Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH UMUR KAYU MANIS (Cinnamomum

burmannii) TERHADAP KUALITAS MINYAK ATSIRI


KAYU MANIS

OZE FAJRI

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
PENGARUH UMUR KAYU MANIS (Cinnamomum
burmannii) TERHADAP KUALITAS MINYAK KAYU
MANIS

OZE FAJRI

Proposal Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
Program Studi Kehutanan Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Umur Kayu Manis (Cinnamomum
burmannii) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri

Nama : OZE FAJRI

Nomor Mahasiswa : D1D016127

Program Studi : KEHUTANAN

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Riana Anggraini, S.Hut., M.Si., IPM Jauhar Khabibi, S.Hut., M.Si
NIP. 19851022 201212 2 002 NIK. 201609131020

Diketahui Oleh :
Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Dr. Forst. Ir. Bambang Irawan, SP., M.Sc,. IPU


NIP. 196906111994031003

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh Umur
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri
Kayu Manis” Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi tingkat sarjana di Program Studi Kehutanan Jurusan
Kehutaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir.
Riana Anggraini, S.Hut., M.Si., I.PM selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Jauhar Khabibi, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis demi
menyempurnakan proposal penelitian ini. Semoga proposal ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat dan pihak-pihak yang memerlukan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi, November 2022

Penulis

ii
iii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Hipotesis Penelitian....................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) ....................................................... 4
2.2 Minyak Atsiri ................................................................................................ 5
2.3 Destilasi (Penyulingan) ................................................................................. 6
2.4 Pengaruh Umur Pohon Terhadap Minyak Atsiri .......................................... 7
2.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 7
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 9
3.3 Persiapan Bahan Baku................................................................................. 9
3.4 Analisis Kulit Pohon Kayu Manis............................................................... 9
3.5 Pembuatan Minyak Atsiri Kayu Manis ....................................................... 9
3.6 Pengujian Minyak Kayu Manis ................................................................. 10
3.6.1 Warna .................................................................................................. 10
3.6.2 Bau ...................................................................................................... 11
3.7 Diagram alir ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

iii
DAFTAR GAMBAR

1. Kayu manis (Cinnamomum burmannii)...............................................................4


2. Bagan alir penelitian...........................................................................................13

iv
DAFTAR TABEL

1. Tabel perolehan minyak atsiri dan kadar sinamaldehid..................................7

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia terdapat berbagai jenis rempah-rempah. Rempah-rempah
yang banyak digunakan adalah kayu manis. Menurut Nurhayati (2018), lada, kayu
manis, cengkeh, pala, lawang, dan kapulaga merupakan jenis rempah-rempah
yang memiliki nilai tinggi dibanding yang lain. Di Pulau Jawa, terdapat banyak
sekali penghasil kayu manis lebih tepatnya di Sumatera Barat dan Jambi. Kayu
manis selain digunakan sebagai bahan masakan juga dapat digunakan sebagai
bahan minuman, dan sebagai penghasil minyak atsiri (Dian et al., 2021).
Minyak atsiri, oleoresin merupakan salah satu hasil dari kulit kayu manis.
Bagian yang dapat menghasilkan minyak pada kayu manis adalah kulit, cabang
pohon, ranting pohon, dan daun pohon kayu manis. Di Amerika dan Eropa,
minyak atsiri dari kayu manis sangat diminati terutama hasil ekstraksi daun kayu
manis. Pemanfaatan minyak atsiri sangat berguna dalam bidang kosmetik,
pewangi dan jenis farmasi. Limbah dari daun, ranting, kulit, cabang dari pohon
kayu manis sangat banyak dibiarkan tanpa di olah dengan baik.dengan adanya
pemanfaatan limbah daun, kulit, cabang dan lain-lain dari pohon kayu manis
menjadi minyak atsiri sehingga meningkatkan nilai jual di pasar internasional atau
dunia yang mencapai Rp. 1.000.000 per kilogramnya. Sehingga dengan ada
pemanfaatan limbah daun kayu manis, kulit, cabang, dan lain lain bagian dari
pohon kayu manis, penulis ingin memberi informasi dan pemanfaatan limbah
yang dapat di olah menjadi minyak atsiri yang memiliki nilai jual tinggi (Susanti
et al., 2013).
Pemanfaatan limbah pohon kayu manis diambil bagian daun kayu manis
yang mana di dalam daun kayu manis terdapat kandungan sinamaldehida kurang
lebih 0,5-0,7%, eugenol merupakan bahan yang paling banyak terjandung di
dalam daun kayu manis kurang lebih 70-95% dan sinamilasetat 3-4%. Bagian dari
pohon kayu manis yang memiliki daya tarik menjadi minyak atsiri paling bagus
adalah bagian kulit kayu manis, yang mana banyak sekali penggunaan kulit kayu
manis di dunia bumbu masakan dan hasil ekstraksinya sangat bagus dibandingkan
dengan hasil minyak atsiri dari daun kayu manis. Perbedaan umur daun yang di

