Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUK MIGAS 2

Disusun oleh :

Maria Benedikta Mizi A.B.


Nama Mahasiswa :
Yargandana. Lalamafu
NIM : 211420035
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : II

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)
Cepu, Agustus 2022

GASOLINE

I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan uji produk Gasoline.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja peralatan uji produk Gasoline.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian produk Gasoline dengan spesifikasi
yang berlaku.

II. Keselamatan Kerja


1. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
2. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
3. Hati-hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS) dan perhatikan bahan-bahan yang
mudah terbakar.

III. Dasar Teori


Bensin atau gasoline atau petrol adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang
biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga atau empat. Umumnya
bensin terbagi menjadi 3 jenis yaitu premium, pertamax dan pertamax plus. Ketiga jenis
bensin tersebut memiliki mutu yang berbeda. Adapun mutu bahan bakar bensin dikaitkan
dengan jumlah ketukan yang ditimbulkannya dan dinyatakan dengan nilai oktan.Semakin
sedikit ketukan maka semakin baik mutu bensin dan semakin tinggi nilai oktannya. Di
sini yang di maksud ketukan adalah suatu perilku yang kurang baik dari bahan bakar
sedangkan nilai oktan dapat ditentukan melalui perbandingan senyawa isooktana dan n-
heptana. (Ria, 2016)

Bensin atau gasoline adalah cairan campuran yang sebagian besar berupa
senyawa hidrokarbon (parafin, naftalen, senyawa tidak jenuh dan terkadang senyawa
aromatik) yang berasal dari minyak bumi, digunakan sebagai bahan bakar untuk
kendaraan bermotor. Istilah gasoline banyak digunakan dalam industri minyak, bahkan
dalam perusahaan. Kadangkala istilah mogas (motor gasoline) digunakan untuk
membedakannya dengan avgas, gasoline yang digunakan oleh pesawat terbang ringan
Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C5 (Pentane)
sampai dengan C9 (Nonana). Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya
terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk rantai. Cairan ini mengandung hidrokarbon atom - atom karbon dalam
minyak mentah ini berhubungan satu dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai
yang panjangnya yang berbeda - beda. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang
berbeda akan memiliki sifat yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling
ringan. Bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin berat.
Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana, dan butana. Dalam
temperatur dan tekanan kamar keempatnya berwujud gas dengan titik didih masing-
masing -107OC, -67OC, - 43OC dan -18OC. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18
berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat. Dengan bertambah
panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya, sehingga pemisahan
hidrokarbon ini dilakukan dengan cara distilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di
pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi hidrokarbon dari minyak mentah.
(Ria,2016)

Gasoline memiliki klasifikasi seperti, Premium (ON 88) adalah bahan bakar jenis
distilat berwarna kuning akibat adanya zat pewarna tambahan. Premium pada umumnya
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda
motor, dan lain - lain. Bahan bakar ini juga sering disebut motor gasoline atau petrol
dengan angka oktan adalah 88, dan mempunyai titik didih 30 OC-200OC. Bensin premium
mempunyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai pada mesin kompresi tinggi
pada saat semua kondisi. Berikutnya terdapat Pertalite (ON 90) adalah merupakan Bahan
bakar minyak (BBM) jenis baru yang diproduksi Pertamina, Jika dibandingkan dengan
premium Pertalite memiliki kualitas bahan bakar lebih baik dibandingkan dengan
premium. Pertalite direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki kompresi 9,1-10,1
dan mobil tahun 2000 ke atas. (Rohamtullah, 2010)

Produk gasoline berikutnya adalah Pertamax (RON 92), Pertamax ditujukan


untuk kendaraan yang mensyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi tanpa
timbal. Karena pertamax sudah membatasi kandungan senyawa aromatik yaitu sebesar
maksimum 50% volume dan kandungan benzena sebesar 5% vol. dan terakhir adalah
Pertamax Plus (ON 95) adalah bensin dengan grade mutu yang lebih baik karena sudah
membatasi kandungan senyawa aromatik yaitu maksimum sebesar 40% vol. dan
kandungan benzena sebesar 5% vol. Pertamax plus ditujukan untuk kendaraan
berteknologi mutakhir yang mensyaratkan penggunaan bahan bakar beroktan tinggi dan
ramah lingkungan. Pertamax plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang
memiliki kompresi ratio lebih besar dari 10,5 dan menggunakan teknologi electronic fuel
injection (EFI). (Rohamtullah, 2010)

