Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TEKNOLOGI SISTEM PEMANENAN

KAYU MANIS “Cinnamomum”

Disusun Oleh :
Alta Simpa Ligita
NIM 134210140/PA-E

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teknologi
Sistem Pemanenan Kayu Manis “Cinnamomum” tepat waktu.
Makalah Teknologi Sistem Pemanenan Kayu Manis “Cinnamomum”disusun
guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman
Industri dan Perkebunan di Fakultas Pertanian UPNVY. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
pemanenan kayu manis.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Ellen
Rosyelina S, M.P selaku Dosen mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman Industri
dan Perkebunan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, 14 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii
BAB I...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 4
B. Tujuan....................................................................................................................................... 5
BAB II.................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN................................................................................................................................... 6
A. Pemanenan Kayu Manis.................................................................................................... 6
B. Metode Pemanenan dan Teknis Pengupasan Batang Kayu Manis...................7
BAB III................................................................................................................................................ 12
PENUTUP.......................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia mengandalkan
potensi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki untuk diperdagangkan di
pasar internasional. Salah satu subsektor yang memiliki basis sumber
daya alam adalah subsektor perkebunan. Komoditas perkebunan
sebagian besar merupakan komoditas ekspor, sehingga kinerjanya sangat
dipengaruhi oleh daya saing komoditas serta perubahan-perubahan yang
terjadi baik di dalam negeri maupun dunia (Muttoharoh, 2018).
Indonesia memiliki sebuah julukan “mother of spices” (ibu rempah) yang
mana kelompok komoditi dari subsektor perkebunan yang memiliki potensi
cukup baik di Indonesia yaitu komoditinya berupa rempah, aromatik, dan
tanaman obat (Badan Pusat Statistik, 2018).
Tanaman kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan tanaman tahunan,
termasuk famili Lauraceae, salah satu komoditas ekspor penting Indonesia.
Kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan salah satu tanaman multi fungsi
yang dapat digunakan dalam industri makanan, minuman, obat-obatan,
kosmetika/ aromatika dan rokok keretek, selain berfungsi juga sebagai
pengawet tanah dan air. Tanaman ini dapat dipanen dengan beberapa cara.
Cara panen dengan mengupas tanpa menebang pohon, memberikan dampak
yang baik ditinjau dari sudut produksi. Pengembangan kayu manis dengan
sistem kupas mampu menunjang reboisasi. Beberapa produk yang
dihasilkan tanaman kayu manis adalah kulit utuh (stik), kayu manis, minyak
atsiri, buds, oleoresin dan bahan untuk pestisida botani (Towaha dan Gusti,
2008).
Ciri dari aroma kayu manis yang sangat terkenal kuat ada di Kecamatan
Loksada. Kayu manis asal Kerinci memiliki keunggulan dalam berbagai hal,

4
5

antara lain aroma dan cita rasa, kandungan minyak atsiri yang tinggi, warna
yang khas, ketebalan ukuran dan bentuk yang tidak dimiliki oleh kayu manis
dari daerah lain, sehingga mutu kayu manis Kerinci terbaik baik di dalam
dan maupun negeri (Nezi, 2012). Kayu manis termasuk komoditas unggul,
terutama di wilayah Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci, sebagai sentral
produksi tanaman kayu manis di Indonesia. Pendapatan petani di daerah ini
sebesar 26,93% dari hasil kayu manis dari pendapatan hasil usahataninya,
atau sebesar 16,03% dari keseluruhan pendapatan petani (Sudjatmoko &
Ferry, 2007).

B. Tujuan
1. Mengetahui ciri tanaman kayu manis siap panen
2. Mengetahui metode dan teknis pemanenan tanaman kayu manis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemanenan Kayu Manis


