Disusun Oleh :
Alta Simpa Ligita
NIM 134210140/PA-E
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB I...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 4
B. Tujuan....................................................................................................................................... 5
BAB II.................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN................................................................................................................................... 6
A. Pemanenan Kayu Manis.................................................................................................... 6
B. Metode Pemanenan dan Teknis Pengupasan Batang Kayu Manis...................7
BAB III................................................................................................................................................ 12
PENUTUP.......................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia mengandalkan
potensi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki untuk diperdagangkan di
pasar internasional. Salah satu subsektor yang memiliki basis sumber
daya alam adalah subsektor perkebunan. Komoditas perkebunan
sebagian besar merupakan komoditas ekspor, sehingga kinerjanya sangat
dipengaruhi oleh daya saing komoditas serta perubahan-perubahan yang
terjadi baik di dalam negeri maupun dunia (Muttoharoh, 2018).
Indonesia memiliki sebuah julukan “mother of spices” (ibu rempah) yang
mana kelompok komoditi dari subsektor perkebunan yang memiliki potensi
cukup baik di Indonesia yaitu komoditinya berupa rempah, aromatik, dan
tanaman obat (Badan Pusat Statistik, 2018).
Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan tanaman tahunan,
termasuk famili Lauraceae, salah satu komoditas ekspor penting Indonesia.
Kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan salah satu tanaman multi fungsi
yang dapat digunakan dalam industri makanan, minuman, obat-obatan,
kosmetika/ aromatika dan rokok keretek, selain berfungsi juga sebagai
pengawet tanah dan air. Tanaman ini dapat dipanen dengan beberapa cara.
Cara panen dengan mengupas tanpa menebang pohon, memberikan dampak
yang baik ditinjau dari sudut produksi. Pengembangan kayu manis dengan
sistem kupas mampu menunjang reboisasi. Beberapa produk yang
dihasilkan tanaman kayu manis adalah kulit utuh (stik), kayu manis, minyak
atsiri, buds, oleoresin dan bahan untuk pestisida botani (Towaha dan Gusti,
2008).
Ciri dari aroma kayu manis yang sangat terkenal kuat ada di Kecamatan
Loksada. Kayu manis asal Kerinci memiliki keunggulan dalam berbagai hal,
4
5
antara lain aroma dan cita rasa, kandungan minyak atsiri yang tinggi, warna
yang khas, ketebalan ukuran dan bentuk yang tidak dimiliki oleh kayu manis
dari daerah lain, sehingga mutu kayu manis Kerinci terbaik baik di dalam
dan maupun negeri (Nezi, 2012). Kayu manis termasuk komoditas unggul,
terutama di wilayah Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci, sebagai sentral
produksi tanaman kayu manis di Indonesia. Pendapatan petani di daerah ini
sebesar 26,93% dari hasil kayu manis dari pendapatan hasil usahataninya,
atau sebesar 16,03% dari keseluruhan pendapatan petani (Sudjatmoko &
Ferry, 2007).
B. Tujuan
1. Mengetahui ciri tanaman kayu manis siap panen
2. Mengetahui metode dan teknis pemanenan tanaman kayu manis
BAB II
PEMBAHASAN
6
7
tujuannya agar kulit kayu manis tidak lengket dan mudah dikupas keseluruh
bagian. Kulit kayu manis yang didapatkan dari hasil pengeratan kemudian
pada bagian luarnya dilakukan pengerikan dengan pisau sampai kulit dalam
kayu manis terlihat berwarna jingga. Tujuan pengerikan yaitu untuk
menyingkirkan kulit kayu manis dari kulit ari serta lumut yang menempel.
Dilakukan pengirisan selebar 3 cm dan panjang 25 cm dengan arah
membujur serat kayu setelah kulit kayu manis bersih, dan kemudian
dilakukan penjemuran. Kulit kayu manis dijemur selama 1 sampai 2 hari
dibawah sinar matahari sampat kulit kayu manis kering secara sempurna
dan tergulung dengan sendirinya. Kayu manis kering diikat menggunakan
tali bambu atau rotan dengan berat 10 sampai 15 kg dalam satu ikat yang
biasanya terdapat 35 sampai 45 gulungan kayu manis (Wangsa dan Nuryati,
2006; Fauzi, 2008). Semakin lama usia kayu manis maka akan semakin tebal
pula kulit kayunya.
Dalam pemanenan kayu manis biasanya yang diambil adalah bagian
kulit batang dari pohon kayu manis, biasanya yang lazim dilakukan petani
kayu manis di daerah lain dalam memanen dengan cara ditebang pohonnya,
sehingga untuk mendapatkan kembali hasil kayu manis dari penanaman
sampai tnaman kayu manis siap dipanen memerlukan waktu 6 - 7 tahun
baru bisa dipanen. Tidak berlaku untuk petani kayu manis di Kecamatan
loksado, mereka memiliki teknologi tersendiri dalam hal memanen kayu
manis agar pohon tidak langsung habis satu kali panen. Cara ini dinamai
pemanenan tidak tebang pohon, biasanya pohon kayu manis yang sudah
cukup umur untuk dipanen dibuat tangga yang mengelilingi pohon kayu
manis, setelah tangga siap maka dilakukan pengulitan pohon kayu manis,
biasanya pengulitan dilakukan separu lingkaran kulit batang, yang lingkaran
kulit batang separonya tidak dilakukan pengulitan. Biasanya kulit batang
yang dilakukan pengupasan akan pulih kembali dalam 1-2 tahun, sehingga
mempercepat masa penen dibandingkan dengan tanam dari awal bibit
9
atau alat yang digunakan sebagai pemukul harusnya benda keras seperti
pemukul dari kayu.
d. Sistem Vietnam
Pada sistem ini dilakukan pengupasan kulit membentuk persegi panjang
dengan ukuran 10 cm x 30 cm atau 10 cm x 60 cm. Pengupasan kulit ini
secara berselang-seling sehingga tampak seperti gambar kotak papan
catur.
Kulit pohon kayu manis yang didapat dengan metode pengupasan (3,02-
3,65 kg/pohon) menghasilkan perolehan kulit tiga kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan metode penebangan (1,00-1,25 kg/pohon) (Usman,
1999). Pada penelitian Rusli dan Hamid (1990), perolehan berat kering kulit
pohon sebanyak 2,9 kg dari kulit batang utama dan 1,45 kg dari kulit cabang
per pohonnya. Produksi kulit kayu manis yang didapat dari Bukit Gompong
Research Station, Sumatera Utara berkisar antara 1,67-10,83 kg quill/pohon
untuk komponen batang dan 0,64-3,27 untuk komponen cabang (BG1-BG8)
(Djisbar, 1994). Dao et al. (1999) melaporkan bahwa rata-rata perolehan
kulit kering dari setiap pohon kayu manis sebesar 3 kg dan 1,5 kg dari
batang dan cabang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanaman kayu manis yang sudah dapat dipanen yaitu ditandai oleh
warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan tumbuhnya pucuk baru.
Apabila masih ada pucuk daun yang masih berwarna merah berarti
pohon tersebut belum siap dipanen.
2. Sistem pemanenan tanaman kayu manis yaitu sistem tebang sekaligus ,
sistem situmbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang, dan sistem
vietnam. Teknis pengupasannya yaitu pengupasan kulit batang dan
pengupasan kulit dahan dan kulit ranting
12
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, D. 2010. Nasib Pahti Petani Kayu Manis. Artikel Media Indonesia.
13