Anda di halaman 1dari 25

USULAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

PENGARUH WAKTU DEGUMMING PADA SEMI VIRGIN


CRUDE PALM OIL DENGAN MENGGUNAKAN ASAM
FOSFAT TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS (ALB),
KADAR AIR DAN KADAR KOTORAN

MILA SETIA HRP


2002082
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAWIT INDONESIA MEDAN


2023
HALAMAN PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN TUGAS
AKHIR

Nama : MILA SENTIA HRP

Nomor Induk : 2002082

Program Studi : TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL


PERKEBUNAN

Judul Tugas Akhir : PENGARUH WAKTU DEGUMMING PADA


SEMI VIRGIN CRUDE PALM OIL DENGAN
MENGGUNAKAN ASAM FOSFAT
TERHADAP KADAR ASAM LEMAK
BEBAS (ALB), KADAR AIR DAN KADAR
KOTORAN

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pada Mulia Raja, S.Pd., M.Si Ika Ucha P. Rangkuti, S.S.T., M.Si

Mengetahui,

Ka.PS TPHP

Ika Ucha P. Rangkuti, S.S.T., M.Si


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Urgensi Penelitian............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4 Target Temuan..................................................................................................3
1.5 Kontribusi.........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Proses Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm oil).................................4
2.2 Crude Palm Oil.................................................................................................5
2.3 Proses Degumming Minyak Kelapa Sawit.......................................................5
2.4 Minyak Sawit Merah (Red Palm Oil)...............................................................6
2.4.1 Asam Lemak Bebas....................................................................................6
2.4.2 Kadar Air....................................................................................................6
2.4.3 Kadar Kotoran.............................................................................................7
BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................................9
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................9
3.2 Desain Penelitian..............................................................................................9
3.3 Alat dan Bahan................................................................................................10
3.4 Tahapan Penelitian..........................................................................................11
3.4.1 Pengolahan SVCPO..................................................................................11
3.4.2 Proses Pengolahan CPO menjadi RPO.....................................................12
3.4.3 Proses Degumming...................................................................................12
3.4.4 Proses Netralisasi......................................................................................12
3.4.5 Proses Fraksinasi.......................................................................................13
3.5 Analisa Pengamatan Sampel RPO..................................................................13
3.5.1 Asam Lemak Bebas (ALB) (SNI 3741:2013)..........................................13
3.5.2 Penentuan Kadar Air (SNI 3741:2013).....................................................14
3.5.3 Penentuan Kadar Kotoran (SNI 3741:2013).............................................14
3.6 Bagan Alur Penelitian.....................................................................................15
3.7 Jadwal Penelitian............................................................................................16

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Bagan Alur Penelitian ......................................................................15

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian..................................................................................16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu jenis tanaman dari
famili Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati. Saat ini kelapa sawit banyak
diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik menanam kelapa sawit masih
menjadi andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri.Dalam
perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit memiliki peran strategis karena
komoditas ini memiliki prospek yang cerah sebagai sumber devisa negara. Selain
itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak
digunakan di seluruh dunia, sehingga dapat terus menjaga stabilitas harga minyak
sawit. Komoditas ini juga mampu menciptakan lapangan kerja yang luas dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rosa & Zaman, 2017).

Degumming merupakan salah satu tahapan proses pemurnian yang bertujuan untuk
memisahkan getah dan lendir (fosfolipid, protein, residu dan karbohidrat) dalam
minyak tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas (ALB) minyak. Prinsip kerja
degumming adalah memisahkan senyawa fosfatida ke dalam fase air sehingga dapat
dipisahkan dengan cara pengendapan, penyaringan atau, pemusingan/sentrifugasi.
Namun,dalam praktiknya, degumming masih dihadapkan pada beberapa tantangan,
terutama terkait dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai tingkat degumming
yang optimal. Waktu degumming yang lama dapat menyebabkan penundaan dalam
proses produksi, meningkatkan biaya operasional, dan menurunkan efisiensi
produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam untuk mengevaluasi pengaruh waktu degumming pada semi virgin crude
palm oil (CPO) menggunakan asam fosfat terhadap Alb, kadar air, dan kadar
kotoran. (Mayalibit, Sarungallo, & Paiki, 2019).

1
Proses degumming yang digunakan menggunakan metode acid degumming yaitu
penghilangan getah menggunakan asam. Pemilihan asam fosfat pada metode acid
degumming dikarenakan asamnya tidak bersifat racun, mengikuti regulasi peratutran
untuk makanan, dan biayanya yang terjangkau . Selain bersumber pada kekuatan
asam menurut derajat ionisasinya, kekuatan asam berdasarkan kemampuan
menyerap getah dalam minyak menunjukkan asam fosfat lebih kuat dan
menghasilkan residu yang lebih kecil dibandingkan asam lemah lainnya.
(Handayani, Abrar, Bellanimalona, & Enjarlis, 2021)

Crude Palm Oil merupakan produk buah sawit asal bagian mesocarp, dimana
diproses selanjutnya buat menerima minyak goreng melalui beberapa proses
mrndapatkan minyak goreng berwarna bening yang sangat tidak selaras dengan
produk aslinya yaitu CPO didalam CPO ada kompoen aktif yang dikenal sebagai
komponen minor yang berperan penting bagi kesehatan tubuh walaupun dalam
jumlah kecil, terutama buat produk farmasi. Tingginya kandungan provitamin A
pada CPO selama proses pemurnian konvensional buat mendapatkan minyak goreng
(RBDPO) dirusak bahkan dibuang menggunkan sengaja dengan tidak dilakukannya
proses bleaching pada proses pemurnian maka akan diproleh minyak sawit berwarna
merah yang kaya akan beta karoten.(Hasibuan, 2021)

1.2 Urgensi Penelitian


Degumming adalah salah satu tahap penting dalam pengolahan minyak kelapa sawit
mentah. Dalam penelitian ini, fokus diberikan pada pengaruh waktu degumming
terhadap sifat-sifat Alb, kadar air, dan kadar kotoran. Melalui penelitian ini,
diharapkan dapat ditentukan waktu degumming yang optimal untuk menghasilkan
CPO semi virgin dengan kualitas yang lebih baik.

2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apakah ada pengaruh waktu
degumming menggunakan asam fosfat terhadap Alb,kadar air dan kadar kotoran.

1.4 Target Temuan


Penelitian ini dapat menemukan cara untuk mendapatkan mutu terbaik dengan
waktu degumming yang tepat serta penggunaan bahan kimia yang efesiensi
sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1.5 Kontribusi
Temuan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
metode pengolahan cpo yang lebih efektif dan inovatif. Hasil penelitian menjadi
dasar untuk pengembangan teknologi atau penyesuaian proses degumming yang
dapat meningkatkan kualitas cpo secara keseluruhan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm oil)


Sebelum tandan buah segar diolah di pabrik kelapa sawit, terlebih dahulu buah yang
dari kebun diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang (weight bridge)
untuk mencari bruto, tara dan netto. dimana Bruto adalah berat kotor antara berat tbs
dan truck, Tara yaitu berat truck kosong dan semantara Neto yaitu berat bersih tbs,
dengan rumus : Bruto - tara = Neto. Setelah itu buah masuk ke loading ramp
(Sortasi) buah yang diterima adalah buah yang membrondol 5 (lima) atau fraksi 2
dan 3. Setelah itu buah dimasukkan kedalam Lori yaitu tempat penampungan tbs
yang mau diolah dengan kapasitas lori biasanya 2,5 ton. Lori tersebut dibawa oleh
transfer carriage untuk memindahkan lori menuju sterilizer dengan menggunakan
capstand untuk menarik lori yang mau dimasukkan kedalam rebusan.

Sterilizer (Perebusan) berfungsi untuk mengukus tbs agar menonaktifkan enzim


lipase, menurunkan kadar air dan melunakkan buah dan janjangan. Setelah itu buah
yang sudah direbus masuk kedalam stasiun penebahan (treshing) yaitu untuk
memisahkan buah dari tandannya dengan cara membanting tandan buah rebus
dengan kecepatan putaran 23-25 rpm. Setelah itu masuk ke stasiun pengempaan
(Digester) merupakan sebuah alat yang terbuat dari besi pelat yang berbentuk
silinder dimana sekeliling dindingnya dipasang pelat mantel untuk memanaskan
adukan dengan menggunakan lima mata pisau. Stasiun pemurnian minyak berfungsi
untuk memisahkan minyak dari kotoran dan unsur–unsur yang dapat mengurangi
kualitas minyak dan mengupayakan kehilangan minyak seminimal mungkin. Proses
pemisahan minyak, air, dan kotoran dalakukan dengan system pengendapan,
sentrifuge, dan penguapan, Pada proses ini bertujuan untuk mendapatkan minyak
(CPO) dengan kandungan air 0,1%. (Suandi, Supardi, & Puspawan, 2016)

4
2.2 Crude Palm Oil
Tanaman Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan monokotil
yang berakar serabut termasuk ke dalam famili palmae. Nama genus dari kelapa
sawit ialah Elaeis yang berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan
nama spesies dari kelapa sawit ialah Guineensis yang berasal dari kata Guinea.
Nama ini diberikan karena buahnya mengandung banyak minyak. Tanaman elegan
ini berasal dari daerah tropis basah di Afrika dan masih memiliki kekerabatan
dengan kelapa. Kelapa sawit memiliki organ vegetatif berupa daun, batang, akar,
serta organ reproduktif berupa bunga dan buah. (Octaviani, Bakrim, Suliman, &
Susanto, 2022)

CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak sawit mentah yang dihasilkan dari mesocarp
(serat buah sawit kuning) yang diperoleh dengan cara ekstraksi dan belum
mengalami proses pemurnian. CPO adalah minyak dari spesies Elaeis guineensis
atau yang disebut minyak sawit. Mesocarp adalah bagian kuning dari serat buah dan
mengandung minyak yang dikenal sebagai CPO (Crude Palm Oil). (Putri,
Mardawati, & Putri, 2019)

2.3 Proses Degumming Minyak Kelapa Sawit


Degumming (pemisahan gum) merupakan proses pemisahan getah atau lendir yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk proses pemisahan gum antara lain adalah pemisahan gum
dengan cara pemanasan, dengan penambahan asam (H3PO4, H2SO4 dan HCl),
pemisahan gum dengan NaOH, pemisahan gum dengan cara dehidrasi dan
pemisahan gum dengan pereakasi khusus seperti asam fosfat, NaCL dan Na3PO4.
(Sumarna, 2014) Prinsip kerja degumming adalah memisahkan senyawa fosfatida
kedalam fase air sehingga dapat dipisahkan dengan cara pengendapan, penyaringan
atau pemusingan.

5
2.4 Minyak Sawit Merah (Red Palm Oil)

Minyak sawit merah (MSM) merupakan minyak sawit yang diproses secara
minimal, sehingga secara alami mengandung tokoferol dan tokotrienol (konstituen
dari vitamin E), serta karotenoid (provitamin A) yang memberikan warna merah
pada minyak tersebut. Secara umum, proses produksi Minyak Sawit Merah (MSM)
memiliki prinsip yang sama dengan proses produksi minyak sawit komersial, yaitu
minyak goreng. Satu hal yang membedakannya pada proses produksinya pada
Minyak Sawit Merah (MSM) tidak ada tahapan bleaching (pemucatan), sehingga
minyak masih tetap berwarna merah yang kaya kandungan karoten yang memiliki
prospek cerah di masa mendatang karena selain berfungsi sebagai minyak kesehatan
juga karena adanya permintaan terhadap minyak goreng yang berasal dari minyak
kelapa sawit (MKS) terus meningkat. (S, Zakaria, & Palupi, 2009)

