TEKNIK PASCAPANEN
Disusun Oleh:
Alga Anggriani J1B119009
Nadeardo Suranta Manik J1B119010
Budiman Ali J1B119022
Masroni Asido Manik J1B119033
Roy Martin Nikodemus J1B119035
Meiliya Dwi Rahmattulloh J1B119042
Dosen Pengampu:
Ir. Indriyani, M.P.
Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya yang
melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada kita semua.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Teknik Pascapanen
3. Kepada teman teman yang ikut berpartisipasi dan memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
India diperkirakan menyumbang sekitar 80% total produksi kunyit didunia dan
60% total ekspor kunyit di dunia (Nuroho dan Ningsih, 2017).
Pengelolaan pasca panen tanaman obat merupakan suatu perlakuan yang
diberikan kepada hasil panen tanaman obat hingga produk siap dikonsumsi atau
menjadi simplisia sebagai bahan baku obat tradisional atau obat alam. Pengelolaan
pasca panen bertujuan untuk melindungi bahan baku dari kerusakan fisik dan
kimiawi, sehingga dapat mempertahankan mutu bahan baku atau simplisia yang
dihasilkan, terutama menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan, dan
khasiat sediaan (produk akhir). Selain itu, penanganan pasca panen juga bertujuan
untuk menjamin ketersediaan bahan baku tanaman obat yang bermutu dalam
jumlah cukup dan berkelanjutan. Pengelolaan pasca panen dimulai sesaat sejak
bahan tanaman dipanen hingga siap dikonsumsi. Tahapan pengelolaan pasca
panen tanaman obat meliputi pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian,
penirisan, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengemasan, dan
penyimpanan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai : melihat dan mempelajari sifat
komoditi kunyit sehingga dapat dilakukan penanganan pasca panen yyang tepat,
mempertahankan kualitas bahan, dan menentukan penanganan pasca panen yang
tepat pada kunyit.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pengayaan
pengetahuan bagi penulis tentang penanganan pascapanen komoditi rempah-
rempah berupa kunyit dan sebagai sumber informasi bagi pembaca.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Klasifikasi
Kunyit atau kunir (Curcuma longa atau temulawak domestika) tergolong
dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit merupakan tanaman obat
3
berupa semak dan bersifat tahunan(abadi) yang tersebar diseluruh daerah tropis.
Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau bekas kebun.
Klasifikasi Tanaman Kunyit sebagai berikut (Hapsoh dan Hasanah, 2011)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
2.4 Pengeringan
Secara umum di Indonesia produk hasil pengeringan pada umumnya
dalam bentuk irisan dan masih dilakukan secara tradisional. Artinya, pola
pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari langsung. Hal yang demikian ini
sangat tergantung pada cuaca. Selanjutnya pengeringan dengan sinar matahari
akan dikenal adanya waktu pengeringan yang kritis, yakni: hari pertama, bila
cuaca tidak cerah maka keesokan harinya bahan akan berjamur dan akan
meninggalkan becak-bercak hitam. Hasil pengeringan bahan irisan akan lebih baik
bila alat pengeringan berupa anyaman bambu atau tikar, tidak langsung
bersentuhan dengan tanah. Ini dimaksudkan agar ada aliran udara dari bawah ke
atas bahan yang dikeringkan (Nurjannah, 1987)
4
Pengeringan merupakan cara yang paling penting yang telah
dikembangkan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan. Sifatnya yang
dapat memperpanjang umur simpan ini, maka bahan pangan yang melimpah
hanya pada saat panen dengan umur simpan yang pendek, dapat dibuat tersedia
sepanjang tahun (Karmas, 1989).
Upaya pengeringan adalah upaya mengurangi kandungan air bahan sampai
pada kandungan air yang diinginkan dan berpengaruh terhadap kemungkinan akan
terserang hama selama penyimpanan.
Karmas, (1989) mengemukakan bahwa pengolahan panas (pola
pengeringan) bahan, memberikan kepastiaan kepastian kenaikan ketersediaan zat
gizi untuk konsumen. Walau demikian, pengolahan panas (pengeringan) juga
mempunyai pengaruh yang merugikan pada zat gizi. Karena itu, pengolahan panas
memang dapat memperpanjang dan meningkatkan ketersediaan bahan pangan
untuk konsumen, tetapi bahan pangan tersebut mempunyai kadar gizi yang lebih
rendah ) dibanding dengan keadaan segarnya.
Rusaknya kandungan antioksidan yang ada pada minuman kunyit asam
selama proses penyimpanan disebabkan oleh suhu dan sinar ultraviolet (Anon,
2001a ). Produk minuman yang dikemas menggunakan botol kemasan gelap
terbukti bisa melindungi produk dari sinar ultraviolet (Anon, 2001b ). Menurut
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (1992) standar mutu makanan
dan minuman layak dikonsumsi apabila jumlah total bakteri maksimal 5 x 107
sel/ml. Selama proses penyimpanan pengendalian mikroorganisme perlu
dilakukan apabila kita menginginkan produk tahan lama (Anon, 2005). Kerusakan
minuman kunyit asam selama proses penyimpanan disebabkan oleh
mikroorganisme. Adanya peningkatan pertumbuhan mikroorganisme selama
proses penyimpanan mengakibatkan produk minuman kunyit asam tidak layak
untuk dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis
kemasan dan cara penyimpanan terahadap beberapa kreteria mutu minuman
kunyit asam.
5
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3) Daun kunyit termasuk daun tunggal, tulang daun berbentuk menyirip, lanset,
memanjang serta warnanya hijau pucat
6
3.3 Pasca Panen pada Kunyit
a. Penyortiran Basah Dan Pencucian, Sortisasi pada bahan segar dilakukan untuk
memisahkan rimpang dengan kotoran berupah tanah, sisa tanaman, dan gulma.
Setelah selesai timbang jumlah bahanhasil penyortiran dan tempatkan dalam
wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu
semprotkan dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih
kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu
lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam
air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
b. Perajangan, jika perlu proses perajangan dilakukan dengan pisau stainless steel
dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang
hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara
manual atau dengan mesin pemotong.
f. Penyimpanan, kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak
melebihi 30°C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor,
terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
7
g. Penjualan atau pemasaran, untuk penjualan kunyit bisa dijual menggunakan
liter, timbangan (kg), atau bentuk kemasan. Tapi jika ingin menjual kunyit dalam
bentuk kemasan, kemaslah dengan kemasan yang menarik supaya pembeli
(konsumen) tertarik, jika perlu gunakanlah plastik yang kuat dan label yang jelas
seperti nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomer/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih, dan metode penyimpanannya serta
komposisi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, W., Hasan, A., Abdullah, A., &Tarannum, T. 2010. Curcuma longa,
Linn– AReview. Hippocratic Journal of Unani Medicine, 5(4), 179–190.
Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/215
519165_Curcuma_longa_Linn_-_A_Review
Hapsoh & Hasanah, Y., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan:
USU Press.
Hartati, S. yuni. 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat
Lainnya. Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri,5–9.
Retrieved from
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2014/02/
Perkubunan_Khasiat Kunyit.pdf%0
Sholehah, D. N., Amrullah, A., & Badami, K.2016. Identifikasi Kadar dan
Pengaruh Sifat Kimia Tanah terhadap Metabolit Sekunder Kunyit (Curcuma
domestiva Val.) di Bangkalan. Rekayasa, 9(1), 61–66. Retrieved from
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa/article/view/3336
9
Simanjuntak, P. 2012. Studi Kimia Dan Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma
longa L) Sebagai Tumbuhan Obat Serbaguna.AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 17(2), 103–107.Retrieved from
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/agrium/article/view/306
10