Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI, KULIT


DURIAN SEBAGAI BIOADSORBEN PADA PEMURNIAANMINYAK
KELAPA SAWIT

OLEH :
HESTI MULYANI (09220170057)
IRVANDI HERNAWAN. H (09220170085)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
1441 H / 2020 M
PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI, KULIT DURIAN
SEBAGAI BIOADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK KELAPA
SAWIT

Proposal Penelitian Sebagai Syarat Untuk Melakukan Penelitian Skripsi

Oleh :

1. Hesti Mulyani (09220170057)


2. Irvandi Hernawan. H (09220170085)

Disetujui untuk diseminarkan :

Makassar, Oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. La Ifa, ST.,MT.,IPM.,ASEAN.Eng Dr. Ir Nurjannah, ST.,MT.,IPM.,ASEAN.Eng

Mengetahui :

Ketua Jurusan Teknik Kimia

Dr. Ir. Andi Suryanto, ST.,MT.,IPM.,ASEAN.Eng

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kulit durian ......................................................................................... 4


Gambar 2.2 Serbuk gergaji kayu jati....................................................................... 6

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................... 2
1.4 Manfaat penelitian .................................................................................. 3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit durian ............................................................................................. 4
2.2 Serbuk gergaji kayu jati .......................................................................... 5
2.3 Minyakkelapa sawit ................................................................................ 7
2.6 Bilangan peroksida ................................................................................. 7
2.7 Metode aktivasi....................................................................................... 8
2.8 Karbon aktif ............................................................................................ 8
2.9 Adsorbsi ................................................................................................ 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Lokasi dan waktu penelitian ................................................................ 12
3.2 Alat dan bahan ...................................................................................... 12
3.3 Variabel penelitian ............................................................................... 13
3.4 Prosedur penelitian .............................................................................. 13
3.4 Prosedurpercobaan................................................................................ 14
3.5 Diagram alir .......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara tropis yang memiliki keanekaragaman
buah buahan. Durian adalah salah satu komoditas tanaman buah yang sangat
terkenal di Asia tenggara terutama Indonesia. Konsumsi buah durian di Indonesia
relatif cukup tinggi dan mencakup semua golongan baik golongan menengah ke
atas maupun menengah ke bawah (Noer,dkk,2015).
Kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai untuk berbagai
keperluan. Kayu jati telah dikenal masyarakat nasional maupun internasional
sebagai bahan baku industri pengolahan kayu yang memiliki banyak keungulan.
Kayu jati juga merupakan salah satu biomassa yang mengandung selulosa, lignin
dan hemiselulosa. Kayu jati merupakan jenis tumbuhan yang baik, sebagaimana
yang tercantum dalam Al-qur’an surah Asy-Syu’ara ayat 7. Allah swt berfirman
dalam QS.Asy-Syu’araa/26: 7 “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi,
betapa banyak kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan(tumbuh-
tumbuhan) yang baik” (Mutmainnah ike, 2018).
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai
bahan dasar yang penting dalam proses penggorengan dengan fungsi utama
sebagai medium penghantar panas, menambah rasa gurih, penambah nilai gizi,
dan kalor bahan pangan. Minyak jelantah adalah minyak yang telah digunakan
lebih dari dua atau tiga kali penggorengan, dan dikategorikan sebagai limbah
karena dapat merusak lingkungan dan dapat menimbulkan sejumlah penyakit.
Dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang memasak dan mengonsumsi
makanan yang digoreng dengan minyak jelantah lebih berisiko mengidap tekanan
darah tinggi dan beresiko menyebabkan penyekit kanker dibandingkan dengan
mereka yang sering mengganti minyak gorengnya untuk memasak (Ruslan,2017).
Sorben adalah alat penyerap, yang dapat digunakan untuk menyerap
minyak. Sorben dapat berupa absorben maupun adsorben. Sorben dapat berasal
dari bahan-bahan organik alami, seperti kapas, jerami, rumput kering, serbuk