Proses pembuatan gasoline yang pertama kali yaitu destilasi. Pada proses ini,
terjadi pemisahan fraksi minyak mentah (crude oil) yang mudah menguap dan lebih
berharga. Selanjutnya yaitu proses yang bertujuan untuk meningkatkan hasil bensin dari
minyak mentah. Proses ini disebut dengan cracking yaitu memecah molekul besar
menjadi molekul yang lebih kecil. Jenis pemecahan atau crcking yang digunakan
adalah thermal cracking yaitu dengan menggunakan panas dan tekanan tinggi. Metode
ini pertama kali digunakan pada tahun 1913, namun tergantikan dengan catalytic
cracking pada tahun 1937. Catalytic cracking yaitu salah satu metode penggunaan katalis
yang dapat memfasilitasi reaksi kimia dalam menghasilkan lebih banyak bensin. Adapun
metode lain yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil dan kualitas bensin,
seperti polimerisasi, alkilasi, isomerisasi, dan reformasi. Polimerisasi adalah proses
mengubah olefin yang berwujud gas menjadi molekul dengan ukuran yang lebih besar.
Contoh olefin yang berbentuk gas yaitu butilena dan propilena. Alkilasi adalah proses
penggabungan antara olefin dan paraffin. Isomerisasi adalah proses konversi senyawa
hidrokarbon yang berantai lurus menjadi senyawa hidrokarbon yang berantai cabang.
Yang terakhir yaitu reformasi, proses pengaturan ulang struktur molekul menggunakan
katalis atau panas. Selain itu proses pembuatan gasoline bisa juga dilakukan dengan cara
Cracking adalah proses dimana hidrokarbon dengan titik didih paling tinggi dapat
menjadi rusak menjadi hidrokarbon dengan titik didih rendah dengan memprosesnya
dengan suhu yang sangat tinggi. saat ini ada bebrapa jenis cracking, antara lain Catalytic
Cracking dan Hydrocracking. Yang didalamnya juga terdapat proses Reforming,
Alkylation, Isomerization, Hydrotreating, Desulsurization. Berikutnya terdapat proses
Seasonal Blending dimana suhu yang dingin menghambat gasoline untuk menguap,
winter blanded gasoline adalah formula spesial untuk menguapkan gasoline pada
temperature rendah. Seasonal blending adalah proses membuat gasoline dapat menguap
pada suhu yang rendah dengan menggunakan formula khusus. Proses blending antara lain
In-line blending, squintial blending, dan Splash Blanding. (Rifqi, 2012)

Adapun sifat-sifat dari gasoline, seperti Mudah terbakar (flammable), Mudah


menguap pada suhu normal, Tidak berwarna dan jernih, Memiliki bau, Memiliki titik
beku yang sangat rendah yaitu -50 oC, Titik nyala yang sangat rendah yaitu berkisar
antara -15 oC sampai -43 oC, dan Memiliki berat jenis 67,8 oAPI (American Petroleum
Institute) atau 0,71-0,77 g/cm3. Adapun Kelebihan dari gasoline ini terletak pada RPM
mesin yang bisa pada angka tinggi. Terlebih, rasio kompresi mesin bensin tidak perlu
terlalu tinggi yaitu pada angka 9:1. Pada rasio tersebut, piston bekerja tidak terlalu berat
dan hasil putaran mesin akan jauh lebih maksimal. Sedangkan kekurangan dari gasoline
ini adalah dari segi asap yang dikeluarkan dari hasil pembakaran bahan bakar terlihat
lebih bersih, namun sebenarnya mengandung lebih banyak polutan. (Rifqi, 2012)

Terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan pada produk gasoline yaitu :

III.1. Densitas
Densitas merupakan berat cairan per unit volume dengan standar pengukuran
misalnya Kg/m3. Penetapan density akan sangat akurat apabila suhu sampel sama.
Semakin berat minya maka densitas minyak tersebut semakin besar. Maka tujuan dari
uji metoda ini adalah pemeriksaan secara laboratorium dari crude pentroleum dan
pentroleum product yang normalnya dihandle sebagai cairan dengan menggunakan
glass hidrometer. Pengukuran densitas yang akurat adalah penting untuk
mengkorversikan volume terukur ke volume standart 60/60 oF. Densitas adalah suatu
faktor yang tidak saja berhubungan dengan kualitas produk tetapi juga terhadap harga
jualnya (Anggi, 2021).

