Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES INDUSTRI KIMIA III


“Pembuatan Bioetanol dari Jerami Padi”

Disusun Oleh :

Ayudia Maghfirah
09220170058
C1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembuatan
Bioetanol Dari Jerami Padi” sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah
Proses Indusri Kimia III.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dan berbagai referensi jurnal, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, menjadi
inspirasi bagi pembaca dan dapat diterapkan di masyarakat.

Makassar, 30 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioetanol..........................................................................................3
2.2 Bahan Baku Bioetanol.....................................................................3
2.3 Mikroba Yang Digunakan Dalam Fermantasi Bioetanol.................5
2.4 Fermentasi........................................................................................6
2.5 Karakteristik Bioetanol....................................................................8
2.7 Manfaat Bioetanol Secara Umum....................................................9
BAB III PROSEDUR KERJA
3.1 Bahan-bahan yang digunakan........................................................10
3.2 Alat-alat yang digunakan...............................................................10
3.3 Cara Kerja......................................................................................11
3.4 Flowsheet.......................................................................................13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui atau non renewable, keberadaannya hingga saat ini
menempati urutan pertama sebagai sumber energi. Salah satu turunan
minyak bumi yang banyak digunakan pada industri kecil dan rumah
tangga adalah minyak tanah dan saat ini pemerintah telah melakukan
sedikit peralihan penggunaan dari bahan bakar minyak tanah kedalam
bentuk bahan bakar berupa gas. Namun hal tersebut dapat memberikan efek
bahaya yang sangat besar, karena apabila partikel suatu gas tersebut
keluar dan menemui suatu ruang yang memiliki percikan api, hal itu akan
menimbulkan kebakaran yang besar. Pertambahan penduduk yang sangat
pesat mengakibatkan banyaknya penggunaan bahan bakar berupa minyak
tanah dan gas pada skala rumah tangga, sehingga hal ini dapat menyebabkan
semakin berkurangnya persediaan minyak bumi. Hal ini mendorong
pemerhati untuk membuat sumber energi yang terbarukan berupa bioetanol
yang tentunya baik untuk didukung kegunaannya dan juga bersifat
ramah lingkungan serta tidak membahayakan kegunaanya untuk lingkungan.
Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah lingkungan,
penggunaannya sebagai bahan bakar kompor terbukti lebih hemat dan
efisiensi dalam proses pembakarannya. Selain itu, pembuatannya bisa
dilakukan di rumah dengan mudah dan lebih ekonomis dibandingkan
menggunakan minyak tanah. Bahan baku produksi bioetanol
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu gula (gula tebu, gula bit, dan
molase), pati (jagung, singkong, dan kentang), dan selulosa (limbah
pertanian seperti jerami padi).
Kemajuan bidang teknologi menggerakkan masyarakat
untuk memanfaatkan bahan-bahan yang tidak bermanfaat menjadi produk
baru yang bermutu. Salah satunya adalah memanfaatkan
limbah jerami padi.