1
ambil dari pohon kayu manis dapat menentukan kualitas minyak atsiri yang
dihasilkan. Namun tidak hanya umur pohon yang dapat menentukan kualitas
minyak atsiri tapi perbedaan ketinggian lokasi penanaman pohon kayu manis juga
menghasilkan kualitas minyak atsiri yang berbeda pula (Jailani et al., 2015).
Ada beberapa cara menghasilkan minyak atsiri dari daun kayu manis yaitu
dengan cara hidrodistilasi, steam distilasi mdan ekstraksi dengan hidrodistilasi.
Namun cara tersebut mempunyai kelemahan masing-masing jika dapat di
perhatikan dengan baik. Cara tersebut dapat membuat hasil minyak atsiri dari
daun kayu manis mengalami terdekomposisi, terdegradasi, dan dapat
menyebabkan sifat volatile hilang akibat terjadi pemanasan pada suhu tinggi.
Dengan menurunkan suhu operasi maka suhu titik didihnya akan turun sehingga
dapat menstabilkan daun kayu manis. Proses penurunan suhu titik didih dengan
cara melakukan penurunan tekanan. Tekanan menjadi 1 atm dan tekanan operasi
uap juga menjadi turun (Rusliawan et al., 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini:


1. Bagaimana pengaruh umur kayu manis terhadap kualitas minyak atsiri daun
kayu manis (Cinnamomum burmannii) ?

1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat dikemukakan dari penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1. Perbedaan umur kayu manis dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas
minyak atsiri daun kayu manis (Cinnamomum burmannii).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini:


1. Menganalisis pengaruh umur kayu manis terhadap kualitas minyak atsiri
daun kayu manis (Cinnamomum burmannii).

2
1.5 Manfaat Penelitian

Pemanfaatan limbah dari daun kayu manis dapat memberikan peluang


informasi dan pengolahan daun kayu manis menjadi minyak atsiri dengan
pemanfaatan limbahnya.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)

Daerah asli pertumbuhan pohon kayu manis banyak ditemukan di


daerah Asia Selatan, Asia Tenggara dan Daerah Daratan Cina. Pohon kayu
manis termasuk tanaman yang mempunyai umur yang panjang. Pohon kayu
manis dapat menghasilkan berbagai jenis bahan masakan dari bagian kulit
pohon kayu manis. Kulit kayu manis dapat dijadikan sebagai bahan rempah-
rempah, kosmetik, farmasi dan lain-lain. Tinggi pohon kayu manis dapat
mencapai 15 meter-18 meter. Ciri khas dari pohon kayu manis yaitu memiliki
daun, cabang, tunggal lanset, daunnya berwarna merah muda namun jika
daun sudah tua akan berwana hijau (Rafita, 2015). Dibawah ini merupakan
pohon kayu manis (Cinnamomum burmannii) dapat dilihat pada Gambar
1.