1
2

gergaji. Bahan-bahan organik alami sudah banyak yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sorben pada penelitian terdahulu, seperti jerami padi, serbuk
gergaji, serat sabut kelapa hijau, amapas tebu, zeolite alam, biomassa
potamogeton (rumput naga) dan tempurung kelapa (widya, 2014).
Dalam penelitian ini juga dilakukan pemurnian minyak goreng bekas
dengan menggunakan arang aktif dari serbuk gergaji kayu, karena menurut hasil
penelitian Pari, et al. (2000) bahwa arang aktif dapat digunakan untuk
menjernihkan minyak goreng kualitas II. Dipilihnya serbuk gergaji kayu sebagai
bahan baku arang aktif, selain harganya murah dan potensinya cukup tinggi juga
mengurangi dampak buruk ke lingkungan, berupa asap dari hasil pembakaran
serbuk gergaji kayu(Noer,dkk,2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh massaarang aktifsebagai bioadsorben dalam proses
menyerap minyak kelapa sawit (crude palm oil) ?
2. Bagaimana pengaruh suhu dan waktu aktivasi bioadsorben dalam menyerap
minyak kelapa sawit(crude palm oil) ?
3. Bagaimana pengaruh ke-efektivan penggunaan metode aktivasi fisika dengan
aktivasi kimiadalam proses bioadsorben dalam menjernihkan minyak kelapa
sawit(crude palm oil) ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mempelajari pengaruh penambahanmassa bioadsorben dari limbah kulit
durian dan serbuk gergaji terhadap kualitas minyak kelapa sawit (penurunan
kadar FFA,dan bilangan peroksida).
2. Mengetahui suhu dan lama waktu aktivasi bioadsorben terhadap minyak
kelapa sawit.
3. Mengetahui perbandingan efektivitas antara aktivasi fisik dengan
aktivasikimia dalam menjernihkan minyak kelapa sawit(crude palm oil).
3

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


1. Mendapatkan pengetahuan pembuatanbioadsorben dalam pemurnianminyak
kelapa sawit(crude palm oil) menggunakan bahan bakuserbuk gergaji dan
kulit durian.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh bioadsorben dalam pemurnian
minyak kelapa sawit(crude palm oil) menggunakan bahan bakuserbuk gergaji
dan kulit durian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kulit Durian


Buah durian meninggalkan limbah kulit durian yang berupa cangkang dan
biasanya dibuang setelah buah durian dikonsumsi. Sejauh ini pemanfaatan kulit
durian yang paling umum adalah untuk menghilangkan baudurian yang menempel
di tangan. Selain itu, masyarakat tradisional di beberapa wilayah tertentu bisa
memanfaatkan kulit buah durian untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap)
dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya
digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan.
Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna
tradisional(Setyawati Eko,2014).

Gambar 2.1 Kulit durian


Kulit buah durian mengalami proses degradasi atau pembusukan yang lama,
dikarenakan kandungan selulosa yang tinggi. Kulit durian memiliki kandungan
selulosa yang tinggi sebanyak 50-60% dan lignin serta kandungan pati yang
rendah masing-masing sebanyak 5%, sehingga proses pendegradasiannya lama.
Kulit buah merupakan limbah sisa hasil pertanian dan mengandung lignoselulosa
yang kompleks, sehingga perlu adanya proses perlakuan awal untuk
mempermudah proses hidrolisis(Setyawati Eko,2014).

