TINJUAN PUSTAKA
Kernel
Endocarp
4
yang berwarna kemerahan umumnya tidak di- senangi oleh konsumen. Konsumen
lebih memilih minyak yang berwarna kuning dan cenderung bening. Oleh karena
itu, demi memenuhi keinginan konsumen, dilakukan proses pemucatan (bleaching)
pada CPO. Proses pemucatan dilakukan dengan menyerap senyawa karotenoid
yang merupa kan pembentuk warna kemerahan pada CPO. Karotenoid yang
diserap oleh zat pemucat pada umumnya tidak dimanfaatkan lagi oleh pabrik.
Dalam CPO terdapat 500 - 700 ppm karotenoid atau sekitar 0,5 - 0,7 kg karotenoid
per ton CPO, sehingga CPO merupakan sumber provitamin A yang sangat
potensial (Arnovia, 2012).
5
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Archichlamydae
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Aleurites
Spesies : Aleurites moluccana
Tempurung kemiri memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan
sebagai bahan bakar meskipun penggunaannya kurang populer, maka salah satu
alternatif pemanfaatannya adalah dengan cara mengolah tempurung kemiri
menjadi karbon aktif. Setiap bahan yang mengandung karbon asalkan berpori dapat
dibuat karbon aktif dan tempurung kemiri juga memiliki kriteria yang disebutkan
(Muhiddin, 2019).
kandungan gizi dari kemiri adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Kemiri (Muhiddin, 2019)
Komposisi gizi Jumlah terkandung
Energi 636 kalori
Protein 19 g
Karbohidrat 8g
Lemak 63 g
Kalsium 80 mg
Besi 2 mg
Vitamin b 0,06 mg
Air 7g
Dari hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa efektifitas relative
absorpsi karbon aktif dengan tempurung kemiri lebih baik dari tempurung kelapa
untuk % removal yang kecil. Nilai metilen blue karbon aktif tempurung kemiri 2,5
mL/g sedangkan untuk tempurung kelapa 6,75 mL/g. Tempurung kemiri juga
merupakan bahan baku bagus untuk pembuatan karbon aktif (Muhiddin, 2019).
2.3 Ampas Teh
6
Teh merupakan bahan minuman yang dibuat dari daun teh yang telah
mengalami proses pengolahan tertentu seperti pelayuan, penggilingan, oksidasi
enzimatis, dan pengeringan. Berdasarkan proses pengolahannya, jenis teh dapat
dibedakan menjadi teh tanpa fermentasi (teh putih dan teh hijau), teh semi
fermentasi (teh oolong), serta teh fermentasi (teh hitam).
Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh adalah memberi rasa segar, dapat
memulihkan kesehatan badan, dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif.
Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh tersebut berasal dari kandungan senyawa
kimia yang terdapat dalam daun teh. Komposisi susunan kimia dalam daun teh
sangat bervariasi bergantung pada beberapa faktor diantaranya yaitu jenis klon,
variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur teknis, umur daun, dan
banyaknya sinar matahari yang diterima. Kandungan senyawa kimia dalam daun
teh dapat digolongkan menjadi 4 kelompok besar yaitu golongan fenol, golongan
bukan fenol, golongan aromatis, dan enzim. Keempat kelompok tersebut bersama-
sama mendukung terjadinya sifat-sifat baik pada teh, apabila pengendaliannya
selama pengolahan dapat dilakukan dengan tepat.
Salah satu kandungan teh yang cukup tinggi adalah kandungan karbonya,
sehingga telah ada penelitian dalam pembuatan karbon aktif dari ampas teh. Pada
penelitian dalam pembuatan karbon aktif, kandungan ampas teh yang
diperhitungkan adalah holoselulosa yaitu sebesar 60,81% dan terdiri dari selulosa
sebesar 29,42%, lignin sebesar 36,94%, dan abu sebesar 4,53%, dan ekstraktif
15,22 (Tutuş, Kazaskeroğlu, and çiçekler, 2015). Kandungan karbon yang tinggi
ini menyebabkan peneliti memilih ampas teh sebagai pembuatan karbon aktif.
