Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK UJI PERFORMA MESIN DENGAN

PENCAMPURAN BAHAN BAKAR


(PERTALITE) VS (PERTALITE + ZAT ADITIF)

Tim Peneliti

1. Arief Putranto 5212414015


2. Tri Eko Guntur W. 5212414017
3. Faishal Mufid 5212414018
4. Fauzan Nasir Huda 5212414019

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
KAJIAN TEORI

A. Performa Mesin
Kemampuan mesin motor bakar untuk merubah energi yang masuk yaitu
bahan bakar sehingga menghasilkan daya berguna disebut kemampuan mesin atau
performa mesin. Pada motor bakar tidak mungkin mengubah semua energi bahan
bakar menjadi daya berguna. Dari gambar terlihat daya berguna bagiannya hanya
25% yang artinya mesin hanya mampu menghasilkan 25% daya berguna yang bisa
dipakai sebagai penggerak dari 100% bahan bakar. Energi yang lainnya dipakai
untuk menggerakan asesoris atau peralatan bantu, kerugian gesekan dan sebagian
terbuang ke lingkungan sebagai panas gas buang dan melalui air pendingin. Kalau
digambar dengan hukum termodinamika kedua yaitu tidak mungkin membuat
sebuah mesin yang mengubah semua panas atau energi yang masuk menjadi kerja
(Basyirun, 2008 : 23).

Gambar 2.1 Keseimbangan Energi Pada Motor Bakar.


(Basyirun, 2008 : 23)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya dan torsi motor atau
kemampuan motor. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain volume
silinder, perbandingan kompresi, efisiensi volumetrik, dan kualitas bahan bakar
(Sudibyo, 2011 : 23).

B. Bahan Bakar Bensin


Bensin atau gasoline atau petrol adalah salah satu jenis bahan bakar minyak
yang dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga, dan empat. Secara
sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana)
sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya
terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk rantai.
Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah, maka
akan dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4
MJ.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa
dari perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung
hidrokarbon; atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu dengan
yang lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-beda.
Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki sifat yang
berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling ringan; bertambahnya
atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin berat. Empat molekul
pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana, dan butana. Dalam temperatur
dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masing-masing -
107, -67,-43 dan -18 derajat C. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18 berwujud
cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat.
Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik
didihnya, sehingga pemisahan hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi.
Prinsip inilah yang diterapkan di pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai
fraksi hidrokarbon dari minyak mentah.

Bilangan Oktan

Karena merupakan campuran berbagai bahan, daya bakar bensin berbeda-


beda menurut komposisinya. Ukuran daya bakar ini dapat dilihat dari bilangan
oktan setiap campuran.
Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari kemampuan bahan
bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu terbakar dalam bensin. Nilai bilangan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana
yang tidak mudah terbakar. Suatu campuran 30 n-heptana dan 70 isooktana akan
mempunyai bilangan oktan :
=(30/100x0) + (70/100x10) = 70
Bilangan oktan bensin dapat ditentukan melalui uji pembakaran sampel
bensin untuk memperoleh karakteristik pembakarannya. Karakteristik tersebut
kemudian dibandingkan dengan karakteristik pembakaran dari berbagai campuran
n-heptana dan isooktana. Jika ada karakteristik yang sesuai, maka kadar isooktana
dalam campuran n-heptana dan isooktana tersebut digunakan untuk menyatakan
nilai bilangan oktan dari bensin yang diuji.

