Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUK MIGAS 2
“GAS”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Chandini Ruth Yapno


NIM : 211420033
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : II

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, 02 September 2022


I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan uji produk Gas.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja peralatan uji produk Gas.
3. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian produk Gas dengan spesifikasi
yang berlaku.

II. Keselamatan Kerja


1. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
2. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
3. Hati-hati bekerja dengan larutan kimia (lihat MSDS) dan perhatikan bahan-bahan yang
mudah terbakar.

III. Dasar Teori


Gas adalah keadaan materi yang terdiri dari partikel-partikel yang tidak memiliki
volume atau bentuk yang pasti. Ini adalah salah satu dari empat wujud mendasar materi,
yang lainnya yaitu padatan, cairan, dan plasma. Dalam kondisi biasa, gas berupa materi
yang bentuknya antara wujud cair dan plasma. Gas murni dapat terdiri dari atom individu
(misalnya Gas mulia seperti neon), molekul unsur yang terbuat dari satu jenis atom
(misalnya Oksigen), atau molekul senyawa yang dibuat dari berbagai atom (misalnya
Karbon dioksida). (Meutia, 2020)

Sifat gas bisa dibedakan menjadi dua, yaitu sifat kesetimbangan dan sifat - sifat
pengangkutan, Berdasarkan sifat kesetimbangan ini bisa dikatakan bahwa suatu sistem
yang berada dalam kesetimbangan tidak akan mengalami perubahan kecuali karena
adanya beberapa perlakuan eksternal yang dilakukan di atasnya (misalnya,
menambahkan panas). Dalam sifat ini, perilaku gas stabil dengan waktu, dan tidak
terdapat perubahan tampak akan terjadi, meskipun molekul bergerak tanpa henti.
Sebaliknya, sifat non-kesetimbangan menunjukkan bagaimana sistem merespon beberapa
tindakan eksternal, seperti pengenaan suhu atau perbedaan tekanan. Yang berikutnya
yakni sifat pengangkutan yang terbagi atas tiga yaitu Viskositas, bisa didefinisikan
sebagai gaya gesekan antara lapisan - lapisan yang bersisian pada fluida pada waktu
lapisan - lapisan tersebut bergerak satu melewati lainnya. Viskositas terdapat pada zat
cair maupun gas. Sebagai contoh yaitu air mempunayi viskositas yang lebih rendah
dibandingkan madu. Berikutnya yaitu Konduktivitas Panas, apabila konduksi panas
perbedaan arti suhu dipertahankan di sebuah aliran fluida melalui fluida akan
menghasilkan energi. Dan yang terakhir adalah Difusi gas, merupakan proses di mana
partikel gas satu menyebar ke seluruh gas lain oleh gerak molekul. Sebagai contoh, ketika
kita membuka botol parfum, baunya bisa sangat cepat tercium di seberang ruangan. Hal
tersebut disebabkan karena sebagai partikel aroma arus keluar dari botol, molekul -
molekul gas di udara berbenturan dengan partikel dan secara bertahap mendistribusikan
mereka di seluruh udara. (Meutia,2020)

Gas dapat dinyatakan dalam beberapa cara, Gas mengembang mengisi dan
mengikuti bentuk tempatnya, Gas saling menyebar dan berdifusi satu sama lain serta
bercampur semuanya, jadi campuran gas adalah larutan homogen meskipun partikel
masing - masing gas tidak tampak, akan tetapi beberapa gas berwarna, seperti klorin
(kuning hijau), brom (merah coklat), dan yod (ungu). Beberapa gas mudah terbakar,
seperti hidrogen dan metana, dan beberapa gas inert secara kimia, seperti helium dan
neon. Ada empat sifat dasar yang menentukan perilaku gas secara fisik, yaitu jumlah gas,
volume gas, temperatur gas, dan tekanan gas. Apabila diketahui tiga dari sifat ini,
biasanya dapat dihitung harga dari sifat keempat, dengan menggunakan persamaan
matematik yang disebut persamaan keadaan. (Meutia, 2020)

Gas terdiri dari molekul yang bergerak ke segala arah dengan kecepatan tinggi
dan berjalan lurus. Molekul ini selalu bertumbukan dengan molekul yang lain (dinding
bejana) yang menyebabkan terjadinya tekanan. Volume yang ditempati oleh gas lebih
besar dibandingkan dengan volume molekul - molekul dari gas itu sendiri, Hal inilah
yang menyebabkan gas sifatnya lebih rapat dan kecil dibandingkan dengan cairan atau zat
padat biasa. Selain itu, gas juga bersifat kompresibel atau mudah ditekan karena molekul
selalu bergerak ke segala arah, mudah bercampur dengan gas yang lain dengan syarat
tidak bereaksi contohnya adalah O2, CO2 dan H2 dan sebagainya. Untuk itulah gas ini
dibagi menjadi tiga jenis yaitu Gas Monoatomik, dimana molekul di dalamnya hanya
bergerak translasi (tidak ada struktur dakhil dalam teori kinetik) sehingga U32 nRT,
berikutnya ada Gas Diatomik, dimana Setiap molekul berbentuk dumbel yang mana dua
bola disambung oleh sebuah tongkat. Molekul yang demikian mampu berotasi terhadap
salah satu dari tiga sumbu paling tegak lurus, ini. Namun inersia rotasi terhadap sumbu -
sumbu yang tegak lurus pada tongkat lebih layak untuk diperhatikan. Yang terakhir Gas
Poliatomik, Setiap molekul mempunyai tiga atau lebih atom yang disambung secara
bersama oleh tongkat dalam model sehingga mampu berotasi terhadap salah satu dari tiga
sumbu paling tegak lurus. Gas poliatomik mempunyai gerak rotasi dan translasi.
(Saputra, 2021)
Sebagian besar gas sulit untuk dapat diamati secara langsung. Oleh sebab itu, gas-
gas tersebut dijelaskan melalui penggunaan empat sifat fisik atau karakteristik
makroskopis, yaitu tekanan, volume, jumlah partikel (kelompok kimiawi berdasarkan
mol) dan suhu. Karakteristik gas diantaranya yaitu Partikel - partikel gas secara luas
terpisah satu sama lain dan akibatnya, memiliki ikatan antar molekul yang lebih lemah
daripada cairan atau padatan. Gaya antar molekul ini dihasilkan dari interaksi
elektrostatik antara partikel gas. Daerah bermuatan serupa dari partikel gas yang berbeda
menolak, sementara daerah yang bermuatan berbeda dari partikel gas yang berbeda
menarik satu sama lain; gas yang mengandung ion bermuatan permanen dikenal sebagai
plasma. Senyawa gas memiliki ikatan kovalen polar yang mengandung
ketidakseimbangan muatan permanen, sehingga mengalami gaya antar molekul yang
relatif kuat. Transien, muatan yang diinduksi secara acak ada pada ikatan molekul
kovalen non-polar dan interaksi elektrostatik yang disebabkan oleh mereka disebut
sebagai gaya Van der Waals. Interaksi gaya antarmolekul ini bervariasi dalam suatu zat
yang menentukan banyak sifat fisik yang unik untuk setiap gas. Perbandingan titik didih
untuk senyawa yang dibentuk oleh ikatan ionik dan kovalen membawa kita pada
kesimpulan ini. Dibandingkan dengan keadaan materi lainnya, gas memiliki kerapatan
dan viskositas yang rendah. Tekanan dan suhu mempengaruhi partikel dalam volume
tertentu. Variasi dalam pemisahan dan kecepatan partikel ini disebut sebagai
kompresibilitas. Pemisahan dan ukuran partikel tersebut berpengaruh terhadap sifat optik
gas. Akhirnya, partikel gas menyebar terpisah atau berdifusi untuk mendistribusikan diri
secara homogen ke seluruh wadah. (Saputra, 2021)

