Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 CPO (Crude Palm Oil)


CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak sawit mentah yang dihasilkan dari
mesocarp (serabut buah sawit berwarna kuning) diperoleh dengan cara ekstraksi
dan belum mengalami proses pemurnian. CPO merupakan minyak dari sepesies
Elaeis guineensis atau yang disebut kelapa sawit. Mesocarp merupakan bagian
serabut buah berwarna kuning dan terdapat mengandung minyak yang dikenal
sebagai CPO (Crude Palm Oil).
Pericarp Mesocarp

Kernel
Endocarp

Gambar 2.1 Bagian Buah Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit yang
kemudian diolah lagi menjadi minyak goreng sawit (MGS). Secara garis besar
buah kelapa sawit terdiri dari serabut buah (pericarp) dan inti (kernel). Serabut
buah dari kelapa sawit terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan luar atau kulit buah yang
disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp atau pulp dan lapisan
paling dalam disebut dengan endocarp. Sedangkan inti kelapa sawit terdiri dari
lapisan kulit biji (testa), endosperm dan embrio. Dari bagian buah kelapa sawit
yang mengandung minyak adalah lapisan sebelah dalam (mesocarp) dengan kadar
minyak rata-rata sebanyak 56% dan inti (kernel) mengandung minyak sebesar
44%. Minyak kelapa sawit pada umumnya seperti minyak nabati lainnya yaitu
merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, sedangkan komponen
penyusunnya utama adalah trigliserida dan nontrigliserida.
CPO merupakan bahan dasar pembuatan minyak goreng. Minyak goreng

4
yang berwarna kemerahan umumnya tidak di- senangi oleh konsumen. Konsumen
lebih memilih minyak yang berwarna kuning dan cenderung bening. Oleh karena
itu, demi memenuhi keinginan konsumen, dilakukan proses pemucatan (bleaching)
pada CPO. Proses pemucatan dilakukan dengan menyerap senyawa karotenoid
yang merupa kan pembentuk warna kemerahan pada CPO. Karotenoid yang
diserap oleh zat pemucat pada umumnya tidak dimanfaatkan lagi oleh pabrik.
Dalam CPO terdapat 500 - 700 ppm karotenoid atau sekitar 0,5 - 0,7 kg karotenoid
per ton CPO, sehingga CPO merupakan sumber provitamin A yang sangat
potensial (Arnovia, 2012).

2.2 Kemiri (Aleurites moluccana)


Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang
termasuk salah satu famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan). Daging buahnya kaku
dan juga mengandung 1-2 biji yang diselimuti oleh kulit biji yang keras. Tanaman
kemiri (Aleurites moluccana) memiliki beberapa sebutan untuk tanaman dan
buahnya yaitu buah besar (Malaysia), muncang (Sunda), dama (Minangkabau),
kembiri (Batak karo), komere (Madura), derekan (Bali), feno (Timor), dan
keminting (Dayak). Di dalam perdagangan internasional kemiri dikenal dengan
sebutan candle nut. Kemiri merupakan salah satu jenis pohon yang berasal dari
Malaysia tetapi sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropik, baik ditanam
maupun secara alami. Tanaman kemiri sejak lama telah dikembangkan dalam
pelaksanaan program hutan kemasyarakatan dan hutan rakyat, hal inididasarkan
bahwa jenis tersebut dapat merehabilitasi lahan kritis karena dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah disamping itu mempunyai banyak manfaat untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kemiri juga merupakan
bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi yaitu kalori 363 kal, protein
19 g, lemak 63 g, karbohidrat 8 g, kalsium 80 mg, fosfor 200 mg, besi 2 mg,
vitamin B1 0,06 mg dan air 7 g.
Secara sistematis, tanaman kemiri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

5
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Archichlamydae
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
Tempurung kemiri memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan
sebagai bahan bakar meskipun penggunaannya kurang populer, maka salah satu
alternatif pemanfaatannya adalah dengan cara mengolah tempurung kemiri
menjadi karbon aktif. Setiap bahan yang mengandung karbon asalkan berpori dapat
dibuat karbon aktif dan tempurung kemiri juga memiliki kriteria yang disebutkan
(Muhiddin, 2019).
kandungan gizi dari kemiri adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Kemiri (Muhiddin, 2019)
Komposisi gizi Jumlah terkandung
Energi 636 kalori
Protein 19 g
Karbohidrat 8g
Lemak 63 g
Kalsium 80 mg
Besi 2 mg
Vitamin b 0,06 mg
Air 7g
Dari hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa efektifitas relative
absorpsi karbon aktif dengan tempurung kemiri lebih baik dari tempurung kelapa
untuk % removal yang kecil. Nilai metilen blue karbon aktif tempurung kemiri 2,5
mL/g sedangkan untuk tempurung kelapa 6,75 mL/g. Tempurung kemiri juga
merupakan bahan baku bagus untuk pembuatan karbon aktif (Muhiddin, 2019).
2.3 Ampas Teh

6
Teh merupakan bahan minuman yang dibuat dari daun teh yang telah
mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi
enzimatis, dan pengeringan. Berdasarkan proses pengolahannya, jenis teh dapat
dibedakan menjadi teh tanpa fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi
fermentasi (teh oolong), serta teh fermentasi (teh hitam).
Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh adalah memberi rasa segar, dapat
memulihkan kesehatan badan, dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif.
Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari kandungan senyawa
kimia yang terdapat dalam daun teh. Komposisi susunan kimia dalam daun teh
sangat bervariasi bergantung pada beberapa faktor diantaranya yaitu jenis klon,
variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun, dan
banyaknya sinar matahari yang diterima. Kandungan senyawa kimia dalam daun
teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu golongan fenol, golongan
bukan fenol, golongan aromatis, dan enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-
sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada teh, apabila pengendaliannya
selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat.
Salah satu kandungan teh yang cukup tinggi adalah kandungan karbonya,
sehingga telah ada penelitian dalam pembuatan karbon aktif dari ampas teh. Pada
penelitian dalam pembuatan karbon aktif, kandungan ampas teh yang
diperhitungkan adalah holoselulosa yaitu sebesar 60,81% dan terdiri dari selulosa
sebesar 29,42%, lignin sebesar 36,94%, dan abu sebesar 4,53%, dan ekstraktif
15,22 (Tutuş, Kazaskeroğlu, and çiçekler, 2015). Kandungan karbon yang tinggi
ini menyebabkan peneliti memilih ampas teh sebagai pembuatan karbon aktif.

2.3 Arang Aktif


Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon.
Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai
adsorben. Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon, baik
bahan organik maupun anorganik. Beberapa bahan baku yang dapat digunakan

7
antara lain: kayu, tempurung kelapa, limbah batu bara, limbah pengolahan kayu,
dan limbah pertanian seperti kulit buah kopi, kulit buah coklat, sekam padi, jerami,
tongkol dan pelepah jagung. Arang aktif berbentuk amorf, berwarna hitam, tak
berbau, tak berasa, serta mempunyai daya adsorpsi jauh lebih besar dibandingkan
dengan arang yang belum diaktifasi. Daya adsorpsi dapat digambarkan oleh luas
permukaan spesifik (luas permukaan/g). Umumnya luas permukaan spesifik
berkisar antara 500 dan 1500 m2 /g). Struktur pori berhubungan dengan luas
permukaan, dimana semakin besar pori-pori arang aktif mengakibatkan luas
permukaan semakin besar dan kecepatan adsorpsi bertambah. Meningkatkan
adsorpsi dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Komposisi
arang aktif terdiri atas selulosa, karbon, kadar air, dan kadar debu. Selulosa dalam
karbon merupakan pembersih partikel dalam air keruh karena bersifat keras dan
tidak mudah larut dalam air sehingga air menjadi jernih. Berikut disajikan struktur
karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur arang aktif (Rizky, 2015).


Pola difraksi sinar X (XRD) menunjukkan bahwa arang/karbon aktif
berbentuk grafit, amorf, tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara
kovalen membentuk struktur heksagonal (Gambar 2.3). Susunan kisi-kisi

8
heksagonal ini tampak seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-
sela diantaranya.

Gambar 2.3 Struktur kristalit arang aktif (Rizky, 2015).


Keterangan :
Lc : tinggi lapisan
d : jarak antar lapisan
La : lebar lapisan
Arang aktif dapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap karbonisasi dan
aktivasi (Kvech dan Tull, 1998). Karbonisasi merupakan proses pengarangan
dalam ruang tanpa adanya oksigen dan bahan kimia lainnya. Sedangkan aktivasi
diperlukan untuk mengubah hasil karbonisasi menjadi adsorben yang memiliki luas
permukaan yang besar (Jankowska et al, 1991). Aktivasi merupakan perlakuan
terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara
memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul permukaan sehingga
arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas
permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Triyana
dan Tuti, 2003). Menurut Suhendra, sebagaimana dijelaskan oleh Ahmadpour
(1997: 35), berbagai keunggulan cara aktivasi kimiawi dibandingkan dengan
aktivasi fisik diantaranya adalah :
1. pada proses aktivasi kimiawi, di dalam penyiapannya sudah terdapat zat kimia
pengaktif sehingga proses karbonisasi sekaligus proses aktivasi karbon yang

9
terbentuk, oleh karena itu, metode ini sering disebut juga metode aktivasi satu
langkah (one-step activation),
2. aktivasi kimiawi biasanya terjadi pada suhu lebih rendah dari pada metode
aktivasi fisik,
3. efek dehydrating agent dapat memperbaiki pengembangan pori di dalam
struktur karbon, dan
4. produk dengan menggunakan metode ini lebih banyak jika dibandingkan
dengan aktivasi secara fisik.
Karbon aktif yang dapat diidentifikasi atau dikarakterisasi berdasarkan standar
industri indonesia salah satunya yaitu berdasarkan pada:
1. Kadar air Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui sifat
higroskopis dari arang aktif. Terikatnya molekul air yang ada pada arang aktif
oleh activator menyebabkan pori-pori pada arang aktif semakin besar.
Semakin besar poripori maka luas permukaan arang aktif semakin bertambah
akibatnya kemampuan adsorbsi semakin meningkat. Metode yang digunakan
dalam penentuan kadar air adalah metode gravimetri dimana analisis
berdasarkan penimbangan perbedaan massa awal dan massa akhir sampel
setelah perlakuan. Kadar air berdasarkan SNI maksimal 15 %.
2. Kadar abu Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan
oksida logam dalam arang aktif . Abu merupakan sisa dari pembakaran yang
sudah tidak memiliki unsur karbon dan terdiri dari minral-mineral yang tidak
menguap (non volatil) pada proses pengabuan dan tidak memiliki nilai kalor
lagi. Nilai kadar abu menunjukan jumLah sisa dari akhir proses pembakaran
berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran. Kadar
abu berdasarkan ketentuan SNI maksimal 10%.
3. Daya serap terhadap iod Uji iod merupakan parameter untuk mengetahui
kemampuan arang aktif dalam menyerap molekul-molekul dengan jari-jari
yang lebih kecil dari 10 - 15 Angstrom. Metode yang digunakan dalam uji
daya serap iod adalah metode titrasi iodometri dimana menggunakan reaksi
redoks dalam penentuannya. Reaksi redoks yaitu reaksi yang mengalami

10
proses oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi reduksi berlangsung secara
bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain.
Proses interaksi dikondisikan dalam ruangan tertutup yang dihindarkan dari
udara terbuka agar iodin tidak mengalami proses oksidasi karena kontak dengan
udara luar. Pada proses pelarutan iodin yang sedikit larut dalam air ditambahkan
kalium iodida (KI) untuk mempercepat pelarutan iodin karena akan terbentuk ion
triiodida menurut reaksi:
I2(aq) + I- (aq) I3-
Dalam proses penyerapan ini, molekul-molekul iodin masuk dan mengisi
pori-pori arang aktif, karena pori-pori arang aktif memiliki ukuran yang besar
dibandingkan dengan molekul iodin, sehingga molekul-molekul iodin dapat
terserap dalam jumlah yang besar. Reaksi yang terjadi :
I2(aq) + 2S2O3 2- (aq) 2I- (aq) + S4O62- (aq)
Kereaktifan arang aktif dapat dilihat dari kemampuan mengadsorpsi substrat,
adsorpsi tersebut dapat menunjukan seberapa besar adsorben dapat mengadsorpsi
iod, semakin besar nilai angka iod maka semakin besar adsorben. Berdasarkan
ketentuan SNI daya serap iod pada arang aktif minimal 750 mg/g (Rizky, 2015).

2.4 Adsorbsi
Adsorpsi adalah suatu proses dimana suatu komponen bergerak dari satu fasa
menuju permukaan suatu fasa yang lain, terutama fasa kedua adalah zat padat.
Adsorpsi merupakan suatu peristiwa dimana molekul-molekul dari suatu senyawa
terikat oleh permukaan zat padat. Molekul-molekul pada zat padat atau zat cair
memiliki gaya dalam keadaan tidak seimbang dimana gaya kohesi cenderung lebih
besar dari pada gaya adhesi. Ketidakseimbangan gaya-gaya tersebut menyebabkan
zat padat atau zat cair tersebut cenderung menarik zat-zat lain atau gas yang
bersangkutan pada permukaaanya.
Istilah yang diberikan untuk zat yang teradsorpsi disebut dengan adsorbat
sedangkan zat yang mengadsorpsi adalah adsorben. Beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh adsorben antara lain adalah mempunyai luas permukaan yang besar,

11
berpori, aktif dan murni, serta tidak bereaksi dengan adsorbat.

Adsorpsi secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu, adsorpsi fisik
dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika adalah adsorpsi yang disebabkan oleh
interaksi antara adsorben dan adsorbat pada permukaan yang hanya dipengaruhi
oleh gaya van der Waals atau ikatan hidrogen. Proses adsorpsi fisika bersifat
reversible (dapat balik) karena dapat dilepaskan kembali dengan adanya
penurunan konsentrasi larutan. Adsorbat tidak terikat secara kuat pada bagian
adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari bagian permukaan ke bagian lain
dan dapat diganti oleh adsorbat lain.
Adsorpsi kimia merupakan proses penyerapan yang melibatkan pemutusan
dan pembentukan ikatan baru pada permukaan adsorben. Adsorbat yang
teradsorpsi oleh proses kimia umumnya sangat sulit untuk diregenerasi, adsorpsi
ini biasanya tidak reversible. Untuk memisahkan adsorbat dan adsorben harus
dipanaskan pada suhu tinggi (Hartini, 2014).

2.5 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu


Eka (2018), Melakukan penelitian yang berjudul Pemanfaatan Arang
Tempurung Kemiri (Aleurites Moluccana (L.) Willd.) Sebagai Adsorben Pada
Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Mentah/Crude Palm Oil (CPO). Tujuan
penelitian ini sebagai pemanfaatan arang tempurung kemiri sebagai adsorben untuk
pemurnian CPO Minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) adalah
produk utama hasil pengolahan buah kelapa sawit. Minyak goreng kelapa sawit
dapat dibuat dari CPO dengan melalui proses pemurnian dan pemisahan. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah massa adsorben (5, 10, 15, 20, dan 25
g), variasi suhu (100, 110, 120, 130 dan 140 oC) dan variasi waktu pengadukan
(0,5; 1; 2; 2,5; dan 3 jam). Parameter yang dianalisis adalah analisis kadar asam
lemak bebas, warna dan karoten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan
Asam Lemak Bebas (ALB) terendah diperoleh pada perlakuan suhu 120oC, massa
arang tempurung kemiri 25 g (12,5 % terhadap CPO), dan lama pengadukan 1 jam.

12
Sedangkan untuk parameter warna terendah diperoleh pada perlakuan suhu 130 oC,
massa arang tempurung kemiri 15 g (7,5 % terhadap CPO), dan lama pengadukan
1 jam. Arang tempurung kemiri dapat digunakan sebagai adsorben pada pemurnian
CPO.
Erni, Fery dan Fahmi (2016), Melakukan penelitian dengan judul
Pemanfaatan Karbon Aktif dari Ampas Teh sebagai Adsorben pada Proses
Adsorpsi β-Karoten yang Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit Mentah.
Penelitian tentang penggunaan karbon aktif dari ampas teh sebagai adsorben telah
dilakukan untuk mengadsorpsi β-karoten yang terkandung dalam minyak kelapa
sawit mentah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model isoterm dan
kinetika yang sesuai untuk proses adsorpsi β-karoten di dalam CPO. Kajian
isoterm dilakukan pada suhu 60oC menggunakan rasio karbon aktif terhadap CPO
= 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6. Kajian kinetika dilakukan pada suhu 60 oC, rasio karbon
aktif terhadap CPO = 1:3 dimana sampel diambil dengan interval waktu
pengambilan 2 menit hingga 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan karbon aktif dari ampas teh dalam menyerap β-karoten dari CPO ini
sangat memuaskan yakni > 99%. Persentase adsorpsi β-karoten terbaik diperoleh
pada rasio karbon aktif terhadap CPO = 1:3, yakni sebesar 99,61%. Model isoterm
yang sesuai dengan data penelitian ini adalah model isoterm Freundlich.
Sedangkan model kinetika yang sesuai adalah orde dua semu dengan nilai
koefisien korelasi (R2) sebesar 0,996. Berdasarkan model kinetika tersebut
diketahui bahwa laju penyerapan pada kesetimbangan adalah sebesar 3,5087 mg/g
dan konstanta laju adsorpsi sebesar 0,0578 (L/menit).

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan di Laboratorium Teknik Kimia,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


a. Alat
1. Tray dryer 10. Spektrofotometer uv-vis
2. Ayakan 11. Seperangkat alat titrasi
3. Oven 12. Pipet ukur
4. Mortar 13. Pipet tetes
5. Furnace 14. Erlenmeyer 250 ml
6. Gelas Piala 500 ml
7. Hotplate
8. Kertas Saring Whatman No 41
9. Penyaring Vakum

b. Bahan

1. Ampas teh
2. Tempurung kemiri
3. larutan H3PO4 85%
4. Aquadest
5. NaOH 0,1N
6. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1N
7. Asam asetat
8. Kloroform
9. Indikator PP
10. Indikator Amilum
11. Larutan KI jenuh

14
3.3 Prosedur Penelitian

a. Preparasi Sampel Ampas Teh


Ampas teh dikurangi kadar air menggunakan tray dryer dengan suhu 40oC
sampai teh kering kemudian sangrai ampas teh yang sudah dikeringkan ± 25-35
menit sampai teh berwarna kehitaman dan menimbulkan asap biru kehijauan,
Arang yang dihasilkan dihaluskan menggunakan mortar, Ayak arang teh dengan
ayakan 30 mesh selanjutnya dilakukan perendaman dengan larutan aktivator
H3PO4 selama 24 jam, saring arang dengan kertas saring cuci dengan aquadest
hingga pH 7 setelah itu arang aktif dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 0C
selama 2 jam (Zurenahusla, Rohanah and Daulay, 2017)
b. ProsedurPreparasi Sampel Tempurung Kemiri
Pembuatan arang dilakukan dengan memotong kecil-kecil tempurung kemiri
kemudian dilakukan pembakaran diatas furnace pada suhu 300oC selama 5 jam.
Arang yang dihasilkan dihaluskan menggunakan mortar dan dilakukan pengayakan
dengan ukuran 30 mesh (Nuryanto,2018).
c. Pemurnian CPO
1. Variasi Suhu Pemanasan
Ditimbang sampel CPO sebanyak 200 mL di dalam gelas piala lalu
dipanaskan di atas hotplate dengan variasi suhu 100, 110, 120, 130, dan 140 oC.
Dimasukkan kedalamnya bioadsorben sebanyak 10 gram lalu diaduk dengan
kecepatan 500 rpm selama 1 jam, kemudian disaring dengan menggunakan alat
penyaring vakum dan kertas saring whatman no 41 .
2. Variasi Rasio Bioadsorben
Ditimbang sampel CPO sebanyak 200 mL di dalam gelas piala lalu
dipanaskan di atas hotplate pada suhu optimum yang sudah di peroleh di atas.
Dimasukkan kedalamnya bioadsorben dengan rasio massa ampas teh:kemiri
0:20 g, 20 g:20 g, 20 g:40 g, 20 g:0, 40 g: 20 g. Lalu diaduk dengan kecepatan

15
500 rpm selama 1 jam, selanjutnya disaring dengan menggunakan alat penyaring
vakum dan kertas saring whatman no 41.
Filtrat yang diperoleh dianalisis untuk parameter Free Fatty Acid (FFA),
DOBI (Deteration of Bleachability), dan Bilangan Peroksida (Nuryanto,2018).

Crude Palm Oil 200 mL

Pemanasan

Penambahan Bioadsorben

Pengadukan

Penyaringan

Analisa Filtrat

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.4 Analisa

Analisa DOBI (Deteration of Bleachability) Menggunakan spektrofotometer uv-


vis dengan pelarut n-heksana, Analisa Free Fatty Acid (FFA) menggunakan metode
titrasi dengan NaOH 0.1N menggunakan indikator PP sedangkan Analisa bilangan
peroksida Menggunakan pelarut asam asetat dan kloroform, Larutan KI jenuh sebagai
pereaksi perantara, amilum sebagai indikator, dan dititrasi dengan menggunakan larutan
NaTiosulfat 0,1N.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arnovia, W. (2012) ‘BENTONIT PACITAN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK


DELORORISASI CPO (CRUDE PALM OIL) SKRIPSI’, (071211533039), pp.
22–72.
Elmariza, J. (2015) ‘Optimasi Ukuran Partikel , Massa Dan Waktu Kontak Karbon
Aktif’, Jurnal Kimia, 4(2), pp. 1–5.
Hartini, L. (2014) KARAKTERISASI KARBON AKTIF TERAKTIVASI NaCl DARI
AMPAS TAHU. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG.
Misran, E. (2016) ‘Pemanfaatan Karbon Aktif dari Ampas Teh sebagai Adsorben pada
Proses Adsorpsi β-Karoten yang Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit
Mentah’, Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 11(2), p. 92. doi:
10.23955/rkl.v11i2.5402.
Muhiddin, N. F. (2019) PEMANFAATAN TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana) MENJADI KARBON AKTIF SEBAGAI KAPASITANSI ELEKTRODA
KAPASITOR. FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
Nurul, A. (2017) ‘Desorpsi Β-Karoten Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Dari
Karbon Aktif Menggunakan Isopropanol’, Jurnal Teknik Kimia USU, 5(4), pp. 1–
7. doi: 10.32734/jtk.v5i4.1547.
Nuryanto, E. (2018) ‘PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana (L.) Willd.) SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK
KELAPA SAWIT MENTAH/CRUDE PALM OIL (CPO)’, Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit, 26(2), pp. 49–58. doi: 10.22302/iopri.jur.jpks.v26i2.37.
Rizky, I. P. (2015) AKTIVASI ARANG TONGKOL JAGUNG MENGGUNAKAN HCl
SEBAGAI ADSORBEN ION Cd(II). UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Zurenahusla, D. A. S., Rohanah, A. and Daulay, S. B. (2017) ‘PEMBUATAN ARANG
AKTIF DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH TEH SEBAGAI ( Activated
Carbon from Tea Waste to Increase Water ’ s Physical Quality )’, Rekayasa
Pangan dan Pert., 5(4), pp. 772–778.

17
Arnovia, W. (2012) ‘BENTONIT PACITAN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
DELORORISASI CPO (CRUDE PALM OIL) SKRIPSI’, (071211533039), pp.
22–72.
Elmariza, J. (2015) ‘Optimasi Ukuran Partikel , Massa Dan Waktu Kontak Karbon
Aktif’, Jurnal Kimia, 4(2), pp. 1–5.
Hartini, L. (2014) KARAKTERISASI KARBON AKTIF TERAKTIVASI NaCl DARI
AMPAS TAHU. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG.
Misran, E. (2016) ‘Pemanfaatan Karbon Aktif dari Ampas Teh sebagai Adsorben pada
Proses Adsorpsi β-Karoten yang Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit
Mentah’, Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 11(2), p. 92. doi:
10.23955/rkl.v11i2.5402.
Muhiddin, N. F. (2019) PEMANFAATAN TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana) MENJADI KARBON AKTIF SEBAGAI KAPASITANSI ELEKTRODA
KAPASITOR. FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
Nurul, A. (2017) ‘Desorpsi Β-Karoten Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Dari
Karbon Aktif Menggunakan Isopropanol’, Jurnal Teknik Kimia USU, 5(4), pp. 1–
7. doi: 10.32734/jtk.v5i4.1547.
Nuryanto, E. (2018) ‘PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana (L.) Willd.) SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK
KELAPA SAWIT MENTAH/CRUDE PALM OIL (CPO)’, Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit, 26(2), pp. 49–58. doi: 10.22302/iopri.jur.jpks.v26i2.37.
Rizky, I. P. (2015) AKTIVASI ARANG TONGKOL JAGUNG MENGGUNAKAN HCl
SEBAGAI ADSORBEN ION Cd(II). UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Zurenahusla, D. A. S., Rohanah, A. and Daulay, S. B. (2017) ‘PEMBUATAN ARANG
AKTIF DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH TEH SEBAGAI ( Activated
Carbon from Tea Waste to Increase Water ’ s Physical Quality )’, Rekayasa
Pangan dan Pert., 5(4), pp. 772–778.

18
(Nurul, 2017)(Misran, 2016)(Elmariza, 2015)(Nuryanto, 2018)

19

Anda mungkin juga menyukai