Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Pada Mulia Raja, S.Pd., M.Si Ika Ucha P. Rangkuti, S.S.T., M.Si
Mengetahui,
Ka.PS TPHP
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Urgensi Penelitian............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................3
1.4 Target Temuan..................................................................................................3
1.5 Kontribusi.........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Proses Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm oil).................................4
2.2 Crude Palm Oil.................................................................................................5
2.3 Proses Degumming Minyak Kelapa Sawit.......................................................5
2.4 Minyak Sawit Merah (Red Palm Oil)...............................................................6
2.4.1 Asam Lemak Bebas....................................................................................6
2.4.2 Kadar Air....................................................................................................6
2.4.3 Kadar Kotoran.............................................................................................7
BAB 3 METODE PENELITIAN......................................................................................9
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................9
3.2 Desain Penelitian..............................................................................................9
3.3 Alat dan Bahan................................................................................................10
3.4 Tahapan Penelitian..........................................................................................11
3.4.1 Pengolahan SVCPO..................................................................................11
3.4.2 Proses Pengolahan CPO menjadi RPO.....................................................12
3.4.3 Proses Degumming...................................................................................12
3.4.4 Proses Netralisasi......................................................................................12
3.4.5 Proses Fraksinasi.......................................................................................13
3.5 Analisa Pengamatan Sampel RPO..................................................................13
3.5.1 Asam Lemak Bebas (ALB) (SNI 3741:2013)..........................................13
3.5.2 Penentuan Kadar Air (SNI 3741:2013).....................................................14
3.5.3 Penentuan Kadar Kotoran (SNI 3741:2013).............................................14
3.6 Bagan Alur Penelitian.....................................................................................15
3.7 Jadwal Penelitian............................................................................................16
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Degumming merupakan salah satu tahapan proses pemurnian yang bertujuan untuk
memisahkan getah dan lendir (fosfolipid, protein, residu dan karbohidrat) dalam
minyak tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas (ALB) minyak. Prinsip kerja
degumming adalah memisahkan senyawa fosfatida ke dalam fase air sehingga dapat
dipisahkan dengan cara pengendapan, penyaringan atau, pemusingan/sentrifugasi.
Namun,dalam praktiknya, degumming masih dihadapkan pada beberapa tantangan,
terutama terkait dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai tingkat degumming
yang optimal. Waktu degumming yang lama dapat menyebabkan penundaan dalam
proses produksi, meningkatkan biaya operasional, dan menurunkan efisiensi
produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam untuk mengevaluasi pengaruh waktu degumming pada semi virgin crude
palm oil (CPO) menggunakan asam fosfat terhadap Alb, kadar air, dan kadar
kotoran. (Mayalibit, Sarungallo, & Paiki, 2019).
1
Proses degumming yang digunakan menggunakan metode acid degumming yaitu
penghilangan getah menggunakan asam. Pemilihan asam fosfat pada metode acid
degumming dikarenakan asamnya tidak bersifat racun, mengikuti regulasi peratutran
untuk makanan, dan biayanya yang terjangkau . Selain bersumber pada kekuatan
asam menurut derajat ionisasinya, kekuatan asam berdasarkan kemampuan
menyerap getah dalam minyak menunjukkan asam fosfat lebih kuat dan
menghasilkan residu yang lebih kecil dibandingkan asam lemah lainnya.
(Handayani, Abrar, Bellanimalona, & Enjarlis, 2021)
Crude Palm Oil merupakan produk buah sawit asal bagian mesocarp, dimana
diproses selanjutnya buat menerima minyak goreng melalui beberapa proses
mrndapatkan minyak goreng berwarna bening yang sangat tidak selaras dengan
produk aslinya yaitu CPO didalam CPO ada kompoen aktif yang dikenal sebagai
komponen minor yang berperan penting bagi kesehatan tubuh walaupun dalam
jumlah kecil, terutama buat produk farmasi. Tingginya kandungan provitamin A
pada CPO selama proses pemurnian konvensional buat mendapatkan minyak goreng
(RBDPO) dirusak bahkan dibuang menggunkan sengaja dengan tidak dilakukannya
proses bleaching pada proses pemurnian maka akan diproleh minyak sawit berwarna
merah yang kaya akan beta karoten.(Hasibuan, 2021)
2
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apakah ada pengaruh waktu
degumming menggunakan asam fosfat terhadap Alb,kadar air dan kadar kotoran.