7
antara lain: kayu, tempurung kelapa, limbah batu bara, limbah pengolahan kayu,
dan limbah pertanian seperti kulit buah kopi, kulit buah coklat, sekam padi, jerami,
tongkol dan pelepah jagung. Arang aktif berbentuk amorf, berwarna hitam, tak
berbau, tak berasa, serta mempunyai daya adsorpsi jauh lebih besar dibandingkan
dengan arang yang belum diaktifasi. Daya adsorpsi dapat digambarkan oleh luas
permukaan spesifik (luas permukaan/g). Umumnya luas permukaan spesifik
berkisar antara 500 dan 1500 m2 /g). Struktur pori berhubungan dengan luas
permukaan, dimana semakin besar pori-pori arang aktif mengakibatkan luas
permukaan semakin besar dan kecepatan adsorpsi bertambah. Meningkatkan
adsorpsi dianjurkan menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Komposisi
arang aktif terdiri atas selulosa, karbon, kadar air, dan kadar debu. Selulosa dalam
karbon merupakan pembersih partikel dalam air keruh karena bersifat keras dan
tidak mudah larut dalam air sehingga air menjadi jernih. Berikut disajikan struktur
karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 2.2.
8
heksagonal ini tampak seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-
sela diantaranya.
9
terbentuk, oleh karena itu, metode ini sering disebut juga metode aktivasi satu
langkah (one-step activation),
2. aktivasi kimiawi biasanya terjadi pada suhu lebih rendah dari pada metode
aktivasi fisik,
3. efek dehydrating agent dapat memperbaiki pengembangan pori di dalam
struktur karbon, dan
4. produk dengan menggunakan metode ini lebih banyak jika dibandingkan
dengan aktivasi secara fisik.
Karbon aktif yang dapat diidentifikasi atau dikarakterisasi berdasarkan standar
industri indonesia salah satunya yaitu berdasarkan pada:
1. Kadar air Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui sifat
higroskopis dari arang aktif. Terikatnya molekul air yang ada pada arang aktif
oleh activator menyebabkan pori-pori pada arang aktif semakin besar.
Semakin besar poripori maka luas permukaan arang aktif semakin bertambah
akibatnya kemampuan adsorbsi semakin meningkat. Metode yang digunakan
dalam penentuan kadar air adalah metode gravimetri dimana analisis
berdasarkan penimbangan perbedaan massa awal dan massa akhir sampel
setelah perlakuan. Kadar air berdasarkan SNI maksimal 15 %.
2. Kadar abu Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan
oksida logam dalam arang aktif . Abu merupakan sisa dari pembakaran yang
sudah tidak memiliki unsur karbon dan terdiri dari minral-mineral yang tidak
menguap (non volatil) pada proses pengabuan dan tidak memiliki nilai kalor
lagi. Nilai kadar abu menunjukan jumLah sisa dari akhir proses pembakaran
berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran. Kadar
abu berdasarkan ketentuan SNI maksimal 10%.
3. Daya serap terhadap iod Uji iod merupakan parameter untuk mengetahui
kemampuan arang aktif dalam menyerap molekul-molekul dengan jari-jari
yang lebih kecil dari 10 - 15 Angstrom. Metode yang digunakan dalam uji
daya serap iod adalah metode titrasi iodometri dimana menggunakan reaksi
redoks dalam penentuannya. Reaksi redoks yaitu reaksi yang mengalami
10
proses oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi reduksi berlangsung secara
bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain.
