Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEKNIK PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN KUNYIT

Disusun Oleh:
Alga Anggriani J1B119009
Nadeardo Suranta Manik J1B119010
Budiman Ali J1B119022
Masroni Asido Manik J1B119033
Roy Martin Nikodemus J1B119035
Meiliya Dwi Rahmattulloh J1B119042

Dosen Pengampu:
Ir. Indriyani, M.P.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya yang
melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Terimkasih penulis ucapkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada kita semua.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Teknik Pascapanen
3. Kepada teman teman yang ikut berpartisipasi dan memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jambi, 01 Apri; 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 2

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1 Sejarah Kunyit ........................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi .................................................................................................. 3

2.3 Zat Aktif ..................................................................................................... 4

2.4 Pengeringan ............................................................................................... 4

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 6

3.1 Kelebihan Komoditi Kunyit ...................................................................... 6

3.2 Karakteristik Tanaman Kunyit .................................................................. 6

3.3 Pascapanen pada Kunyit ............................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunyit, Curcuma longa L. (Zingiberaceae) adalah tanaman tropis yang
banyak terdapatdibenua asiayang secaraekstensifdipakai sebagai
zpadapewarnadan pengharum makanan. Kunyit adalah sejenis tumbuhanyang
dijadikan bahan rempah-rempah yang memberikan warna kuning cerah. Kunyit
juga digunakan sebagai bahan pewarna, obat dan perasa sejak 600SM. Kunyit
dianggap sebagai salah satu herba yang sangat layak bagi manusia (Shan dan
Yoppi, 2018).
Kunyit adalah salah satu jenis rempah yang termasuk ke dalam jenis
rempah yang juga digunakan sebagai bumbu masak.Rimpang kunyit
memiliki komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia
sendiri kunyit selain sebagai bumbu masak juga diolah menjadi minuman
tradisional yang bermanfaat sebagai minuman Kesehatan yaitu minuman
kunyit asam. Dalam minuman kunyit asam selain rimpang kunyit, asam jawa yang
digunakan juga berkontribusi menyumbang kandungan bioaktif yang juga
meningkatkan antioksidan minuman kunyit asam (Mulyani dkk, 2014).
Kunyit memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh
dan mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai obat, yaitu kurkuminoid yang
terdiri dari (kurkumin atau 1,7-bis(4-hidroksi-3- metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,6-
dion, 10% desmetoksikumin atau 1-(4-hidroksi3-metoksifenil)-7-(4-
hidroksifenil)-1,6- heptadiena-3,5-dion dan 1-5% bisdesmetoksikurkumin atau
1,7-bis(4- hidroksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion) dan zat- zat manfaat lainnya
seperti minyak atsiri yang terdiri dari (keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil)[3]. Selain daripada
senyawa kurkuminoid, kunyit juga mempunyai senyawa lain yang merupakan
senyawa turunan yaitu 4”-(3”‟-metoksi-4”‟-hidroksilfenil)- 2”-okso-enabutanil 3-
(3‟-metoksi-4‟- hidroksifenil) propenoat atau disebut sebagai calebin A , 1,7-
bis(4-hidroksi-3- metoksifenil)-1,4,6-heptatriena-3-on,1- hidroksi-1,7-bis(4 -
hidroksifenil)-3- metoksifenil)-6-heptena-3,5-dion, 1,7- bis(4-hidroksifenil)-1-
heptena-3,5- dion,1,7-bis(4-hidroksifenil)-1,4,6- heptatrien-3-on dan 1,5-bis(4-
hidroksi-3- metoksifenil)-1,4-pentadien-3-on [4]. (Shan dan Iskandar, 2018)
Produksi kunyit Indonesia tahun 2016 sebesar 107.770.473 ton,
didominasi dari 5 propinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bengkulu
dan Kalimantan Selatan dengan masing-masing produksi sebesar 33.326.049 kg,
27.632.177 kg, 9.758.569 kg, 4.535.612 kg dan 4.126.455 kg. Kelima propinsi
tersebut memberikan kontribusi masing-masing sebesar 30,92%, 25,64%, 9,05%,
4,21% dan 3,83% terhadap total produksi nasional. Luas lahan produksi kunyit
kelima propinsi tersebut yaitu masing-masing 22.534.808 m2 , 11.196.753 m2 ,
4.753.033 m2 , 1.001.035 m2 dan 2.212.266 m2 (BPS, 2016). Di pasar dunia,
India merupakan produsen, konsumen, dan eksportir kunyit terbesar di dunia.

