)
SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS
PROPOSAL SKRIPSI
oleh
NPM 1704010078
Oleh:
NPM 1704010078
Disetujui oleh:
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
2.3 Pemurnian..........................................................................................................13
2.4 Adsorben............................................................................................................14
i
ii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Minyak goreng menjadi salah satu bahan pokok untuk mengolah makanan. Minyak
goreng berasal dari lemak tanaman ataupun hewan yang dimurnikan serta berwujud cair
dalam temperatur kamar. Salah satu sumber minyak goreng adalah dari kelapa sawit.
Minyak kelapa mengandung asam lemak esensial yang tidak bisa diseintesis oleh tubuh,
meliputi asam palmiat, stearate, oleat, serta linoleat. Minyak goreng befungsi sebagai
penghantar panas, penambah rasa gurih, serta peningkat nilai kalori pada makanan (Sitepoe,
2008).
Minyak goreng sangat berperan penting untuk proses pengolahan makanan. Oleh
karena itu, kebutuhan banyak orang terhadap minyak goreng dari tahun ke tahun
bertambah. Keadaan tersebut membuat harga minyak goreng mengalami kenaikan serta
membuat mayoritas warga memakai minyak goreng lebih dari satu kali. Minyak goreng
yang digunakan berulang kali biasanya disebut sebagai minyak jelantah.
1
2
menjadikan minyak tersebut tidak layak lagi digunakan. Oleh sebab itu, minyak jelantah
menjadi limbah dari rumah tangga ataupun pabrik industri penggorengan. Minyak jelantah
yang menjadi limbah bisa dimanfatkan kembali untuk media penggorengan dengan proses
pemurnian ulang (reprosesing). (Hajar et al., 2016). Pemurnian ini bisa dicoba dengan
berbagai bahan alam ataupun limbah yang terdapat di lingkungan sekitar.
Buah nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) ialah tumbuhan buah yang berasal
dari India serta menyebar ke wilayah tropis Indonesia. Tanaman ini memiliki banyak
manfaat antara lain daging buah nangka muda dimanfaatkan sebagai sayur- mayur, tepung
biji nangka digunakan untuk bahan baku industri (bahan makan kombinasi), daun muda
bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kayu nangka lebih unggul daripada jati untuk
pembuatan meubel, konstruksi bangunan, tiang kapal, dayung, perkakas, serta pohon
nangka bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kulit nangka ialah sisa yang dihasilkan
ketika mengkomsumsi buah nangka. Kulit nangka kurang dimanfaatkan oleh warga sebab
dikira tidak bisa menjadi bahan yang menjanjikan serta benilai murah. Oleh sebab itu kulit
nangka ialah limbah pertanian yang jadi limbah organik. Kulit nangka pada dasarnya
merupakan material yang tercipta dari polimer- polimer alami (selulosa, lignin, serta
hemiselulosa). (Prahas et al., 2008). Ketiga polimer ini dikelompokkan dalam senyawa
lignoselulosa. Senyawa ini banyak ditemui dalam limbah- limbah pertanian termasuk kulit
3
nangka. Lignoselusa dalam limbah petanian memiliki selulosa (35%- 50%), hemiselulosa
(20%- 35%), serta lignin (10%- 25%). Isi bahan lignoselulosa membuat kulit nangka bisa
dijadikan sebagai arang biologi dengan proses pembakaran. Arang hayati dari kulit nangka
bisa dimanfaatkan sebagai adsorben terhadap pemurnian minyak goreng bekas juga logam
berat (Saha, 2004).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Efektivitas Kulit Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) Sebagai Adsorben Pada
Pemurnian Minyak Goreng Bekas” dimana kelebihannya dengan memvariasikan massa
adsorben dan variasi lama penyimpanan yang belum dilakukan penelitian sebelumnya
untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dalam prosesnya dimurnikan dan digunakan untuk menggoreng bahan
makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih,
dan penambah nilai kalori bahan pangan (Sitepoe, 2008).
1. Sifat Fisik
a. Warna
b. Kelarutan
5
6
Asam lemak bebas lebih rentan terhadap autoksidasi daripada asam lemak yang
diesterifikasi. Sehingga, asam lemak bebas berperan sebagai pro-oksidan dalam
minyak nabati. Senyawa ini memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik dalam
strukturnya. Gugus karbonil adalah gugus hidrofilik sedangkan rantai hidrokarbon
adalah gugus hidrofobik. Gugus karbonil dari senyawa ini lebih terkonsentrasi pada
permukaan minyak nabati, menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan laju
difusi oksigen dari headspace ke dalam minyak, sehingga mempercepat oksidasi
minyak (Choe et al., 2006).
9
Ciri fisik minyak goreng yang mengandung peroksida yaitu, jika dilihat secara
kasat mata cenderung berwarna coklat tua sampai kehitaman, jika dibandingkan
dengan minyak goreng yang kadar peroksidanya sesuai standar masih berwarna kuning
sampai coklat muda. Warna gelap pada minyak goreng disebabkan oleh proses oksidasi
terhadap tekoferol (vitamin E). Selain itu, minyak goreng dengan kadar peroksida yang
sudah melebihi standar memiliki endapan yang relatif tebal, keruh, berbuih sehingga
membuat minyak goreng lebih kental dari pada minyak goreng yang kadar
peroksidanya masih sesuai standar. Standar mutu menurut SNI menyebutkan kriteria
minyak goreng yang baik digunakan adalah yang berwarna muda dan jernih, serta
baunya normal dan tidak tengik. Bau minyak goreng yang memiliki kadar peroksida
melebihi standar, baunya terasa tengik, jika dicium, tingkat ketengikan minyak goreng
berbanding lurus dengan jumlah kadar peroksida. Minyak bekas atau minyak jelantah
merupakan minyak yang telah rusak dan mempunyai angka peroksida tinggi. Apabila
10
dicampurkan dengan minyak baru maka dapat meningkatkan angka peroksida dari
minyak tersebut (Surahma, 2013).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Morales
Family : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus Lamk.
Menurut Rukmana (1997), bentuk dan susunan tubuh luar (morfologi) dari
tanaman nangka mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:
a. Akar
11
f. Kulit
Kulit dari buah nangka memiliki warna rata – rata hijau kekuningan dan
permukaannya kasar serta berduri lunak.
12
Kulit nangka pada dasarnya merupakan material yang terbentuk dari polimer –
polimer alami seperti lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Dari tiga polimer tersebut
dikelompokkan menjadi lignoselulosa yang mengandung selulosa (35 – 50%),
hemiselulosa (20 – 35%), dan lignin (10 – 25%). Kandungan tersebut yang membuat
kulit nangka dapat dijadikan arang hayati melalui proses pembakaran dan
dimanfaatkan sebagai adsorben. Selain itu, kulit nangka mengandung karbohidrat yang
terdiri dari glukosa, fruktosa, sukrosa, pati serat dan pektin dengan jumlah total
15,87%. Disamping mengandung karbohidrat, ternyata kulit nangka mengandung
protein sebesar 1,30% (Prahas et al., 2008).
2.3 Pemurnian
Pemurnian ialah proses pemisahan fisik bahan antara dua zat atau lebih dari
bahan asing atau pencemar untuk mendapatkan suatu zat murni (Abdullah et al.,
2014).
2.4 Adsorben
Salah satu proses pemurnian yaitu adsorpsi. Menurut Atkins (1999),
adsorpsi adalah peristiwa terkumpulnya partikel pada permukaan. Dimana partikel
yang terkumpul dan terserap disebut adsorbat dan material tempat berlangsungnya
adsorpsi disebut adsorben.
a. Adsorben yang mengadsorpsi secara fisik (karbon aktif, silika gel dan zeolit)
b. Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia (calcium cholide, metal hydride, dan
complex salts )
c. Composite adsorben yaitu adsorben yang mengadsorpsi secara kimia dan fisik.