Angka oktan beberapa bahan bakar:

Senyawa Angka Senyawa Angka oktan


n-heptana 0
metilsikloheksana 104
2-metil heksana 41
benzena 108
3-metil heksana 56
metilbenzena 124
2,2-dimetil pentana 89
1-heptena 68
2,3-dimetil pentana 87
5-metil-1-heksena 96
2,4-dimetil pentana 77 *
2-metil-2-heksana 129
3,3-dimetil pentana 95
2,4-dimetil-1-pentena 142
3-etil pentana 64
4,4-dimetil-1-1pentena 144
2,2,3-trimetil butana 113
2,3-dimetil-2-pentena 165
n-heksana 26
2,4-dimetil-2-pentena 135
sikloheksana 77
2,2,3-trimetil-1-butena 145

Di dalam mesin, campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh
piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh
percikan api yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara
dan bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar.
Bilangan oktan suatu bensin memberikan informasi tentang seberapa besar tekanan
yang bisa diberikan sebelum bensin tersebut terbakar secara spontan. Jika campuran
gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari
busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan
menyebabkan mesin cepat rusak.

Nama oktan berasal dari oktana (C8), karena dari seluruh molekul penyusun
bensin, oktana yang memiliki sifat kompresi paling bagus; oktana dapat dikompres
sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang
terjadi pada heptana, misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan
sedikit.

Bensin dengan bilangan oktan 87, berarti bensin tersebut terdiri dari campuran
setara dengan campuran 87% oktana dan 13% heptana. Bensin ini akan terbakar
secara spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga
hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang
tidak melebihi angka tersebut.

Analisis Kimia dan Produksi

Bensin diproduksi di kilang minyak. Material yang dipisahkan dari minyak


mentah lewat distilasi, belum dapat memenuhi standar bahan bakar untuk mesin-
mesin modern. Material ini nantinya akan menjadi campuran hasil akhir. Setiap
barel minyak bumi umumnya menghasilkan 74 liter bensin (46% basis volume),
namun besaran ini tergantung pada kualitas minyak bumi dan kualitas bensin yang
akan dihasilkan.[1]
Semua bahan bakar yang disebut dengan bensin umumnya terdiri dari
hidrokarbon, dengan atom karbon berjumlah antara 4 sampai 12 (biasanya disebut
C4 sampai C12).
Karateristik Bensin

Mudah menguap pada temperatur normal.


Tidak berwarna, tembus pandang, dan berbau.
Mempunyai titik nyala rendah (-10 sampai -15 derajat Celcius).
Mempunyai berat jenis yg rendah (0,71 sampai 0,77 kg/l).[4]
Dapat melarutkan oli dan karet.
Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 sampai 10,500 kcal/kg).
Sedikit meninggalkan jelaga setelah dibakar.

Cara Kerja Bensin Dalam Mesin

Bensin bekerja di dalam mesin pembakaran yang ditemukan oleh Nikolaus


Otto. Mesin pembakaran dikenal pula dengan nama Mesin Otto. Cara kerja bensin
di dalam mesin pembakaran:
Bensin dari tangki masuk ke dalam karburator. Kemudian bercampur
dengan udara. Pada mesin modern, peran karburator digantikan oleh
sistem injeksi. Sebuah sistem pembakaran baru yang bisa meminimalisir
emisi gas buang kendaraan.
Campuran bensin dan udara kemudian dimasukkan ke dalam ruang bakar.
Selanjutnya, campuran bensin dan udara yang sudah berbentuk gas,
ditekan oleh piston hingga mencapai volume yang sangat kecil.
Gas ini kemudian dibakar oleh percikan api dari busi.
Hasil pembakaran inilah yang menghasilkan tenaga untuk menggerakkan
kendaraan.
Dalam kenyataannya, pembakaran gas di dalam mesin tidak berjalan dengan
sempurna. Salah satu masalah yang sering muncul adalah ketukan di dalam
mesin, atau disebut sebagai "mesin ngelitik" atau knocking. Jika dibiarkan,
knocking dapat menyebabkan kerusakan pada mesin. Knocking terjadi karena
campuran udara dan bahan bakar terbakar secara spontan karena tekanan tinggi di
dalam mesin, bukan karena percikan api dari busi.

Penyebab knocking ada beberapa macam, yaitu:

Pemakaian bensin yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.


Ruang bakar sudah kotor dan berkerak.
Penyetelan pengapian yang kurang tepat.

C. Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertamina dengan RON
90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya
di kilang minyak. Pertalite diluncurkan tanggal 24 Juli 2015 sebagai varian baru
bagi konsumen yang menginginkan BBM dengan kualitas di atas Premium, tetapi
dengan harga yang lebih murah daripada Pertamax, bahan bakar jenis ini menjadi
penengah antara Premium dan Pertamax.[1]
Selain itu, Pertalite memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
Premium. Pertalite direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi
9,1-10,1 dan mobil keluaran tahun 2000 ke atas, terutama yang telah menggunakan
teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters
(pengubah katalitik).
Selain itu, RON 90 membuat pembakaran pada mesin kendaraan dengan
teknologi terkini lebih baik dibandingkan dengan Premium yang memiliki RON 88.
Sehingga sesuai digunakan untuk kendaraan roda dua, hingga kendaraan multi
purpose vehicle ukuran menengah. Hasil uji yang dilakukan Pertamina, untuk
kendaraan seperti Toyota Avanza/Daihatsu Xenia, satu liter Pertalite mampu
menempuh jarak 14,78 Km. Sementara, satu liter Premium mampu menempuh jarak
13,93 Km.

Komposisi

Untuk membuat Pertalite komposisi bahannya adalah nafta yang memiliki


RON 65-70, agar RON-nya menjadi RON 90 maka dicampurkan HOMC (High
Octane Mogas Component), HOMC bisa juga disebut Pertamax, percampuran
HOMC yang memiliki RON 92-95, selain itu juga ditambahkan zat aditif
EcoSAVE. Zat aditif EcoSAVE ini bukan untuk meningkatkan RON tetapi agar
mesin menjadi bertambah halus, bersih dan irit.

Keterangan :

1. Nafta adalah material yang memiliki titik didih antara gasolin dan kerosin yang
digunakan untuk :
Pelarut dry cleaning (pencuci)
Pelarut karet
Bahan awal etilen
Bahan bakar jet dikenal sebagai JP-4
2. HOMC yaitu merupakan produk naphtha (komponen minyak bumi) yang
memiliki struktur kimia bercabang dan ring (lingkar) berangka oktan tinggi
(daya bakar lebih sempurna dan instant cepat), Oktan di atas 92, bahkan ada
yang 95, sampai 98 lebih. Kebanyakan merupakan hasil olah lanjut Naphtha jadi
ber-angka oktane tinggi atau hasil perengkahan minyak berat menjadi HOMC.
Terbentuknya oktane number tinggi adalah hasil perengkahan katalitik ataupun
sintesis catalityc di reaktor kimia Unit kilang RCC/FCC/RFCC atau Plat
Forming atau proses polimerisasi katalitik lainnya.

Spesifikasi Pertalite :

Kadar Oktan : 90-91


Kandungan Sulfur Maksimal : 0,05% m/m (setara dengan 500 ppm)
Kandungan Timbal : tidak ada
Kandungan Logam : tidak ada
Residu Maximal : 2,0%
Berat Jenis : Maksimal 770 kg/m3, minimal 715 kg/m3 (pada
suhu 15 derajat celcius)
Warna : hijau
penampilan visual : jenis dan terang