Berdasarkan penelitian dari University Chulalongkom Thailand yang


menyebutkan bahwa kulit durian memiliki kandungan selulosa terbanyak sekitar

4
5

50%-60% carboxymethylcellulose dan 5% lignin. Selulosa pada kulit durian


memiliki tiga gugus hidroksil yang reaktif dan memiliki unit berulang-ulang yang
membentuk ikatan hidrogen intramolekul dan antarmolekul. Ikatan ini memiliki
pengaruh yang besar pada kereaktifan selulosa terhadap gugus-gugus lain.
Polimer selulosa terdiri dari monomer D-glukosa yang dapat dimodifikasi oleh
gugus fosfat. Dari karakteristik tersebut, kulit duriandapat digunakan sebagai
bahan baku yang potensial dalam pembuatan karbon aktif(Setyawati Eko,2014).
1. Selulosa
Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama
hemiselulosa, pektin, dan protein membentuk struktur jaringan yang
memperkuat dinding sel tanaman. Pada proses pematangan,
penyimpanan, atau pengolahan, komponen selulosa dan hemiselulosa
mengalami perubahan sehingga terjadi perubahan tekstur(Setyawati
Eko,2014).
2. Lignin
Lignin merupakan kompleks polimer aromatik yang mempunyai struktur
tiga dimensi. Lignin mempunyai peranan dalam memberikan kekerasan
pada dinding sel, bertindak sebagai zat pengikat antar sel dan
bersamasama dengan komponen dinding sel yang lain menyebabkan sel
mempunyai ketahanan yang baik, serta memperlambat penyerapan air
dari dinding sel dan melindungi sel dari serangan mikroorganisme.
Lignin bersifat sangat inert, tidak larut serta tahan terhadap
pencernaan(Setyawati Eko,2014).

2.2 Serbuk Gergaji Kayu Jati


Serbuk gergaji adalah butiran kayu yang dihasilkan dari proses menggergaji.
Serbuk-serbuk gergaji ini dapat diperoleh dari beragam sumber, seperti limbah
pertanian atau perkayuan. Menurut Strak dan Berger (1997), serbuk gergaji
memiliki temperatur proses lebih rendah (kurang dari 400 °F). Beberapa factor
yang diperhatikan dalam pemanfaatan serbuk kayu jenis kayu, ukuran serbuk,
sifat dasar dari serbuk kayu itu sendiri. Pemaanfaatan serbuk gergaji kayu sebagai
6

bahan material penyerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena
bahan bakunya mudah didapat mengingat Negara Indonesia merupakan Negara
yang memiliki hutan yang sangat luas (Kooskurniasari,2014).
Serbuk gergaji kayu jati sebagai limbah industry furniture yang belum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, padahal keberadaanya melimpah ruah.
Komponen penyusun dari kayu jati adalah 60%, lignin 28% dan zat lain (termasuk
zat gula) 12% (Saputro sulistyo,dkk.2016).
kayu jati memiliki kandungan yang sebagian besar terdiri dari selulosa (40-
50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30% dan sejumlah kecil bahan-bahan
organik, kadar pentose (14,4%), kadar abu (1,4%), kadar silica (0,4%), kelarutan
dalam air dingin (1,2%), kelarutan dalam air panas (11,1%), kerapatan (0,44
kal/g) dan nilai kalor (5081 kal/g) (Mutmainnah ike, 2017).

Gambar 2.2 Serbuk gergaji kayu jati

Industry penggergajian kayu menghasilkan limbah berupa serbuk gergaji

sebesar 10,6%, sebetan 25,9%, dan potongan 14,3% dengan total limbah sebesar

50,8%. Serbuk gergaji kayu biasanya digunakan untuk bahan bakar dan bahkan

dibuang karena kurang bermanfaat. Padahal serbuk gergaji kayu berpotensi

sebagai bahan penyerap sehingga bisa menjadi alternative penyelesaian masalah

pencemaran lingkungan (Saputro sulistyo,dkk.2016).


7

2.3 Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yang berbeda, yaitu CPO
(Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO diperoleh dari mesocarp buah
kelapa sawit, sedangkan PKO diperoleh dari inti (Kernel) buah kelapa sawit.
Industri makanan menggunakan 90% dari total produksi minyak sawit, sementara
10% lagi digunakan untuk aplikasi pembuatan sabun dan pabrik Oleochemical.
Permasalahan yang sering terjadi pada pabrik CPO adalah penurunan mutu CPO
yang disebabkan oleh peningkatan Kadar Asam lemak Bebas (ALB). Kadar asam
lemak bebas yang tinggi CPO adalah 0,5 %(Sawit et al.,2017).
Asam lemak bebas secara alami akan meningkat pada buah kelapa sawit
yang telah dipanen dengan bertambahnya waktu. Oleh karena itu, utuk mengatasi
hal ini diperlukan perlakuan khusus terhadap buah kelapa sawit, yaitu
penambahan bahan antimikroba. Beberapa penelitian terkait usaha penghambatan
peningkatan kadar asam lemak bebas dalam CPO dengan menggunakan bahan
antimikroba sudah sering dilakukan. Seperti misalnya penelitian yang dilakukan
oleh Maulana dan Wahono (2015) yang meneliti pengaruh penyemprotan Kalium
propionat dan Kalium sorbat terhadap kualitas CPO. Dari penelitian ini diperoleh
hasil bahwa kadar ALB setelah penambahan Kalsium propionat dan Kalium
sorbat 1000 ppm; 2000 ppm; 3000 ppm berturut turut adalah 1,423%; 1,278%;
1,087%; dan 1,354%; 1,259%; 1,174%. Kemudian Dewi dkk (2015) yang meneliti
pengaruh Kalium sorat dan Natrium benzoat terhadap kualitas CPO. Dari
penelitian ini diperoleh hasil bahwa kadar ALB setelah penambahan Kalium
sorbat dan Natrium benzoat 1000 ppm; 2000 ppm; 3000 ppm berturut-turut adalah
0,90%; 0,70%; 0,54%; dan 0,76%; 0,72%; 0,66% (Sawit et al.,2017).