Molekul yang besar akan mudah teradsorpsi daripada molekul yang kecil.
c. Konsentrasi Adsorbat
Konsentrasi tinggi maka menghasilkan daya dorong tinggi.
d. Suhu
Semakin tinggi suhu maka proses adsorpsi semakin cepat.
e. pH
Apabila asam maka akan lebih mudah teradsorpsi pada pH tinggi, jika basa terjadi
pada pH rendah.
f. Waktu pengadukan
Waktu pengadukan yang relatif lama akan memberikan waktu kontak yang lebih
lama terhadap adsorben untuk berinteraksi.
Arang dapat menyerap kotoran dan racun oleh karbonnya, dimana daya serap
arang karbon lebih baik dari arang biasa jika dilakukan aktivasi. Aktivasi merupakan
proses daya serap dengan cara menambah bahan kimia tertentu dengan pemanasan
pada temperatur atau suhu tinggi (Abadi, 2005).
menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat. Pada temperatur 275°C, dekomposisi
menghasilkan methanol dan hasil sampingan lainnya
c. Aktivasi: dekomposisi atau penguraian dari arang dan perluasan pori-pori,
biasanya dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Penelitian
Adsorben Alami
Variasi Massa Adsorben
Pemurnian & Massa Penyimpanan
Minyak Goreng Bekas
17
18
filtrasi dan filtrat diambil untuk dianalisis asam lemak bebas dan bilangan
peroksida minyak goreng bekas.
Tabel. 3.1 Sumber Minyak, Asam Lemak dan Berat Molekul (Departemen Industri, 1995).
23
24
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama. Jakarta: Universitas.
Indonesia.
Mangallo, B. Susilowati, dan Wati, S. I. 2014. Efektivitas Arang Aktif Kulit Salak Pada
Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Chem Prog, 7(2).
M.Hatta Dahlan, Hariman P Siregar, Maswardi Yusra. 2013. Penggunaan Karbon Aktif
Dari Biji Kelor Dapat Memurnikan Minyak Jelantah. Jurnal Teknik Kimia. Vol 19,
No 3.
Theresia Samangun, David Nasrun, Taufik Iskandar. 2017. Pemurnian Minyak Jelantah
Menggunakan Arang Aktif Dari Sekam Padi. Jurnal Penelitian Teknik Sipil dan
Teknik Kimia, Vol 1, No 2.
Primata Mardina, Erlyta Faradina, Netty Setiawati. 2012. Penurunan Angka Asam Pada
Minyak Jelantah. Jurnal Kimia (Journal of Chemistry): Vol. 6, No. 2.
Prahas, D., Y. Kartika, N. Indraswati dan S. Ismadji. 2008. Activated carbon from
jackfruit peel waste by H3PO4 chemical activation: Pore structure and surface
chemistry characterization, Chemical Engineering Journal, 140, 32-42
Rahayu, L.H., Purnavita, S., dan Sriyana, H. 2014. Potensi Sabut dan Tempurung Kelapa
sebagai Adsorben untuk Meregenerasi Minyak Jelantah. Jurnal Momentum. 10 (1) :
47-53
Ramdja, A Fuad. 2010. Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu Sebagai
Adsorben. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Vol.17 No.1.
Rukmana, R. 1997. Budidaya Nangka. Yogyakarta: Kanisius.
Saha. 2004. Lignocellulose Biodegradation and Application in Biotechnology. US
Government Work. American Chemical Society. 2-14
Sitepoe M. 2008. Corat-coret anak desa berprofesi ganda. Cet. 1. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa Untuk Bahan. Makanan
dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Surahma, A., M. 2010. Bahaya Minyak Goreng. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
25
Widayat, S. dan Haryani, K. (2006). Optimasi Proses Adsobsi Minyak Goreng Bekas
Dengan Adsorben Zeolit Alam. Studi Pengurangan Bilangan Asam. Jurnal Teknik
Gelagar. 17(1):77 – 82.
Yustinah, Hartini. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari
Sabut Kelapa. (Prosiding Seminar). Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.