Gambar 1. Kayu manis (Cinnamomum burnannii)


Sumber: Dokumen Pribadi, 2022.

Tanaman kayu manis mempunyai pengelompokan tumbuhan yang


hidup di daerah Indonesia yaitu pengelompokan berdasarkan Kingdom
termasuk Plantae, pengelompokan Divisio termasuk Magnoliophyta,

4
pengelompokan Class termasuk Magnoliopsida, pengelompokan Family
termasuk Lauraceae, pengelompokan Genus termasuk Cinnamomum, dan
pengelompokan berdasarkan Spesies termasuk Cinnamomum burmannii. Di
Indonesia terdapat wilayah tanaman kayu manis yang diberi nama
Cinnamomum cullilawan merupakan panggilan kayu manis di wilayah
Maluku. Dengan arti kulit lawang yang menghasilkan minyak atsiri atau
minyak lawang. Kulit batang mengandung dammar, lender dan minyak atsiri
yang mudah larut (Baguna dan Kaddas, 2021). 67,94% sinamaldehide, 7,86%
eugenol, 1,8-sineole 1,45%, 4,55% sinnamil asetat, 2,15% linalool merupakan
kandungan yang terdapat di dalam daun kayu manis yang dapat menghasilkan
minyak atsiri (Indriana et al., 2018).

2.2 Minyak Atsiri


Minyak atsiri termasuk ke dalam golongan minyak nabati yang
mempunyai banyak fungsi. Pengolahan minyak atsiri mempunyai bahan dasar
yang mudah diperoleh dari bagian tanaman yaitu bagian bunga, biji, buah,
kulit, batang, dan daun. Minyak atsiri sangat mudah menguap dan mempunyai
bau yang sangat unik. Minyak atsiri dari tahun ke tahun mempunyai
peningkatan kebutuhan yang tinggi yaitu sekitar 8-10% berdasarkan Data
statistic ekspor-impor dunia (Effendi dan Widjanarko, 2014).
Minyak atsiri mepunyai komponen penyusun, yang mana minyak atsiri
terbagi menjadi 2 jenis yaitu minyak atsiri mudah dipisahkan dan minyak
atsiri tidak mudah dipisahkan dengan penyusun murni asli dari minyak atsiri.
Berdasarkkan komponen penyusun minyak atsiri yang mudah dipisahkan
contohnya minyak serai, dan minyak hasil dari daun cengkeh. Sedangkan
berdasarkan komponen penyusun yang sulit dipisahkan contohnya minyak
nilam dan minyak kenanga. Umur tanaman dan kondisi curah hujan dapat
mempengaruhi Hasil minyak atsiri (Qodri, 2020).
Famili Annonaceae, Geraniaceae, Gramineae, Lamiaceae, Lauraceae,
Myristicaceae, Myrtaceae, Oleaceae, Piperaceae, Rosaceae, Santalaceae dan
Zingiberaceae merupakan famili tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak
atsiri. Sedangkan Genus dari famili Lauraceae yang dapat menghasilkan minyak

5
atsiri antara lain Cinnamomum, Sassafras, ocetea, laurel dan litsea (Weiss,
1997).