1
Ketersediaaan yang cukup melimpah, terutama sebagai limbah pertanian,
menjadikan bahan ini berpotensi sebagai salah satu alternatif baru bahan baku
pembuatan bioetanol. Alternatif tersebut adalah pemanfaatan bahan
berselulosa. Kandungan selulosa dalam jerami padi tinggi sehingga jerami
padi sangat potensial dikembangkan sebagai substrat dalam produksi
bioetanol. Bahan berselulosa dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol karena
bahan berselulosa ini bila dihidrolisis akan menghasilkan gula dan
dilanjutkan dengan fermentasi akan menghasilkan bioetanol.
I.2 Tujuan
Untuk dapat menghasilkan bioetanol dari jerami padi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bioetanol
Krisis energi dunia merupakan masalah yang sedang dihadapi banyak
negara di dunia termasuk Indonesia. Krisis ini terjadi akibat ketergantungan
pemenuhan energi bahan bakar dunia yang berasal dari bahan bakar fosil,
sedangkan bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui dan ketersediaannya di dunia sangat terbatas. Oleh karena itu
sangat diperlukan usaha-usaha pencarian sumber energi alternatif untuk
mengatasi masalah krisis energi. Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah
Republik Indonesia memprogramkan suatu rancangan yaitu menggunakan
limbah- limbah pertanian sebagai pengganti bahan bakar bioetanol.
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol
adalah C2H5OH, sedang rumus empirisnya C2H6O atau rumus bangunnya CH3-
CH2-OH. Bioetanol merupakan bagian dari kelompok metil (CH3-) yang
terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan kelompok
hidroksil (-OH). Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai
bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya terbarukan.
Bioetanol adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Ariyani, 2013).
2.2 Bahan Baku Bioetanol
Bioetanol diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu gula, pati dan
selulosa. Sumber gula yang berasal dari gula tebu, gula bit, molase dan buah-
buahan dapat langsung dikonversi menjadi etanol. Sumber dari bahan berpati
seperti jagung, singkong, kentang dan akar tanaman harus dihidrolisis terlebih
dahulu menjadi gula. Sumber selulosa yang berasal dari kayu, limbah pertanian,
limbah pabrik pulp dan kertas, semuanya harus dikonversi menjadi gula dengan
bantuan asam mineral (Haryono, 2010).
1. Ampas tebu
Bagasse atau ampas tebu merupakan limbah padat sisa penggilingan batang
tebu (Sacharum officinarum). Sebagian besar bagasse dimanfaatkan sebagai

3
bahan bakar boiler, namun selalu ada sisa bagasse yang tidak termanfaatkan yang
disebabkan oleh stok bagasse yang melebihi kebutuhan pembakaran oleh boiler
pabrik.. Bagasse tebu saat ini belum banyak dimanfaatkan.
Material biomassa berupa lignoselulosa yang terdiri dari komponen-
komponen gula. Komponen gula ini berupa selulosa dan hemiselulosa yang
dengan perlakuan khusus dapat diubah menjadi gula fermentasi. Material
berbasis lignoselulosa (lignocellulosic material) memiliki substrat yang
cukup kompleks karena didalamnya terkandung lignin, polisakarida, zat
ekstraktif, dan senyawa organik lainnya.
Proses pembuatan bioetanol dari limbah ampas tebu (bagasse) dan berapa
kadar bioetanol yang dihasilkan dari limbah ampas tebu (bagasse) melalui proses
sakarifikasi dan fermentasi.
2. Bonggol Pisang
Umbi batang (bonggol) pisang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan bioethanol karena bonggol pisang memiliki komposisi 76% pati,
20% air. Bonggol pisang dapat dimanfaatkan dengan diambil patinya. Pada
pembuatan bioethanol menggunakan bonggol pisang dipilih meode
hidrolisis asam dipilih karena memiliki keuntungan antara lain tidak adanya
kebutuhan penggunaan enzim karena enzim memiliki harga yang relative
mahal, hasil etanol lebih tinggi, dan mengurangi resiko kontaminasi,
gula hasil hidrolisis tidak menghambat proses hidrolisis itu sendiri dan
reaksi jauh lebih cepat dibandingkan menggunakan enzim. Setelah melalui
proses hidrolisis maka selanjutnya dilakukan tahapan fermentasi.
3. Jerami Padi
Jerami padi mengandung lignin dan hemiselulosa. Oleh karena
itu, selulosa dalam jerami padi diisolasi terlebih dahulu dengan cara
menghilangkan lignin (delignifikasi) dan dilanjutkan dengan hidrolisis.
Dari persiapan sampel serbuk jerami dihasilkan serbuk jerami berwarna
cokelat muda yang akan digunakan untuk proses delignifikasi.
Delignfikasi adalah suatu proses pembebasan lignin dari suatu
senyawa kompleks. Substrat jerami dari hasil delignifikasi kemudian