Proses interaksi dikondisikan dalam ruangan tertutup yang dihindarkan dari
udara terbuka agar iodin tidak mengalami proses oksidasi karena kontak dengan
udara luar. Pada proses pelarutan iodin yang sedikit larut dalam air ditambahkan
kalium iodida (KI) untuk mempercepat pelarutan iodin karena akan terbentuk ion
triiodida menurut reaksi:
I2(aq) + I- (aq) I3-
Dalam proses penyerapan ini, molekul-molekul iodin masuk dan mengisi
pori-pori arang aktif, karena pori-pori arang aktif memiliki ukuran yang besar
dibandingkan dengan molekul iodin, sehingga molekul-molekul iodin dapat
terserap dalam jumlah yang besar. Reaksi yang terjadi :
I2(aq) + 2S2O3 2- (aq) 2I- (aq) + S4O62- (aq)
Kereaktifan arang aktif dapat dilihat dari kemampuan mengadsorpsi substrat,
adsorpsi tersebut dapat menunjukan seberapa besar adsorben dapat mengadsorpsi
iod, semakin besar nilai angka iod maka semakin besar adsorben. Berdasarkan
ketentuan SNI daya serap iod pada arang aktif minimal 750 mg/g (Rizky, 2015).
2.4 Adsorbsi
Adsorpsi adalah suatu proses dimana suatu komponen bergerak dari satu fasa
menuju permukaan suatu fasa yang lain, terutama fasa kedua adalah zat padat.
Adsorpsi merupakan suatu peristiwa dimana molekul-molekul dari suatu senyawa
terikat oleh permukaan zat padat. Molekul-molekul pada zat padat atau zat cair
memiliki gaya dalam keadaan tidak seimbang dimana gaya kohesi cenderung lebih
besar dari pada gaya adhesi. Ketidakseimbangan gaya-gaya tersebut menyebabkan
zat padat atau zat cair tersebut cenderung menarik zat-zat lain atau gas yang
bersangkutan pada permukaaanya.
Istilah yang diberikan untuk zat yang teradsorpsi disebut dengan adsorbat
sedangkan zat yang mengadsorpsi adalah adsorben. Beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh adsorben antara lain adalah mempunyai luas permukaan yang besar,
11
berpori, aktif dan murni, serta tidak bereaksi dengan adsorbat.
Adsorpsi secara umum dibedakan menjadi dua jenis yaitu, adsorpsi fisik
dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika adalah adsorpsi yang disebabkan oleh
interaksi antara adsorben dan adsorbat pada permukaan yang hanya dipengaruhi
oleh gaya van der Waals atau ikatan hidrogen. Proses adsorpsi fisika bersifat
reversible (dapat balik) karena dapat dilepaskan kembali dengan adanya
penurunan konsentrasi larutan. Adsorbat tidak terikat secara kuat pada bagian
adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari bagian permukaan ke bagian lain
dan dapat diganti oleh adsorbat lain.
Adsorpsi kimia merupakan proses penyerapan yang melibatkan pemutusan
dan pembentukan ikatan baru pada permukaan adsorben. Adsorbat yang
teradsorpsi oleh proses kimia umumnya sangat sulit untuk diregenerasi, adsorpsi
ini biasanya tidak reversible. Untuk memisahkan adsorbat dan adsorben harus
dipanaskan pada suhu tinggi (Hartini, 2014).
12
Sedangkan untuk parameter warna terendah diperoleh pada perlakuan suhu 130 oC,
massa arang tempurung kemiri 15 g (7,5 % terhadap CPO), dan lama pengadukan
1 jam. Arang tempurung kemiri dapat digunakan sebagai adsorben pada pemurnian
CPO.
Erni, Fery dan Fahmi (2016), Melakukan penelitian dengan judul
Pemanfaatan Karbon Aktif dari Ampas Teh sebagai Adsorben pada Proses
Adsorpsi β-Karoten yang Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit Mentah.
Penelitian tentang penggunaan karbon aktif dari ampas teh sebagai adsorben telah
dilakukan untuk mengadsorpsi β-karoten yang terkandung dalam minyak kelapa
sawit mentah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model isoterm dan
kinetika yang sesuai untuk proses adsorpsi β-karoten di dalam CPO. Kajian
isoterm dilakukan pada suhu 60oC menggunakan rasio karbon aktif terhadap CPO
= 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6. Kajian kinetika dilakukan pada suhu 60 oC, rasio karbon
aktif terhadap CPO = 1:3 dimana sampel diambil dengan interval waktu
pengambilan 2 menit hingga 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan karbon aktif dari ampas teh dalam menyerap β-karoten dari CPO ini
sangat memuaskan yakni > 99%. Persentase adsorpsi β-karoten terbaik diperoleh
pada rasio karbon aktif terhadap CPO = 1:3, yakni sebesar 99,61%. Model isoterm
yang sesuai dengan data penelitian ini adalah model isoterm Freundlich.