1
India diperkirakan menyumbang sekitar 80% total produksi kunyit didunia dan
60% total ekspor kunyit di dunia (Nuroho dan Ningsih, 2017).
Pengelolaan pasca panen tanaman obat merupakan suatu perlakuan yang
diberikan kepada hasil panen tanaman obat hingga produk siap dikonsumsi atau
menjadi simplisia sebagai bahan baku obat tradisional atau obat alam. Pengelolaan
pasca panen bertujuan untuk melindungi bahan baku dari kerusakan fisik dan
kimiawi, sehingga dapat mempertahankan mutu bahan baku atau simplisia yang
dihasilkan, terutama menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan
khasiat sediaan (produk akhir). Selain itu, penanganan pasca panen juga bertujuan
untuk menjamin ketersediaan bahan baku tanaman obat yang bermutu dalam
jumlah cukup dan berkelanjutan. Pengelolaan pasca panen dimulai sesaat sejak
bahan tanaman dipanen hingga siap dikonsumsi. Tahapan pengelolaan pasca
panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian,
penirisan, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengemasan, dan
penyimpanan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
berikut ini :

1. Apa kelebihan dari komoditi kunyit sehingga perlu dilakukan penangan


pascapanen
2. Bagai mana menjaga kualitas dan kandungan kunyit pada saat dilakukan
penanganan pascapanen.
3. Bagaimana saja penangan pascapanen pada kunyit.

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai : melihat dan mempelajari sifat
komoditi kunyit sehingga dapat dilakukan penanganan pasca panen yyang tepat,
mempertahankan kualitas bahan, dan menentukan penanganan pasca panen yang
tepat pada kunyit.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pengayaan
pengetahuan bagi penulis tentang penanganan pascapanen komoditi rempah-
rempah berupa kunyit dan sebagai sumber informasi bagi pembaca.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kunyit


Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat
tahunan(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh
pinggiran kotadan pembohong disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal
dari Binar padaketinggian 1300-1600 m dpl, ada jugayang mengatakan bahwa
kunyit berasal dariIndia. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan
Yunani Karkom. padatahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai
Cyperus menyerupai jahe, tapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tapi tidak
beracun.tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India,
Cina Selatan,Taiwan,Indonesia (Jawa), dan Filipina (Ika, 2015).
Habitat asli tanaman ini meliputi wilayah asia khususnya asia
tenggara.Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-
Malaysia,Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap bangsa Asia pada
umumnya mengonsumsi tanaman rempah ini. Baik sebagai pelengkap bumbu
masak, jamuatau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan (Arisandi .) dalam Ika,
2015).
ketersediaan tanaman kunyit di Indonesia bisa dibilang sangat
melimpah.Tanaman ini bisa dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Terutama di pulau Jawa. Dan biasanya tumbuh didaerah tropis dan subtropis
termasuk Thailand, Malaysia, dan kawasan Asia Tenggara lainnya. Di Indonesia,
sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai
12.323kg/ha. Untuk mendapatkan kunyit sangat mudah karena hampir di semua
pasar-pasartradisional maupun di swalayan banyak penjual penjualkunyit.awalnya
tanaman ini merupakan tanaman yang tumbuh di daerah hutan danlahan-lahan
kosong. Namun Indonesia, tanaman ini umumnya sudah mulaidijadikan sebagai
tanaman obat keluarga bersama jahe, kencur, dan lain-lain yang banyak ditanam
di pekarangan ru mah (Ika, 2015).
Kunyit (Temulawakdomestik Val) termasuk salah satu tanaman rempah
danobat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami
persebaran kedaerahIndo-Malaysia, Indonesia,Australia,bahkan Afrika.kunyit
(Curcuma domestica Val) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat,
habitatasli tanaman ini meliputi wilayah Asia khususnya Asia Tenggara.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae.
kunyitdikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti kunyit
(Inggris),kurkuma (Belanda), kunyit (Indonesia dan Malaysia), kunir (Jawa),
koneng(Sunda), konyet (Madura) (Tika, 2018).

