OLEH :
HESTI MULYANI (09220170057)
IRVANDI HERNAWAN. H (09220170085)
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
gergaji. Bahan-bahan organik alami sudah banyak yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sorben pada penelitian terdahulu, seperti jerami padi, serbuk
gergaji, serat sabut kelapa hijau, amapas tebu, zeolite alam, biomassa
potamogeton (rumput naga) dan tempurung kelapa (widya, 2014).
Dalam penelitian ini juga dilakukan pemurnian minyak goreng bekas
dengan menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji kayu, karena menurut hasil
penelitian Pari, et al. (2000) bahwa arang aktif dapat digunakan untuk
menjernihkan minyak goreng kualitas II. Dipilihnya serbuk gergaji kayu sebagai
bahan baku arang aktif, selain harganya murah dan potensinya cukup tinggi juga
mengurangi dampak buruk ke lingkungan, berupa asap dari hasil pembakaran
serbuk gergaji kayu(Noer,dkk,2015).
4
5
bahan material penyerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena
bahan bakunya mudah didapat mengingat Negara Indonesia merupakan Negara
yang memiliki hutan yang sangat luas (Kooskurniasari,2014).
Serbuk gergaji kayu jati sebagai limbah industry furniture yang belum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, padahal keberadaanya melimpah ruah.
Komponen penyusun dari kayu jati adalah 60%, lignin 28% dan zat lain (termasuk
zat gula) 12% (Saputro sulistyo,dkk.2016).
kayu jati memiliki kandungan yang sebagian besar terdiri dari selulosa (40-
50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30% dan sejumlah kecil bahan-bahan
organik, kadar pentose (14,4%), kadar abu (1,4%), kadar silica (0,4%), kelarutan
dalam air dingin (1,2%), kelarutan dalam air panas (11,1%), kerapatan (0,44
kal/g) dan nilai kalor (5081 kal/g) (Mutmainnah ike, 2017).
sebesar 10,6%, sebetan 25,9%, dan potongan 14,3% dengan total limbah sebesar
50,8%. Serbuk gergaji kayu biasanya digunakan untuk bahan bakar dan bahkan
Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yang berbeda, yaitu CPO
(Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO diperoleh dari mesocarp buah
kelapa sawit, sedangkan PKO diperoleh dari inti (Kernel) buah kelapa sawit.
Industri makanan menggunakan 90% dari total produksi minyak sawit, sementara
10% lagi digunakan untuk aplikasi pembuatan sabun dan pabrik Oleochemical.
Permasalahan yang sering terjadi pada pabrik CPO adalah penurunan mutu CPO
yang disebabkan oleh peningkatan Kadar Asam lemak Bebas (ALB). Kadar asam
lemak bebas yang tinggi CPO adalah 0,5 %(Sawit et al.,2017).
Asam lemak bebas secara alami akan meningkat pada buah kelapa sawit
yang telah dipanen dengan bertambahnya waktu. Oleh karena itu, utuk mengatasi
hal ini diperlukan perlakuan khusus terhadap buah kelapa sawit, yaitu
penambahan bahan antimikroba. Beberapa penelitian terkait usaha penghambatan
peningkatan kadar asam lemak bebas dalam CPO dengan menggunakan bahan
antimikroba sudah sering dilakukan. Seperti misalnya penelitian yang dilakukan
oleh Maulana dan Wahono (2015) yang meneliti pengaruh penyemprotan Kalium
propionat dan Kalium sorbat terhadap kualitas CPO. Dari penelitian ini diperoleh
hasil bahwa kadar ALB setelah penambahan Kalsium propionat dan Kalium
sorbat 1000 ppm; 2000 ppm; 3000 ppm berturut turut adalah 1,423%; 1,278%;
1,087%; dan 1,354%; 1,259%; 1,174%. Kemudian Dewi dkk (2015) yang meneliti
pengaruh Kalium sorat dan Natrium benzoat terhadap kualitas CPO. Dari
penelitian ini diperoleh hasil bahwa kadar ALB setelah penambahan Kalium
sorbat dan Natrium benzoat 1000 ppm; 2000 ppm; 3000 ppm berturut-turut adalah
0,90%; 0,70%; 0,54%; dan 0,76%; 0,72%; 0,66% (Sawit et al.,2017).
dan flavour yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan, jika jumlah peroksida
dalam bahan pangan lebih besar dari 2 meq/kg akan bersifat sangat beracun dan
tidak dapat dimakan(Setyawati Eko,2014).
Dalam pembuatan karbon aktif, tidak hanya bahan bakunya saja yang perlu
diperhatikan, juga proses aktivasinya. Karena merupakan hal penting yang turut
berpengaruh dalam pembuatan karbon aktif. Proses aktivasi merupakan suatu
perlakuan terhadap karbon agar karbon mengalami perubahan sifat, baik fisik
maupun kimia, dimana luas permukaannya meningkat tajam akibat terjadinya
penghilangan senyawa tar dan senyawasisa-sisa pengarangan(Setyawati
Eko,2014).
2.7 Adsorbsi
Adsorbsi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari satu fasa fluida
(larutan) ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Pemisahan terjadi
karena perbedaan bobot molekul atau porositas, menyebabkan sebagian molekul
terikat lebih kuat pada permukaan dari pada molekul lainnya. Adapun syarat-
syarat untuk berjalannya suatu proses adsorbsi, yaitu terdapat:(Setyawati
Eko,2014)
1. Zat yang mengadsorbsi (adsorben).
2. Zat yang teradsorbsi (adsorbat).
3. Waktu pengocokan sampai adsorbsi berjalan seimbang.
Adsorbsi dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu adsorbsi secara kimia
dan secara fisika. Adsorbsi secara kimia (kemisorbsi) adalah adsorbsi yang terjadi
karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia. Adsorbsi jenis ini
mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia, sehingga diikuti dengan reaksi
berupa senyawa baru. Pada kemisorbsi permukaan padatan sangat kuat mengikat
molekul gas atau cairan sehingga sukar untuk dilepas kembali, sehingga proses
kemisorbsi sangat sedikit. Adsorbsi fisika (fisiosorbsi) adalah adsorbsi yang
terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Adsorbsi ini dicirikan adanya
kaloradsorbsi yang kecil (10 kkal/mol). Molekul-molekul yang diadsorbsi secara
fisik tidak terikat secara kuat pada permukaan dan biasanya terjadi pada proses
reversible yang cepat, sehingga mudah diganti dengan molekul lain (Setyawati
Eko,2014).
1. Adsorbsi Karbon Aktif Pada Penurunan Bilangan Asam Lemak Bebas
11
Karbon aktif adalah suatu padatan berpori, sebagian besar terdiri dari
unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen.
Dengan demikian, permukaan karbon aktif bersifat nonpolar. Setiap
partikel adsorbat yang mendekati permukaan adsorben dipengaruhi oleh
gaya van der Waals (Setyawati Eko,2014).
Molekul nonpolar pada arang aktif terdiri dari inti atom dan elektron.
Elektron yang terus bergerak mengelilingi inti atom tersebut, suatu saat
akan mengalami polarisasi rapatan elektron, sehingga menyebabkan
molekul yang tidak memiliki dipol memiliki dipol sesaat
(bermuatan)(Setyawati Eko,2014).
Dalam waktu yang sangat singkat dipol sesaat ini akan hilang tetapi
kemudian timbul kembali. Timbul dan hilangnya dipol sesaat ini
dianggap terjadi secara terus-menerus dan bergantian. Apabila di
dekatnya ada partikel asam lemak bebas (ALB) yang bersifat nonpolar,
maka molekul yang memiliki dipol sesaat ini akan menginduksi molekul
tersebut sehingga terjadi dipol induksian, kemudian antara kedua molekul
tersebut terjadi gaya elektrostatik(Setyawati Eko,2014).
2. Adsorbsi Karbon Aktif Pada Penurunan Bilangan Peroksida
Peroksida merupakan molekul nonpolar, dan karbon aktif juga
termasuk molekul nonpolar, sehingga gaya yang terjadi adalah gaya
London (molekul nonpolar dengan nonpolar)(Setyawati Eko,2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
12
13
a. Cara Kerja
a. Serbuk Gergaji
Untuk aktivasi fisik pemanasan
b. Kulit Durian