Adapun beberapa contoh gas yaitu Gas Beracun, Karbon monoksida adalah salah
satu gas beracun yang membahayakan manusia dan hewan dengan mendorong oksigen ke
atas. Dikenal dengan rumus CO, ia memiliki kerapatan yang lebih rendah daripada
oksigen dan karenanya lebih mudah diakses tetapi tidak menyediakan oksigen yang
cukup untuk bernafas. Beriktunya Gas Elemental (Gas Unsur), sebelas unsur – hidrogen,
nitrogen, oksigen, fluor, klor, helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon – ada
sebagai gas di bawah tekanan dan suhu standar tergantung pada elemennya ketika suhu
atau tekanan dinaikkan atau diturunkan, maka gas - gas tersebut akan beralih ke keadaan
lain. Berikutnya Gas Murni, tidak memiliki molekul gas lain yang bercampur dengannya
salah satu contohnya adalah oksigen murni. Meskipun kita tidak menghirup oksigen
murni karena atmosfer kita terdiri dari berbagai gas, pasien rumah sakit dengan kesulitan
bernapas akan bernapas dengan oksigen murni untuk membantu paru-paru mereka
mentransfer oksigen ke aliran darah secara lebih efisien. Berikutnya Gas dalam Industri,
Sejumlah gas campuran melayani keperluan industri di bidang manufaktur seperti
pengelasan, produksi baja, pendinginan, propelan, dan banyak lagi. Asetilena, butana,
propana, dan banyak gas lainnya bahkan digunakan dalam aplikasi rumah tangga sebagai
sumber panas bersuhu tinggi. (Neneng, 2014)

Mengenai Gas Adapun yang diproduksi dalam industry seperti LNG (Liquid
Natural Gas), LPG (Liquid Petroleum Gas), dan CNG (Compressed Natural Gas).
Namun yang akan dikaji lebih dalam adalah adalah LPG (Liquid Petroleum Gas) yang
merupakan campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. LPG
dihasilkan dari penyulingan minyak mentah atau dari kondensasi gas bumi dalam kilang
pengolahan gas bumi. Gas tersebut akan dicairkan dengan cara menambah tekanan dan
menurunkan suhunya untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan
penanganannya. Komponen utama LPG adalah Propana (C3H8) dan Butana (C4H10).
Komposisi lain dari LPG terdiri dari senyawa Propylene atau Propena (C 3H6), Buteylene
atau Butena (C4H8), dan sejumlah kecil Ethana (C2H4), dan Penthana (C5H12).
Berdasarkan komposisi Propane dan Butane, LPG dibedakan menjadi tiga macam
jenisnya, dan dari ketiga macam tersebut masing – masing memiliki manfaat dan
kegunaan diantaranya yakni LPG Propane yang Sebagian besar terdiri dari C3, LPG
Butane yang Sebagian besar terdiri dari C4, dan mix LPG yang merupakan campuran dari
Propane dan Butane. (Trylidya, 2015)

Menurut keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No.26525


K/10/DDJM/2009 spesifikasi LPG dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu LPG
campuran (mixed LPG), LPG Propana dan LPG Butana. LPG mixed adalah campuran
propana dan butana dengan komposisi antara 70-80% dan 20-30% volume dan diberi
odorant umumnya digunakan untuk bahan bakar rumah tangga. LPG propana dan LPG
butana adalah LPG yang masing-masing mengandung propana 95% dan butana 97,5%
volume dan diberi odor, umumnya digunakan untuk keperluan industri. (Hassan, 2018)

Berdasarkan cara pencairannya, LPG dibedakan menjadi dua yaitu LPG


Refrigated dan LPG Pressurerized. LPG Refrigated adalah LPG yang dicairkan dengan
cara didinginkan (titik cair Propane ± -42 OC dan titik cair Butane ± -0,5 OC) LPG jenis
umum ini digunakan untuk mengapalkan LPG dalam jumlah besar seperti contohnya
dalam pengiriman LPG antar negara menggunakan kapal. Dibutuhkan tangki
penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tetap dapat berbentuk cair serta
dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigated menjadi LPG Pressurerized.
LPG Pressurerized adalah LPG yang dicairkan dengan cara ditekan (4-5 kg/cm2), LPG
jenis ini disimpan dalam tabung atau tangka khusus bertekanan. LPG jenis inilah yang
banyak digunakan dalam berbagai aplikasi rumah tangga dan industry karena
penyimpanan dan penggunaannya tidak memerlukan handling khusus seperti LPG
Refrigated. LPG Pressurerized adalah jenis LPG yang paling umum dipasarkan dalam
kemasan tabung dan curah. (Trylidya, 2015)