2.3 Destilasi (Penyulingan)


Penyulingan dan herba merupakan Proses ekstraksi yang dilakukan pada
minyak atsiri dengan melalui cara destilasi yang dapat digunakan pada
tanaman jenis bunga. Proses destilasi dilakukan dengan cara dan tujuan untuk
memisahkan dua atau lebih zat cair melalui titik didihnya. Minyak atsiri yang
dihasilkan dalam proses destilasi berupa minyak atsiri yang masih kasar
didalamnya masih terdapat kandungan air atau pelarut yang digunakan.
Sehingga harus dilakukan proses lanjutan dengan cara menarik air dalam
minyak atsiri dengan kualitas bagus dan biasanya jernih (Qodri, 2020).
Menurut Agustina et al. (2021) hasil penyulingan kayu manis
menghasilkan nilai rendemen rata-rata sekitar 0.6% dengan metode destilasi
uap dan kapasitas mesin sekitar 500 kg. 0.4-0.7% rendemen yang dihasilkan
dari metode yang sama dengan metode sebelumnya. Destilasi air, destilasi
uap, penggunaan pelarut merupakan teknologi Pengolahan minyak kayu manis
menggunakan metode teknologi alternatif.
Metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap bahan merupakan metode destilasi atau disebut juga
penyulingan. Proses penyulingan bekerja dengan mencampurkan zat yang
telah didihkan dan menguap, setelah uap didinginkan dan kembali ke bentuk
cairan. Yang terlebih dahulu menguap merupakan zat yang mempunyai titik
didih rendah. Sedangkan zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan
mengembun dan akan menguap apabila telah mencapai titik didihnya
(Fatimura, 2014).
Ada beberapa jenis metode destilasi dalam proses pengolahan minyak
atsiri yaitu destilasi air dan destilasi uap-air. Cara kerja metode destilasi air
adalah dengan memasukkan bahan bahan ke dalam ketel suling, kemudian
tunggu beberapa saat sampai bahan tenggelam dan terendam namun air tidak
penuh di dalam ketel suling. Sedang cara kerja untuk metode uap-air dengan
cara bahan diletakkan diatas air sebagai penahan, setelah itu atur bahan dan

6
ruang rendemen agar tidak terlalu sempt sehingga ruang menjadi longgar.
Selanjutnya dilakukan pemanasan ketel suling dengan menggunakan sumber
panas dari api yang panasnya stabil. Waktu destilasi dilakukan selama 4 jam
diukur mulai dari tetesan kondesat pertama (Yuliarto et al., 2012).

2.4 Pengaruh Umur Pohon Terhadap Minyak Atsiri


Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Rusli dan Hamid (1990), Solehudin
(2001), Daswir (2010), Harun (2012), dan Yuliarto et al. (2012), kelimanya
menunjukkan perolehan minyak atsiri dati kulit kayu manis yang berkisar pada
rentang 0,47-2,21% dengan kadar sinamaldehide di dalamnya berkisar antara
37,12-83,82%. Kelima penelitian menghasilkan variasi perolehan dan komposisi
yang berbeda meskipun dari jenis tanaman yang sama yakni C. Burmanni (tabel
1). Tentunya hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari kondisi lingkungan,
umur pohon, bagian kulit yang diambil, penyimpanan bahan, hingga proses
ekstraksi dilakukan.
Dari kelima penelitian tersebut tidak ada satupun yang mengkaji pengaruh
umur pohon terhadap perolehan dan kadar sinamaldehide dalam minyak atsiri. Hal
ini menunjukkan kurangnya studi untuk menentukan umur pohon yang optimal
dalam pengolahan minyak atsiri tertinggi pada kulit pohon kayu manis, termasuk
minyak atsiri dari kulit cabang.
Tabel 1. Perolehan minyak atsiri dan kadar sinamaldehid dari minyak atsiri dari
kulit pohon Cinnamomum burmannii
Asal daerah Perolehan Kadar Referensi
minyak(%) Sinamaldehide(%)
Kabupaten Solok, 0,86 75,9 Rusli dan Hamid, 1990
Sumatera Barat
Sumatera Barat 0,47 69,3 Daswir, 2010
Desa Bubakan, 0,46 37,12 Yuliarto et al., 2012
Girimarto, Wonogiri
Bengkulu 0,89 83,82 Solehudin, 2001
Kebun Percobaan, 2,21 77,9 Harun, 2012
Laing solok,
Sumatera Barat

2.5 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelitian dari Ammar (2017) dari kulit cabang pohon

7
bagian dalam pohon kayu manis yang dipanen dari Dataran Tinggi Desa
Mekarsari, Pasir Jambu milik Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat menunjukkan adanya perbedaan
perolehan minyak atsiri kulit cabang terhadap umur pohon. Secara berurutan umur
pohon 5, 12 dan 20 tahun memiliki perolehan minyak atsiri sebesar 2,7%±0,12%,
3,2%±0,07%, 1,4%±0,04% dari berat kering kulit cabang bagian dalam. Pada
dosis 500 mg yaitu 2 ekor (10%), pada dosis 750 mg yaitu 24 ekor (20%) dan
dosis 1000 mg yaitu 6 ekor (30%).

8
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Lama waktu Penelitian tugas akhir dilakukan sekitar ±3 bulan, yaitu bulan
Desember 2022 sampai Februari 2023. Lokasi Penyulingan minyak atsiri kayu
manis dilaksanakan di Kelompok Tani Hutan (KTH) Karya Usaha dibawah
binaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit 1 Kerinci, Desa
Sungai Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi
Jambi. Pengujian minyak atsiri untuk mengetahui kualitas minyak atsiri
berdasarkan umur kayu manis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil
Hutan, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Pengujian kandungan kimia
minyak atsiri kayu manis dilakukan di Laboratorium Terpadu.

3.2 Alat dan Bahan


Material yang digunakan daun pohon kayu manis didapat dari pohon kayu
manis yang di tanam di area perkebunan milik pribadi dan milik petani di desa
Lempur, desa Sungai Nyuhuk dan desa Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi
Jambi.

3.3 Persiapan Bahan Baku


Pembagian daerah sampel diambil dari daun, ranting kayu manis paling
bawah sekitar batang pohon yang kemudian ditebang dan diambil bagian daun dan
ranting.

3.4 Analisis Daun Pohon Kayu Manis


Daun dan ranting segar yang telah diambil kemudian diambil dan dimasukkan
ke dalam karung untuk diolah selanjutnya menjadi minyak atsiri.

3.5 Pembuatan Minyak Atsiri Kayu Manis


Bahan kayu manis diambil dari 3 lokasi ketinggian yang berbeda ( 1007 mdpl,
1240 mdpl, dan 1980 mdpl). Penentuan tinggi menggunakan gps. Bagian bahan
yang diambil adalah kayu, kulit, ranting dan daun kayu manis. Masing- masing
bahan didestalasi untuk diambil minyak atsirinya, dengan menggunakan teknik

9
water dan steam distillation. Minyak atsiri yang diperoleh kemudian diberikan
tanda sesuai dengan bahan baku yang digunakan.

Penyulingan minyak atsiri daun kayu manis dilakukan dengan


menggunakan alat destilasi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Hutan (KTH)
Karya Usaha dibawah binaan Kesatuan Pengelolahan Hutan Produksi (KPHP)
Unit 1, Kabupaten Kerinci. Proses penyulingan minyak atsiri daun kulit manis
dilakukan dengan metode uap dan air atau dikenal dengan sistem kukus,
dimana alat yang digunakan dalam penyulingan memiliki ketel dengan ruang
yang dapat memisahkan air dan daun kulit manis. Pemasakan ketel dilakukan
selama 4-5 jam pada suhu 90-100 dengan menggunakan sumber api yang
berasal dari kayu bakar.

Saat pemasakan ketel ditutup agar uap air dan uap minyak atsiri yang
berasal dari daun serai wangi. Pada saat menguap tidak keluar dan selanjutnya
uap keduanya disalurkan melewati kondensor, selanjutnya kondensor akan
mengubah uap masakan tersebut menjadi zat cair berupa air dan minyak atsiri,
Setelah itu air dan minyak keluar maka minyak akan berada pada bagian atas
air, setelah proses penyulingan selesai, minyak yang didapat akan diambil
secara hati-hati sehingga air tidak tercampur kedalam tabung minyak atsiri
selanjutnya, dimasukkan kedalam botol agar tidak terjadi penguapan terhadap
minyaknya. Berikut alat yang digunakan untuk destilasi minyak atsiri daun
kayu manis yang dimiliki oleh KTH Karya Usaha, Kabupaten Kerinci.