2.4 Bilangan Peroksida


Kerusakan minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi, hasil yang
diakibatkan salah satunya adalah terbentuknya peroksida dan aldehid. Bilangan
peroksida adalah banyaknya miliekuivalen peroksida dalam 1000 gram lemak.
Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga
membentuk peroksida. Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik
8

dan flavour yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan, jika jumlah peroksida
dalam bahan pangan lebih besar dari 2 meq/kg akan bersifat sangat beracun dan
tidak dapat dimakan(Setyawati Eko,2014).

2.5 Metode Aktivasi


Ada dua metode aktivasi yang dapat digunakan dalam pembuatan karbon
aktif, yakni:(Setyawati Eko,2014)
1. Aktivasi kimia yakni pengaktifan arang atau karbon dengan
menggunakan bahan-bahan kimia sebagai activating agent yang
dilakukan dengan cara merendam arang dalam larutan kimia, seperti
ZnCl2, KOH, HNO3, H3PO4, dan sebagainya.
2. Aktivasi fisika yakni pengaktifan arang atau karbon dengan
menggunakan panas, uap, dan CO2 dengan suhu tinggi dalam sistem
tertutup tanpa udara sambil dialiri gas inert.
Dari kedua jenis proses aktivasi yang ada, cara aktivasi kimia memiliki
berbagai keunggulan tertentu dibandingkan dengan cara aktivasi fisika, di
antaranya adalah:(Setyawati Eko,2014).
1. Dalam proses aktivasi kimia, zat kimia pengaktif sudah terdapat dalam
tahap penyiapannya sehingga proses karbonisasi dan proses aktivasi
karbon terakumulasi dalam satu langkah yang umumnya disebut one-step
activation atau metode aktivasi satu langkah.
2. Dalam proses aktivasi kimia, suhu yang digunakan umumnya lebih
rendah dibanding pada aktivasi fisik.
3. Efek dehydrating agent pada aktivasi kimia dapat memperbaiki
pengembangan pori di dalam struktur karbon.
Produk yang dihasilkan dalam aktivasi kimia lebih banyak dibandingkan
dengan aktivasi fisik(Setyawati Eko,2014).

2.6 Karbon Aktif


Arang aktif adalah bahan padat yang berpori dan umumnya diperoleh dari
hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung karbon (C). Aktivasi karbon
9

bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori


yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna.43
Karbon aktif dapat berbentuk serbuk dan butiran yang merupakan suatu senyawa
karbon yang mempunyai ciri-ciri khas berupa permukaan pori yang luas dan
dalam jumlah yang banyak. Karbon aktif dengan luas permukaan yang besar dapat
digunakan untuk berbagai aplikasi, di antaranya sebagai penghilang warna,
penghilang rasa, penghilang bau dan agen pemurni dalam industri makanan.
Selain itu, juga banyak digunakan dalam proses pemurnian air baik dalam proses
produksi air minum maupun dalam penanganan limbah (Setyawati Eko,2014).
Kualitas karbon aktif juga dipengaruhi oleh kesempurnaan dalam proses
karbonisasinya. Karbonisasi merupakan proses penguraian selulosa menjadi
karbon pada suhu berkisar 275°C. Proses ini sangat dipengaruhi oleh suhu dan
akan menentukan kualitas dari karbon yang dihasilkan. Banyaknya karbon yang
dihasilkan ditentukan oleh komposisi awal biomassa yang digunakan. Bila dalam
proses karbonisasi kandungan zat menguap semakin banyak maka akan semakin
sedikit karbon yang dihasilkan karena banyakbagian yang terlepas ke udara.
Proses karbonisasi memiliki 4 tahapan tertentu, yaitu:(Setyawati Eko,2014).
1. Pada suhu 100-120°C penguapan air akan berlangsung, selanjutnya saat
suhu mencapai 270°C mulai terjadi penguapan selulosa. Destilat yang
dihasilkan akan mengandung asam organik dan sedikit metanol.
2. Pada suhu 270-310°C reaksi eksotermik berlangsung. Pada suhu ini
selulosa akan mengalami penguraian secara intensif menjadi larutan
pirolignat, gas kayu dan sedikit ter. Asam pirolignat merupakan asam
organik dengan titik didih rendah seperti asam cuka dan metanol,
sedangkan gas kayu terdiri atas CO dan CO2.
3. Pada suhu 310-510°C lignin mulai mengalami penguraian sehingga akan
dihasilkan lebih banyak ter. Larutan pirolignat akan menurun dan
produksi gas CO2 pun ikut menurun. Namun, hal yang berbeda terjadi
pada gas CO, CH4, dan H2 yang jumlahnya meningkat.
4. Pada suhu 500-1000°C merupakan tahap terjadinya pemurnian arang atau
peningkatan kadar karbon.
10

Dalam pembuatan karbon aktif, tidak hanya bahan bakunya saja yang perlu
diperhatikan, juga proses aktivasinya. Karena merupakan hal penting yang turut
berpengaruh dalam pembuatan karbon aktif. Proses aktivasi merupakan suatu
perlakuan terhadap karbon agar karbon mengalami perubahan sifat, baik fisik
maupun kimia, dimana luas permukaannya meningkat tajam akibat terjadinya
penghilangan senyawa tar dan senyawasisa-sisa pengarangan(Setyawati
Eko,2014).

2.7 Adsorbsi
Adsorbsi adalah proses pemisahan komponen tertentu dari satu fasa fluida
(larutan) ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Pemisahan terjadi
karena perbedaan bobot molekul atau porositas, menyebabkan sebagian molekul
terikat lebih kuat pada permukaan dari pada molekul lainnya. Adapun syarat-
syarat untuk berjalannya suatu proses adsorbsi, yaitu terdapat:(Setyawati
Eko,2014)
1. Zat yang mengadsorbsi (adsorben).
2. Zat yang teradsorbsi (adsorbat).
3. Waktu pengocokan sampai adsorbsi berjalan seimbang.
Adsorbsi dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu adsorbsi secara kimia
dan secara fisika. Adsorbsi secara kimia (kemisorbsi) adalah adsorbsi yang terjadi
karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi kimia. Adsorbsi jenis ini
mengakibatkan terbentuknya ikatan secara kimia, sehingga diikuti dengan reaksi
berupa senyawa baru. Pada kemisorbsi permukaan padatan sangat kuat mengikat
molekul gas atau cairan sehingga sukar untuk dilepas kembali, sehingga proses
kemisorbsi sangat sedikit. Adsorbsi fisika (fisiosorbsi) adalah adsorbsi yang
terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Adsorbsi ini dicirikan adanya
kaloradsorbsi yang kecil (10 kkal/mol). Molekul-molekul yang diadsorbsi secara
fisik tidak terikat secara kuat pada permukaan dan biasanya terjadi pada proses
reversible yang cepat, sehingga mudah diganti dengan molekul lain (Setyawati
Eko,2014).
1. Adsorbsi Karbon Aktif Pada Penurunan Bilangan Asam Lemak Bebas
11