Adapun beberapa sifat dari LPG diantaranya adalah tidak berwarna sehingga
untuk melihat fluida tersebut maka perlu ditambah zat warna. Baunya menyengat untuk
menjamin factor keselamatan diberi zat odor sehingga apabila terjadi kebocoran akan
tercium. Tidak berasa, dan sangat sedikit beracun, apabila terjadi kebocoran diudara dalm
konsentrasi sekitar (2-3%) dapat menyebabkan Anaesthetic yang dapat mengakibatkan
pusing dan selanjutnya pingsan. Apabila terjadi kebocoran diruang tertutup dapat
menggantikan oksigen diruangan tersebut dan akan dapat mengakibatkan gangguan
saluran pernapasan ( sesak napas ) pada orang yang ada didalamnya. Mudah terbakar,
secara umum bahwa persyaratan mutu LPG harus dapat mudah menguap dengan
sempurna dan terbakar dengan baik saat pemakaian tanpa menyebabkan korosi atau
meninggalkan deposit dalam sistem. (Trylidya, 2015)

LPG sekarang ini memiliki banyak manfaat sebuah buah dari perkembangan
teknologi menggantikan posisi minyak tanah, meski demikian gas cair ini memiliki resiko
cukup tinggi pada penggunaanya yaitu kebocoran pada tabung bisa mengakibatkan
ledakan karena salah satu sifatnya yang mudah terbakar. Adapun manfaat teknologi gas
LPG secara adalah pada umumnya LPG digunakan sebagai alat bahan bakar untuk
keperluan memasak rumah tangga dengan komposisinya yaitu LPG Butane biasanya
dipergunakan oleh masyarakat umum untuk bahan bakar memasak, korek Api dll. LPG
juga sering digunakan sebagai bahan baku khususnya untuk keperluan industry dengan
komposisinya yaitu LPG Propane biasanya dipergunakan di industry – industry sebagai
pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat dll. Bisa digunakan untuk
mandi hangat sebagai bahan bakar pemanas air gas dengan komposisinya yaitu LPG mix
biasanya dipergunakan dipergunakan oleh masyarakat umum untuk bahan bakar
memasak. ( Tikasari, 2005)

III.1. Weathering Test ASTM D-1837


Weathering Test adalah analisis Volatility yang dinyatakan dalam suhu
penguapan 95% produk dan untuk mengetahui kemurnian LPG, hasil analisa ini dapat
digunakan sebagai indikasi adanya komponen Pentana, fraksi berat dalam tipe LPG.
Tujuan pengujian ini ialah untuk mengetahui kecenderungan terjadinya
pengendapan/deposit dari LPG baik itu ketika di dalam tabung maupun ditempat
penampungan lainnya, seperti di tangki timbun serta tangki kapal. Adanya endapan
mengindikasikan adanya komponen berat yang ikut terlarut di dalam LPG (Ineke,
2018).

Weathering test ditetapkan pada suhu 34°F dan dilaporkan dalam bentuk %
volume. Untuk standarnya sendiri, hasil weatering test diisyaratkan minimum 95%
volume, baik itu untuk LPG Propana, LPG Butana maupun LPG Campuran. Pengujian
ini menggunakan beberapa alat, meliputi penangas air, termometer, kumparan
pendingin, pengujiannya pun menggunakan metode ASTMD 1837. Dalam
prakteknya, bila weathering test untuk LPG Propana hasilnya kurang dari 95% volume
dari yang teruapkan, hal ini mengindikasikan bahwa LPG ini mengandung komponen
butana. Untuk LPG Butana, bila hasil weathering test kurang dari 95%, dapat
dipastikan terdapat komponen pentana dalam LPG. Sementara untuk pengujian LPG
Campuran, bila hasil weathering test kurang dari 95%, berarti perbandingan antara
campuran komponen propana dan butana lebih banyak komponen butana. (Ineke,
2018)

III.2. Reid Vapour Pressure ASTM D-323


Reid Vapour Pressure merupakan metode pengujian yang meliputi prosedur penentuan
tekanan uap dari bensin, minyak mentah yang mudah menguap. produk – produk
minyak bumi dengan RVP liquid pada 100OF dalam ukuran absolut (absolute vapor
pressure) karena apabila semakin besar Reid Vapour Pressure suatu sampel maka
menunjukan bahwa sampel tersebut semakin mudah menguap namun sebaliknya
apabila Reid Vapour Pressure semakin kecil menunjukan bahwa sampel tersebut sulit
menguap diudara. (Era, 1999)

III.3. Cooper strip Corrosion ASTM D-1838


Cooper strip Corrosion merupakan metode uji kualitatif untuk menentukan
tingkat korosifitas bahan bakar yang apabila terkadung kandungan sulfur yang tinggi
mampu membuat korosif pada alat transportasi penerbangan sehingga uji keselamatan
bahan bakar ini perlu untuk dilakukan (Siti, 2008).