D. Zat Aditif Dalam Bensin


Jenis aditif
Untuk memperlambat pembakaran bahan bakar, dulu digunakan senyawa
Pb seperti TEL (Tetra Ethyl Lead) dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Eter). Oleh
karena Pb bersifat racun, maka penggunaanya sudah diganti dengan senyawa
organik seperti etanol.
Antioksidan digunakan untuk menghambat pembentukkan kerak yang dapat
menyumbat saringan dan saluran bensin. Bensin banyak mengandung senyawa
olefin yang mudah bereaksi dengan oksigen membentuk kerak yang disebut gum.
Jadi, bensin perlu ditambahkan antioksidan, seperti alkil fenol.
Pewarna untuk membedakan berbagai jenis bensin. Contohnya pewarna
kuning untuk bensin premium. Pewarna sebaiknya tidak mempengaruhi kualitas
bensin.
Antikorosi untuk mencegah korosi pada logam yang bersentuhan dengan
bensin, seperti logam tangki dan saluran bensin. Contoh antikorosi adalah asam
karboksilat.
Deterjen karburator untuk mencegah/membersihkan kerak dalam
karburator. Endapan kerak berasal dari partikel padat/asap pembakaran dan gum.
Adanya kerak dapat menurunkan kinerja mesin sehingga kendaraan boros bahan
bakar dan mesin cendrung tersandat. Deterjen karburator mengandung berbagai
senyawa, seperti amina dan amida.
Antikerak PFI (Port Fuel Injection) Untuk membersihkan kerak pada system
PFI kendaraan. Kerak dapat menghambat pengambilan bensin sehingga kendaraan
sulit dinyalakan dan kurang tenaga. Pembentukan kerak berawal sewaktu mesin
dimatikan. Panas yang ada menyebabkan penguapan sisa bahan bakar, yang
meninggalkan senyawa berat seperti olefin. Olefin bereaksi dengan oksigen
membentuk kerak gum. Contoh antikerak PFI adalah dispersan polimer yang
mengandung senyawa, seperti polibutena amina dan polieter amina.

E. Zat Hasil Pembakaran BBM


Pembakaran bensin dalam mesin kendaraan mengakibatkan pelepasan berbagai
zat yang dapat mengakibatkan pencemaran udara.
CO2
CO dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, bersifat racun.
NOx (NO, NO2). Pembakaran bahan bakar dalam suhu yang tinggi di mana
nitrogen dalam udara ikut teroksidasi. NOx dapat menyebabkan hujan asam
dan smog fotokimia
Pb pada penggunaan bensin yang mengandung aditif senyawa timbal
bersifat racun
Bahaya Pb bagi kesehatan diantaranya adalah :
1) Pb yang ditimbun dalam tulang seorang perempuan hamil, berisiko
mengakibatkan kesehatan janin dan pertumbuhan balita terganggu,
seperti, bayi cacat, bahkan keguguran.
2) Jika berhasil lahir selamat, balita yang mendapatkan asupan timbal
terus-menerus dari udara maupun air susu ibu, akan terhambat
perkembangan sistem sarafnya dan beresiko terserang penyakit neurotic
3) Sukar belajar, dan penurunan tingkat IQ. Peningkatan kadar pebe dalam
darah dari 10 menjadi 20 5g/dl, menurunkan IQ rata-rata dua poin.
4) Pada remaja,Pb meningkatkan kelakuan kriminal.
5) Pada perempuan dewasa, selain mengganggu sistem reproduksi, juga
mengganggu daur menstruasi.
6) Pada laki-laki, Pb menurunkan jumlah dan kualitas sperma. Sperma
cacat, membawa risiko bayi cacat. Libido laki-laki yang darahnya
tercemar pebe akan turun dan dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
7) Pada kaum lansia, Pb mempercepat proses penuaan atau memperpendek
umur.

Bensin yang digunakan oleh kendaraan akan menimbulkan dua masalah utama.
Masalah pertama adalah asap dan ozon di kota-kota besar. Masalah kedua adalah
karbon dan gas rumah kaca.

Idealnya, ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, akan menghasilkan


CO2 dan H2O saja. Kenyataannya pembakaran di dalam mesin tidaklah sempurna,
dalam proses pembakaran bensin, dihasilkan juga:

Karbon monoksida, CO, yang merupakan gas beracun.