2.4.1 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang tidak terikat sebagai trigliserida. Asam
lemak bebas dihasilkan dari hidrolisis trigliserida oleh semua enzim yang termasuk
dalam kelompok lipase, dimana enzim yang dapat menghidrolisis lemak terdapat
pada lemak hewani dan nabati yang berada di dalam jaringan. Selain katalis enzim,
faktor seperti panas dan air akan mempercepat reaksi hidrolisis pada minyak.
Semakin lama reaksi ini berlangsung, semakin banyak asam lemak bebas yang
terbentuk. (Marlina & Ramdan, 2017).

2.4.2 Kadar Air


Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam minyak yang menentukan mutu
minyak. Semakin rendah kadar air, maka kualitas minyak tersebut semakin baik. Hal
ini dikarenakan adanya air dalam minyak dapat memicu reaksi hidrolisis yang
menyebabkan penurunan mutu minyak. Reaksi Hidrolisis terjadi ketika suatu asam
bertemu dengan basa yang akan menghasilkan garam dan air yang merubah pH dari
campuran tersebut. Dalam reaksi hidrolisis, terjadi penarikan H+ dan OH- dari
senyawa asam dan basa. H+ dan OH- berikatan menjadi air. Sedangkan pembentuk

6
senyawa asam dan basa yang lain bersatu membentuk dari garam campuran asam
basa tersebut. Garam tersebut dapat bersifat asam atau basa atau netral tergantung
dari sifat – sifat para campurannya apakan asam kuat, asam lemah, basa kuat, basa
lemah. Kadar air atau moisture juga menjadi parameter mutu yang penting bagi
industri CPO, keberadaan air pada buah sawit atau CPO dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Selain itu, kadar air
yang tinggi menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme yang
mana dapat memproduksi enzim yang akan mengkatalisis proses hidrolis. Untuk itu
kadar air harus berada pada batas minimum. Kadar air dalam minyak dapat
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena proses
pengolahan, proses penyimpanan karena pelembapan udara, atau adanya reaksi
oksidasi yang menghasilkan molekul air. Ada beberapa metode pengukuran kadar
air antara lain : metode oven, metode hot plate, dan metode Karl Fisher. Metode
pengukuran kadar air dengan metode oven merupakan metode yang paling umum
digunakan (Nugroho, 2019)

2.4.3 Kadar Kotoran

Kotoran yang terdapat pada minyak adalah kotoran yang tidak larut dalam N Heksan
maupun petroleum eter. Kotoran dalam minyak juga mempengaruhi kualitas atas
mutu dari minyak tersebut, pada tanggal 24 juli - 24 Agustus tahun 2017
menujukkan kadar kotoran yang diterapkan perusahaan yaitu maksimal 0.02%.
Analisa kadar kotoran yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemurnian dari
minyak hasil produksi. Kadar kotoran merupakan keseluruhan bahan-bahan asing
yang tidak larut dalam minyak, yang dapat disaring setelah minyak dilarutkan.

Kotoran (dirt) yang dimaksud kotoran pada minyak sawit adalah zat-zat padat yang
tidak terlarut pada pelarut n-Heksan atau petroleum eter. Kotoran-kotoran ini
bersumber dari tandan buah segar(TBS) maupunkontaminasi selama

7
proses pengolahan. Kotoran-kotoran ini dapat memicu terjadinya proses hidrolisis
dan oksidasi minyak. Oleh karena itu, Kadar kotoran (dirt) menjadi parameter
penting mutu CPO (Nugroho, 2019)

8
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dan pengamatan mutu atau karakteristik mutu dilakukan di Laboratotium
kimia dan fisika Institut Teknologi Sawit Indonesia.

3.2 Desain Penelitian


Pada penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial dengan menggunakan beberapa variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat dengan menguji pengaruh waktu deguming dengan variasi waktu deguming
untuk menghomogenkan minyak CPO dengan pelarut asam posfat.

3.2.1 Variabel Bebas


A 1 = Waktu Degumming 1 Jam
A 2 = Waktu Degumming 2 Jam
A 3 = Waktu Degumming 3 Jam

3.2.2 Variabel Terikat


1. Asam Lemak Bebas
2. Kadar Air
3. Kadar Kotoran

Jumlah ulangan pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus,
yaitu :
t (r-1) ≥ 15
Dimana :
t = Jumlah taraf/kelompok/perlakuan
r = Jumlah pengulangan

9
Dalam penelitian ada 3 taraf perlakuan, maka jumlah ulangan (r) adalah sebagai
berikut :
t (r-1) ≥ 15
3(r-1) ≥ 15
3r – 3 ≥ 15
3r ≥ 15 + 3
3r ≥ 18
3r ≥ 18
r = 6 (ulangan)
Perlakuan (t) = 3
Ulangan (r) = 6
Jumlah sampel : t x r = 18
Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :
Yij = μ + τi + εij
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapatkan perlakuan
ke-i
μ = Nilai tengah umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
Ԑij = Galat percobaan pada satuan percobaan ke-j dalam perlakuan ke-i.

Dasar perlakuan mengacu pada proses degumming SVCPO. Jika hasil analisa
sidik ragam (uji F) menunjukkan beda nyata antar perlakuan, maka akan
dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf
5%.

3.3 Alat dan Bahan


A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam proses penelitian ini antara lain :
1. Timbangan duduk

10
2. Neraca Analitik
3. Beaker glass
4. Desikato
5. Buret
6. Erlenmeyer
7. Pipet tetes
8. Cawan porselin
9. Oven
10. Corong
11. Kertas saring whatman no 41
12. Centrifuge
13. Labu ukur 25 ml

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses penelitian antara lain :
1. Ethrel (C2H6ClO3P)
2. TBS
3. Aquades (H2O)
4. Indikator phenolpthalein 1 %
5. Alkohol Netral 95%
6. Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N
7. N heksan (C6H14)
8. Kalium hidroksida (KOH) 0,1 N
9. Asam Fosfat

3.4 Tahapan Penelitian

3.4.1 Pengolahan SVCPO

Bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang di peroleh dari
Kebun Internal dengan tingkat kematangan fraksi 3 (brondol lebih dari 2), dengan

11
berat brondolan buah sawit sekitar 6 kg. TBS ditimbang, kemudian dibubuhi bahan
kimia berupa ethrel kemudian diperam selama 24 jam. TBS kemudian dipipil secra
manual. Selanjutnya, buah yang diproses Menjadi minyak sawit kasar secara manual
dengan proses menggunakan dandang, tungku dan gas yang dikukus dalam waktu
90 menit, selanjutnya hasil buah yang telah dikukus di-press secara manual dan
ditampung menggunakan plastik 5 kg, lalu minyak disimpan dalam lemari
pendingin (freezer) sampai dalam wujud beku dan beberapa hari kemudian minyak
diolah menjadi minyak merah sawit.

3.4.2 Proses Pengolahan CPO menjadi RPO

Metode pengolahan Minyak Sawit Merah pada prinsipnya adalah mempertahankan


kandungan karoten yang sudah terdapat secara alami dalam CPO, Sehingga dalam
proses pemurnian, proses bleaching tidak dilakukan. Metode pengolahan RPO
dengan urutan tahap pemurnian yaitu Degumming-Netralisasi-Fraksinasi.

3.4.3 Proses Degumming


Degumming merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran seperti
logam-logam getah atau lendir yang terdapat dalam minyak berupa fosfatida,
protein, karbohidrat, dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam
minyak. Berikut proses Degumming yaitu Crude Palm Oil(CPO) dipanaskan sampai
mencapai suhu 800C. Setelah dipanaskan tambahkan asam fospat 85% sebanyak
0,10% dari banyak sampel lalu diaduk dengan kecepatan 56 rpm selama 15 menit,
Setelah itu sentrifugasi selama 2 menit dengan putaran 4000 rpm.Selanjutnya
minyak dipisahkan menggunakan corong pisah dari endapan dan disimpan.

3.4.4 Proses Netralisasi

Minyak dinetralkan lalu dipanaskan pada suhu 35-400C dengan tekanan lebih rendah
dari 1 atm. Tambahkan larutan Natrium Karbonat kemudian aduk selama 10-15
menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm, Lalu kurangi pengadukan 15-20
rpm dan tekanan vakum diperkecil selama 20-30 menit (cara tersebut untuk

12
menguapkan gas CO2

dan asam lemak bebas yang tertinggal kurang lebih sebesar 0,05%). Dapat
membentuk sebagai Uap lagi dan tetap akan bertahan dalam bentuk cairan didalam
Labu.

3.4.5 Proses Fraksinasi

Campurkan sampel terlebih dahulu lalu masukkan kedalam Labu, Lalu panaskan
oleh sumber panas dengan pembakar Bunsen mencapai suhu 80 0C sampai tidak ada
gelembung air, yang menandakan minyak telah bersih dari bahan kimia dan air.

3.5 Analisa Pengamatan Sampel RPO

3.5.1 Asam Lemak Bebas (ALB)


Menurut SNI 3741 Tahun 2013 :
1) RPO diaduk rata terlebih dahulu dan usahakan dalam keadaan cair
2) Timbang 10g sampai dengan 50g contoh (W) ke dalam Erlenmeyer 250ml
3) Larutkan dengan 50 ml etanol hangat dan tambahkan 5 tetes larutan
fenolftalein sebagai indikator.
4) Titrasi larutan tersebut dengan kalium hidroksida atau sodium hidroksida 0,1
N (N) sampai terbentuk warna merah muda (Warna merah muda bertahan
selama 30 detik)
5) Lakukan pengadukan dengan cara menggoyangkan Erlenmeyer selama titrasi
6) Catat volume larutan KOH atau NaOH yang diperlukan (V) Kadar asam
lemak bebas dapat dihitung menggunakan rumus :
25 ,6 x Vx N
Kadar asam lemak bebas (mgKOH/g) =
W
Dimana :
V : Volume larutan KOH atau NaOH yang diperlukan, dinyatakan dalam
mililiter (ml)
N : Normalitas larutan KOH

13
W : Bobot contoh yang diuji, dinyatakan dalam gram (g)

3.5.2 Penentuan Kadar Air (SNI 3741:2013)


1) Ditimbang cawang kosong
2) Ditimbang CPO sebanyak ± 5 gram
3) Dimasukkan sampel CPO kedalam cawan selanjutnya ditimbang
4) Dipanaskan atau di ovenkan selama 1,5 jam pada suhu 1050C
5) Diangkat kemudian didinginkan cawan yang berisi CPO dalam desikator
6) Setelah dingin cwawan berisi CPO ditimbang
7) Menghitung kadar air dengan rumus sebagai berikut :
( A−B )
% Kadar Air = × 100 %
C
Keterangan :
A = Berat cawan + sampel sebelum di oven
B = Berat cawan + sampel setelah di oven
C = Berat Sampel

3.5.3 Perhitungan Kadar Kotoran (SNI 3741:2013)


1) Timbang cawan kosong
2) Ditambahkan sampel sebanyak ± 5 gram kedalam cawan
3) Dikeringkan dalam oven selama 1,5 jam pada suhu 105 0C ditimbang
(cawan+sampel) sampai mencapai bobot konstan
4) Ditimbang kertas saring
5) Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring tersebut
6) Dibilas sisa minyak dengan n-Heksan sampai kertas saring berwarna putih
bersih dari minyak sehingga hanya kotoran yang tinggal pada kertas saring
tersebut
7) Dikeringkan kertas saring dalam oven pada suhu 1100C selama 30 menit
8) Didinginkan dalam desikator selama 10 menit
9) Ditimbang berat kertas saring
Menghitung kadar kotoran dengan rumus sebagai berikut :