4
dilakukan proses hidrolisis tujuannya untuk mendapatkan glukosa.
Lalu jerami padi dihidrolisis dengan menggunakan asam klorida, lalu
melalui tahap terakhir yaitu fermentasi.
2.3 Mikroba Yang Digunakan Dalam Fermantasi Bioetanol
Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula
menjadi bioetanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang
dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses
fermentasi adalah glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel ragi.
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa Ragi Etanol
Mikroba yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir
dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah
Acetobacter xylinum, sedangkan contoh kapang adalah Rhizopus sp,
Sacharomyces cerevisiae dan sebagainya.
Untuk proses fermentasi yang menggunakan khamir / yeast. Khamir /
yeast (ragi) yang digunakan adalah Sacharomyces cereviseae. Khamir tersebut
dapat berbentuk bahan murni pada media agar – agar atau dalam bentuk yeast
yang diawetkan (dried yeast). Misalnya ragi roti dengan dasar pertimbangan
teknik dan ekonomis (Judoamidjojo, 1992).
1. Clostridium thermocellum
Clostridium thermocellum adalah bakteri termofilik yang anaerobik
memiliki kemampuan mendegradasi selulosa kompleks ke bentuk etanol.
Selain Clostridium thermocellum, bakteri termofilik anaerob lain,
Clostridium stercorarium, baru-baru ini diketahui mempunyai pula sifat
selulolitik pula. Menutut Viljoen, et al. bahwa Clostridium
thermocellum didapat setelah mengisolasi dari kotoran kuda. Bakteri
Clostridium thermocellum tersebar luas di alam, habitatnya adalah
bahan organik yang di dekomposisi. Clostridium thermocellum dapat
pula ditemukan di pengolahan limbah pertanian, saluran pencernaan,
lumpur, tanah, dan mata air panas . Clostridium thermocellum dapat
tumbuh di lingkungan anaerobiosis dan temperatur termofilik. Suhu

5
optimum untuk pertumbuhan adalah 60-64 °C dan pH optimum
berkisar 6,1-7,5.
2. Zymomonas mobilis
Zymomonas mobilis dapat mengubah gula menjadi etanol melalui
fermentasi lebih cepat dari ragi dan tahan terhadap konsentrasi etanol
yang tinggi. Jadi, akan lebih menguntungkan jika enzim-enzim
yang digunakan untuk reaksi hidrolisis pati dan selulosa dapat
dimasukkan ke dalam bakteri Zymomonas mobilis, sehinggal gula yang
dihasilkan dapat langsung difermentasi menjadi etanol.
3. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan organism uniseluler yang
bersifat makhluk mikroskopis dan disebut sebagai jasad sakarolitik, yaitu
menggunakan gula sebagai sumber karbon untuk metabolisme.
Saccharomyces cerevisiae mampu menggunakan sejumlah gula
diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, mannose, maltose dan
maltotriosa. Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroba yang paling
banyak digunakan pada fermentasi alcohol karena dapat berproduksi
tinggi, tahan terhadap kadar alcohol yang tinggi, tahan terhadap kadar
gula yang tinggi dan tetap aktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4-
320C.
2.4 Fermentasi
Proses fermentasi merupakan proses biokimia dimana terjadi
perubahan-perubahan atau reaksi-reksi kimia dengan pertolongan jasad renik
penyebab fermentasi tersebut bersentuhan dengan zat makanan yang sesuai
dengan pertumbuhannya. Akibat terjadinya fermentasi sebagian atau
seluruhnya akan berubah menjadi alkohol setelah beberapa waktu lamanya.
Pati yang terkandung dalam garut dapat diubah menjadi alkohol, melalui
proses biologi dan kimia (biokimia).
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian
gula menjadi bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang
dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses

6
fermentasi adalah: Perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel
mikroorganisme.
Mikroorganisme
C6H12O6 2C2H5OH+ 2CO2
Glukosa Etanol
(Kunepah, 2008).
Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh faktor - faktor antara lain :
1. Keasaman (pH)
Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika
oksigen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi
berlangsung terus, maka daya awet dari asam tersebut akan hilang. Pada
keadaan ini mikroba proteolitik dan lipolitik dapat berkembang biak
2. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan.
Pada suhu 10-30oC terbentuk alkohol lebih banyak karena ragi bekerja
optimal pada suhu itu.
3. Waktu
Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, sekali setiap 20 menit. Waktu
fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya terlalu cepat
Saccharomyces cereviseae masi dalam masa pertumbuhan sehingga
alcohol yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama
Saccharomyces cereviseae akan mati maka alcohol yang dihasilkan tidak
maksimal
4. Makanan (nutrisi)
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang menyediakan:
Energi biasanya diperoleh dari subtansi yang mengandung karbon.
5. Volume starter
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media
fermentasi. Jumlah volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk
fermentasi serta dapat menghasilkan kadar alcohol yang relative tinggi

7
(Monick, J. A., 1968). Penambahan volume starter yang sesuai pada proses
fermentasi adalah 5% dari volume fermentasi (Prescott and Dunn, 1959).
Volume starter yang terlalu sedikit akan mengakibatkan produktivitas
menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar terjadinya
kontaminasi. Peningkatan volume starter akan mempercepat terjadinya
fermentasi terutama bila digunakan substrat berkadar tinggi. Tetapi jika
volume starter berlebihan akan mengakibatkan E11-4 hilangnya
kemampuan bakteri untuk hidup sehingga tingkat kematian bakteri sangat
tinggi.
6. Bahan Nutrient
Kecepatan fermentasi akan dipengaruhi oleh konsentrasi garam
logam dalam perasan. Pada konsentrasi yang rendah akan menstimulur.
Aktivitas dan pertumbuhan khamir, sedangkan pada konsentrasi tinggi
akan menghambat pertumbuhan khamir. Unsur yang dibutuhkan untuk
aktivitas khamir antara lain Mg, K, Zn, CO, Fe, Ca, Cu, P, S, dan N.
Sebagai sumber P dan N perlu ditambahkan ammonium phospat. Sebagai
sumber N lainnya dapat pula ditambahkan ammonium klorida dan
ammonium karbonat. Vitamin yang berfungsi sebagi faktor pertumbuhan
khamir.(Ni Ketut, 2009)
2.5 Karakteristik Bioetanol
Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dengan cara fermentasi
menggunakan bahan baku nabati. Bahan baku meliputi bahan baku sumber
gula diantaranya adalah molases dan nira, bahan baku sumber pati yaitu
ubikayu, jagung serta ubi-ubian lain, serta bahan baku sumber serat
(lignoselulosa) diantaranya tongkol jagung, sekam dan sebagainya. Proses
pembuatan bioetanol dibedakan menjadi tiga berdasarkan bahan bakunya
yaitu bahan baku sumber gula, pati dan serat. Proses pembuatan bioetanol
meliputi aspek fermentasi dan destilasinya. 
Bioethanol adalah ethanol yang diproduksi dari tumbuhan. Bioethanol
tidak saja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk substitusi bensin,
namun mampu juga menurunkan emisi CO2. Dalam hal prestasi mobil,

8
bioethanol dan gasohol (kombinasi bioethanol dan bensin) tidak kalah dengan
bensin. Pada dasarnya pembakaran bioethanol tidak menciptakan CO2 netto
ke lingkungan karena zat yang sama akan diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman sebagai bahan baku bioethanol.
Manfaat Bioetanol
1. Motor atau mobil yang menggunakan bahan bakar campuran bioetanol
kerja mesinnya lebih bagus. Bisa membuat kendaraan sanggup menempuh
jarak lebih jauh. Syaratnya, bioetanol yang digunakan sebagai campuran
harus murni 99,5%. Artinya, nyaris tak tercampur zat lain.
2. Gas buang bioetanol lebih sedikit polusinya. Itu karena gas buang
bioetanol melepas karbondioksida lebih banyak dari pada
karbonmonoksida. Karbondioksida adalah zat yang diperlukan tumbuhan
untuk memasak makanan. Sebaliknya, gas buang bensin banyak
mengandung karbonmonoksida yang merugikan kesehatan makhluk hidup.
( Alamsyah,2014 ).
2.7 Manfaat Bioetanol Secara Umum