3.6 Pengujian Minyak Kayu Manis


3.6.1 Keadaan Warna
Metode ini didasarkan pada pengamatan visual dengan menggunakan
indra penglihatan (mata) terhadap minyak atsiri kayu manis. Minyak atsiri kayu
manis dilakukan pengujian dengan metode organoleptik. Pengujian organoleptik
adalah pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Pengamatan warna
minyak atsiri kayu manis akan diamati oleh penulis tidak terlatih sebanyak 30
orang untuk memberi penilaian terhadap warna minyak atsiri yang dihasilkan.
Persyaratan warna minyak atsiri berdasarkan SNI 06-2387 berwarna kuning atau
coklat tua (SNI,2006).

10
3.6.2 Bau
- Khas kayu manis
- Bobot Jenis
Volume dan suhu yang sama antara perbandingan berat minyak
dengan berat air yang dihasilkan. Alat-alat yang diperlukan dalam bobot
jenis ini adalah neraca analitik yaitu sebagai alat ukur massa yang
mempunyai tingkat ketelitian 0,001 g, pikrometer yang mempunyai
kapasitas ukuran 5 ml dan 10 ml. Cara kerja dari bobot jenis adalah cuci
pikrometer dengan menggunakan etanol dan dietil eter, kemudian
keringkan pikrometer tersebut, diamkan pikrometer dalam lemari
timbangan kurang lebih 3 menit dan timbang massa pikrometer, isi
pikrometer dengan menggunakan air suling, kemudian beri penutup dan
keringkan pikrometer, kosongkan pikrometer kemudian cuci menggunakan
etanol dan dietil eter, isi pikrometer dengan minyak kemudian tutup
kembali lakukan langkah-langkah seperti diatas sampai tidak ada bahan
yang akan di isi lagi.
- Indeks Bias
Prinsip dari indeks bias adalah dengan melakukan pengukuran
secara langsung dari sudut bias minyak pada kondisi suhu yang tetap.
Bahan yang digunakan adalah air suling, alat yang digunakan adalah
refraktormeter. Adapun cara kerjanya adalah dengan di aliri air pada
refraktormeter agar suhu dapat terbaca, minyak harus mempunyai suhu
yang sama dengan suhu pengukuran sebelumnya, lakukan pembacaan bila
suhu sudah terlihat stabil.
- Putaran Optik
Prinsip putaran optik bekerja dengan menggunakan sudut
pengukuran bidang yang diberi sinar yang terpolarisasi kemudian
dilakukan perputaran oleh minyak yang memiliki ketebalan 10 cm pada
suhu tertentu. Bahan yang digunakan air suling dan alat yang digunakan
adalah polarimeter mepunyai tingkat ketelitian 0,5 mrad yang kemudian
berada di ruang gelap pada kondisi stabil, adapun sumber cahayanya
menggunakan lampu natrium, bisa juga alat lain yang menghasilkan sinar

11
monokromatik dengan panjang gelombang 589,3 nm ±0,3 nm, tabung
polarimeter yang berukuran 100 mm ± 0.05 mm, dan termometer
pengukur suhu.
- Kadar sinamaldehida
Kadar sinamaldehide dan penyusunnya adalah minyak daun kayu
manis kemudian dipisahkan dengan menggunakan kromatografi gas.
Bahan yang digunakan adalah bahan pembanding standar. Alat-alat
yang digunakan terbagi menjadi 4 yaitu instrumen kromatografi gas
lengkap yang terdiri dari tabung gas berisi gas nitrogen HP dengan
regulatornya, tabung gas dengan isi gas hidrogen beserta regulatornya,
tabung gas yang berisi gas udara beserta regulatornya, kedua ada
detektor ionisasi nyala, rekorder integrator, alat suntik memiliki
volume 1 mikroliter.