Karbon aktif adalah suatu padatan berpori, sebagian besar terdiri dari
unsur karbon bebas dan masing-masing berikatan secara kovalen.
Dengan demikian, permukaan karbon aktif bersifat nonpolar. Setiap
partikel adsorbat yang mendekati permukaan adsorben dipengaruhi oleh
gaya van der Waals (Setyawati Eko,2014).
Molekul nonpolar pada arang aktif terdiri dari inti atom dan elektron.
Elektron yang terus bergerak mengelilingi inti atom tersebut, suatu saat
akan mengalami polarisasi rapatan elektron, sehingga menyebabkan
molekul yang tidak memiliki dipol memiliki dipol sesaat
(bermuatan)(Setyawati Eko,2014).
Dalam waktu yang sangat singkat dipol sesaat ini akan hilang tetapi
kemudian timbul kembali. Timbul dan hilangnya dipol sesaat ini
dianggap terjadi secara terus-menerus dan bergantian. Apabila di
dekatnya ada partikel asam lemak bebas (ALB) yang bersifat nonpolar,
maka molekul yang memiliki dipol sesaat ini akan menginduksi molekul
tersebut sehingga terjadi dipol induksian, kemudian antara kedua molekul
tersebut terjadi gaya elektrostatik(Setyawati Eko,2014).
2. Adsorbsi Karbon Aktif Pada Penurunan Bilangan Peroksida
Peroksida merupakan molekul nonpolar, dan karbon aktif juga
termasuk molekul nonpolar, sehingga gaya yang terjadi adalah gaya
London (molekul nonpolar dengan nonpolar)(Setyawati Eko,2014).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Laboratorium Riset
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia selama
beberapa bulan.

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
1. ayakan
2. timbangan analitik
3. saringan minyak
4. spektrofotometer FTIR
5. oven
6. alat-alat gelas
7. kain nilon
8. aluminium foil
9. desikator
b. Bahan
1. Kulit durian
2. Serbuk gergaji
3. Minyak sawit mentah (CPO)
4. NaOH
7. Aquadest (H2O)

12
13

3.3 Variabel Penelitian


a. Variabel Tetap:
Minyak mentah kelapa sawit 100 mL
b. Variabel Berubah:.
1. Variasi massa bioadsorben 1,5, 2,5, 4, 6 dan 8 gram.
2. Variasi suhu bioadsorben 105, 200, 250 dan 300oC.
3. Variasi waktu pemanasan bioadsorben 30, 60 menit dan 2 jam.

3.4 Prosedur Penelitian


a. Preparasi Sampel Kulit Durian dan Serbuk gergaji
1. Pada tahap awal yang dilakukan adalah mengumpulkan limbah kulit
durian dari bermacam-macam jenis atau varietas, kemudian dibersihkan
dan dikeringkan dengan cara di jemur dibawah matahari langsung untuk
menghilangkan kandungan air yang terikat pada kulit dan pangsa durian.
Penjemuran dilakukan selama kurang lebih 3 minggu agar hasil yang
diperoleh lebih maksimal (kadar air) minimal. Sampel selanjutnya
dipotong-potong kecil agar mudah dihancurkan dengan menggunakan
blender. Menimbang masing-masing sampel sesuai dengan variasi
perlakuan, yaitu 4, 6, dan 8 gram.
2. Serbuk gergaji diayak menggunakan ayakan 500 µm untuk mendapatkan
serbuk gergaji dengan ukuran partikel lebih besar dari 355µm, ayakan
yang berukuran 355µm untuk mendapatkan serbuk gergaji dengan
ukuran partikel antara 250 sampai 355µm dan ayakan berukuran 250 µm
untuk mendapatkan serbuk gergaji dengan ukuran partikel lebih kecil dari
250 µm (Widya kooskurniasari, 2014).
14