Pemanenan merupakan tindakan awal sebelum penanganan pascapanen
dimulai. Secara umum, pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman sudah
dewasa dan terlihat ada perubahan. Waktu pemanenan sendiri harus
dilakukan pada saat yang tepat. Jika waktu pemanenan tidak tepat, akan
mengurangi hasil maupun mutu suatu produk. Teknik pemanenan juga perlu
dipertimbangkan, karena tidak semua teknik panen dapat diterapkan pada
satu jenis tanaman.
Panen kayu manis ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau
tua dan tumbuhnya pucuk baru. Apabila masih ada pucuk daun yang masih
berwarna merah berarti pohon tersebut belum siap dipanen. Jika tanaman
sudah mempunyai tanda-tanda tersebut biasanya sudah cukup banyak aliran
getah diantara kayu dan kulit sehingga kulit mudah terkelupas dan segera
dapat dipanen. Kayu manis yang diperdagangkan adalah dalam bentuk kulit
kering, sehingga waktu yang baik untuk memanen atau menguliti tanaman
kayu manis adalah menjelang musim hujan agar setelah panen kulit kayu
dapat langsung dijemur.
Umur panen sangat mempengaruhi produksi kulit kayu manis. Semakin
tua umur tanaman maka hasil kulit kayunya akan lebih tebal sehingga
produksinya pun akan lebih tinggi. Untuk mendapatkan kualitas kulit kayu
manis dalam bentuk stick, umur ideal untuk dipanen adalah 6-12 tahun. Hal
ini disebabkan kulit tanaman belum begitu tebal sehingga kulit kayu dapat
menggulung dengan baik. Jika ditinjau dari kandungan minyak atsiri, makin
tua umur tanaman maka kandungan minyak atsirinya makin tinggi pula,
tanaman kayu manis berusia 20 tahun memiliki kandungan minyak atsiri
sebesar 3- 4,5%.

6
7

Faktor yang mempengaruhi kualitas kulit pohon kayu manis adalah


lokasi tanamnya, semakin tinggi lokasi pohon tumbuh, pertumbuhannya
akan semakin lambat tetapi memiliki kulit pohon yang lebih tebal dan
kualitas minyak atsiri yang baik. Sedangkan lokasi yang lebih rendah akan
membuat pertumbuhan yang cepat tetapi kualitas kulit tipis dan perolehan
minyak atsiri yang rendah (Hasanah et al., 2004). Selain itu, jarak tanam 2,5
x 3,3 m² menghasilkan rata-rata perolehan kulit terbesar (kg/pohon) di
setiap umur pohon berbeda dengan metode pemanenan berbeda (tebang
dan kupas) (Usman, 1999). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar jarak antar pohon akan memiliki perolehan kulit batang yang
semakin besar karena besarnya diameter pohon (girth size).

B. Metode Pemanenan dan Teknis Pengupasan Batang Kayu Manis


Masyarakat desa Loklahung terbiasa melakukan pemanenan kayu manis
secara bergotong royong secara bergantian. Tidak ada sistem upah dalam
pengelolaan kayu manis yang dilakukan masyarakat desa Loklahung.
Apabila ada warga yang ingin melakukan pemanenan kayu manis maka
warga yang lain membantu dalam proses pemanenan tersebut secara suka
rela. Metode pemanenan secara gotong royong ini dilakukan secara
bergantian oleh masyarakat desa Loklahung. Metode gotong royong ini juga
dinilai dapat mempererat persatuan masyarakat desa Loklahung.
Tahapan pengambilan kulit kayu manis meliputi pemilihan pohon kayu
manis yang akan dilakukan pemanenan dan penebangan, melakukan
penebang pohon, mengerat dan mengupas kulit pohon. Umur kayu manis
yang sudah bisa ditebang yaitu pohon yang berumur lebih dari 8 tahun
dengan diameter pohon 15 sampai dengan 20 cm. Pohon yang ditebang
kemudian dikuliti dan dilakukan pengupasan dengan menggunakan kampak
(Fauzi, 2008; Susanto, 2010). Kulit pohon bagian bawah dikuliti kurang lebih
1 meter sebelum ditebang lalu dibiarkan selama 2 sampai 3 minggu,
8

tujuannya agar kulit kayu manis tidak lengket dan mudah dikupas keseluruh
bagian. Kulit kayu manis yang didapatkan dari hasil pengeratan kemudian
pada bagian luarnya dilakukan pengerikan dengan pisau sampai kulit dalam
kayu manis terlihat berwarna jingga. Tujuan pengerikan yaitu untuk
menyingkirkan kulit kayu manis dari kulit ari serta lumut yang menempel.
Dilakukan pengirisan selebar 3 cm dan panjang 25 cm dengan arah
membujur serat kayu setelah kulit kayu manis bersih, dan kemudian
dilakukan penjemuran. Kulit kayu manis dijemur selama 1 sampai 2 hari
dibawah sinar matahari sampat kulit kayu manis kering secara sempurna
dan tergulung dengan sendirinya. Kayu manis kering diikat menggunakan
tali bambu atau rotan dengan berat 10 sampai 15 kg dalam satu ikat yang
biasanya terdapat 35 sampai 45 gulungan kayu manis (Wangsa dan Nuryati,
2006; Fauzi, 2008). Semakin lama usia kayu manis maka akan semakin tebal
pula kulit kayunya.
Dalam pemanenan kayu manis biasanya yang diambil adalah bagian
kulit batang dari pohon kayu manis, biasanya yang lazim dilakukan petani
kayu manis di daerah lain dalam memanen dengan cara ditebang pohonnya,
sehingga untuk mendapatkan kembali hasil kayu manis dari penanaman
sampai tnaman kayu manis siap dipanen memerlukan waktu 6 - 7 tahun
baru bisa dipanen. Tidak berlaku untuk petani kayu manis di Kecamatan
loksado, mereka memiliki teknologi tersendiri dalam hal memanen kayu
manis agar pohon tidak langsung habis satu kali panen. Cara ini dinamai
pemanenan tidak tebang pohon, biasanya pohon kayu manis yang sudah
cukup umur untuk dipanen dibuat tangga yang mengelilingi pohon kayu
manis, setelah tangga siap maka dilakukan pengulitan pohon kayu manis,
biasanya pengulitan dilakukan separu lingkaran kulit batang, yang lingkaran
kulit batang separonya tidak dilakukan pengulitan. Biasanya kulit batang
yang dilakukan pengupasan akan pulih kembali dalam 1-2 tahun, sehingga
mempercepat masa penen dibandingkan dengan tanam dari awal bibit
9

sampai panen memerlukan waktu 6 -7 tahun. Untuk memenuhi kualitas


yang baik, biasanya patani kayu manis melakukan perlakuan sebagai berikut
: 1. Pencucian dan pembersihan, kegiatan ini dilakukan dengan cara
merendam kulit kayu manis dalam air selama 12 jam agar kulit yang sudah
kering menjadi lemas sehingga gulungan terbuka, lalu dibersihkan dengan
cara digosok agar menghilangkan kotoran yang menempel. 2. Pengeringan,
setelah dibersihkan kulit dijemur selama 3 - 4 hari sehingga lembaran kulit
menjadi kering dan kembali menggulung. panjang potongan kayu manis dari
Loksado berkisar antara 40 - 50 cm.
Sistem panen sangat menentukan mutu kulit kayu manis yang
dihasilkan, bila cara panen kurang benar maka mutu kayu manis akan turun.
Ada empat sistem panen menurut Rismunandar dan Paimin (2001) yang
biasanya digunakan, yaitu:
a. Sistem tebang sekaligus
Sistem ini sangat umum dilakukan petani kulit manis. Caranya dengan
memotong langsung tanaman sehingga dekat tanah, setelah itu dikuliti.
b. Sistem situmbuk
Cara panen ini dilakukan oleh petani di daerah Situmbuk, Kecamatan
Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada sistem ini,
sekitar dua bulan sebelum batang kayu manis ditebang, kulit batang
tanaman dikupas melingkar mulai pada ketinggian 5 cm dari pangkal
batang hingga 80 sampai 100 cm. Selanjutnya baru tanaman tersebut
ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. Hal ini bertujuan
untuk menumbuhkan tunas baru yang dapat dijadikan bibit.
c. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang
Sistem ini dikembangkan oleh petani di daerah Sungayang, Kabupaten
Tanah Datar, Sumatera Barat. Caranya yaitu dengan memukuli kulit
batang secara melingkar agar kulit yang diperoleh lebih tebal.
Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliti. Benda
10

atau alat yang digunakan sebagai pemukul harusnya benda keras seperti
pemukul dari kayu.
d. Sistem Vietnam
Pada sistem ini dilakukan pengupasan kulit membentuk persegi panjang
dengan ukuran 10 cm x 30 cm atau 10 cm x 60 cm. Pengupasan kulit ini
secara berselang-seling sehingga tampak seperti gambar kotak papan
catur.

Teknis pengupasan tanaman kayu manis dibagi menjadi dua bagian :


a. Pengupasan kulit batang
Kulit batang kayu manis dikupas dengan menggunakan alat khusus
terbuat dari besi yang dibengkokkan pada bagian ujungnya, disebut
penganit. Kulit batang dikupas mulai dari bagian bawah dengan panjang
sekitar 120 cm. Pengupasan biasanya dilakukan setelah ditebang dan
terlebih dahulu batang dikikis agar bersih dari kotoran dan lumut.
Setelah dikupas dari batangnya, permukaan kulit kayu manis harus
dibersihkan lapisan kulit terluarnya menggunakan peraut sampai kulit
kayu manis berwarna kemerahan.
b. Pengupasan kulit dahan dan kulit ranting
Kulit dahan dan ranting dikupas setelah tanaman ditebang. Setelah itu,
tanaman yang sudah ditebang itu dibiarkan selama dua minggu, agar
semua bagian dahan dan ranting dapat dikupas dengan mudah. Sebelum
dikupas, dahan dan ranting dikerok dengan pisau untuk membersihkan
lumut dan kerak
11

Kulit pohon kayu manis yang didapat dengan metode pengupasan (3,02-
3,65 kg/pohon) menghasilkan perolehan kulit tiga kali lipat lebih tinggi
dibandingkan dengan metode penebangan (1,00-1,25 kg/pohon) (Usman,
1999). Pada penelitian Rusli dan Hamid (1990), perolehan berat kering kulit
pohon sebanyak 2,9 kg dari kulit batang utama dan 1,45 kg dari kulit cabang
per pohonnya. Produksi kulit kayu manis yang didapat dari Bukit Gompong
Research Station, Sumatera Utara berkisar antara 1,67-10,83 kg quill/pohon
untuk komponen batang dan 0,64-3,27 untuk komponen cabang (BG1-BG8)
(Djisbar, 1994). Dao et al. (1999) melaporkan bahwa rata-rata perolehan
kulit kering dari setiap pohon kayu manis sebesar 3 kg dan 1,5 kg dari
batang dan cabang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Tanaman kayu manis yang sudah dapat dipanen yaitu ditandai oleh
warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan tumbuhnya pucuk baru.
Apabila masih ada pucuk daun yang masih berwarna merah berarti
pohon tersebut belum siap dipanen.
2. Sistem pemanenan tanaman kayu manis yaitu sistem tebang sekaligus ,
sistem situmbuk, sistem batang dipukuli sebelum ditebang, dan sistem
vietnam. Teknis pengupasannya yaitu pengupasan kulit batang dan
pengupasan kulit dahan dan kulit ranting

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Analisa Komoditi Ekspor 2010-2017


Sektor Pertanian, Industri dan Pertambangan. Diakses dalam
https://www.bps.go.id. Tanggal 11 Maret 2023.

Fauzi, H. 2008. Peranan Hasil Hutan Non Kayu Terhadap Pendapatan


Masyarakat. Jurnal Hutan Tropis Borneo 1(23) : 73-82.

Muttoharoh, V. 2018. Analisis daya saing dan faktor-faktor yang


mempengaruhi ekspor kopi Arabika Indonesia di Pasar Internasional.
Skripsi. Universitas Jambi.

Nezi, H. 2012. Analisis Tataniaga Kayu Manis (Cynamomum burmanii BLUME) di


Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Sudjatmoko. B dan Y. Ferry. 2007. Peranan Tanaman Kayu Manis Terhadap


Pendapatan Petani di Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Rempah.
Bogor 21 Agustus 2007.

Susanto, D. 2010. Nasib Pahti Petani Kayu Manis. Artikel Media Indonesia.

Towaha, J., dan G. Indriati. 2008. Multifungsi Tanaman Kayu Manis


(Cinnamomum). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Insutri vol
14 (2).

13

Anda mungkin juga menyukai