12
3.7 Diagram alir

Daun Kayu Manis

Diambil dari 3 lokasi ketinggian

Lama Penyulingan (4 jam)

Penyulingan (Water and Steam


Destilation)

Pengujian Minyak Atsiri Kayu Manis

1. Kadar Air
2. Rendaman
3. Bobot Jenis
4. Inddeks Bias
5. Warna
6. Bau
7. Kelarutan dalam Etanol

Analisis Minyak Atsiri Kayu Manis Terpilih

Analisis Komposisi Kimia Minyak Atsiri Kayu Manis


Terpilih

Analisis Data

Gambar 2. Diagram alir penelitian

13
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, A dan Jamilah M., 2021. Kajian Kualitas Minyak Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii) Pada CV. AB Dan PT. XYZ Jawa Barat. Jurnal
Agricultural, Vol 4(1) : 65.
Ammar, G. A., 2017. Pengaruh Umur Pohon Terhadap Perolehan, Komposisi
Kimia dan Produktivitas Minyak Atsiri Dari Kulit Cabang Pohon Kayu
Manis. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Annisa, D, I., Rifin, A., dan Novianti, T., 2021. Analisis Permintaan Bubuk Kayu
Manis Indonesia Di Pasar Dunia. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI),
26(3) : 363-364.
Baguna, F, L., dan Kaddas, F., 2021. Analisis Rantai Nilai Dan Kontribusi
Pendapatan Terhadap Pemanfaatan HHBK Kayu Manis Di Pulau Tidore.
Jurnal Inovasi Penelitian, Vol 1(9) : 1788.
Effendi, V. P., dan Widjanarko, B., 2014. Distilasi Dan Karakterisasi Minyak
Atsiri Rimpang Teringau (Acorus calamus) Dengan Kajian Lama Waktu
Distilasi dan Rasio Bahan : Pelarut. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(2) :
1-2.
Fatimura, M., 2014. Tinjauan Teoritis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Operasi Pada Kolom Destilasi. Jurnal Media Teknik, 11(1) : 23.
Indriana, L. Pangkahila, W., dan Aman, I. G. M., 2018. Minyak Atsiri Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii) Topikal Memiliki Efektivitas Yang Sama Dengan
Minoxidil Dalam Menambah Panjang Rambut Dan Ukuran Diameter
Folikel Rambut Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (rattus norvegicus).
Jurnal Indonesian journal of anti Aging Medicine, 2(1) : 14.
Jailani, A. Sulaeman, R., dan Sribudiani, E., 2015. Karakteristik Minyak Atsiri
Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanii (Ness dan Th.Ness). Jom
Faperta UR, 2(2) : 1-7.
Nurhayati, E., Haryono, S., dan Multasih, S., 2018. Analisis Pengembangan Pala,
Lawang, dan Kapulaga Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan
Indonesia, 19(2).
Qodri, U. L., 2020. Analisi Kuantitatif Minyak Atsiri Dari Serai (Cymbopogon

14
SP) Sebagai Aromaterapy. Jurnal Farmasi Tinctura, 1(2) :65-66.
Rafita, I. D., 2015. Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)
Terhadap gambaran Histopatologi dan Kadar SGOT SGPT Hepar Tikus
Yang Di Induksi Parasetamol. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Rusliawan, A., Wijayanti, D. M., dan Pramudono, B., 2012. Inovasi Produksi
Minyak Kayu Manis Dengan menggunakan Teknik Hidrodistilasi Vakum.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 1(1) : 92-93.
Susanti, N., Gandidi, I. M., dan Susila, M. D., 2013. Potensi Produksi Minyak
Atsiri Dari Limbah Kulit Kayu Manis Pasca Panen. Jurnal FEMA, 1(2) :
45-46.
Weiss, E. A., 1997. Essential Oil Crop CAB. International, Victoria.
Yuliarto, F. T., Khasanah, L. U., dan Anindito, R. B. K., 2012. Pengaruh Ukuran
Bahan Dan Metode Destilasi (Destilasi air dan Destilasi Uap-Air)
Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis. Jurnal Tekno Sains
Pangan, 1(1) : 13-14.

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai