Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN OLI BEKAS DENGAN PENCAMPURAN MINYAK TANAH

SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA ATOMIZING BURNER

THE USE OF TRACE OIL WITH PETROLEUM BLANDED


AS FUEL IN BURNER ATOMIZING

Wahyu Purwo Raharjo


Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta

ABSTRAK

S elama ini oli bekas belum dimanfaatkan secara optimal, baru digunakan untuk membakar
batu kapur. Saat ini terdapat metode alternatif mntuk mendaur ulang pelumas bekas ini
yaitu dengan menambahkan asam sulfat pekat dan lempung, serta dengan mendistilasikannya
hingga temperatur 200oC. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mencampurkannya
dengan bahan bakar lain yang lebih encer, seperti minyak tanah. Pelumas bekas yang telah
dicampur dengan minyak tanah selanjutnya dipakai sebagai bahan bakar menggunakan at-
omizing burner bertekanan tinggi. Dalam penelitian ini oli bekas dicampurkan dengan minyak
tanah dengan perbandingan volume minyak tanah 10%, 20%, 30% dan 40%. Kebutuhan
udara selama pembakaran berasal dari blower dengan debit udara 8m2/s. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh variasi kadar campuran minyak tanah pada oli bekas terhadap
sifat-sifat fisik bahan bakar dan temperatur pembakaran. Dari penelitian diperoleh bahwa
kadar campuran minyak tanah yang semakin tinggi akan menurunkan viskositas serta titik
nyala bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar semakin meningkat seiring dengan peningkatan
kadar campuran. Dari pembakaran bahan bakar hasil perlakuan, didapatkan bahwa temperatur
paling tinggi diperoleh pada titik tengah nyala api. Temperatur paling tinggi diperoleh pada
campuran 30% dan terendah pada campuran 10%.

Kata Kunci: Pelumas bekas, destilasi, atomizing burner, dan viskositas.

ABSTRACT

S o far the used lubricating oil has not been utilized optimally, it has been used for burning
in limekiln. There are alternative methods to recycle i.e. by adding concentrated H2SO4
and clay, and by distilling it up to 200oC. The other method which can be done is by mixing
it with the lighter fuel, like kerosene. Then the used lubricating oil mixed by kerosene is used
as fuel using a high pressure atomizing burner. In this research, the used lubricating oil is
mixed with 10%, 20%, 30% and 40% volume of kerosene. The air required for the com-
bustion is supplied from the blower with air flow rate 8 m2/s. The aim of this research is to
study the effect of variation of kerosene content in the used lubricating oil-kerosene mixture
on the physical properties of the fuel and combustion temperature. From this research, it
indicates that the higher percentage of kerosene, the lower fuel viscosity and flash point. The

156 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168
heat value of fuel raise with the increase of the kerosene content. From the combustion of
fuel, the highest temperature is obtained in the center point of the flame. The highest tempera-
ture is resulted from the mixture of 30% kerosene and the lowest temperature is from the
mixture of 10% kerosene.

Keywords: Used lubricating oil, distillation, atomizing burner, and viscosity.

PENDAHULUAN Walaupun tidak dikategorikan seba-


gai bahan bakar minyak namun minyak
Kenaikan harga minyak mentah di pelumas sangat penting dikaitkan dengan
pasaran internasional yang melampaui 70 bidang otomotif dan industri. Berdasarkan
dollar AS per barel (Indartono, 2005) benar- sumber dari Direktorat Jenderal Minyak
benar menyulitkan Pemerintah Indonesia dan Gas (Ditjen Migas), konsumsi minyak
dimana pada APBN 2005 harga minyak pelumas (oli) di Indonesia, baik untuk
diasumsikan hanya sebesar 24 dollar AS per otomotif maupun mesin-mesin industri
barel. Pemerintah berada dalam posisi yang mencapai 650 juta liter per tahun dengan
dilematis. Kebijak-sanaan untuk menaikkan peningkatan sekitar 7-10 persen per tahun.
harga penjualan BBM di dalam negeri wa- Dengan asumsi oli yang terbakar atau
laupun dapat mengurangi subsidi namun terbuang dalam pemakaian mencapai 20%,
dampaknya akan dirasakan lang-sung oleh maka dalam satu tahun diperoleh supply oli
masyarakat maupun industri kecil yang sa- bekas sebesar 520 juta liter per tahun atau
ngat besar ketergantungannya di bidang 1.420 kiloliter per hari.
transportasi dan energi. Sementara itu de- Selama ini minyak pelumas bekas,
ngan tidak menaikkan harga BBM, dengan selain dibuang, dapat dimanfaatkan sebagai
harga minyak dunia yang tinggi, subsidi yang bahan bakar pada industri batu gamping
diberikan Pemerintah akan membesar atau dibakar begitu saja. Pemba-karan
sehingga mengurangi kemampuan untuk minyak pelumas bekas secara langsung
membiayai pemba-ngunan di sektor lain. dikhawatirkan akan menimbulkan pence-
Hal ini secara jelas membuktikan maran udara yang tinggi. Proses untuk
bahwa Indonesia sudah merupakan net oil membakar oli bekas sangat sulit, hal ini
importer country dimana walaupun meru- karena ikatan karbon dalam oli bekas yang
pakan negara pengekspor minyak namun panjang sehingga sulit dalam pemeca-
kebutuhan BBM di Indonesia sudah sede- hannya (cracking). Selain itu dalam oli
mikian tinggi sehingga perlu mengimpor bekas terdapat kontaminan baik secara fisik
minyak dalam jumlah besar. Sejak menca- (debris logam dan abu) maupun secara
pai puncaknya pada tahun 1980-an, pro- kimiawi (pelarut dan air).
duksi minyak Indonesia yang pada waktu Salah satu proses treatment yang mu-
itu 1,6 juta barel/hari terus menurun hingga dah adalah dengan mencampur oli bekas
menjadi hanya 1,2 juta barel/hari. Semen- dengan minyak tanah. Dalam penelitian ini
tara itu pertum-buhan konsumsi energi akan diteliti pengaruh kadar campuran oli
dalam negeri mencapai 10 % per tahun bekas- minyak tanah terhadap sifat-sifat fisik
(Indartono, 2005). bahan bakar dan temperatur pembakaran.

Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran Minyak Tanah ... (Wahyu Purwo Raharjo) 157
Oli biasanya diperoleh dari pengo- 2. Nilai Kalor (Heating Value)
lahan minyak bumi yang dilakukan mela- Nilai kalor adalah kalor yang dihasil-
lui proses destilasi bertingkat berdasarkan kan oleh pembakaran sempurna satu satuan
perbedaan titik didihnya. Pada saat ini oli berat bahan bakar padat atau cair atau satu
dapat juga dihasilkan dari sampah plastik satuan volume bahan bakar gas, pada
polietilena melalui proses pirolisis (Justiana keadaan baku.
dan Hardanie, 2005). Polietilena lebih Nilai kalor atas (high heating value)
dikenal sebagai bahan untuk membuat adalah kalor yang dihasilkan oleh pemba-
botol plastik. karan sempurna satu satuan berat bahan
Menurut US Environmental Protec- bakar padat atau cair atau satu satuan vol-
tion Agency (EPA’s), proses pembuatan oli ume bahan bakar gas, pada tekanan tetap
melalui beberapa tahap, yaitu : dan temperatur 25 ºC, apabila semua air
1. Distilasi yang mula-mula berwujud cair setelah
2. Deasphalting untuk menghilangkan pembakaran mengem-bun menjadi cair
kandungan aspal dalam minyak kembali.
3. Hidrogenasi untuk menaikkan visko-
sitas dan kualitas HHV = 22.320 - (3.780 × SG2) Btu/lb (2)
4. Pencampuran katalis untuk menghi-
langkan lilin dan menaikkan tempe- Nilai kalor bawah (low heating value)
ratur pelumas parafin adalah kalor yang besarnya sama dengan
5. Clay or hydrogen finishing untuk nilai kalor atas dikurangi kalor yang diper-
meningkatkan warna, stabilitas dan lukan oleh air yang terkandung dalam
kualitas oli pelumas bahan bakar dan air yang terbentuk dari
pembakaran bahan bakar untuk menguap
Sifat-sifat fisik minyak, termasuk pada 25 ºC dan tekanan tetap.
pelumas, secara umum meliputi:
LHV= 19.960(3.780×SG2)
1. Specific Gravity dan Degrees API +(1.362×SG)Btu/lb (3)
Spesific gravity merupakan perban-
dingan berat dari volume bahan bakar 3. Flash dan fire point
dibagi dengan berat air pada volume yang Titik nyala (flash point) dari suatu
sama dan diukur pada temperatur yang cairan bahan bakar adalah temperatur
sama. Derajat API merupakan standard minimum fluida pada waktu uap yang
industri yang secara luas digunakan untuk keluar dari permukaan fluida langsung akan
mengukur spesific gravity dari bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh udara di
cair. sekililingnya disertai kilatan cahaya. Titik
nyala api (fire point) adalah temperatur di
141,5
atas permukaan fluida pada waktu uap yang
Deg API (G) =
SpGr600 / 600 F -131,5 ..(1)
keluar akan terbakar secara kontinyu bila
nyala api didekatkan padanya.
SpGr merupakan spesific grafity
bahan bakar cair, sedangkan 60º/60ºF 4. Kekentalan (viscosity)
menyatakan bahwa Deg API diukur pada Satuan dari viskositas dalam sistem
temperatur 60 ºF (15,6 ºC). cgs adalah poise (1 poise = 1 gr/sec.cm).

158 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168
Viskositas menunjukkan tingkat keken- baik terutama dalam kemudahan penyalaan
talan dari bahan bakar cair. Viskositas meru- dan temperatur pembakaran. Prayitno
pakan karakteristik bahan bakar cair yang (1999) meneliti kemungkinan minyak
sangat penting dalam proses pembakaran, pelumas bekas dapat digunakan sebagai
terutama pada proses pengabutan. minyak bakar dengan penambahan asam
Sebagai pelumas, oli mempunyai sulfat, lempung serta fuel oil. Penambahan
beberapa persyaratan dalam pemakaian H 2 SO 4 bertujuan untuk mengurangi
yaitu viskositas yang sesuai, indeks visko- kandungan senyawa olefin, aromatik
sitas yang relatif rendah, ketahanan terha- maupun senyawa nonhidrokarbon yang
dap pembentukan karbon dan oksidasi terdapat dalam minyak pelumas bekas.
serta ketahanan terhadap tekanan (Crouse, Penambahan lempung bertujuan untuk
1946). mengendapkan kotoran, mengabsorb
Pada kendaraan bermotor oli dipakai senyawa sulfur dan memperbaiki warna.
untuk melumasi dinding silinder dari gese- Walaupun biayanya relatif murah namun
kan dengan piston, melumasi roda gigi pada proses pengolahan pelumas bekas dengan
bak persneling (gearbox) dan bagian-bagian metode ini memiliki beberapa resiko. H2SO4
poros gardan (cardan shaft). Pada motor yang sudah tidak terpakai akan menimbul-
dua-langkah, pelumas dicampurkan kan pencemaran baru apabila dibuang
dengan bahan bakar untuk melumasi sembarangan, demikian pula lempung yang
dinding silinder, yang dikenal sebagai oli telah tercampur dengan kotoran dan
samping. Oli samping ini ikut terbakar senyawa sulfur.
bersama bahan bakar. Dari penelitian Purwono (1999)
Setelah pemakaian dalam jangka didapatkan bahwa minyak pelumas bekas
waktu tertentu, akibat panas dan tekanan dapat dapat didaur ulang (didestilasi). Hasil
yang tinggi, oli tersebut tidak lagi meme- atas berada di antara fraksi solar dan fraksi
nuhi persyaratan sehingga harus diganti Industrial Diesel Oil (IDO) sementara hasil
dengan yang baru. Seiring dengan perkem- bawah berupa minyak pelumas yang dapat
bangan di bidang transportasi dan industri, dimanfaatkan setelah ditambahkan aditif.
pemakaian minyak pelumas makin mening- Viskositas sangat penting karena
kat. Meningkatnya kebu-tuhan minyak mempengaruhi proses atomisasi. Proses
pelumas berarti juga makin banyak minyak atomisasi akan mempengaruhi karakteristik
pelumas bekas yang dibuang. Hal ini akan api yang dihasilkan pada pembakaran
menimbulkan kekhawatiran adanya pen- bahan bakar cair. Viskositas yang tinggi
cemaran lingkungan apabila minyak akan membuat bahan bakar teratomisasi
pelumas dibuang di sembarang tempat. menjadi tetesan yang lebih besar dengan
Penelitian oleh Marzani (1997) momentum tinggi dan memiliki kecenderu-
menunjukkan bahwa pembakaran pelu- ngan untuk bertumbukan dengan dinding
mas bekas dengan cara penguapan menggu- silinder yang relatif lebih dingin. Hal ini
nakan incinerator menghasilkan emisi gas menyebabkan pemadaman flame dan
buang yang jauh lebih bersih. meningkatkan deposit dan emisi mesin.
Untuk menggunakan oli bekas seba- Pada umumnya, bahan bakar harus
gai bahan bakar diperlukan perlakuan mempunyai viskositas yang relatif rendah
(treatment) terlebih dahulu sehingga dapat agar mampu mengalir dan teratomisasi
diperoleh karakteristik bahan bakar yang dengan mudah.

Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran Minyak Tanah ... (Wahyu Purwo Raharjo) 159
Pembakaran yang baik memerlukan dan sulfur. Sebagai konse-kuensinya, pada
5 syarat, yaitu (a) Pencampuran reaktan beberapa proses pembakaran teoritis, dapat
secara murni, akan tetapi hal ini secara diasumsikan bahwa unsur sulfur dan hidro-
aktual tidak dapat terjadi sehingga diper- gen terbakar dengan sempurna sebelum
lukan adanya udara tambahan (excess air), karbon terbakar (Muin, 1998).
(b) suplai udara yang cukup, (c) suhu yang Pembakaran dikatakan sempurna
cukup untuk memulai pembakaran/ reaksi bila semua campuran bahan bakar dan
kimia, (d) waktu yang cukup untuk kelang- oksigen (dari udara) mempunyai perban-
sungan pembakaran/ reaksi, (e) kerapatan/ dingan stokiometrik, sehingga tidak
densitas (ñ) yang cukup untuk merambat- diperoleh sisa. Bila perbandingan oksigen
kan nyala api (Muin, 1988). terlalu banyak, dikatakan campuran
Sebelum proses pembakaran, seluruh “miskin (lean)”. Pembakaran ini
combustible matter dalam bahan bakar cair menghasilkan api oksidasi. Sebaliknya, jika
harus diubah menjadi uap atau gas dan bahan bakar terlalu banyak (atau tidak
kemudian bahan bakar tersebut harus cukup oksigen), dikatakan campuran “kaya
bercampur dengan udara (oksigen) untuk (rich)”. Pembakaran ini menghasilkan api
pembakaran. Penguapan bahan bakar cair reduksi. Api reduksi ditandai oleh lidah api
dapat dilakukan melalui proses atomisasi panjang, kadang-kadang sampai terlihat
atau pengabutan, yaitu dengan membuat berasap.
butiran cairan yang halus dalam fasa gas. Untuk memperoleh reaksi pemba-
Semakin kecil ukuran butiran cairan, maka karan yang baik, perlu diperhatikan hal-
proses penguapan akan semakin cepat, dan hal berikut:
luas permukaan akan meningkat, mengaki- 1. Perbandingan tertentu antara bahan
batkan semakin banyak luas permukaan bakar dan udara.
bahan bakar cair yang kontak dengan 2. Campuran yang baik antara bahan
udara. (Borman, 1998). bakar dengan udara.
Proses pembakaran dari semburan Campuran yang baik adalah yang
bahan bakar cair melalui tahap-tahap: homogen dan tiap partikel bahan
1. Pemanasan droplet dan penguapan bakar harus kontak langsung dengan
komponen-komponen bertitik didih udara. Pada umumnya bahan bakar
rendah telah menjadi uap (combustible vapor)
2. Penyalaan volatile di sekeliling droplet sebelum terbakar. Untuk mempercepat
3. Dekomposisi termal, pendidihan dan terjadinya combustible vapor diperlukan
pembengkakan droplet proses pengabutan.
4. Dekomposisi termal dari droplet berlan- 3. Permulaan dan kelangsungan penya-
jut selama nyala api volatile masih laan campuran.
berlanjut Pada awal pembakaran, diperlukan
5. Residu karbon terbakar pada permu- nyala api sebagai preheating. Setelah
kaan dengan laju pembakaran sekitar bahan bakar mulai terbakar, maka
1/10 laju pembakaran droplet awal. sebagian panas yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menaikkan suhu
Pada proses pembakaran, oksidasi ruang bakar sampai suatu kondisi di-
karbon agak lebih lambat dan lebih sulit mana bahan bakar dapat terbakar
bila dibandingkan dengan unsur hidrogen dengan sendirinya. Bila kondisi ini

160 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168
sudah terjadi, bantuan nyala api sudah 7. Alat ukur waktu (stop watch)
tidak diperlukan lagi. 8. Gelas ukur (200 cc)
Ada dua jenis udara yang digunakan
dalam pembakaran yaitu udara primer dan
sekunder. Udara primer adalah udara yang
dicampur dengan bahan bakar di dalam
burner (sebelum pembakaran) dan udara
sekunder adalah udara yang dimasukkan
dalam ruang pembakaran setelah burner
menyala (pada saat pemba-karan), melalui
ruang sekitar ujung burner atau melalui
tempat lain pada dinding dapur. Adanya
kelebihan udara sekunder ini mengaki-
batkan terjadinya udara berlebih (excess
air). Keuntungan adanya excess air yaitu
pembakaran lebih sempurna, sedangkan
kerugiannya adalah dapat mengurangi
panas hasil pembakaran.

METODE PENELITIAN
Bahan penelitian yang digunakan
adalah oli bekas yang diperoleh dari
Keterangan : bengkel. Sebelum digunakan sebagai bahan
1. Burner torch bakar,2. oliNosel LPGterlebih dahulu diberi
bekas
3. Nosel bahan bakar 4. Blower
perlakuan (treatment) dengan pemanasan,
5. Switch 6. Tabung LPG
pencampuran dengan minyak tanah,
7. Pressure gauge pengendapan
8. Gear pump dan penyaringan dan
9. Katup overflow 10. Switch
pemanasan ulang.
11. Motor listrik 12. Filter
Peralatan yang digunakan dalam Gambar 1. Rangkaian burner
13. Reservoir
penelitian ini terdiri atas :
1. Seperangkat alat pembakar (burner set) Burner yang digunakan adalah jenis
yang meliputi motor listrik 1 fase 2 HP, atomizing burner. Sebuah motor digunakan
gear pump ¾ HP, blower 4", perpipaan untuk menggerakkan pompa yang akan
berdiameter ½ inci. Nosel yang mengalirkan bahan bakar dari tangki bahan
digunakan pada burner adalah jenis bakar masuk ke torch. Nosel berfungsi
high pressure nozzle. mengatomisasi bahan bakar menjadi
2. Tangki bahan bakar (reservoir) butiran-butiran kecil (droplet) sebelum
dilengkapi dengan pipa penduga masuk ke burner torch. Pemanasan awal
3. Termokopel (pre-heat) burner torch menggunakan elpiji
4. Penggaris besi 1 m mencapai temperatur 300o C ditujukan agar
5. Multimeter saat bahan bakar yang telah teratomisasi
6. Pemanas listrik (electric heater 1000 oleh nosel dapat terbakar. Droplet-droplet
watt) bahan bakar dari nosel disemprotkan ke

Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran Minyak Tanah ... (Wahyu Purwo Raharjo) 161
ruang torch burner yang berbentuk venturi. suhu kamar, langkah selan-jutnya
Celah venturi berfungsi untuk ruang adalah memasukkan minyak tanah
atomisasi lanjut dan sebagai ruang sebagai pelarut seka-ligus penurun
pencampuran antara droplet bahan bakar viskositas oli bekas sesuai dengan kadar
dan udara. Udara dialirkan oleh blower komposisi campuran (10%, 20%, 30%,
dengan pengaturan bukaan katup. Udara 40%). Setelah itu dilakukan penga-
yang melewati celah venturi akan dukan hingga merata.
mengalami peningkatan kecepatan dan c. Pengendapan dan penyaringan
akan mengatomisasi droplet menjadi lebih Oli bekas hasil kemudian dipisah-kan
kecil. Droplet kecil akan bercampur dengan dari endapan dengan cara mengambil
oksigen dan tempe-ratur panas di dalam sedikit demi sedikit bagian atas oli
burner torch akan membakar droplet bekas dan disaring dengan penyaring
menjadi nyala api. mesh 80 sehing-ga endapan tidak ikut
terbawa sehingga diperoleh oli dengan
vis-kositas rendah yang sudah terpisah
udara Nosel elpiji dari kotoran. Oli hasil treatment diambil
sampel untuk pengujian laboratorium.
d. Pemanasan ulang
Sebelum digunakan sebagai bahan
Nosel bahan bakar Burner torch bakar, oli bekas hasil pencampuran
dengan minyak tanah dipanaskan
Gambar 2. Skema nosel dan torch burner hingga 100º C. Tujuan pemanasan
ulang ini adalah untuk memudah-kan
bahan bakar untuk teratomi-sasi dalam
Untuk menampung bahan bakar burner.
digunakan sebuah tangki penampung
bahan bakar (reservoir). Tangki bahan Tahap selanjutnya adalah pengujian
bakar ini dibuat dengan kapasitas 60 liter pembakaran. Selama proses penelitian pa-
dan dilengkapi dengan alat penduga untuk rameter yang divariasikan adalah kadar
mengetahui konsumsi bahan bakar yang komposisi campuran bahan bakar, sedang-
digunakan. kan parameter lain dijaga dan dianggap
Prosedur penelitian dimulai dari konstan. Langkah pertama adalah merang-
tahap persiapan (treatment) bahan bakar kai peralatan pengujian yang meliputi
yaitu dengan: tangki bahan bakar (reservoir) dan burner.
a. Perlakuan pemanasan Bahan bakar dari tangki bahan bakar
Oli bekas dipanaskan hingga tem- dialirkan menuju burner dengan meng-
peratur 120 ÚC menggunakan electric gunakan pipa dan diatur dengan meng-
heater untuk menghilang-kan gunakan sebuah katup yang dihubungkan
kandungan air yang ada pada oli bekas. dengan pressure gauge sehingga tekanan
Kemudian oli bekas didinginkan bahan bakar dapat diamati. Sebuah katup
hingga temperatur ± 30 ÚC. balik (over flow valve) digunakan untuk
b. Pencampuran dengan minyak tanah mengatur kelebihan bahan bakar yang
Setelah dipanaskan hingga tempe- masuk ke burner. Disamping itu, katup ini
ratur uap air dan didinginkan hingga berfungsi untuk mengatur besarnya

162 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168
tekanan bahan bakar agar tetap konstan. pada kondisi nyala yang stabil.
Langkah kedua yaitu melakukan pre-
heating dengan alat pembakar berbahan
bakar LPG dengan membakar bagian ven-
turi pada burner (torch) selama ± 10 menit
untuk mengkondisikan ruangan burner
mencapai temperatur flash point bahan
bakar. Setelah api menyala, preheating sudah
tidak diperlukan lagi.
Langkah ketiga adalah pengopera-
sian burner set. Motor dinyalakan untuk
menggerakkan pompa yang akan mengalir-
kan bahan bakar menuju burner (torch). Gambar 3. Pengambilan Data
pengambilan data berupa temperatur pem- Temperatur
bakaran dan konsumsi bahan bakar dila-
kukan setelah pembakaran stabil. Pengukuran pengaruh kadar cam-
Pencatatan data selanjutnya dilaku- puran bahan bakar terhadap konsumsi
kan dengan langkah-langkah yang sama bahan bakar dengan mencatat penurunan
seperti di atas dengan variasi kadar cam- level bahan bakar (cm) pada pipa pen-
puran bahan bakar 10%, 20%, 30%, 40%. duga.
Pengambilan data dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a. Pengujian pengaruh kadar campuran HASIL DAN PEMBAHASAN
bahan bakar terhadap sifat-sifat fisik
bahan bakar dengan metode pemerik- Pengaruh Kadar Campuran Bahan Bakar
saan untuk : terhadap Sifat-sifat Fisik Bahan Bakar.
- Specific Gravity : ASTM D 1298 Besarnya nilai kalor bahan bakar
- Viskositas : ASTM D 445 dapat dihitung dengan menggunakan
- Flash point : ASTM D92 persamaan (4). Setelah dilakukan perhi-
- Nilai Kalor : dengan perhitungan tungan, besarnya nilai kalor untuk masing-
HHV = 22.320 - (3.780 × SG2) masing bahan bakar diperlihatkan dalam
Btu/lb (4) tabel 2.
HHV = HHV (Btu/lb)× 2.326 Nilai kalor menunjukkan kalor yang
kJ/kg (5) dihasilkan dari pembakaran bahan bakar.
HHV = HHV (kJ/kg) × 2.326 Jika dalam pembakaran yang sempurna,
: 4.184 kkal/kg (6) bahan bakar akan terbakar seluruhnya
b. Pengukuran pengaruh kadar campuran menjadi energi panas.
bahan bakar terhadap temperatur pem- Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa per-
bakaran dengan meletakkan termo- lakuan pencampuran oli bekas dengan
kopel pada tiga titik nyala api yang di- minyak tanah dapat menaikkan nilai kalor
hasilkan burner yaitu pangkal, tengah oli bekas karena dengan pencampuran ini
dan ujung nyala api. Temperatur yang nilai specific gravity (SG) semakin turun.
terbaca pada reader kemudian dicatat. Dengan turunnya nilai SG, maka derajat
Proses pengambilan data dilakukan API akan naik karena nilai API berbanding

Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran Minyak Tanah ... (Wahyu Purwo Raharjo) 163
Tabel 1. Sifat-sifat Fisik Oli Bekas Sebelum dan Sesudah Treatment

Kadar Campuran Minyak Tanah – Oli Bekas


Sifat Oli Bekas
1 : 9 (10%) 2 : 8 (20%) 3 : 7 (30%) 4 : 6 (40%)
Specific Gravity @ 60/60°F 0.9056 0.8831 0.8771 0.8605 0.8534
Viskositas @ 40°C (cSt) 85.05 68.49 44.85 13.76 7.536
Viskositas @ 100°C (cSt) 10.58 10.17 7.680 3.647 2.474
Flash Point (°C) 204 160 130 92 88

Tabel 2. Nilai kalor bahan bakar hasil perlakuan (treatment)

terbalik dengan nilai SG (persamaan i). Jika butkan. Jika bahan bakar mudah dikabut-
nilai API semakin naik maka nilai kalor kan maka bahan bakar akan lebih mudah
akan semakin naik (Harjono, 2001). Nilai dalam penyalaannya dan semakin banyak
SG juga menunjukkan beratnya fraksi dari bahan bakar yang terbakar sempurna
suatu liquid. Semakin rendah harga SG sehingga temperatur yang dihasilkan pun
maka fraksi akan semakin ringan. Jadi akan semakin tinggi.
semakin banyak penambahan minyak Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
tanah pada oli bekas maka campuran akan secara umum viskositas kinematik bahan
semakin ringan atau encer. bakar hasil perlakuan baik pada 40°C
Viskositas bahan bakar cair meru- maupun 100°C semakin menurun seiring
pakan karakteristik yang paling penting dengan penambahan minyak tanah. Hal
dalam penggunaan dan penyimpanan ini dipengaruhi oleh viskositas kine-matik
bahan bakar. Jika viskositas terlalu tinggi minyak tanah, dimana viskositas kinematik
maka bahan bakar akan sulit dalam minyak tanah lebih kecil dibandingkan
pemompaan, penyalaan dalam burner dan viskositas kinematik oli bekas. Sehingga
sulit dalam penanganannya. Viskositas semakin tinggi penam-bahan minyak tanah
akan mempengaruhi proses pengka- yang dicampurkan maka semakin rendah
butannya, yaitu semakin kecil viskositasnya viskositas bahan bakar yang dihasilkan. Di
maka bahan bakar akan lebih mudah dika- samping itu pada pengujian viskositas,

164 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168
bahan bakar terlebih dahulu dipanaskan Pengukuran Pengaruh Kadar Campuran
sesuai temperatur uji (40 ºC dan 100 ºC) Bahan Bakar terhadap Temperatur
sehingga menyebabkan viskositas bahan Pembakaran
bakar menurun. Variabel yang diubah dalam pengam-
bilan data ini adalah variasi campuran
bahan bakar yaitu 10%, 20%, 30% dan
90

80

70
40%. Sementara itu tekanan bahan bakar
V isko sitas kinem atik (cst)

60 pada nosel bahan bakar dijaga tetap kon-


Viskositas
50 kinematik
@ 40°C
stan yaitu 2 bar. Sebelum dipompakan
40 bahan bakar setiap variasinya dipanaskan
Viskositas
30 kinematik
@ 100°C
terlebih dahulu ± 100°C. kebutuhan udara
selama pembakaran diperoleh dari udara
20

10

0
bebas dan dari penam-bahan blower yang
Oli bekas 1 : 9 (10%) 2 : 8 (20%) 3 : 7 (30%) 4 : 6 (40%) dijaga tetap konstan kecepatannya pada 8
Kadar campuran bahan bakar
m/s. Temperatur udara lingkungan rata-rata
Gambar 4. Grafik Viskositas Kinematik 31°C.
Bahan Bakar Dari pengukuran temperatur yang
dihasilkan oleh pembakaran pada variasi
Dari pengujian diperoleh bahwa nilai campuran bahan bakar diperoleh hasil pada
flash pointi/titik nyala dari bahan bakar hasil tabel 3.
perlakuan juga menunjukkan penurunan
seiring dengan bertam-bahnya kadar cam- Tabel 3. Temperatur Pembakaran Bahan
puran minyak tanah. Hal ini disebabkan Bakar Hasil Perlakuan
nilai flash point dari minyak tanah lebih
Variasi Cam- Temperatur Api
rendah daripada flash point oli bekas. Jadi Pada Titik (°C)
Puran Bahan
semakin banyak minyak tanah yang Bakar Pangkal Tengah Ujung
ditambahkan maka flash point dari bahan
bakar akan semakin turun. Dengan 1 : 9 (10%) 1028 1032 847
semakin turunnya flash point dari bahan 2 : 8 (20%) 1091 1126 922
bakar maka akan memudahkan dalam 3 : 7 (30%) 1268 1388 1102
proses penyalaannya.
4 : 6 (40%) 1021 1080 983
250

200

Dari Tabel 3 dapat dibuat grafik


T e m p e ra tu r (° C )

150
pengaruh kadar campuran bahan bakar
100 terhadap temperatur pembakaran pada
tiap-tiap variasi campuran bahan bakar
(gambar 6).
50

0 Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa


Oli bekas 1 : 9 (10%) 2 : 8 (20%)
Kadar campuran bahan bakar
3 : 7 (30%) 4 : 6 (40%)
mulai campuran 10% hingga 30% tempe-
ratur pembakaran cenderung naik pada tiap
Gambar 5. GraFik Flash Point titik nyala. Hal ini disebabkan karena sema-
Bahan Bakar kin banyak minyak tanah yang dicampur-

Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran Minyak Tanah ... (Wahyu Purwo Raharjo) 165
1600

1400

1200
T e m p e r a tu r (o C )

1000
Pangkal
800
Tengah
600 Ujung

400

200

0
0 10 20 30 40 50
Campuran minyak tanah (%)

Gambar 6. Grafik Temperatur Gambar 7. Grafik Temperatur


Pembakaran Bahan Bakar Hasil Pembakaran Pada Tiap Titik Nyala
Perlakuan Tiap Variasi Campuran

kan maka viskositas bahan bakar semakin Temperatur ini akan turun kembali sampai
turun sehingga semakin mudah teratomisasi mencapai ujung nyala. Pada ujung api,
menjadi kabut. Dengan banyaknya kabut pencampuran udara dengan bahan bakar
yang dihasilkan dalam atomisasi, maka terlalu banyak sehingga pembakaran
proses pembakaran yang terjadi juga menjadi tidak sempurna sehingga tempe-
semakin banyak dan temperatur yang ratur yang dihasilkan juga semakin ren-
dihasilkan juga semakin tinggi. Akan tetapi dah.
pada campuran 40% temperatur pemba-
karan mulai turun. Hal ini disebabkan
karena terjadi ketidaksesuaian pencam- Pengukuran Pengaruh Kadar Campuran
puran antara bahan bakar dan udara selama Bahan Bakar terhadap Konsumsi Bahan
pembakaran pada pengkabutan bahan Bakar
bakar campuran 40% dengan debit udara Pengukuran laju bahan bakar yang
8 m 2/s. Pengaruh ketidaksesuaian ini dikonsumsi dapat dihitung dengan
terlihat dari visualisasi bentuk api yang persamaan:
kurang sempurna.
V
Dari grafik juga dapat dilihat bahwa Q= (7)
t
temperatur pembakaran tertinggi dihasil-
kan pada campuran 30%. Hal ini dikarena- dimana :
kan pada temperatur 30% bahan bakar V = A × selisih level (cm)
tercampur sempurna dengan udara sehing- A = luas penampang tangki reservoir
ga terjadi pembakaran yang sempurna t = waktu pembakaran (menit)
sehingga temperatur yang dihasilkan pun
juga lebih tinggi. Dari tabel 4 dapat dibuat grafik
Dari penelitian juga didapatkan pengaruh tekanan bahan bakar terhadap
bahwa temperatur tertinggi terjadi pada laju konsumsi bahan bakar tiap menit pada
titik tengah api. Hal ini disebabkan oleh variasi kadar campuran bahan bakar
distribusi temperatur akan meningkat mulai terhadap konsumsi bahan bakar (Gambar
dari pangkal api hingga titik tengah api. 8).

166 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168
Tabel 4. Data Konsumsi Bahan Bakar Rata-rata Tiap Variasi Campuran

Waktu Laju konsumsi BB Laju konsumsi BB


Kadar campuran Selisih level
(mnt) (lt/mnt) (lt/jam)
1 : 9 (10%) 9 2.9 0.347 20.79
2 : 8 (20%) 18 5 0.384 23.05
3 : 7 (30%) 21 8.7 0.446 26.74
4 : 6 (40%) 20 7.3 0.393 23.56

30
mengalir kembali menuju tangki reservoir
sehingga mempengaruhi laju konsumsi
Konsum si bahan bakar (lt/jam )

25
bahan bakar.
20

15

10 SIMPULAN
5

0 Dari hasil pengujian dan analisis data


1 : 9 (10%) 2 : 8 (20%) 3 : 7 (30%) 4 : 6 (40%) maka dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
Kadar campuran bahan bakar

1. Perlakuan pencampuran minyak tanah


Gambar 8. Grafik Laju Konsumsi
pada oli bekas dapat menurunkan spe-
Bahan Bakar (lt/jam)
cific gravity (SG), flash point dan
viskositas kinematik pada oli bekas.
Sedangkan nilai kalor oli bekas secara
Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa umum naik seiring dengan penam-
laju konsumsi bahan bakar tiap variasi relatif bahan minyak tanah sehingga tempe-
sama. Hal ini terjadi dikarenakan nosel dan ratur yang dihasilkan juga akan
tekanan bahan bakar yang digunakan semakin naik.
adalah sama sehingga debit bahan bakar 2. Temperatur pembakaran paling tinggi
yang keluar dari nosel relatif sama. Akan terjadi pada campuran 3 : 7 (30%). Hal
tetapi pada campuran 30%, laju bahan ini disebabkan pada campuran tersebut
bakar relatif tinggi. Hal ini dimungkinkan bahan bakar dapat terbakar dengan
karena pada campuran 30% bahan bakar sempurna dengan udara dari blower
dapat teratomisasi dan terbakar dengan dengan kecepatan 8 m/s. Temperatur
sempurna dibandingkan campuran lain- paling tinggi terletak di tengah nyala
nya. Dalam penelitian ini bahan bakar api yaitu 1386 °C.
yang tidak terbakar dengan sempurna akan

Pemanfaatan Oli Bekas dengan Pencampuran Minyak Tanah ... (Wahyu Purwo Raharjo) 167
DAFTAR PUSTAKA

Borman, G. L. and Ragland, K.W.1998. Combustion Engineering. New York, USA: McGraw-
Hill.
Crouse, W. H., & Anglin, D. L., 1993, Automotive Mechanics, 10th ed., McGraw-Hill
International Editions, Singapore.
Indartono, Y.S., 2005, Krisis Energi di Indonesia : Mengapa dan Harus Bagaimana, Jurnal
Inovasi, Vol. 5/XVII/Nopember 2005.
Justiana, S, dan Hardanie, B.D., 2005, Rekayasa Minyak Pelumas dari Bahan Botol Plastik
Bekas, Jurnal Inovasi, Vol. 5/XVII/Nopember 2005.
Muin, S. 1988. Pesawat-Pesawat Konversi Energi I. Jakarta: CV. Rajawali.
Prayitno, 1999, Studi Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas sebagai Minyak Bakar, Prosiding
Seminar Nasional Dasar-dasar dan Aplikasi Perpindahan Panas dan Massa, ISBN
979-95620-0-7, Yogyakarta, 9-10 Maret 1999, pp. 159-162.
Purwono, S, 1999, Koefisien Perpindahan Panas Konveksi pada Pemisahan Fraksi Ringan Minyak
Pelumas Bekas, Prosiding Seminar Nasional Dasar-dasar dan Aplikasi Perpindahan
Panas dan Massa, ISBN 979-95620-0-7, Yogyakarta, 9-10 Maret 1999, pp. 71-76.
Raharjo, P.W. dan Triyono, J. 2005. Pemanfaatan Cokeless Cupola untuk Mencairkan Logam
Sebagai Salah Satu Alternatif Solusi untuk Mengurangi Ketergantungan Kokas. Gema
Teknik, No. 2/Tahun VIII Juli 2005, pp. 14-19.

168 Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 2009: 156 - 168

Anda mungkin juga menyukai