Nitrogen oksida, NOx, sebagai sumber utama asap di perkotaan yang jumlah
kendaraannya sangat banyak.
Hidrokarbon yang tidak terbakar.
Oleh karena alasan-alasan inilah, para ilmuwan sekarang sedang berusaha untuk
mengganti bahan bakar bensin dengan bahan bakar hidrogen yang lebih ramah
lingkungan, karena jika H2 ini direaksikan dengan O2 hanya akan menghasilkan
uap air.
F. Nama Produk Bensin
Bensin memiliki berbagai nama, tergantung pada produsen dan Oktan.
Beberapa jenis bensin yang dikenal di Indonesia di antaranya:
o Premium, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 88. [5]
o opPertalite, produksi Pertamina yang memiliki oktan 90
o Pertamax, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 92.
o Pertamax Plus, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 95.
o Pertamax Racing, produksi Pertamina yang memiliki Oktan 100. Khusus
untuk kebutuhan balap mobil.
o Primax 92, produksi Petronas yang memiliki Oktan 92.
o Primax 95, produksi Petronas yang memiliki Oktan 95.
o Super 92, produksi Shell yang memiliki Oktan 92.
o Super Extra 95, produksi Shell yang memiliki Oktan 95. [6]
o Performance 92, produksi Total yang memiliki Oktan 92.
o Performance 95, produksi Total yang memiliki Oktan 95.

G. Motor Bakar Empat Langkah


Motor bakar empat langkah adalah mesin pembakaran dalam, yang dalam
satu kali siklus pembakaran akan mengalami empat langkah piston. Sekarang ini,
mesin pembakaran dalam pada mobil, sepeda motor, truk, pesawat terbang, kapal,
alat berat dan sebagainya, umumnya menggunakan siklus empat langkah. Empat
langkah tersebut meliputi langkah hisap (pemasukan), kompresi, tenaga dan
langkah buang. Yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol
(crankshaft) per satu siklus pada mesin bensin atau mesin diesel.
Siklus empat langkah pada mesin bensin. Gas masuk berwarna biru dan
gas buang berwarna coklat. Dinding silinder berupa tabung pelapis tipis yang
dikelilingi air pendingin.

Prinsip Kerja

Istilah-istilah baku yang berlaku dalam teknik otomotif yang harus diketahui
untuk bisa memahami prinsip kerja mesin ini:

TMA (titik mati atas) atau TDC (top dead centre): Posisi piston berada
pada titik paling atas dalam silinder mesin atau piston berada pada titik
paling jauh dari poros engkol (crankshaft).
TMB (titik mati bawah) atau BDC (bottom dead centre): Posisi piston
berada pada titik paling bawah dalam silinder mesin atau piston berada pada
titik paling dekat dengan poros engkol (crankshaft).

Langkah ke 1

Piston bergerak dari TMA ke TMB, posisi katup masuk terbuka dan katup keluar
tertutup, mengakibatkan udara (mesin diesel) atau gas (sebagian besar mesin
bensin) terhisap masuk ke dalam ruang bakar. Proses udara atau gas sebelum masuk
ke ruang bakar dapat dilihat pada sistem pemasukan.

Langkah ke 2

Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk dan keluar tertutup,
mengakibatkan udara atau gas dalam ruang bakar terkompresi. Beberapa saat
sebelum piston sampai pada posisi TMA, waktu penyalaan (timing ignition) terjadi
(pada mesin bensin berupa nyala busi sedangkan pada mesin diesel berupa
semprotan (suntikan) bahan bakar).

Langkah ke 3

Gas yang terbakar dalam ruang bakar akan meningkatkan tekanan dalam ruang
bakar, mengakibatkan piston terdorong dari TMA ke TMB. Langkah ini adalah
proses yang akan menghasilkan tenaga.

Langkah ke 4
Piston bergerak dari TMB ke TMA, posisi katup masuk tertutup dan katup keluar
terbuka, mendorong sisa gas pembakaran menuju ke katup keluar yang sedang
terbuka untuk diteruskan ke lubang pembuangan.
BAB II
PROSES EKSPERIMEN

A. Mesin dan alat yang digunakan


Mesin : Toyota 4K
Alat :
Stopwatch

Gelas ukur 100 ml dan 50 ml

Tachometer
Buret (tangki bahan bakar)