III.4. Relatif Density IP59 Method C


Relatif density atau Massa Jenis Relatif atau rapat jenis adalah rasio massa
jenis suatu zat terhadap massa jenis bahan referensi tertentu. Rapat jenis untuk cairan
hampir selalu diukur terhadap air pada titik terpadatnya; untuk gas, referensinya
adalah udara pada suhu kamar. (Walker, 1981)

III.5. Komposisi GC-NGA


GC NGA merupakan teknik chromatography dengan bantuan media gas yang
umum digunakan dalam analisis senyawa yang dapat menguap tanpa mengalami
dekomposisi atau dapat diartikan sebagai metode atau teknik pemisahan molekul
berdasarkan perbedaan pola pergerakan. (Andaru, 2020)

IV. Bahan dan Alat


4.1. Weathering Test ASTM D-1837
a. Bahan
1. Gas LPG
2. Karbon aktif (Charcoal), ukuran 6 – 14 mesh
3. Aquades
b. Alat
1. Weathering tube
2. Tube Support, untuk memegang leher centrifuge tube dengan tegak (vertical)
3. Water bath
4. Circulator bath: 15 oC s/d 21 oC
5. Termometer (ASTM Armor Weathering Test), range −50 to 5°C (−58 to
41°F)
6. Cooling vessel
7. Cooling coil, Panjang = 2meter dan OD = 4,8 mm
8. Pre-Coolant

4.2. Reid Vapour Pressure ASTM D-323


a. Bahan
1. Gas LPG
2. Aquades
b. Alat

1.Vapor Pressure Apparatus

2. Bomb
3. Bath dengan ketelitian 0,1°C ± 37,8°C dan 0,3 ± 70°C
4. Liquid chamber 2 opening Flexible Tubing, ukuran 6 – 7 mm (¼ inch)

4.3. Cooper Strip Corossion ASTM D-1838


a. Bahan
1. Asam Oksalat, kristal
2. Larutan NaOH 0,2 N
3. Indikator Phenol Phtalein (PP)

b. Alat
1. Corrosion test cylinder

2. Water Bath

3. Copper Strip

4. Temperature sensing device


5. Strip Polishing vice
6. Polishing Materials

4.4 Relative Density IP59 Method C


a. Bahan
1. Air
2. Udara
3. Gas LPG
b. Alat
1. External Cylinder
2. Internal Tube
3. Orifice
4. O – ring small for orifice
5. Thermometer IP 39 C
6. Keran (pada orifice)
7. Keran sampe

4.5. Komposisi GC-NGA


a. Bahan

1. Asam Oksalat, kristal


2. Larutan NaOH 0,2 N

3. Indikator Phenol Phtalein (PP)

b. Alat

1. Thermostat 0 – 50°C 1 unit 2

2. Thermometer °C 1 buah

3. Tabung reaksi besar 1 buah

4. Batang pengaduk 1 buah


5. Pipet takar, kap. 5 mL 1 buah

6. Pipet takar, kap. 10 mL 1 buah


7. Buret, kap. 50 mL 1 buah
8. Labu takar, kap. 50 mL 1 buah

V. Langkah Kerja
5.1 Weathering Test ASTM D-1837
a. Thermometer

Masukan air 5 ml

Masukan 2 butir karbon aktif

Masukan aemoe thermometer serendah mungkin pada weathering tube

Baca pembacaan tinggi air dan catat (misalkan:6 ml)

Bersihkan weathering tube

b. Mendapatkan porsi pengujian

Isi cooling vessel dengan pendingin sehingga menutupi cooling coil.


Pasang inlet cooling coil sumber gas (sampel) selama atau hose OD 6,4 mm atau
lebih besar.

Masukan cairan pendingin,kedalam bath sampai semua tabung terendam.

Masukan sampel kedalam weathering tube, kosongkan sampling pertama.

Masukan 2 butir karbon aktif (charcoal)sama dengan langkah pertama.

Kemudian masukan sampel sampai batas 100 ml.

c. Pengujian

Dengan hati-hati memasukan pre coolant armor thermometer kedalam centrifuge


tube sesuai dengan posisi waktu pemasangan thermometer.

5.2 Reid Vapour Pressure ASTM D-323


Bersihkan Air Chamber dan Gasoline Chamber

Panaskan water bath sampai suhu 100ºF konstant.

Rendam Air Chamber pada water bath suhu 100ºF paling sedikit 10 menit
Dinginkan contoh dan Gasoline chamber dalam keadaan tertutup hingga suhu 32
– 40ºF

Dinginkan contoh dan Gasoline chamber dalam keadaan tertutup hingga suhu 32
– 40ºF

Isikan contoh kedalam Gasoline chamber hingga meluber (penuh)

Pasangkankan Gasoline chamber pada air chamber dan pressure gauge


Rendam kedalam water bath pada suhu 100ºF selama 20 – 30 menit, kemudian
setiap 5 menit diangkat lalu dikocok selama 2 menit.

Apabila penunjukan manometer sudah konstan laporkan sebagai RVP contoh.

5.3 Cooper Strip Corrosion ASTM D-1838


a. Persiapan Copper Strip

Bersihkan dengan cara menggosok ke enam sisi Lempeng Tembaga (Copper


Strip) menggunakan silikon carbide grit paper, kemudian dicuci dengan iso
oktana.

. Gosok lagi dengan serbuk silikon carbide (150 mesh) diatas permukaan pelat
yang bersih dengan alas kain katton yang telah dibasahi dengan beberapa tetes iso
oktana.Selama membersihkan Copper pakailah penjepit stainless steel dan jaga
jangan sampai tersentuh jari tangan.
b. Langkah kerja

Masukkan 30 ml contoh kedalam test tube.

Masukkan Lempeng Tembaga (Copper Strip) yang telah dibersihkan kedalam


test tube yang telah berisi contoh.

Rendam test tube berisi contoh dan Lempeng Tembaga pada water bath yang
telah diatur suhunya sesuai jenis contoh yang diuji.Lamanya perendaman sesuai
dengan contoh yang diuji. (500C selama 3 jam, kecuali Aviation Fuel 1000C
selama 2 jam)

Setelah waktunya tercapai, angkat test tube dari water bath.

Kosongkan test tube dari contoh uji, kemudian dengan menggunakan penjepit,
angkat Lempeng Tembaga dan cuci dengan iso oktana, lalu keringkan.

Laporkan nomor warna Copper Strip setelah dibandingkan warnanya terhadap


Copper Strip Color Standard.
5.4 Relatif Density IP59 Method C
Tuangkan air pada suhu kamar ke dalam cylinder glass luar sehingga cylinder dalam
dipenuhi air sampai pada level atasnya, gunakan keran untuk melakukan
adjust.Sesuaikan level air pada cylinder glass luar untuk menginisialisasi level air
yang telah ditandai pada cylinder luar. Dengan keran masih tertutup, tekan air
menuju cylinder dalam melewati keran hingga level air diturunkan hingga batas
tanda bawah. Tutupkeran, biarkan selama 2 menit hingga suhu udara mendapati
suhu airnya, buka keran sehingga udara mengalir ke atmosfer melewati orifice
plate. Catat waktu yang diperlukan sehingga level air lolos dari batas rendah ke
batas atasnya.Ulangi pengujian beberapakali pada suhu yang sama, jika waktunya
sesuai hitung rata – ratanya.