2.3 Klasifikasi
Kunyit atau kunir (Curcuma longa atau temulawak domestika) tergolong
dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit merupakan tanaman obat

3
berupa semak dan bersifat tahunan(abadi) yang tersebar diseluruh daerah tropis.
Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas kebun.
Klasifikasi Tanaman Kunyit sebagai berikut (Hapsoh dan Hasanah, 2011)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica Val.

2.3 Zat Aktif


Senyawa utama yang terkandung dalam rimpang kunyit
adalahkurkuminoid dan minyak atsiri. kandungan kurkuminoid berkisar 3,0-5,0
%, yangterdiri dari kurkumin dan turunannya yaitu demetoksikurkumin dan
bisdemetoksikurkumin. Kurkuminoid berbentuk kristal prisma atau batang
pendek, membetuk emulsi atau tidak larut dalam udara, dan mudah larut dalam
eseton, etanol, metanol, bensen, dan khloroform. Senyawa tersebut memberikan
fluoresensi warna kuning, jingga, sampai jingga kemerahan yang kuat di
bawahsinar ultra violet yang tidak stabil apabila terkejut.
Kandungan minyak atsiri rimpang kunyit berkisar antara 2,5-6,0 %,
yangterdiri dari komponen artumeron, alfa, dan beta kariofilenlinalol, 1,8 sineol,
zingi beren, dd felandren, d sabinen, dan bormeol, selain itu kurkuminoid dan
minyak atsiririmpang kunyit juga mengandung senyawa lain seperti pati, lemak
protein,kamfer, resin, damar, gom, kalsium, fosfor, dan zat besi.

2.4 Pengeringan
Secara umum di Indonesia produk hasil pengeringan pada umumnya
dalam bentuk irisan dan masih dilakukan secara tradisional. Artinya, pola
pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari langsung. Hal yang demikian ini
sangat tergantung pada cuaca. Selanjutnya pengeringan dengan sinar matahari
akan dikenal adanya waktu pengeringan yang kritis, yakni: hari pertama, bila
cuaca tidak cerah maka keesokan harinya bahan akan berjamur dan akan
meninggalkan becak-bercak hitam. Hasil pengeringan bahan irisan akan lebih baik
bila alat pengeringan berupa anyaman bambu atau tikar, tidak langsung
bersentuhan dengan tanah. Ini dimaksudkan agar ada aliran udara dari bawah ke
atas bahan yang dikeringkan (Nurjannah, 1987)