III.2. Reid Vapuor Pressure


Reid Vapour Pressure merupakan metode pengujian yang meliputi prosedur
penentuan tekanan uap dari bensin, minyak mentah yang mudah menguap. produk –
produk minyak bumi dengan RVP liquid pada 100OF dalam ukuran absolut (absolute
vapor pressure) karena apabila semakin besar Reid Vapour Pressure suatu sampel
maka menunjukan bahwa sampel tersebut semakin mudah menguap namun sebaliknya
apabila Reid Vapour Pressure semakin kecil menunjukan bahwa sampel tersebut sulit
menguap diudara. Pada pengujian RVP untuk gasoline ini memiliki rentang spesifikasi
8 – 14 Psi. (Era, 1999)

III.3. Doctor Test


Doctor Test merupakan suatu metode uji kualitatif untuk mengetahui adanya
kandungan mercaptan atau RSH pada suatu bahan bakar yang dilakukan dengan
mencampur bahan bakar dengan larutan Na2PbO2 (Natrium Plumbit) dan apabila
diamati pada sampel timbul warna maka bahan bakar mengandung sulfur. (Azizah,
2022)
3.4 Distilasi
Distilasi merupakan merupakan metode penyulingan dimana bahan kimia
mengikuti perbedaan kecepatan, volatilitas dan hasil dari bahan tersebut menguap.
Diketahui distilasi merupakan proses pemisahan campuran dari cairan menurut
perbedaan titik didih atau kemampuan penguapan zat. Distilasi ASTM (American
Society For Testing And Materials), pemeriksaan distilasi laboratorium yang
dilakukan untuk gasoline, nafta, dan kerosin adalah dengan metode ASTM D – 86,
untuk bensin alam dengan ASTM D -216, dan untuk gas oil dengan ASTM D – 158.
Distilasi laboratorium dilakukan pada volume 100 mL dengan kecepatan penetesan
yang keluar adalah 5 mL/menit yakni suhu uap mula -mula menetes (setelah
mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Point). (Tommy, 2020)

3.5 Research Octane Number (RON)


RON adalah kepanjangan dari Research Octane Number yang dijadikan
sebagai patokan kualitas BBM berdasarkan nilai atau tingkat oktan. Angka RON
menunjukkan tingkat ketukan atau banyaknya ketukan (knocking) yang dihasilkan di
ruang bakar kendaraan saat pembakaran. (Dicky, 2021)

3.6 Cooper strip Corrosion


Cooper strip Corrosion merupakan metode uji kualitatif untuk menentukan
tingkat korosifitas bahan bakar yang apabila terkadung kandungan sulfur yang tinggi
mampu membuat korosif pada alat transportasi penerbangan sehingga uji keselamatan
bahan bakar ini perlu untuk dilakukan (Siti, 2008).

IV. Bahan dan Alat


IV.1. Density / Specific Gravity, ASTM D 1298
a. Bahan
- Pertamax

b. Alat
- Hydrometer Standar :
 Skala Density
 Skala SG atau
 Skala API-gravity
- Thermometer ASTM 12oC atau 12F
- Gelas silinder
- Constant-Temperature Bath

IV.2. Reid Vapour Pressure


a. Bahan
- Pertamax

b. Alat
- Vapor chamber, Liquid chamber dan
pressure gauge
- Tempat pendingin (almari pendingin)
- Penangas Air (Water bath)

IV.3. Doctor Test


a. Bahan
- Pertamax
- Larutan Sodium Plumbit (Na2PbO2)
- Serbuk Belerang

b. Alat
- Gelas ukur
- Pipet Volumterik
- Serbuk Belerang

IV.4. Distilasi
a. Bahan
- Pertamax

b. Alat

- Labu Distilasi 125 mL

- Gelas ukur 100 mL & 10 mL

- Thermometer 7oC atau 8oC

- Condensor (bak pendingin)

- Pemanas (burner atau elektrik)

IV.5. Research Octane Number (RON)


a. Bahan
- Pertamax
b. Alat
- Alat ukur Angka Oktan otomatis

IV.6. Copper Strip


c. Bahan
- Pertamax

d. Alat
- Tabung reaksi (test tube).
- Bath, dengan suhu konstan 50 ± 1°C (122 ± 2°F) dan atau 100 ± 1°C (212 ±
2°F.
- Copper Strip Corrosion Test Bomb, dari stainless steel, mampu menahan
tekanan uji 100 psi (689 kPa).
- Termometer jenis ASTM 12°C (12°F) atau IP 64°C (64°F).
- Polishing vise sebagai penjepit copper strip.

