibatkan udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi. Beberapa saat
sebelum piston sampai pada posisi TMA, waktu penyalaan (timing ignition) terjadi
(pada mesin bensin berupa nyala busi sedangkan pada mesin diesel berupa
semprotan (suntikan) bahan bakar).
Langkah ke 3
Gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam ruang
bakar, mengakibatkan piston terdorong dari TMA ke TMB. Langkah ini adalah
proses yang akan menghasilkan tenaga.
Langkah ke 4
Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk tertutup dan katup keluar
terbuka, mendorong sisa gas pembakaran menuju ke katup keluar yang sedang
terbuka untuk diteruskan ke lubang pembuangan.
BAB II
PROSES EKSPERIMEN
Tachometer
Buret (tangki bahan bakar)
Tool kit
Multimeter Digital
Bahan Bakar : Pertalite
Zat aditif : STP Octane Booster
B. Prosedur Eksperimen
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kondisikan mesin dalam kondisi standart dan pastikan semua system
bekerja dengan baik (system pendingin, system bahan bakar, system
pengisian, system pelumasan, system pengapian, dll)
3. Lakukan eksperimen sesuai job yang diberikan (variasi pencampuran
bahan bakar pertalite vs pertalite + zat aditif)
4. Sebelum melakukan pengambilan data terlebih dahulu lakukan tune up
pada engine sesuai prosedur dan spesifikasi standart.
5. Pengambilan data dilakukan pada temperature mesin 80-900C diukur
dari temperature oli mesin, catat hasil pengukuran temperature pada
setiap sesi uji.
Catatan : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer,
yaitu dengan cara ukur panjang stick oli kemudian pasang probe
termometer sesuai panjang stick oli. Pastikan panjang probe
termometer sudah sesuai dengan stick oli karena agar tidak masuk
ke dalam mesin sehingga tidak terjadi kesalahan/kerusakan pada
thermometer.
6. Jika pengambilan data sesuai job yang diberikan sudah selesai, maka
kondisikan mesin kembali pada kondisi standar
7. Periksa alat dan bahan yang digunakan, jika ada kerusakan alat dan
bahan ditanggung oleh kelompok
8. Diskusikan dan buatlah laporan hasil eksperimen
C. Hasil eksperimmen
Rpm
Campuran
1000 1500 2000
0C Bahan Bakar
Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc
(%)
Waktu (s) Waktu (s) Waktu(s)
Zat
Pertalite 1 2 Rata 1 2 Rata 1 2 Rata
Aditif
50-60 100 0 37 38 37,5 29,81 29,63 29,72 23,29 23,75 23,53
60-70 90 10 42,60 43,03 42,82 28,45 28,70 28,58 - - -
60-70 80 20 42,41 42,86 42,64 26,46 26,95 26,71 - - -
60-70 70 30 37,67 38,23 37,95 28,26 28,73 28,50 -
60-70 50 50 - - - - - - - - -
Catatan :
Pastikan pencampuran bahan bakar homogen (diaduk).
Konsumsi bensin diukur dengan waktu yang digunakan untuk
menghabiskan bensin pada ukuran (10 cc). Semakin lama waktu yang
digunakan, berarti bensin semakin irit.
Kondisi komponen lain dalam keadaan standard.
40
35
30
25
20
15
10
0
0% 10% 20% 30%
Konsumsi bahan bakar motor bensin merupakan nilai atau ukuran keekonomian motor
bensin tersebut. Konsumsi bahan bakar diukur dengan mengukur lamanya waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan sejumlah bahan bakar tertentu bahan bakar tersebut. Hasil
uji konsumsi pertalite 90 dan pertalite+aditif, bahan bakar 10 cc dilakukan terhadap
kendaraan engine Toyota 4K dengan sistem penyalaan karburator. Hasil uji konsumsi
bahan bakar disajikan pada Tabel. Berdasarkan Tabel terlihat bahwa hasil uji konsumsi
bahan bakar pertalite+aditif memiliki konsumsi lebih hemat dilihat dari besarnya waktu
yang diperlukan untuk mengkonsumsi 10cc dibandingkan dengan pertalite tanpa aditif,
pada 1000 rpm dengan perbandingan 90% pertalite+ 10% aditif. ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian bahan bakar pertalite+aditif. Namun pada 1500 rpm penggunaan
pertalite+aditif menunjukan mengurangan waktu terhadap pertalite, disebabkan karena
putaran mesin yang tidak stabil dan pengambilan data pada temperature yang berbeda.
Sedangkan untuk campuran bahan bakar 50:50 menunjukan ketidakberhasilan mesin dalam
melakukan pembakaran dengan sempurna sehingga mengakibatkan mesin mati dalam
beberapa detik dan diikuti dengan ledakan kecil.
Rpm
Campuran
1000 1500 2000
Bahan Bakar
0C Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc
(%)
Waktu (s) Waktu (s) Waktu(s)
Zat
Pertalite 1 2 Rata 1 2 Rata 1 2 Rata
Aditif
50-60 100 0 37 38 37,5 29,81 29,63 29,72 23,29 23,75 23,53
60-70 90 10 42,60 43,03 42,82 28,45 28,70 28,58 - - -
60-70 80 20 42,41 42,86 42,64 26,46 26,95 26,71 - - -
60-70 70 30 37,67 38,23 37,95 28,26 28,73 28,50 -
60-70 50 50 - - - - - - - - -
Sistem bahan bakar mobil rawan terkontaminasi karbon, bahan bakar bensin umumnya
mengandung belerang dan asam asida karena bensin merupakan penyulingan awal. sulfur
dalam bensin merupakan sumber pencemaran udara akibat dari pembakaran. hal itu telah
di atur dalam undang-undang
Nozzle injector yang telah terkontaminasi karbon akan menghambat bahan bakar masuk ke
dalam ruang bakar, hal ini berakibat mesin menjadi kurang stabil dan responsive. Katub
intake yang terkontaminasi karbon dapat menjadi cepat aus akibat gesekan dank e vakuman
dalam ruang akibat adanya slude dan deposit dalam ruang bakar adalah sebagai berikut:
Efek Penggunaan STP Fuel Additives
STP Fuel Additives memiliki efek pembersih injector dan komponen system bahan bakar
lainnya
STP Fuel Additives ditambahkan langsung dengan bensin kedalam tangki bahan bakar.
system kerjanya adalah cairan aditif bercampur dan larut dengan bahan bakar dengan
demikian kedua komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk membersihkan ruang
bakar dari karbon dan deposit, perawatan akan lebih sederhana dengan biaya yang relative
rendah.
A. Simpulan
1. Hasil uji konsumsi bahan bakar pertalite+aditif memiliki konsumsi lebih
hemat 10cc dibandingkan dengan pertalite tanpa aditif, pada 1000 rpm.
2. Pencampuran bahan bakar 50:50 menunjukan ketidakberhasilan mesin
dalam melakukan pembakaran dengan sempurna sehingga mengakibatkan
mesin mati dalam beberapa detik dan diikuti dengan ledakan kecil.
B. Saran