Anda di halaman 1dari 6

Mekanisme Kegagalan pada Material Ductile dan Material Brittle

Fiqih Adi Noor Susetyo

5212414003

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

fiqihadinoorsusetyo@gmail.com

Abstract

Dalam mendesain perlu diperhatikan faktor perpatahan dan kelelahan suatu material. Karena
banyak sekali kecelakaan yang terjadi akibat kegagalan suatu material, banyak faktor penyebab
kegagalan material tersebut seperti faktor kelelahan material dan perpatahan material. Sehingga
kita perlu mencegah kerusakan pada material tersebut dan dengan mengetahui penyebab
mekanisme terjadinya kegagalan tersebut seperti ductile fracture dan brittle fracture.

Kata Kunci : Perpatahan, Ductile Fracture, Brittle Fracture.

Pendahuluan

Untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetauan & teknologi yang semakin canggih
pada pihak yang mempunyai kualitas dalam meningkatkan mutu produksi, tingkat kestabilan &
kekakuan bahan produksi dari segi penggunaan bahan adalah akibat perpatahan dan kelelahan
pada konstruksinya, bila beban tersbut menerima beban. Pada semua konstruksi teknik, bagian-
bagian pelengkap suatu bangunan konstruksi haruslah diberi ukuran-ukuran fisik, hal ini harus
di ukur dengan tepat untuk menahan gaya-gaya yang sesungguhnya. Jadi suatu bahan haruslah
berukuran yang cukup memadai, sehingga bagian-bagian suatu material / bahan harus cukup
tegar seingga tidak akan melentur atau melengkung melebihi batas yang diizinkan bila bekerja
dibawah beban yang diberikan. Dalam aplikasi keteknikan, kemampuan untuk menentukan
suatu perpatahan bahan tergantung pada beban maksimum yang dapat diterima oleh suatu
konstruksi. Dalam mendesain pada suatu batang, perlu diperhatikan faktor perpatahan &
kelelahan suatu material. Perlu juga diperhatikan sifat bahan baja tahan karat, apakah sifatnya
tahan korosi, kekuatan & keuletan tinggi & kandung Cr tinggi. (Adam, 2011).

Kegagalan yang terjadi dapat mengakibatkan kematian, luka pada orang, kerusakan
pada hak milik, tidak beroperasinya pabrik, rugi dalam berproduksi, masalah ekologi berupa
terkontaminasinya lingkungan, perkara yang mahal dan berkepanjangan yang diakibatkan
karena kredibilitas pabrik pembuat dan keandalan produk yang dibuat. Meskipun penyebab
kegagalan dan perilaku materi dapat diketahui, pencegahan kegagalan sulit untuk dijaminkan.
Biasanya disebabkan adalah ketidak tepatan dalam pemilihan bahan maupun pengolahan serta
desain yang tidak memadai dari komponen atau salah penggunaan bahan. Dalam dunia industri
banyak sekali kecelakaan yang terjadi akibat kegagalan suatu material, banyak faktor penyebab
kegagalan material tersebut seperti faktor kelelahan material dan perpatahan material. Sehingga
perlu kita mempelajari kelelahan material dan perpatahan material baik pada material ulet atau
getas serta mekanismenya.
Pembahasan

Ketika suatu bahab diberi tegangan atau stress, maka atom-atom akan berpindah dari
posisi stabilnya. Jika stress yang diberikan kecil, temperature yang rendah atau pada waktu yang
singkat, maka hanya terjadi perubahan yang kecil. Akibatnya adalah ketika stress dihilingkan,
maka atom-atom tersebut akan kembali ke posisi semula. Suatu benda yang dapat kembali pada
keadaan semula setelah diberikan pembebanan disebut dengan deformasi elastis. Lain halnya
stress yang diberikan lebih besar atau dalam waktu yang lama, maka bahan akan mengalami
deformasi dan mengalami regangan yang tidak dapat dipulihkan lagi. Hal ini dinamakan dengan
deformasi plastis. (Karato,2008).

Perpatahan adalah pemisahan atau pemecahan suatu benda padat menjadi dua bagian
atau lebih yang diakibatkan oleh tegangan. Proses perpatahan karena pembelahan akibat Tarik
uniaxial secara bertahap dimulai dari deformasi plastis kemudian menghasilkan tumpukan
dislokasi, permukaan retak, penjalaran retak dan akhirnya patah (Avner, 1974).

Patah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu patah liat dan patah getas. Pada permukaan
bahan yang mengalami patah liat ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan
selama proses penjalaran retak. Sedangkan patah getas yaitu ditandai dengan adanya kecepatan
penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi deformasi awal. Bentuk patahan yang terjadi dapat
memperlihatkan bahan dengan jenis yang berbeda-beda tergantung temperature, keadaan
tegangan, laju pembebanan, bentuk struktur mikro dan kondisi permukaan bahan (Shackelford,
1985).
Berikut ini merupakan gambar model perpatahan yang terjadi pada bahan dimana
a) bahan yang mempunyai keuletan dan deformasi plastis yang sangat tinggi
b) bahan dengan keuletan yang sedang
c) bahan dengan perpatahan getas dengan tanpa adanya deformasi plastis.

Gambar 2.2 model patahan bahan (Smith, 1996)


Perpatahan sederhana adalah pemisahan material menjadi dua atau lebih sebagai reaksi
terhadap tegangan statis (konstan) dan pada suhu yang relatif rendah terhadap Tm dari material.

Mekanisme Perpatahan (Fracture):

Adanya Tekanan

(Stress)

Pembentukan Retakan

(Crack)

Perambatan

(Propagation)

Adanya tekanan pada material menyebabkan faktor utama terjadinya perpatahan.


Pembentukan Retakan

Perambatan retakan terjadi

karena ketajaman ujung retakan.

Material yang mengalami deformasi plastis di ujung,

akan menumpulkan retakan.

Karena adanya keseimbangan energi pada retakan yang disebut energi regangan elastis, dimana
:
Energi yang tersimpan dalam material yang mengalami deformasi elastis.
Energi ini dilepaskan ketika retakan merambat.
Penciptaan permukaan baru memerlukan energi.
Berdasarkan pada kemampuan suatu material untuk mengalami deformasi plastis. Maka ada dua
jenis perpatahan diantaranya :

1. Ductile fracture (Perpatahan Ulet) disertai dengan deformasi plastis yang signifikan.

Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih tangguh dan
memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan.

Ductile fracture didahului deformasi plastis yg meluas.

Ductile fracture ditandai adanya void yang saling bertemu.

Ductile fracture prosesnya lambat, memungkinkan adanya upaya pencegahan.

Ductile fracture biasanya mengikuti jalur transgranular Jika kepadatan inklusi


lebih sepanjang batas butir, retak tumbuh sepanjang batas kristal yang mengarah
ke ductile fracture intergranular.

Jika inklusi tidak terbentuk, void terbentuk di daerah yang kosentrasi cacatnya
tinggi dan mengarah ke bidang slip dan ketidakstabilan makroskopik
mengakibatkan pengecitan dimensi atau shear fracture.

Tahapan kerusakan pada Ductile fracture:

Gambar Cup dan Cone akibat Ductile Fracture


2. Brittle fracture (Perpatahan Getas)

Perpatahan getas memiliki ciri-ciri mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan perpatahan
ulet. Pada perpatahan getas tidak ada atau sedikit sekali terjadi deformasi plastis pada material.
Perpatahan jenis ini merambat sepanjang bidang - bidang kristalin membelah atom - atom
material. Pada material yang lunak dengan butir kasar akan ditemukan pola chevrons atau
fanlike pattern yang berkembang keluar dari daerah kegagalan. Material keras dengan butir
halus tidak dapat dibedakan sedangkan pada material amorphous memiliki permukaan patahan
yang bercahaya dan mulus. Dimana Brittle fracture memiliki ciri-ciri :

Pertumbuhan retak cepat tanpa adanya deformasi plastik yang berlebihan

Tegangan patah lebih rendah jika dibandingkan tengangan luluh.

Patah getas dapat terjadi baik secara transgranular atau intergranular

Patah getas kebanyakan didominasi material logam dengan kristal bcc pada suhu
kriogenik (rendah) atau pada laju reganganannya tinggi.

Retak mikro diawali oleh beban kelelahan yg dapat menyebabkan patah getas.

Sedikit/tidak ada deformasi plastis.

Terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan, dan catastrophic (kerusakan yang berat/parah).

Gambar Brittle Fracture

Tingkatan Perpatahan menurut tingkat elastisitas:


Kesimpulan

Patah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu patah liat dan patah getas.

1. Ductile fracture (Perpatahan Ulet) disertai dengan deformasi plastis yang signifikan.

Perpatahan ulet umumnya lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih tangguh dan
memberikan peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan.

2. Brittle fracture (Perpatahan Getas)

Perpatahan getas memiliki ciri-ciri mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan perpatahan
ulet. Pada perpatahan getas tidak ada atau sedikit sekali terjadi deformasi plastis pada material

Daftar Pustaka

Adam, Kaharuddin. 2011. Faktor Perpatahan dan Kelelahan pada Kekuatan Bahan
Material. Makassar: ILTEK

Karato, Shun-Ichiro. 2008. Deformation of Earth Material. New York: Cambrige


University Press.

Avner, Sillney H. 1974. Introduction to Physical Metallurgy Second Edition. New York:
Mc Graw Hill Kogakusha, Ltd.

Shackelford, James F. 1985. Introduction to Material Science for Enginers, PP. 225,302.
New York: Macmillan Publishing Company

Smith, Wiliam F. 1996. Principle of Materials Science and Engineering. New York: Mc
Graw Hill

Callister,Jr, William D. 2007. Material Science and Engineering. John Wiley & Sons, Inc.
United States of America

Anda mungkin juga menyukai