14
(Q−P)
% Kadar Kotoran = × 100 %
R
Keterangan :
P = Berat kertas saring awal
Q = Berat kertas saring akhir
R = Berat sampel

3.6 Bagan Alur Penelitian

TBS

SVCPO
a. Pemasaran CPO
b. Penambahan Asam
Fosfat dengan
Penimbangan
waktu 1jam, 2jam,
dan 3jam
c. Pemisahan minyak Degumming SVCPO
dengan kotoran
d. Pemisahan Asam
fosfat dari minyak Netralisasi SVCPO

Fraksinasi SVCPO
Analisa mutu
a. Alb
RPO (Red Palm Oil) b. Kadar air
c. Kadar
kotoran
Hasil dan Pembahasan

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

15
16
3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


NO Jenis Kegiatan Bulan
5 6 7 8 9 10
1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan
proposal
3 Seminar
Proposal
4 Penelitian di
Lapangan
5 Analisa Data

6 Penyusunan
Laporan
Penelitian
7 Seminar Tugas
Akhir

17
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S., Abrar, M. Z., Bellanimalona, O. Y., & Enjarlis. (2021). Pemanfaatan
Limbah Dedak Padi Menjadi Minyak sebagai bahan baku obat. JURNAL
IPTEK .

Hasibuan, H. A. (2021). POTENSI MINYAK SAWIT MERAH SEBAGAI PANGAN


FUNGSIONAL DAN NUTRASETIKAL. Warta PPKS .

Marlina, L., & Ramdan, I. (2017). IDENTIFIKASI KADAR ASAM LEMAK BEBAS
PADA BERBAGAI JENIS MINYAK GORENG NABATI . Identifikasi Kadar
Asam Lemak Bebas .

Mayalibit, A. P., Sarungallo, Z. L., & Paiki, S. N. (2019). Degumming merupakan salah
satu tahapan proses pemurnian yang bertujuan untuk memisahkan getah dan
lendir (fosfolipid, protein, residu dan karbohidrat) dalam minyak tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas (ALB) minyak. Prinsip kerja degumming
adalah memis. J.Agritechnology .

Nugroho, A. (2019). Buku Ajar Teknologi Agroindustri Kelapa Sawit.

Octaviani, E., Bakrim, L. O., Suliman, & Susanto, A. (2022). Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Penyakit Tanaman Kelapa Sawit pada PT.Tani Prima Makmur.
Sistem informasi dan sistem komputer .

Putri, D. O., Mardawati, E., & Putri, S. H. (2019). PERBANDINGAN METODE


DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) TERHADAP KARAKTERISTIK
LESITIN YANG DIHASILKAN. JURNAL INDUSTRI PERTANIAN .

Putri, O. D., Mardawati, E., & Putri, H. S. (2019). PERBANDINGAN METODE


DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) TERHADAP KARATERISTIK
LESITIN YANG DIHASILKAN. INDUSTRI PERTANIAN .

Rosa, R. N., & Zaman, S. (2017). Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit
(Elais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara. Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor .

S, M. A., Zakaria, F. R., & Palupi, N. S. (2009). Analisis Persepsi Konsumen terhadap
Produk Minyak Sawit Merah Sebagai Minyak Kesehatan (Studi Kasus:
Perumahan Ciomas Permai, Bogor). Manajemen IKM .

18
Suandi, A., Supardi, N. I., & Puspawan, A. (2016). Analisa Pengolahan Kelapa Sawit
dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam di PT.BIO Nusantara Teknologi. Teknosia .

Sumarna, D. (2014). STUDI METODE PENGOLAHAN MINYAK SAWIT MERAH


(Red Palm Oil) DARI CRUDE PALM OIL (CPO) . Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian .

Sumarna, D. (2014). STUDI METODE PENGOLAHAN MINYAK SAWIT MERAH


(Red Palm Oil) DARI CRUDE PALM OIL (CPO). Prosiding Seminar Nasional
KIma .

19

Anda mungkin juga menyukai