4
Pengeringan merupakan cara yang paling penting yang telah
dikembangkan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan. Sifatnya yang
dapat memperpanjang umur simpan ini, maka bahan pangan yang melimpah
hanya pada saat panen dengan umur simpan yang pendek, dapat dibuat tersedia
sepanjang tahun (Karmas, 1989).
Upaya pengeringan adalah upaya mengurangi kandungan air bahan sampai
pada kandungan air yang diinginkan dan berpengaruh terhadap kemungkinan akan
terserang hama selama penyimpanan.
Karmas, (1989) mengemukakan bahwa pengolahan panas (pola
pengeringan) bahan, memberikan kepastiaan kepastian kenaikan ketersediaan zat
gizi untuk konsumen. Walau demikian, pengolahan panas (pengeringan) juga
mempunyai pengaruh yang merugikan pada zat gizi. Karena itu, pengolahan panas
memang dapat memperpanjang dan meningkatkan ketersediaan bahan pangan
untuk konsumen, tetapi bahan pangan tersebut mempunyai kadar gizi yang lebih
rendah ) dibanding dengan keadaan segarnya.
Rusaknya kandungan antioksidan yang ada pada minuman kunyit asam
selama proses penyimpanan disebabkan oleh suhu dan sinar ultraviolet (Anon,
2001a ). Produk minuman yang dikemas menggunakan botol kemasan gelap
terbukti bisa melindungi produk dari sinar ultraviolet (Anon, 2001b ). Menurut
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (1992) standar mutu makanan
dan minuman layak dikonsumsi apabila jumlah total bakteri maksimal 5 x 107
sel/ml. Selama proses penyimpanan pengendalian mikroorganisme perlu
dilakukan apabila kita menginginkan produk tahan lama (Anon, 2005). Kerusakan
minuman kunyit asam selama proses penyimpanan disebabkan oleh
mikroorganisme. Adanya peningkatan pertumbuhan mikroorganisme selama
proses penyimpanan mengakibatkan produk minuman kunyit asam tidak layak
untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis
kemasan dan cara penyimpanan terahadap beberapa kreteria mutu minuman
kunyit asam.

5
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Komoditi Kunyit


Kunyit merupakan tanaman obat yang banyak dibutuhkan oleh industri obat
tradisional. Kunyit merupakan tanaman dari golongan Zingiberaceae berupa
semak dan bersifat tahunan (perennial) yang tersebar di seluruh daerah tropis
(Labban, 2014). Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar di sekitar hutan atau
bekas kebun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di
India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina (Ahmad et al., 2010).
Sifat-sifat kimia tanah tidak berpengaruh terhadap kadar kurkumin kunyit,
sehingga kunyit dapat ditanam pada jenis tanah apapun (Sholehah et al., 2016).
Menurut Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta (no date), di pulau Jawa,
kunyit banyak digunakan sebagai jamu karena berkhasiat menyejukkan,
membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan
kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit antara lain sebagai bahan obat
tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik dan bahan bumbu masak
(Hartati, 2013). Kunyit dimasukkan dalam daftar prioritas World Health
Organization (WHO) sebagai tanaman obat yang paling banyak ipakai di berbagai
negara dan sering disebut dalam buku-buku farmasi serta ditulis dalam resep
tradisional maupun resep resmi (Hartati, 2013).
Selain itu, kunyit juga mempunyai efek anti peradangan, antivirus, antibakteri,
antioksidan, aktivitas nematisida dan sebagainya. Komponen utama yang
berfungsi sebagai pengobatan adalah kurkumin (Simanjuntak, 2012). Kunyit juga
terbukti sebagai anti-inflamasi, antioksidan, antimutagenik, antidiabetes,
antibakteri, hepatoprotektif, ekspektoran dan aktivitas farmakologi antikanker
(Krup et al., 2013). Kandungan senyawa kimia dalam kunyit yaitu kurkumin
(diferuloylmethane; komponen utama berwarna kuning), demetoksikurkumin, dan
bisdemetoksikurkumin, serta minyak atsiri (turmeron, atlanton, dan zingiberen),
gula, protein, dan resin (Jurenka, 2009).

3.2 Karakteristik Tanaman kunyit


Tanaman kunyit memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kunyit adalah tanaman jenis herba berupa semak dengan ketinggian pohon
mencapai 70cm.

2) Batangnya berbentuk tegak, berwarna hijau kekuningan, serta termasuk batang


semu.