Tool kit

Zat aditif STP

Multimeter Digital
Bahan Bakar : Pertalite
Zat aditif : STP Octane Booster
B. Prosedur Eksperimen
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kondisikan mesin dalam kondisi standart dan pastikan semua system
bekerja dengan baik (system pendingin, system bahan bakar, system
pengisian, system pelumasan, system pengapian, dll)
3. Lakukan eksperimen sesuai job yang diberikan (variasi pencampuran
bahan bakar pertalite vs pertalite + zat aditif)
4. Sebelum melakukan pengambilan data terlebih dahulu lakukan tune up
pada engine sesuai prosedur dan spesifikasi standart.
5. Pengambilan data dilakukan pada temperature mesin 80-900C diukur
dari temperature oli mesin, catat hasil pengukuran temperature pada
setiap sesi uji.
Catatan : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer,
yaitu dengan cara ukur panjang stick oli kemudian pasang probe
termometer sesuai panjang stick oli. Pastikan panjang probe
termometer sudah sesuai dengan stick oli karena agar tidak masuk
ke dalam mesin sehingga tidak terjadi kesalahan/kerusakan pada
thermometer.
6. Jika pengambilan data sesuai job yang diberikan sudah selesai, maka
kondisikan mesin kembali pada kondisi standar
7. Periksa alat dan bahan yang digunakan, jika ada kerusakan alat dan
bahan ditanggung oleh kelompok
8. Diskusikan dan buatlah laporan hasil eksperimen

C. Hasil eksperimmen
Rpm
Campuran
1000 1500 2000
0C Bahan Bakar
Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc
(%)
Waktu (s) Waktu (s) Waktu(s)
Zat
Pertalite 1 2 Rata 1 2 Rata 1 2 Rata
Aditif
50-60 100 0 37 38 37,5 29,81 29,63 29,72 23,29 23,75 23,53
60-70 90 10 42,60 43,03 42,82 28,45 28,70 28,58 - - -
60-70 80 20 42,41 42,86 42,64 26,46 26,95 26,71 - - -
60-70 70 30 37,67 38,23 37,95 28,26 28,73 28,50 -
60-70 50 50 - - - - - - - - -
Catatan :
Pastikan pencampuran bahan bakar homogen (diaduk).
Konsumsi bensin diukur dengan waktu yang digunakan untuk
menghabiskan bensin pada ukuran (10 cc). Semakin lama waktu yang
digunakan, berarti bensin semakin irit.
Kondisi komponen lain dalam keadaan standard.

Pengaruh Penambahan Zat aditif


45

40

35

30

25

20

15

10

0
0% 10% 20% 30%

1000 rpm 1500 rpm


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar motor bensin merupakan nilai atau ukuran keekonomian motor
bensin tersebut. Konsumsi bahan bakar diukur dengan mengukur lamanya waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan sejumlah bahan bakar tertentu bahan bakar tersebut. Hasil
uji konsumsi pertalite 90 dan pertalite+aditif, bahan bakar 10 cc dilakukan terhadap
kendaraan engine Toyota 4K dengan sistem penyalaan karburator. Hasil uji konsumsi
bahan bakar disajikan pada Tabel. Berdasarkan Tabel terlihat bahwa hasil uji konsumsi
bahan bakar pertalite+aditif memiliki konsumsi lebih hemat dilihat dari besarnya waktu
yang diperlukan untuk mengkonsumsi 10cc dibandingkan dengan pertalite tanpa aditif,
pada 1000 rpm dengan perbandingan 90% pertalite+ 10% aditif. ini dapat memperpanjang
waktu pemakaian bahan bakar pertalite+aditif. Namun pada 1500 rpm penggunaan
pertalite+aditif menunjukan mengurangan waktu terhadap pertalite, disebabkan karena
putaran mesin yang tidak stabil dan pengambilan data pada temperature yang berbeda.
Sedangkan untuk campuran bahan bakar 50:50 menunjukan ketidakberhasilan mesin dalam
melakukan pembakaran dengan sempurna sehingga mengakibatkan mesin mati dalam
beberapa detik dan diikuti dengan ledakan kecil.

Rpm
Campuran
1000 1500 2000
Bahan Bakar
0C Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc Konsumsi/10cc
(%)
Waktu (s) Waktu (s) Waktu(s)
Zat
Pertalite 1 2 Rata 1 2 Rata 1 2 Rata
Aditif
50-60 100 0 37 38 37,5 29,81 29,63 29,72 23,29 23,75 23,53
60-70 90 10 42,60 43,03 42,82 28,45 28,70 28,58 - - -
60-70 80 20 42,41 42,86 42,64 26,46 26,95 26,71 - - -
60-70 70 30 37,67 38,23 37,95 28,26 28,73 28,50 -
60-70 50 50 - - - - - - - - -

Cara Pemakaian STP Octane Booster

Tuangkan STP Octane Booster sesuai perbandingan pencampuran ke dalam gelas


ukur bersamaan dengan pertalite kemudian tuangkan pada buret dengan penuh.

Fungsi Octane Booster

1. Mutu dan kualitas terjamin, efektif menghambat terbentuknya deposit dan


menghilangkan karbon, sludge, varnish dalam sistem bakar sekaligus menghemat
BBM.
2. Pemakaian dalam jangka panjang akan mengurangi biaya perawatan , mencegah
polusi sekaligus mencegah terjadinya ketidakstabilan kecepatan.
3. Pilihan terbaik untuk melindungi dan mengurangi keausan dan kegagalan system
bahan bakar, sehingga mobil lebih awet dan tahan lama.
Mengapa perlu menggunakan STP Fuel Additive

Sistem bahan bakar mobil rawan terkontaminasi karbon, bahan bakar bensin umumnya
mengandung belerang dan asam asida karena bensin merupakan penyulingan awal. sulfur
dalam bensin merupakan sumber pencemaran udara akibat dari pembakaran. hal itu telah
di atur dalam undang-undang

Nozzle injector yang telah terkontaminasi karbon akan menghambat bahan bakar masuk ke
dalam ruang bakar, hal ini berakibat mesin menjadi kurang stabil dan responsive. Katub
intake yang terkontaminasi karbon dapat menjadi cepat aus akibat gesekan dank e vakuman
dalam ruang akibat adanya slude dan deposit dalam ruang bakar adalah sebagai berikut:
Efek Penggunaan STP Fuel Additives

STP Fuel Additives memiliki efek pembersih injector dan komponen system bahan bakar
lainnya

STP Fuel Additives ditambahkan langsung dengan bensin kedalam tangki bahan bakar.
system kerjanya adalah cairan aditif bercampur dan larut dengan bahan bakar dengan
demikian kedua komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk membersihkan ruang
bakar dari karbon dan deposit, perawatan akan lebih sederhana dengan biaya yang relative
rendah.

Dengan penambahan nilai oktan maka dapat menghemat bahan bakar.


BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Hasil uji konsumsi bahan bakar pertalite+aditif memiliki konsumsi lebih
hemat 10cc dibandingkan dengan pertalite tanpa aditif, pada 1000 rpm.
2. Pencampuran bahan bakar 50:50 menunjukan ketidakberhasilan mesin
dalam melakukan pembakaran dengan sempurna sehingga mengakibatkan
mesin mati dalam beberapa detik dan diikuti dengan ledakan kecil.
B. Saran

Sebaiknya dilakukan tune up engine sebelumnya melakukan praktikum dan


pengambilan data dilakukan pada temperature 80-900C.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto. 2008. Pengaruh Penambahan Zat Aditif pada Bensin terhadap


Prestasi Sepeda Motor 4- Langkah 110 cc. Skripsi Jurusan Teknik Mesin
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Setiyawan, Atok. 2012. Kajian Eksperimental Pengaruh Etanol Pada Premium
Terhadap Karakteristik Pembakaran Kondisi Atmosferik Dan Bertekanan Di
Motor Otto Silinder Tunggal Sistem Injeksi. Disertasi. Universitas Indonesia.
Depok.
https://id.wikipedia.org/wiki/Bensin.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertalite
http://stpoil.co.id/product/stp-octane-booster-155ml/

Anda mungkin juga menyukai