V. Langkah Kerja
V.1. Density / Specific Gravity
a. Langkah Kerja Pengukuran Density 15oC
Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.

Tuangkan contoh uji kedalam gelas silinder, hilangkan adanya gelembung udara
dengan diaduk menggunakan thermometer secara perlahan

Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang datar,bebas
pengaruh goncangan dan pengaruh udara luar

Lakukan pengukuran temperatur menggunakan Thermometer Skala oC, baca dan


catat suhu contoh uji.

Masukkan dengan perlahan hidrometer DENSITY yang sesuai kedalam contoh uji.

Apabila hidrometer sudah terapung dengan bebas baca skala hidrometer, dicatat
sebagai ‘Density Pengamatan’ (Observed Density).

Keluarkan hydrometer, kemudian lakukan pengukuran temperatur, baca dan catat


suhu contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan tidak melampaui
0,5 oC hasil rerata dicatat sebagai ‘Suhu Pengamatan’ (Observed Temparature).

Untuk merubah Density Pengamatan ke DENSITY 15OC dikoreksi


menggunakanTabel 53 A atau 53 B dari Petroleum Measurement Tables ASTM D-
1250 – 80.

b. Langkah Kerja Pengukuran SG 60/60 oF


Atur suhu contoh sesuai dengan jenis contoh yang akan diuji.

Tuangkan contoh uji kedalam gelas silinder, hilangkan adanya gelembung udara
dengan diaduk menggunakan thermometer secara perlahan.

Tempatkan gelas silinder yang telah berisi contoh uji pada tempat yang datar,bebas
pengaruh goncangan dan pengaruh udara luar.

Lakukan pengukuran temperature menggunakan Thermometer Skala oF, baca


dancatat suhu contoh uji

Masukkan dengan pelan - pelan hidrometer SG yang sesuai kedalam contoh uji.

Apabila hidrometer sudah terapung dengan bebas baca skala hidrometer dan
thermometer, lalu dicatat sebagai SG pengamatan.

Keluarkan hydrometer, kemudian lakukan pengukuran temperatur, baca dan catat


suhu contoh uji. Apabila perbedaan suhu dari kedua pengamatan tidak melampaui
0,5oC hasil rerata dicatat sebagai ‘Suhu Pengamatan’ (Observed Temparature).

Untuk merubah SG pengamatan ke SG pada 60/60oF dikoreksi menggunakanTabel


23 A atau 23 B dari Petroleum Measurement Tables ASTM D-1250 – 80.

Untuk merubah SG 60/60oF ke Density 15oC atau oAPI Gravity pada


60/60oFgunakan tabel 21.
V.2. Reid Vapour Pressure

Bersihkan Air Chamber dan Gasoline Chamber

Panaskan water bath sampai suhu 100oF konstant

Rendam Air Chamber pada water bath suhu 100oF paling sedikit 10 menit
Dinginkan contoh dan Gasoline chamber dalam keadaan tertutup hingga
suhu 32 – 40oF

Isikan contoh kedalam gasoline chamber hingga meluber (penuh)

Pasangkankan gasoline chamber pada air chamber dan pressure gauge 7.


Rendam kedalam water bath pada suhu 100oF selama 20 – 30 menit,
kemudian setiap 5 menit diangkat lalu dikocok selama 2 menit.

Apabila penunjukan manometer sudah konstan laporkan sebagai RVP


contoh

V.3. Doctor Test

Kocok secara kuat campuran 10 mL contoh uji dan 5 mL larutan Na2PbO2


selama 15 detik
Tambahkan sejumlah kecil serbuk belerang, yang secara praktis
mengambang diantara contoh uji dan larutan Na2PbO2, kemudian kocok
kembali selama 15 detik

Tunggu mengendap dan amati selama 2 menit.

V.4. Distilasi
a. Cara penyiapan Peralatan

Siapkan labu distilasi volume 125 mL. Bila labu kotor (ada karbon residu)
pada bagian dasar labu bersihkan dengan cara dibakar dengan nyala api
burner.

Siapkan termometer (ASTM 7oC atau ASTM 8oC) sesuai dengan contoh
yang akan diuji

Siapkan penyangga labu, dengan ukuran yang sesuai dengan contoh yang
akan diuji. Dan pasang pada alat pemanas.
− Untuk contoh group 1 dan 2, diameter lobang 38 mm.
− Untuk contoh group 3 dan 4, diameter lobang 50 mm

Siapkan gelas ukur bersih dan kering dengan skala 0 s/d 100 mL.
Bak kondensor diisi air, suhunya diatur sesuai jenis contoh yang akan
diuji.

− contoh group 1, 2 dan 3 bak kondensor diisi air (suhu 0 s/d 5oC).

− contoh group 4, bak kondensor diisi air panas (suhu 0 s/d 60oC).

Bersihkan / hilangkan cairan pada tabung kondensor dengan cara


mengelap / menyerap dengan kolok yang diberi kain.

b.cara Pemasangan Peralatan

Pasang thermometer serapat mungkin ke dalam labu distilasi yang berisi


contoh. Atur posisi termometer, dimana ujung bulb dari thermometer
berada sejajar dengan lubang keluarnya uap.

Pasang labu distilasi yang berisi contoh, sehingga ujung labu masuk ke
dalam tabung kondensor serapat mungkin. Posisi labu tegak sehingga pipa
uap labu masuk ke dalam tabung kondensor dalam jarak 1 s/d 2 inchi.

Naikkan dan atur penyangga labu hingga pas dengan dasar labu distilasi.

c. Langkah Kerja Pengujian

Ukur contoh 100 mL menggunakan gelas ukur 100 mL, tuangkan ke


dalam labu distilasi dan pasang thermometer yang sesuai.

Pasang gelas ukur 100 mL pada ujung kondensor sebagai penampung


kondensat.
Nyalakan pemanas dan atur kecepatannya sehingga mencapai IBP (initial
boiling point):
• Untuk grup 1 s/d 3 dalam waktu 5 – 10 menit.
• Untuk grup 4 dalam waktu 5 – 15 menit.

Atur pemanasan dari IBP sampai 5 % volume dalam waktu 60 – 70 detik


atau dengan kecepatan tetesan 4 – 5 mL / menit. Setelah IBP terbaca, gelas
ukur digeser sehingga ujung kondensor menempel dinding gelas

Baca dan catat suhu setiap kenaikan 10 % volume

Atur pemanasan sehingga dari 95 % volume sampai FBP (final boiling


point) waktunya 3 – 5 menit. FBP adalah suhu tertinggi yang terbaca saat
uji distilasi.

Setelah FBP tercapai, matikan pemanas dan labu dibiarkan dingin


kemudian ukur volume residu.

Hitung % volume Losses dengan formula: Losses, % vol. = 100 mL –


(Total Recovery + Residu) mL
V.5. Research Octane Number (RON)

Tuang sampel ke vessel sesuai tanda batas

Nyalakan Alat

Tekan tombol untuk mengukur angka oktana

Print Hasilnya

V.6. Copper Strip Corosion


a. Persiapan Copper Strip

Bersihkan dengan cara menggosok ke enam sisi Lempeng Tembaga


(Copper Strip) menggunakan silikon carbide grit paper, kemudian dicuci
dengan iso oktana.

Gosok lagi dengan serbuk silikon carbide (150 mesh) diatas permukaan
pelat yang bersih dengan alas kain katton yang telah dibasahi dengan
beberapa tetes iso oktana. Selama membersihkan Copper pakailah penjepit
stainless steel dan jaga jangan sampai tersentuh jari tangan.

b. Langkah Kerja

Masukkan 30 ml contoh kedalam test tube


Masukkan Lempeng Tembaga (Copper Strip) yang telah dibersihkan
kedalam test tubu yang telah berisi contoh.

Rendam test tube berisi contoh dan Lempeng Tembaga pada water bath
yang telah diatur suhunya sesuai jenis contoh yang diuji. Lamanya
perendaman sesuai dengan contoh yang diuji. (500C selama 3 jam, kecuali
Aviation Fuel 1000C selama 2 jam)

Setelah waktunya tercapai, angkat test tube dari water bath

Kosongkan test tube dari contoh uji, kemudian dengan menggunakan


penjepit, angkat Lempeng Tembaga dan cuci dengan iso oktana, lalu
keringkan.

Laporkan nomor warna Copper Strip setelah dibandingkan warnanya


terhadap Copper Strip Color Standard
VI.Hasil Praktikum
VI.1. Density / Specific Gravity
VI.2. Viskositas Kinematik
VI.3. Pour Point
VI.4. Flash Point

VII.Analisis
VII.1. Density
VII.2. Viskositas Kinematik
VII.3. Pour Point
VII.4. Flash Point

VIII.Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran

IX.Daftar Pustaka

X.Lampiran

Anda mungkin juga menyukai