1.5 Kontribusi
Temuan dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
metode pengolahan cpo yang lebih efektif dan inovatif. Hasil penelitian menjadi
dasar untuk pengembangan teknologi atau penyesuaian proses degumming yang
dapat meningkatkan kualitas cpo secara keseluruhan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Crude Palm Oil
Tanaman Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan monokotil
yang berakar serabut termasuk ke dalam famili palmae. Nama genus dari kelapa
sawit ialah Elaeis yang berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan
nama spesies dari kelapa sawit ialah Guineensis yang berasal dari kata Guinea.
Nama ini diberikan karena buahnya mengandung banyak minyak. Tanaman elegan
ini berasal dari daerah tropis basah di Afrika dan masih memiliki kekerabatan
dengan kelapa. Kelapa sawit memiliki organ vegetatif berupa daun, batang, akar,
serta organ reproduktif berupa bunga dan buah. (Octaviani, Bakrim, Suliman, &
Susanto, 2022)
CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak sawit mentah yang dihasilkan dari mesocarp
(serat buah sawit kuning) yang diperoleh dengan cara ekstraksi dan belum
mengalami proses pemurnian. CPO adalah minyak dari spesies Elaeis guineensis
atau yang disebut minyak sawit. Mesocarp adalah bagian kuning dari serat buah dan
mengandung minyak yang dikenal sebagai CPO (Crude Palm Oil). (Putri,
Mardawati, & Putri, 2019)
5
2.4 Minyak Sawit Merah (Red Palm Oil)
Minyak sawit merah (MSM) merupakan minyak sawit yang diproses secara
minimal, sehingga secara alami mengandung tokoferol dan tokotrienol (konstituen
dari vitamin E), serta karotenoid (provitamin A) yang memberikan warna merah
pada minyak tersebut. Secara umum, proses produksi Minyak Sawit Merah (MSM)
memiliki prinsip yang sama dengan proses produksi minyak sawit komersial, yaitu
minyak goreng. Satu hal yang membedakannya pada proses produksinya pada
Minyak Sawit Merah (MSM) tidak ada tahapan bleaching (pemucatan), sehingga
minyak masih tetap berwarna merah yang kaya kandungan karoten yang memiliki
prospek cerah di masa mendatang karena selain berfungsi sebagai minyak kesehatan
juga karena adanya permintaan terhadap minyak goreng yang berasal dari minyak
kelapa sawit (MKS) terus meningkat. (S, Zakaria, & Palupi, 2009)
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang tidak terikat sebagai trigliserida. Asam
lemak bebas dihasilkan dari hidrolisis trigliserida oleh semua enzim yang termasuk
dalam kelompok lipase, dimana enzim yang dapat menghidrolisis lemak terdapat
pada lemak hewani dan nabati yang berada di dalam jaringan. Selain katalis enzim,
faktor seperti panas dan air akan mempercepat reaksi hidrolisis pada minyak.
Semakin lama reaksi ini berlangsung, semakin banyak asam lemak bebas yang
terbentuk. (Marlina & Ramdan, 2017).
6
senyawa asam dan basa yang lain bersatu membentuk dari garam campuran asam
basa tersebut. Garam tersebut dapat bersifat asam atau basa atau netral tergantung
dari sifat – sifat para campurannya apakan asam kuat, asam lemah, basa kuat, basa
lemah. Kadar air atau moisture juga menjadi parameter mutu yang penting bagi
industri CPO, keberadaan air pada buah sawit atau CPO dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Selain itu, kadar air
yang tinggi menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme yang
mana dapat memproduksi enzim yang akan mengkatalisis proses hidrolis. Untuk itu
kadar air harus berada pada batas minimum. Kadar air dalam minyak dapat
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena proses
pengolahan, proses penyimpanan karena pelembapan udara, atau adanya reaksi
oksidasi yang menghasilkan molekul air. Ada beberapa metode pengukuran kadar
air antara lain : metode oven, metode hot plate, dan metode Karl Fisher. Metode
pengukuran kadar air dengan metode oven merupakan metode yang paling umum
digunakan (Nugroho, 2019)
Kotoran yang terdapat pada minyak adalah kotoran yang tidak larut dalam N Heksan
maupun petroleum eter. Kotoran dalam minyak juga mempengaruhi kualitas atas
mutu dari minyak tersebut, pada tanggal 24 juli - 24 Agustus tahun 2017
menujukkan kadar kotoran yang diterapkan perusahaan yaitu maksimal 0.02%.
Analisa kadar kotoran yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kemurnian dari
minyak hasil produksi. Kadar kotoran merupakan keseluruhan bahan-bahan asing
yang tidak larut dalam minyak, yang dapat disaring setelah minyak dilarutkan.
Kotoran (dirt) yang dimaksud kotoran pada minyak sawit adalah zat-zat padat yang
tidak terlarut pada pelarut n-Heksan atau petroleum eter. Kotoran-kotoran ini
bersumber dari tandan buah segar(TBS) maupunkontaminasi selama
7
proses pengolahan. Kotoran-kotoran ini dapat memicu terjadinya proses hidrolisis
dan oksidasi minyak. Oleh karena itu, Kadar kotoran (dirt) menjadi parameter
penting mutu CPO (Nugroho, 2019)
8
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jumlah ulangan pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus,
yaitu :
t (r-1) ≥ 15
Dimana :
t = Jumlah taraf/kelompok/perlakuan
r = Jumlah pengulangan
9
Dalam penelitian ada 3 taraf perlakuan, maka jumlah ulangan (r) adalah sebagai
berikut :
t (r-1) ≥ 15
3(r-1) ≥ 15
3r – 3 ≥ 15
3r ≥ 15 + 3
3r ≥ 18
3r ≥ 18
r = 6 (ulangan)
Perlakuan (t) = 3
Ulangan (r) = 6
Jumlah sampel : t x r = 18
Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah :
Yij = μ + τi + εij
Dimana :
Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-j yang mendapatkan perlakuan
ke-i
μ = Nilai tengah umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
Ԑij = Galat percobaan pada satuan percobaan ke-j dalam perlakuan ke-i.
Dasar perlakuan mengacu pada proses degumming SVCPO. Jika hasil analisa
sidik ragam (uji F) menunjukkan beda nyata antar perlakuan, maka akan
dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf
5%.
10
2. Neraca Analitik
3. Beaker glass
4. Desikato
5. Buret
6. Erlenmeyer
7. Pipet tetes
8. Cawan porselin
9. Oven
10. Corong
11. Kertas saring whatman no 41
12. Centrifuge
13. Labu ukur 25 ml
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses penelitian antara lain :
1. Ethrel (C2H6ClO3P)
2. TBS
3. Aquades (H2O)
4. Indikator phenolpthalein 1 %
5. Alkohol Netral 95%
6. Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N
7. N heksan (C6H14)
8. Kalium hidroksida (KOH) 0,1 N
9. Asam Fosfat
Bahan baku yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) yang di peroleh dari
Kebun Internal dengan tingkat kematangan fraksi 3 (brondol lebih dari 2), dengan
11
berat brondolan buah sawit sekitar 6 kg. TBS ditimbang, kemudian dibubuhi bahan
kimia berupa ethrel kemudian diperam selama 24 jam. TBS kemudian dipipil secra
manual. Selanjutnya, buah yang diproses Menjadi minyak sawit kasar secara manual
dengan proses menggunakan dandang, tungku dan gas yang dikukus dalam waktu
90 menit, selanjutnya hasil buah yang telah dikukus di-press secara manual dan
ditampung menggunakan plastik 5 kg, lalu minyak disimpan dalam lemari
pendingin (freezer) sampai dalam wujud beku dan beberapa hari kemudian minyak
diolah menjadi minyak merah sawit.
Minyak dinetralkan lalu dipanaskan pada suhu 35-400C dengan tekanan lebih rendah
dari 1 atm. Tambahkan larutan Natrium Karbonat kemudian aduk selama 10-15
menit dengan kecepatan pengadukan 65-75 rpm, Lalu kurangi pengadukan 15-20
rpm dan tekanan vakum diperkecil selama 20-30 menit (cara tersebut untuk
12
menguapkan gas CO2
dan asam lemak bebas yang tertinggal kurang lebih sebesar 0,05%). Dapat
membentuk sebagai Uap lagi dan tetap akan bertahan dalam bentuk cairan didalam
Labu.
Campurkan sampel terlebih dahulu lalu masukkan kedalam Labu, Lalu panaskan
oleh sumber panas dengan pembakar Bunsen mencapai suhu 80 0C sampai tidak ada
gelembung air, yang menandakan minyak telah bersih dari bahan kimia dan air.
13
W : Bobot contoh yang diuji, dinyatakan dalam gram (g)
14
(Q−P)
% Kadar Kotoran = × 100 %
R
Keterangan :
P = Berat kertas saring awal
Q = Berat kertas saring akhir
R = Berat sampel
TBS
SVCPO
a. Pemasaran CPO
b. Penambahan Asam
Fosfat dengan
Penimbangan
waktu 1jam, 2jam,
dan 3jam
c. Pemisahan minyak Degumming SVCPO
dengan kotoran
d. Pemisahan Asam
fosfat dari minyak Netralisasi SVCPO
Fraksinasi SVCPO
Analisa mutu
a. Alb
RPO (Red Palm Oil) b. Kadar air
c. Kadar
kotoran
Hasil dan Pembahasan
Selesai
15
16
3.7 Jadwal Penelitian
2 Penyusunan
proposal
3 Seminar
Proposal
4 Penelitian di
Lapangan
5 Analisa Data
6 Penyusunan
Laporan
Penelitian
7 Seminar Tugas
Akhir
17
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, S., Abrar, M. Z., Bellanimalona, O. Y., & Enjarlis. (2021). Pemanfaatan
Limbah Dedak Padi Menjadi Minyak sebagai bahan baku obat. JURNAL
IPTEK .
Marlina, L., & Ramdan, I. (2017). IDENTIFIKASI KADAR ASAM LEMAK BEBAS
PADA BERBAGAI JENIS MINYAK GORENG NABATI . Identifikasi Kadar
Asam Lemak Bebas .
Mayalibit, A. P., Sarungallo, Z. L., & Paiki, S. N. (2019). Degumming merupakan salah
satu tahapan proses pemurnian yang bertujuan untuk memisahkan getah dan
lendir (fosfolipid, protein, residu dan karbohidrat) dalam minyak tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas (ALB) minyak. Prinsip kerja degumming
adalah memis. J.Agritechnology .
Octaviani, E., Bakrim, L. O., Suliman, & Susanto, A. (2022). Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosa Penyakit Tanaman Kelapa Sawit pada PT.Tani Prima Makmur.
Sistem informasi dan sistem komputer .
Rosa, R. N., & Zaman, S. (2017). Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit
(Elais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara. Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor .
S, M. A., Zakaria, F. R., & Palupi, N. S. (2009). Analisis Persepsi Konsumen terhadap
Produk Minyak Sawit Merah Sebagai Minyak Kesehatan (Studi Kasus:
Perumahan Ciomas Permai, Bogor). Manajemen IKM .
18
Suandi, A., Supardi, N. I., & Puspawan, A. (2016). Analisa Pengolahan Kelapa Sawit
dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam di PT.BIO Nusantara Teknologi. Teknosia .
19