Sedangkan model kinetika yang sesuai adalah orde dua semu dengan nilai
koefisien korelasi (R2) sebesar 0,996. Berdasarkan model kinetika tersebut
diketahui bahwa laju penyerapan pada kesetimbangan adalah sebesar 3,5087 mg/g
dan konstanta laju adsorpsi sebesar 0,0578 (L/menit).
13
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Bahan
1. Ampas teh
2. Tempurung kemiri
3. larutan H3PO4 85%
4. Aquadest
5. NaOH 0,1N
6. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1N
7. Asam asetat
8. Kloroform
9. Indikator PP
10. Indikator Amilum
11. Larutan KI jenuh
14
3.3 Prosedur Penelitian
15
500 rpm selama 1 jam, selanjutnya disaring dengan menggunakan alat penyaring
vakum dan kertas saring whatman no 41.
Filtrat yang diperoleh dianalisis untuk parameter Free Fatty Acid (FFA),
DOBI (Deteration of Bleachability), dan Bilangan Peroksida (Nuryanto,2018).
Pemanasan
Penambahan Bioadsorben
Pengadukan
Penyaringan
Analisa Filtrat
3.4 Analisa
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Arnovia, W. (2012) ‘BENTONIT PACITAN SEBAGAI ADSORBEN UNTUK
DELORORISASI CPO (CRUDE PALM OIL) SKRIPSI’, (071211533039), pp.
22–72.
Elmariza, J. (2015) ‘Optimasi Ukuran Partikel , Massa Dan Waktu Kontak Karbon
Aktif’, Jurnal Kimia, 4(2), pp. 1–5.
Hartini, L. (2014) KARAKTERISASI KARBON AKTIF TERAKTIVASI NaCl DARI
AMPAS TAHU. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG.
Misran, E. (2016) ‘Pemanfaatan Karbon Aktif dari Ampas Teh sebagai Adsorben pada
Proses Adsorpsi β-Karoten yang Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit
Mentah’, Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan, 11(2), p. 92. doi:
10.23955/rkl.v11i2.5402.
Muhiddin, N. F. (2019) PEMANFAATAN TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana) MENJADI KARBON AKTIF SEBAGAI KAPASITANSI ELEKTRODA
KAPASITOR. FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI.
Nurul, A. (2017) ‘Desorpsi Β-Karoten Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Dari
Karbon Aktif Menggunakan Isopropanol’, Jurnal Teknik Kimia USU, 5(4), pp. 1–
7. doi: 10.32734/jtk.v5i4.1547.
Nuryanto, E. (2018) ‘PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KEMIRI (Aleurites
moluccana (L.) Willd.) SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK
KELAPA SAWIT MENTAH/CRUDE PALM OIL (CPO)’, Jurnal Penelitian
Kelapa Sawit, 26(2), pp. 49–58. doi: 10.22302/iopri.jur.jpks.v26i2.37.
Rizky, I. P. (2015) AKTIVASI ARANG TONGKOL JAGUNG MENGGUNAKAN HCl
SEBAGAI ADSORBEN ION Cd(II). UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.
Zurenahusla, D. A. S., Rohanah, A. and Daulay, S. B. (2017) ‘PEMBUATAN ARANG
AKTIF DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH TEH SEBAGAI ( Activated
Carbon from Tea Waste to Increase Water ’ s Physical Quality )’, Rekayasa
Pangan dan Pert., 5(4), pp. 772–778.
18
(Nurul, 2017)(Misran, 2016)(Elmariza, 2015)(Nuryanto, 2018)
19