3) Daun kunyit termasuk daun tunggal, tulang daun berbentuk menyirip, lanset,
memanjang serta warnanya hijau pucat

4) Bunganya termasuk bunga majemuk dengan warna bunga putih kekuningan,


Ketika baru kuncup berwarna sedikit hijau muda, dan

6
3.3 Pasca Panen pada Kunyit
a. Penyortiran Basah Dan Pencucian, Sortisasi pada bahan segar dilakukan untuk
memisahkan rimpang dengan kotoran berupah tanah, sisa tanaman, dan gulma.
Setelah selesai timbang jumlah bahanhasil penyortiran dan tempatkan dalam
wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu
semprotkan dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih
kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu
lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam
air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

b. Perajangan, jika perlu proses perajangan dilakukan dengan pisau stainless steel
dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang
hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara
manual atau dengan mesin pemotong.

c. Pengeringan, pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar


matahari atau alat pemanas/oven. Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5
hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. Pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling
menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali
agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab
dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di
dalam oven dilakukan pada suhu 50 C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di
atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. 0 0 C–60

d. Penghalusan, setelah kunyit benar benar telah kering maka dilakukanlah


penghalusan dengan cara di tumbuk dan untuk mendapatkan hasil yang benar
benar halus maka dilakukanlah penyaringan terlebih dahulu menggunakan tapisan
santan atau tapisan tepung.

e. Pengemasan, setelah halus kunyit dikumpulkan dalam wadah kantong plastik


atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya).

f. Penyimpanan, kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30°C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

7
g. Penjualan atau pemasaran, untuk penjualan kunyit bisa dijual menggunakan
liter, timbangan (kg), atau bentuk kemasan. Tapi jika ingin menjual kunyit dalam
bentuk kemasan, kemaslah dengan kemasan yang menarik supaya pembeli
(konsumen) tertarik, jika perlu gunakanlah plastik yang kuat dan label yang jelas
seperti nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomer/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih, dan metode penyimpanannya serta
komposisi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, W., Hasan, A., Abdullah, A., &Tarannum, T. 2010. Curcuma longa,
Linn– AReview. Hippocratic Journal of Unani Medicine, 5(4), 179–190.
Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/215
519165_Curcuma_longa_Linn_-_A_Review

Chu Yuan, Shan and Yoppi Iskandar.Studi kandungan kimia danaktivitas


farmakologi tanaman kunyit (Curcuma longa L.)." Farmaka 16.2 (2018).

Hapsoh & Hasanah, Y., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan:
USU Press.

Hartati, S. yuni. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat
Lainnya. Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri,5–9.
Retrieved from
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2014/02/
Perkubunan_Khasiat Kunyit.pdf%0

Jurenka, J. S. 2009. Anti-inflammatory properties of curcumin, a major


constituent of Curcuma longa: a review of preclinical and clinical research.
Alternative Medicine Review : A Journal of Clinical Therapeutic, 14(2), 141–
153.Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19594223

Krup, V., Prakash L, H., & Harini, A. 2013.Pharmacological Activities of


Turmeric (Curcuma longa linn): A Review. Journal of Homeopathy &
Ayurvedic Medicine, 02(04) 1–4.
https://doi.org/10.4172/21671206.1000133

Mulyani.dkk.2014.Potensi Minuman Kunyit Asam (Curcuma domestica Val.-


Tamarindus Indica L) Sebagai Minuman Kaya
Antioksidan.Agritech.Vol.34,No.1.

Nuroho, R. A., & Ningsih, E. A. 2017. ProduksiTanaman Obat dalam Info


Komoditi Tanaman Obat. (Z. Salim & E. Munadi, Eds.)(September).
Jakarta: Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia. Retrieved from
http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/12/Isi_BRIK_Tanaman_O
bat.pdf

Sholehah, D. N., Amrullah, A., & Badami, K.2016. Identifikasi Kadar dan
Pengaruh Sifat Kimia Tanah terhadap Metabolit Sekunder Kunyit (Curcuma
domestiva Val.) di Bangkalan. Rekayasa, 9(1), 61–66. Retrieved from
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa/article/view/3336

9
Simanjuntak, P. 2012. Studi Kimia Dan Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma
longa L) Sebagai Tumbuhan Obat Serbaguna.AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 17(2), 103–107.Retrieved from
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/agrium/article/view/306

10

Anda mungkin juga menyukai