Semprotkan peralatan dengan udara beberapa kali pada seluruh bagian peralatan,
Termasuk ruang antara keran dan orifice plate menggunakan udara. Buat
serangkaian penentuan menggunakan gas pada suhu yang sama seperti udara dan
hitung waktu rata-ratanya sebanyak jumlah pengujiannya.

Ulangi proses penentuannya dengan udara sebagai suhu asli setelah proses
flushing menggunakan udara.

5.5 Komposisi GC-NGA


a. Prosedur menghidupkan diawal

Memastikan AC telah menyala.

Membuka valve tabung gas (He),Hidrogen(H2),dan kompresor.

Menghidupkan UPS (Ultra Power Saver,merk Prolink).

Menghidupkan PC dan Printer.


Menghidupkan GC NGA 2014 (ZHIMDZU).

Membuka aplikasi Lab solution dengan cara double klik icon yang terdapat di
desktop.

Membuka jendela analisis dengan cara klik Pilihan “Instrument” sebelah kiri,lalu
double klik “HP-HP-Instrument1”(User id:Admin,Password: (dikosongkan) lalu
klik’ok’.
b. Proses Conditioning

Mmeilih file-lalu Open Method File-lalu memilih file “conditioning” dengan


cara double klik.

Mengklik Download dan juga mengklikSystem On sampai tulisan GC Not


Ready(warnaa kuning )berubah menjadi GC Ready (warna hijau),yang artinya
kondisi opersi GC telah siap untuk menerima sampel.
c. Prosedur Inject Sampel

Menaikan Current pada DTCD 1 menjadi 100 mA.

Mengklik ”Auto Zero”dan menunggu sampai baselinenya tepat diangka


‘0’(kurang lebih 2 menit.

Setelah baselinenya bagus,tepat diangka ‘0’.Segera menginject sample dengan


cara mengklik”Start Single Run”,kemudian menginput sampel Name dan Sampel
Idnya,lalu mengklik “ok”.

Kemudian(secara manual) membuka valve sample gas lalu klik “start”,setelah


ada bunyi dari GC yang menandakan valve sampel ke GC sudah tertutup,maka
valve sampel gas juga sudah ditutup.

Menunggu sampai semua kromatogram keluar sesuai dengan waktu running yang
telah ditentukan(18 menit).
d. Memunculkan data analisa sampel yang telah di inject tadi

Kembali ke jendela (Lab solution Main System Administrator) lalu mengklik


“Postrun” di deretan kiri.

Lalu mngklik”postrun” yanng di tengah.

Kemudian mengklik “Data Report” di deretan sebelah kiri.

Memunculkan hasil analisa sampel dengan cara klik “Folder”dan kemudian


memilih lokasi penyimpanan file tadi.

Lalu mengklik di filenamenya.

Untuk mencetak hasil analisa(berupa kromotogram),pilih file print.


e. Prosedur Cooling dan mematikan DC

Menurukan(mengubah) Current pada DTCD 1 menjadi 0 ma.

Membuka file cooling dengan cara memilih file open Method File-pilih file
“cooling” dengan cara double klik.

Mengklik “Download” dan tunggu sampai tulisan GC Not Ready (warna kuning)
berubah menjadi GC Ready(warna hijau).

Setelah GC Ready,klik “System Off” lalu klik “Yes” ketika muncul halaman
konfirmasi.

Menutup jendela “Realtime Analysis (HP-HP-Instrument1-System


Administrator)’.

Menutup aplikasi dengan cara menutup jendela “LabSalution Main (System


Asmistrator)”.

Men-Shutdown PC, dan matikan printer.

Memastikan GC.

Mematikan UPS.

Menutup kembali Valve Tabung Gas Eluen (He)

VI. Hasil Praktikum


6.1. Weathering Test ASTM D-1837
Sampel Spesifikasi Hasil Volume Keterangan

Gas LPG 2,2 °C 2 °C 1,6 mL On Spec

6.2. Reid Vapour Pressure ASTM D-323


Waktu (Menit) Tekanan Uap Spesifikasi Keterangan
30 Menit 70 Psi
5 Menit 77 Psi 145 Psi On Spec
5 Menit 79 Psi

6.3. Copper Strip ASTM D-1838


Sampel Spesifikasi Hasil Keterangan
Gas LPG Kelas 1 1b On Spec

6.4. Relatif Density IP59 Method C


Sampel Spesifikasi Percobaan Waktu(s) Relatif
Udara Gas Density
1 24,55 30,40
L To 2 25,77 32,44
3 24,67 32,68
P Be 0,981
4 24,40 32,64
5 24,80 32,83
G reported
6 24,70 32,31
7 24,60 32,69
Rata-Rata 24,44 32,28

6.5. Komposisi GC-NGA


Pereaks Ret. Area Height Concentrat Unit Mark Nam
i Time e . e
1. 1.402 0 0 0.000 % N2
2. 1.987 0 0 0.000 % CH4
3. 2.675 0 0 0.000 % CO
4. 5.181 0 0 0.000 % C6⁺
5. 6.700 12796 1578 0.000 V
6. 7.753 0 0 0.000 % CO₂
7. 8.393 5203 620 0.451 % C₂H₆
8. 9.526 0 0 0.000 % H₂S

9. 10.362 684228 44620 47.306 % V C₃H₈


10. 12.469 242834 16122 13.971 % i-
C₄H₁

11. 13.125 1025316 43567 59.338 % V n-
C₄H₁

12. 15.322 4269 101 0.000 V
13. 16.449 0 0 0.000 % i-
C₅H₁

14 18.163 6894 215 0.375 % i-
C₅H₁

Total 1981541 106824

VII. Perhitungan
 Density
T 1² (24,99)² 624,5001
Density = = = = 0,9280
T 2² (25,94)² 672,8834

Ⅷ. Analisis
8.1. Weathering Test ASTM D-1837
Weathering Test adalah analisis Volatility yang dinyatakan dalam suhu
penguapan 95% produk dan untuk mengetahui kemurnian LPG, hasil analisa ini dapat
digunakan sebagai indikasi adanya komponen Pentana, fraksi berat dalam tipe LPG.
Tujuan pengujian ini ialah untuk mengetahui kecenderungan terjadinya
pengendapan/deposit dari LPG baik itu ketika di dalam tabung maupun ditempat
penampungan lainnya. Pada praktikum yang telah dilakukan sampel uji yang
digunakan praktikan adalah LPG (Liquid Petroleum Gas) berwujud cair saat masih
didalam tabung namun ketika dibuka salurannya akan keluar serta berwujud gas yang
nantinya hasil dari produk uji ini sangat berkaitan langsung dengan VapourPressure
dan Density produk artinya bahwa jika hasil Weathering Test tinggi maka Vapour
Pressurenya akan rendah dan density produk tinggi.

Kemudian praktikan menyiapkan peralatan serta bahan yang diperlukan,


selanjutnya sampel uji dimasukan kedalam Weathering Tube hingga mencapai tanda
batas 95 ml, Ketika pengisian dapat diamati bahwa terbentuk kristal es yang
menempel pada sarung tangan praktikan dikarenakan pengaruh udara luar yang
bercampur dengan cairan gas tersebut, saat pengisian gas kedalam weathering tube
tercium bau yang agak menyengat dikarenakan zat odor yang ditambahkan
kedalamnya berupa butil mercaptan untuk memberi bau gas dan asam butirat untuk
memberi warna pada gas tujuan penambahan zat odor untuk mendeteksi terjadinya
kebocoran pada tabung gas. serta dipasangkan juga thermometer untuk melihat
perubahan suhu sampel uji yang dimasukan perlahan – lahan dalam sampel uji
dikarenakan suhu sampel yang terlalu dingin dapat membuat thermometer pecah.
Setelah itu praktikan mengamati penurunan suhu uap sampel uji dari volume
95 ml menuju batas akhir 5 ml ( 95%) sehingga didapatkanlah hasil volumenya yaitu
1,6 ml (95%) dengan tekanan uapnya yaitu 0 oC dan hasil 2 oC sehinga dapat dikatakan
On Spec berdasarkan spesifikasi dirjen migas maksimal nilai Weathering Test yaitu
36oF dikonversi menjadi 2,2oC menunjukan bahwa sampel uji tidak terdapat
kandungan impuritis sehingga baik digunakan namun apabila hasil Off Spec dapat
disebabkan adanya kandungan impuritis yang tinggi atau dapat disebabkan pengaruh
udara luar.

8.2. Reid Vapour Pressure ASTM D-323

Reid Vapour Pressure merupakan metode pengujian yang meliputi


prosedur penentuan tekanan uap dari produk – produk minyak bumi yang mudah
menguap dengan RVP liquid pada 100 OF dalam ukuran absolut (absolute vapor
pressure) karena apabila semakin besar Reid Vapour Pressure suatu sampel maka
menunjukan bahwa sampel tersebut semakin mudah menguap namun sebaliknya
apabila Reid Vapour Pressure semakin kecil menunjukan bahwa sampel tersebut
sulit menguap diudara.

Pada praktikum yang telah dilakukan sampel uji yang digunakan yaitu LPG
(Liquid Petroleum Gas) yang diisi kedalam dua buah Gas Chamber Flexible
Tubing dengan ketelitian 0,1°C ± 37,8°C dan 0,3 ± 70°C namun terlebih dahulu
chamber tersebut di purging untuk membersihkan sisa – sisa gas ataupun zat
impuritis lainnya yang masih menempel dalam chamber dari pengujian
sebelumnya. Perendaman sampel uji di awal berlangsung selama 30 menit
bertujuan untuk menyamakan suhu ruang dan suhu dingin pada masing – masing
chamber, Adapun hasil awal setelah perendaman didapatkan hasilnya yaitu 70 Psi.
Langkah selanjutnya praktikan melakukan perendaman sampel uji yang
berlangsung selama 5 menit bertujuan untuk melihat perbedaan nilai RVP dari
masing – masing chamber dengan suhu yang konstan. Percobaan dilakukan
sebanyak dua kali percobaan maka didapatkan hasil uji sebelum perendaman dan
pengocokan berturut – turut yaitu 77 dan 79 psi.
Berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan dapat dikatakan On Spec
berdasarkan spesifikasi dirjen migas untuk LPG yaitu 145 Psi (minimum 414 KPa)
sehingga masih berada dalam batas normal artinya tekanan uapnya normal, apabila
tekanan uap rendah maka makin besar laju uap sampel akan turun sebaliknya
apabila tekanan uapnya tinggi maka makin kecil laju uap sampel akan naik
akibatnya akan semakin boros efisiensi bahan bakar tersebut.

8.3 Copper Strip Corrosion ASTM D-1838


Cooper strip Corrosion merupakan metode uji kualitatif untuk
menentukan tingkat korosifitas bahan bakar yang apabila terkadung kandungan
sulfur yang tinggi mampu membuat korosif pada alat transportasi penerbangan
sehingga uji keselamatan bahan bakar ini perlu untuk dilakukan. Tujuan dari
metode uji adalah mengarah langsung pada efisiensi bahan mesin apabila
terdapat kandungan Sulfur ataupun RSH akan menyebabkan kerusakan
ataupun terjadi pengkaratan pada badan mesin sehingga harus
diminimalisir/dihilangkan kandungan tersebut.
Pada praktikum yang telah dilakukan Adapun sampel uji yang
praktikan gunakan adalah LPG (Liquid Petroleum Gas), setelah itu praktikan
melakukan penggosokan lempeng tembaga menggunakan silicon carbide dan
grit Paper bertujuan agar Ketika lempengan tembaga direndam kedalam bath
membutuhkan ketahanan dan keausan yang tinggi, kemudian lempengan
tersebut direndam kedalam iso-oktana yang bertindak sebagai standar
pengukur kualitas produk minyak bumi, senyawa ini merupakan hidrokarbon
jenuh serta digunakan sebagai pelarut non polar. Setelah perendaman dengan
iso-oktana kemudian praktikan mengaitkan lempeng tembaga pada bagian
dalam chamber dengan posisi horizontal agar hasil yang didapatkan sempurna
namun apabila posisinya vertikal maka lempengan tersebut akan jatuh dalam
chamber membuat hasil tidak sempurna, dan diisi dengan sampel LPG yang
kemudian dikatup rapat lalu direndam ke dalam water bath selama 1 jam.
Setelah melewati perendaman kemudian chamber berisi sampel uji
diangkat dan kemudian lempengan tersebut dikeluarkan serta dikeringkan
selanjutnya praktikan mengamati dan melaporkan warna lempengan tembaga
tersebut berdasarkan hasil uji yang praktikan dapatkan yaitu kelas 1a sehingga
dapat dikatakan On Spec berdasarkan standar dirjen migas untuk LPG ini
berada pada range kelas 1a/1b masih normal dan kandungan penyebab
korosifitasnya rendah sehingga bahan bakar layak digunakan pada
mesin/kendaraan.
Pengaruh metode uji Cooper Strip untuk sampel LPG ini sangat
penting dikarenakan untuk mendeteksi komponen gas minyak cair yang dapat
korosif terhadap tembaga yang memberikan batas jaminan bahwa deteriorasi
tidak akan mudah terjadi pada campuran tembaga yang digunakan pada
peralatan atau sistem pengolahan LPG serta mendeteksi juga kandungan sulfur
didalam LPG yang dapat mengkontaminan pada saat proses pengangkutan dan
penyimpanan LPG tersebut.

8.4. Relatif Density IP59 Method C


Relatif density atau Massa Jenis Relatif atau rapat jenis adalah rasio
massa jenis suatu zat terhadap massa jenis bahan referensi tertentu. Rapat jenis
untuk cairan hampir selalu diukur terhadap air pada titik terpadatnya; untuk
gas, referensinya adalah udara pada suhu kamar. Tujuan pengujian dari metode
ini adalah untuk menentukan densitas relative hidrokarbon ringan dari LPG,
selain itu juga tujuan metode uji ini adalah melihat secara teoritis dan observasi
langsung perbedaan udara biasa dengan gas LPG berlangsung dalam satuan
detik. Langkah yang praktikan lakukan menyiapkan sampel uji kedalam salah
satu chamber gas kemudian dikatup rapat agar tidak terjadi losses sampel uji.
Percobaan pertama praktikan melakukan dengan uji Relatife Density pada
udara biasa dengan percobaan dilakukan sebanyak tujuh kali dengan mekanis
uji yaitu udara dipompakan terlebih dahulu untuk menaikan fluida (air) dalam
silinder glass tersebut sebagai pendorong gas dan salah satu lubang udara atas
tabung ditutup setelah itu dibuka perlahan maka udara biasa tersebut naik
melewati garis putih (level air) dibawah tabung yang dihitung waktunya
selama satuan detik berturut – turut yaitu 24 detik, 24,55 detik , 25,77 detik ,
24,67 detik sehingga rata – rata Relatif Density udara biasa yaitu 24,99 detik.
Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel uji gas LPG yang sedikit
membedakan adalah medium sampel untuk udara biasa tidak membutuhkan
penyimpanan dalam chamber namun pada LPG membutuhkan penyimpanan
didalam chamber untuk mengurangi losses kemudian dari silinder glass
dipasangkan selang ke chamber gas LPG tersebut kemudian katup chamber
dibuka perlahan untuk mengalirkan sampel kedalam tabung silinder glass yang
kemudian dipompakan dan diuji relatif densitynya sebanyak tujuh kali
percobaan dengan perhitungan selama satuan detik berturut – turut yaitu 26,15
detik, 25,78 detik, 25,90 detik, sehingga rata – rata Relatif Density gas LPG
yaitu 25,94 detik.
Berdasarkan hasil rata – rata dari udara biasa dan gas LPG maka
praktikan mengakumulasikan dengan ketentuan Relatif Densitynya menjadi
0,9280. Maka dapat diambil kesimpulan dari pengujian dengan menggunakan
IP 59 Method C ini dapat diamati bahwa hasil waktu menguap antara udara
biasa dengan gas LPG tidak berbanding jauh dikarenakan fasanya sama – sama
berupa gas, jika hasilnya berbanding jauh maka zat tersebut mengandung
impuritis dikarenakan kontaminan udara luar atau zat lainnya sehingga sampel
uji menjadi lebih berat.

8.5. Komposisi GC- NG


GC NGA merupakan teknik chromatography dengan bantuan media
gas yang umum digunakan dalam analisis senyawa yang dapat menguap tanpa
mengalami dekomposisi atau dapat diartikan sebagai metode atau teknik
pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan. Alat ini di proses
secara otomatis agar mengetahui zat yang terkandung atau komposisi dari
sampel yang akan diuji yaitu LPG Campuran. Metode yang di pakai yaitu
metode pemisahan suatu campuran menjadi komponen - komponen
berdasarkan interaksi fasa gerak dan fasa diam. Adapun perbedaan fasa gerak
merupakan yang stabil sedangkan fasa diam merupakan zat padat atau cair
yang tidak bergerak. Fasa gerak yang dimaksudkan dalam praktikum ini adalah
gas inert (gas pembawa) yang digunakan adalah Helium dan H2 yang
digolongkan sebagai komponen gas inert Karena jenis gas mulia ini sangat
sulit bereaksi di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk unsur bebas
monoatomik yang sangat stabil, hal inilah yang menyebabkan gas mulia
disebut gas inert.
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi
komponenkomponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang
melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.
Kromatografi gas fase gerak dan fase diamnya diantaranya :
 Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan
tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak
 Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap)
yang terikat pada zat padat penunjangnya Kromatografi gas termasuk dalam
salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa kuantitatif), kromatografi
gas dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk menganalisa
senyawa-senyawa organic. Kita telah mengetahui bahwa ada dua jenis
kromatografi gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas
cair (KGC).Dalam kedua hal ini sebagai fasa bergerak adalah gas (hingga
keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa diamnya berbeda. Meskipun
kedua cara tersebut mempunyai banyak persamaan. Perbedaan antara kedunya
hanya tentang cara kerja. Pada kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi
dan pada kromatografi gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan).Kromatografi
gas padat (KGP) digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan
gas.Metode ini awalnya kurang berkembang.Penemuan jenis-jenis padatan
baru sebagi hasil riset memperluas penggunaan metode ini.Kelemahan metode
ini mirip dengan kromatografi cair padat.Sedangkan kromatografi gas cair
sering disebut oleh para pakar kimia organic sebagai kromatografi fasa
uap.Pertama kali dikenalkan oleh James dan Martin pada tahun 1952. metode
ini paling banyak digunakan karena efisien, serba guna, cepat dan peka.
Cuplikan dengan ukuran beberapa microgram sampel dengan ukuran 10 gram
masih dapat dideteksi.Komponen cuplikan harus mempunyai tekanan beberapa
torr pada suhu kolom.
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi
lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan
campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada
oven temperatur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom
hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki. Secara rinci prinsip
kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen
flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi
terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan
ion.

Ⅸ. Penutup
9.1 Weathering Test ASTM D-1837
a. Kesimpulan

LPG (Liquid Petroleum Gas) yang merupakan campuran dari berbagai unsur
hidrokarbon yang berasal dari gas alam. LPG dihasilkan dari penyulingan minyak
mentah atau dari kondensasi gas bumi dalam kilang pengolahan gas bumi.
Komponen utama LPG adalah Propana (C3H8) dan Butana (C4H10).
b. Saran

1) Praktikan diharapakan teliti dan bekerja berdasarkan prosedur uji yang berlaku
untuk menghindari terjadinya error alat ataupun hasil
2) Praktikan diharapkan menjaga keamanan serta ketertiban Ketika berjalannya
praktikum.

9.2 Reid Vapour Pressure ASTM D-323

a. Kesimpulan

Gas LPG yang diuji dengan alat Rvp masuk dalam spesifikasi atau On
Spec, karena tidak terkontaminasi udara sehingga tidak mempengaruhi suhu
dan pembacaan nilainya akurat

b. Saran

1. Membaca dan menentukan tekanan uap yang ditunjukan oleh manometer


saat percobaan dengan cermat, teliti dan tepat

2.Mengulangi percobaan sampai tekanan uap yang ditunjukkan oleh


manometer stabil.

9.3 Copper Strip Corrosion ASTM D-1838


a. Kesimpulan

Warna awal copper yaitu freshly polished dan setelah diuji, warna
copper berubah menjadi slight tarnish 1b, menurut ASTM copper strip
corrosion standards.

b. Saran

Praktikan harus melaukan praktikum sesuai prosedur agar hasil


praktikum yang didapatkan sesuai spesifikasi Dirjen Migas

9.4 Relatif Density IP59 Method C


a. Kesimpulan

Maka dari pengujian dengan menggunakan IP 59 Method C ini dapat


diamati bahwa hasil waktu menguap antara udara biasa dengan gas LPG tidak
berbanding jauh dikarenakan fasanya sama – sama berupa gas, jika hasilnya
berbanding jauh maka zat tersebut mengandung impuritis dikarenakan kontaminan
udara luar atau zat lainnya sehingga sampel uji menjadi lebih berat.
b. Saran

Praktikan selanjutnya diharapkan memahami modul sebelum praktikum dan


jangan bercanda pada saat praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan
tanpa kendala

9.5 Komposisi GC- NGA


a. Kesimpulan

Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk bermacam-


macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fasa
gerak yang bisa berupa gas ( kromatografi gas ) ataupun cair ( kromatografi cair )
dan fasa diam yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan polaritas dari fasa diam dan gerak. Ada dua jenis
kromatografi gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan kromatografi gas cair
(KGC).

b. Saran

Praktikan menyarankan agar sebelum memulai praktikum praktikan


selanjutnya dapat memahami Langkah kerja terlebih dahulu agar praktikum
berjalan dengan lancar dan baik

Ⅹ. Daftar Pustaka
Andaru, P. Pengertian GC- Gas Chromathography. Jawa Timur: PT. Persada Mandiri.

Era, Restu. 1999. ASTM D-323 Vapour Pressure. Jawa Tengah: Media Baca.

Hassan, Sidiq. 2018. Tabung Gas LPG (Liquid Petroleum Gas). Jawa Timur:
Universitas Muhammadiyah Gresik.
Ineke, Winarsih. 2018. Teknologi Minyak Bumi. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.

Meutia, Saputri. 2020. Percobaan Gas Ideal dengan Uji GC. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh November.

Neneng, Laksminingpuri. 2014. Studi Kandungan Dan Temperatur Gas Panas Bumi
Kamojang Dengan Diagram Grid. Palembang: PT. Kalman Pustaka.

Trylidya, Carolina. 2015. Saluran Disitribusi Petroleum Gas PT. KITA Gas
Lhokseumawe. Aceh: Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Tikasari, E.Widiasmara. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti, khodijah. 2008. Uji Kandungan Sulfur Bahan Bakar. Makassar: Pustaka Media.

Saputra. Djoko. 2021. Hatch.Chemistry of petrochemical processes. Gulf Publishing


Company Houston. Jakarta: Erlangga.

Walker, F. 2013. The Research and Motor Octane Numbers of Liquefied Gas (LPG).
Fuel, 797-811. Jakarta: Erlangga.

Ⅺ. Lampiran

11.1 Weathering Test, ASTM D-1837


11.2 Reid Vapour Pressure, ASTM D-323

11.3 Copper Strip Corrosion ASTM D-1838

11.4 Relatif Density, IP59 Method C


11.5 Komposisi GC-NGA

Anda mungkin juga menyukai