Selain digunakan sebagai bahan bakar, berikut beberapa contoh penggunaan


etanol yang lain adalah :
1. Sebagai pelarut / solvent yang baik untuk zat organik maupun anorganik.
2. Sebagai bahan dasar industri asam cuka, ester, spirtus, asetaldehid.
3. Untuk campuran minuman setelah diencerkan kadarnya dan
ditambahkan aroma dan assence sebagai desinfektan, dalam
kadar yang kecil (rendah) sebagai campuran industri farmasi,
kosmetik dan preparat.
4. Sebagai antiseptik topical (permukaan) dan sebagai bahan
baku pembuatan eter dan etil ester.
5. Dapat digunakan sebagai bahan bakar (gasohol) dan sebagai
sumber karbon atau protein bersel tunggal.

9
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Bahan – Bahan yang Digunakan
1. Jerami Padi Santana
2. Larutan HCl 21%
3. Ammonium Sulfat
4. Larutan NaOH (2% dan 6 M)
5. Urea
6. Ragi Roti (saccharomyces cereviseae)
7. Aquadest.
3.2 Alat – Alat yang Digunakan
1. Neraca Analitik
2. Erlenmeyer
3. Gelas Kimia
4. Labu Ukur
5. Gelas Ukur
6. Pipet Tetes
7. Corong
8. Penangas Listrik
9. Ph Meter
10. Batang Pengaduk
11. Aluminium Foil
12. Kertas Saring
13. Ayakan 40 Mesh
14. Magnet Stirrer
15. Oven
16. Blender
17. Pompa Vakum
18. Seperangkat Alat Evaporator
19. Alkoholmeter.
20. Seperangkat Alat Hidrolisis

10
21. Seperangkat Alat Fermentasi
3.3 Cara Kerja
1. Tahap Pendahuluan
Jerami padi dipotong kasar menjadi bagianbagian yang lebih kecil dan
menimbangnya sebanyak 2 kg. Selanjutnya mencuci jerami dengan air dan
kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama 12 jam.
Jerami yang sudah kering dipotong-potong dengan ukuran + 1 cm. Setelah
itu, menggiling jerami dengan blender kemudian mengayaknya dengan
menggunakan ayakan 40 mesh. Setelah itu, mengoven jerami hasil
penggilingan pada suhu 60oC selama 4 jam. Selanjutnya mengayaknya
kembali dengan menggunakan ayakan 40 mesh.
2. Tahap Delignifikasi
Delignifikasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 100 g serbuk
jerami hasil pengayakan kemudian ditambahkan 1350 mL aquades dan
150 mL NaOH 2% ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, dipanaskan dan
diaduk dengan stirrer selama 2,5 jam pada suhu 80 oC. Selanjutnya larutan
dipisahkan dengan cara menyaringnya dengan menggunakan kertas
saring. Selanjutnya, residu tersebut dioven pada suhu 100 oC selama 2 jam
kemudian menggerusnya hingga halus dengan menggunakan lumpang dan
alu. Setelah itu, mengayaknya dengan menggunakan ayakan 40 mesh.
3. Tahap Hidrolisis
Dari hasil delignifikasi kemudian dilakukan proses hidrolisis dengan
menimbang 15 gram dari hasil ayakan tersebut. Dimana perlakuan tersebut
dilakukan sebanyak 6 kali. Setelah itu, masing-masing padatan tersebut
ditambahkan dengan larutan HCl 21% sebanyak 150 mL. Selanjutnya
dimasukkan kedalam gelas kimia dan dipanaskan pada suhu 100 oC selama
2,5 jam. Kemudian larutan tersebut disaring dengan menggunakan kertas
saring.
4. Tahap Fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 70 mL filtrat
dari hasil hidrolisis, dan larutan tersebut dimasukan ke dalam erlemeyer.

11
Kemudian ditambahkan larutan NaOH 6 M hingga pH-nya menjadi 5.
Masing-masing larutan tersebut ditambahkan dengan 4,2 gram ammonium
sulfat dan 4,2 gram urea. Selanjutnya di pasteurisasi pada suhu 80oC
selama 15 menit. Kemudian ditambahkan dengan ragi roti (saccharomyces
cereviseae) sebanyak 4,9 gram. Setelah itu, menutupnya dengan
aluminium foil dan dilakukan pendiaman dengan variasi waktu yaitu 7, 10,
13, 16, 19, dan 22 hari pada suhu 27 – 30oC. Kemudian masing-masing
larutan tersebut disaring.
5. Tahap Pemisahan
Proses evaporasi dilakukan dengan memasukkan hasil fermentasi
kedalam erlenmeyer dan dipasang pada rangkaian alat evaporator. Pada
proses ini dilakukan pemanasan pada suhu 80oC. Kemudian
masingmasing larutan hasil evaporasi ditentukan kadarnya dengan
menggunakan alkoholmeter.

12
3.4 Flowsheet

Jerami padi

Aquadest NaOH 2%

P
E
N Delignifikasi
G
G Pengeringan
I
L
(dibawah sinar matahari)
I
N
g

(NH4)2SO4 Hidrolisis
saccharomyces &
cereviseae Urea

HCl 21%
Fermentasi

Evaporasi

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembuatan Bioetanol dengan menggunakan jerami padi ini
menggunakan proses berupa proses hidrolisis, fermentasi, delignifikasi serta
evaporasi untuk mendapatkan bietanol dengan kemurnian 99,8 %. Bahan
baku yang digunakan adalah jerami padi yang berasal dari limbah pertanian
padi di daerah Banyuwangi. Hal ini dikarenakan limbah jerami pada daerah
tersebut diperkirakan banyak sehingga perlu adanya suatu kreatifitas untuk
membantu sumber daya alam. Penggunaan jerami padi pada pembuatan
bioetanol ini diperkirakana akan meningkatkan nilai ekonomi dari jerami
padi sehingga dapat membantu dalam perekonomian.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah , 2014 . Pengertian Bioetanol.http://alamsyah973.blogspot.co.id/2014


/02/pengertian-bioetanol.html. .(diakses 21 februari 2016).
Ariyani, E., Kusumo, E., & Supartono. (2013). Produksi bioetanol dari jerami
padi (Oryza sativa L). Journal Chemical Science, 2(2), 168-172.
Haryono, Kumiawan, R., Nhyani, A., & Soviyani, D. A. (2010). Pembuatan
bioetanol dari bahan beribasis selulosa. Jurnal Institut Teknologi Nasional,
2(4), 1-7. Hikmiyati, N., & Yanie, N. S. (2008). Pembuatan bioetanol dari
limbah kulit singkong melalui proses hidrolisa asam dan enzimatis.
Skripsi. Universitas Dipenogoro: tidak diterbitkan
Judoamidjojo, M., Darwis, A. A., & Said, E. G. (1992). Teknologi fermentasi.
Jakarta: Rajawali Pers. Kim, S., & Dale, B. E. (2004). Global potential
bioethanol production from wasted crops and crop residues. Jurnal
Biomassa and Bioenergy, 26(4), 361-375.
Kunaepah, U. (2008). Pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi glukosa terhadap
aktivitas antibakteri, polifenol total dan mutu kimia kefir susu kacang
merah. Universitas Diponegoro. Semarang. Diunduh kembali dari
http://eprints.undip.ac.id/17580/1/ Uun_Kunaepah.pdf
Mulyono, A. M. W., Handayani, C. B., Tari, A. I. N., & Zuprizal. (2011).
Fermentasi etanol dari jerami padi. Paper presented at the Karya Tulis
Ilmiah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

15

Anda mungkin juga menyukai