3.5 Prosedur Percobaan

a. Cara Kerja

Untuk Serbuk Gergaji

1. Serbuk gergaji dengan berbagai variasi ukuran partikel dipanaskan pada


suhu 105°C selama 3 jam kemudian di simpan dalam wadah, Kemudian
dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit. Tahap selanjutnya
dilakukan variasi waktu pemanasan serbuk gergaji yang paling baik dalam
menyerap minyak, dengan variasi suhu pemanasan serbuk gergaji 105,
200, 250 dan 300oC dengan variasi waktu pemanasan yang paling baik
untuk serbuk gergaji dalam menyerap minyak selama 30 dan 60 menit.
Serbuk gergaji dengan ukuran partikel lebih besar dari 355µm dipanaskan
dalam oven yang mempunyai suhu sampai 300 oC setelah itu didinginkan.
Lalu diuji kapasitas sorpsinya. Uji kapasitas sorpsi dilakukan dengan cara
serbuk gergaji ditimbang sebanyak 1.5, 2,5dan 4 gram, setelah itu
dimasukkan ke dalam selongsong kain nilon yang telah diketahui berat
konstannya, selanjutnya ujungnya diikat dengan tali. Kemudian
selongsong kain tersebut dimasukkan ke dalam beaker glassyang berisi
100 mL minyak mentah selama 15 menit, setelah itu diangkat dan
ditiriskan selama 15 menit(Widya kooskurniasari,2014).
2. Analisa FTIR dilakukan untuk mengetahui karakteristik bahan uji, seperti
struktur ikatan dan gugus fungsi yang dikandungnya. (Widya
kooskurniasari,2014).

Untuk Kulit Durian


1. karbon aktif kulit durian dalam bentuk sintesis dengan mencampurkan
arang aktif kulit durian dan NaOH dengan konsentrasi 25%. Untuk
menghasilkan karbon aktif digunakan metode karbonisasi.
2. Pemanasan (aktivasi) pada suhu 250 dan 300oC, selama 60 menit dan 2
jam untuk variasi waktu
15

3. Karbon aktif yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan minyak


mentah sebanyak 100 ml dengan karbon aktif sebanyak 5 gram.

3.6 Diagram Alir

a. Serbuk Gergaji
 Untuk aktivasi fisik pemanasan

Serbuk gergaji dipanaskan


dengan suhu 105°C selama 3
jam

Serbuk gergaji disimpan


kedalam wadah

Dipanaskan dalam oven Variasi suhu dan


(Aktivasi) waktu pemanasan

Uji Kapasitas sorpsi

Uji kadar air


Analisa FTIR
16

 Untuk penyerapan minyak mentah

Serbuk gergaji hasil dari aktivasi fisik


pemanasan dimasukkan kedalam kain
nilon atau selongsong

Kemudian kain nilon atau selongsong


dimasukkan kedalam gelas beaker
berukuran 500 ml yang berisi 40 ml
minyak mentah selama 15 menit

b. Kulit Durian

Mencampurkan arang aktif kulit


durian dengan NaOH 25%

Kemudian dilakukan proses


aktivasi (Pemanasan) selama 2
jam pada suhu 300°C

Hasil karbon aktif dicampurkan


dengan minyak mentah 100 ml
sebanyak 5 gram
DAFTAR PUSTAKA

Kooskurniasari, W. (2014) “Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albizia


Chinensis) Sebagai Sorben Minyak Mentah Dengan Aktivasi Kombinasi
Fisik.”
Kalla Ruslan, Dkk.2017 "Pemurniaan Minyak Jelantah Dengan Proses Adsorbsi"
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim
Indonesia.Makassar.Vol.02.No.02.
Mutmainnah Ike Rabiatul.2017 "Skripsi Pemanfaatan Limbah Gergaji Kayu Jat
(Tectona Grandis L.F) Sebagai Energi Alternatif Dengan Metode Pirolisis".
UIN Makassar.
Noer, S., Pratiwi, R. D. Dan Gresinta, E. (2015) “Pemanfaatan Kulit Durian
Sebagai Adsorben,” 8(1), Hal. 75–78.
Sawit, K. Et Al. (2017) “Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia,”
09(02).
Setyawati Eko, W. Dan D. (2014) “Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivasi
Antioksidan Kulit Buah Durian (Durio Zibethinus Murr),” 8(2), Hal. 1.
Saputro Sulistyo, Dan Retnaningrum Amelia.2016 "Penggunaan Serbuk Gergaji
Kayu Jati (Tectona Grandis L.F) Sebagai Adsorben Ion Logam Cd(Ii) Dan
Analisisnya Menggunakan Solid-Phase Spectrophotometry (Sp)".Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai