Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH PENELITIAN KANDUNGAN DAN

KHASIAT UAP MINYAK KAYU PUTIH BAGI PENDERITA


SINUSITIS

Oleh :

Fitria Auliya Yumna (18)


Hanafie Syah Razad (21)
Noor Aqieb Izzadinuha (27)
Raveyfa Alya Azila (30)

BAHASA INDONESIA XI MIPA 2


SMA NEGERI 2 WONOSOBO 2022/2023
Januari 2023

Jalan Banyumas Kilometer 05, Wonosobo, 56361

Jawa Tengah

Telepon (0286) 322614, Faximile (0286) 3320053

Website :  http://www.smadawsb.sch.id

E-mail : sma2wonosobo@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
karya ilmiah ini adalah, “Karya Ilmiah Penelitian Kandungan dan Khasiat Minyak Kayu
Putih bagi Penderita Sinusitis.”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Ibu Heni Hermawati, S.S yang telah memberikan tugas dan bimbingannya
kepada kami serta kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam proses pembuatan karya ilmiah ini.

Adapun karya ilmiah ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatannya ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan karya ilmiah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu, kami siap menerima kritik dan saran untuk pembangunan karya
ilmiah kami selanjutnya. Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari karya ilmiah ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembacanya.

Wonosobo, 23 Maret 2023

Kelompok 7 Bahasa Indonesia

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................i

HALAMAN JUDUL............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian.....................................................................................................2
C. Rumusan Masalah...................................................................................................2
D. Ruang Lingkup Kegiatan........................................................................................2
E. Kerangka Teoritis dan Hipotesis............................................................................2
F. Metode Penelitian.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Seputar Minyak Kayu Putih...................................................................................4


B. Kandungan...............................................................................................................4
C. Karakteristik............................................................................................................5
D. Manfaat.....................................................................................................................6
E. Keefektivitasan Uap Minyak Kayu Putih..............................................................6
F. Alternatif Pengobatan Sinusitis..............................................................................7
G. Bahan........................................................................................................................7
H. Urutan Kerja............................................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................9
B. Daftar Pustaka.........................................................................................................9
C. Lampiran..................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Organ pernapasan merupakan bagian dari antise vital dalam tubuh manusia.
Proses pernapasan menghasilkan oksigen yang penting untuk antiseptic tubuh
manusia. Itulah sebabnya penyakit gangguan pernapasan harus ditangani sesegera
mungkin supaya tidak menyebabkan komplikasi penyakit lainnya hingga berakibat
fatal. Gejala gangguan system pernapasan sekecil apapun harus mendapat perhatian
khusus terutama bila terjadi pada anak-anak dan lansia.

Melaleuca cajuputi dikenal dengan nama daerah kayu putih berperan penting
dalam ntisept minyak atsiri. Subspesies cajuputi menghasilkan minyak kayu putih
dengan kadar 1,8 cineole dan rendemen yang tinggi, sedangkan ntiseptic lainnya yaitu
cumingiana and platyphylla, menghasilkan minyak dengan kadar cineole rendah.

Minyak kayu putih yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, sejatinya


berasal dari tumbuhan Melaleuca cajuputi Powell subsp. Cajuputi (Craven & Barlow
1997; Doran & Turnbull, 1997; Brophy, Craven, & Doran, 2013). Dahulu tumbuhan
ini dikenal sebagai Melaleuca leucadendron. Tanaman ini tumbuh asli di Kepulauan
Maluku, terutama di Pulau Ambon, Pulau Buru dan Pulau Seram. Meski demikian
produksi minyak kayu putih terbesar di Indonesia justru berasal dari Pulau Jawa,
yakni dari tegakan kayu putih di wilayah Perum Perhutani di Pulau Jawa, dan
Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPH) Yogyakarta.

Sinus merupakan rongga kecil yang terhubung melalui saluran udara di dalam
tulang tengkorak. Secara alami, sinus memang menghasilkan ntise, fungsinya yaitu
menyaring bakteri serta partikel lain dalam udara yang dihirup. Selain itu, sinus juga
memiliki fungsi sebagai organ tubuh yang turut membantu mengendalikan suhu serta
kelembapan udara yang dihirup. Apabila terjadi peradangan, sinus akan memproduksi
ntise berlebih. Kondisi ini biasa dikenal dengan istilah sinusitis. Sinusitis adalah
kondisi peradangan pada rongga sinus yang menyebabkan penyumbatan di saluran
udara tersebut.

1
Rongga kecilnya terletak di beberapa daerah, yaitu belakang tulang dahi,
belakang mata, bagian dalam dari struktur tulang pipi, dan kedua sisi batang hidung.
Karena itulah, penderita sinusitis seringkali merasa sakit kepala.

B. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui kandungan dari uap minyak kayu putih.
2. Membuktikan keefektivitasan uap minyak kayu putih bagi penderita sinusitis.
3. Menjadikan uap minyak kayu putih sebagai alternatif pengobatan sinusitis.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah kandungan dalam uap minyak kayu putih?
2. Bagaimana tingkat keefektivitasan uap minyak kayu putih terhadap penderita
sinusitis?
3. Apakah uap minyak kayu putih dapat menjadi alternatif pengobatan bagi penderita
sinusitis?

D. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Dalam penelitian mendatang, kami akan mengobservasi hal-hal sebagai berikut :

1. Kandungan uap minyak kayu putih.


2. Keefektivitasan uap minyak kayu putih.
3. Alternatif pengobatan sinusitis menggunakan uap minyak kayu putih.

E. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS


M. cajuputi subsp cajuputi dihasilkan dari penyulingan terhadap daun minyak
dan ranting tanaman. 1,8 cineol dan alpha-terpineol merupakan bahan aktif yang
terdapat pada minyak kayu putih yang mengandung obat serta bagus digunakan
sebagai ntiseptic dan obat penolak serangga (Doran et al., 1997). Minyak kayu putih
berperan penting dalam dunia farmakologi dan obat-obatan. Menurut Brophy and
Doran (1996) senyawa utama dalam minyak atsiri dari M.cajuputi subsp. Yaitu, 1,8-
cineole (15-60 %), sesquiterpene alcohols globulol (0,2-8 %), viridiflorol (0,2-30 %),
spathulenol (0,4-30%), sedangkan senyawa lainnya terdiri dari limonene (1,3-5 %), ,
humulene (0,2-2 %), β-caryophyllene (1-4 %) viridiflorene (0,5-7 %), α-terpineol (1-7

2
%), α dan β-selinene (masing-masing 0,3-2 %) dan caryophyllene oxide (1-8 %).
Rendemen minyak yang dihasilkan dari jenis tersebut berkisar 0,4 – 1,2 %. (Ibrahim
et al., 1996).
Secara taksonomi, Melaleuca cajuputi subsp cajuput diklasifikasikan ke dalam
Divisi Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae, Klas Dicotyledonae, Ordo Myrtales,
Familia Myrtaceae, Genus Melaleuca, dan Spesies Melaleuca cajuputi, Sub spesies
Melaleuca cajuputi subsp cajuputi. Dalam tatanama lama menyebutkan bahwa
Melaleuca cajuputi subsp cajuputi disebut sebagai Melaleuca leucadendron, tapi
setelah direvisi tatanama tersebut berubah menjadi Melaleuca cajuputi subsp cajuputi
(Craven dan Barlow, 1997).
Dari beberapa teori di atas, kami menduga bahwa uap minyak kayu putih
mengandung bahan kimia Bernama cineole, linalool, dan terpineol, yang memberikan
begitu banyak manfaat bagi kesehatan tubuh terutama sistem pernapasan.

F. METODE PENELITIAN
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam
penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian.
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan
percobaan tentang suatu hal, mengamati dan mengalami prosesnya, membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajarinya, kemudian hasil pengamatan dan percobaan
tersebut disampaikan ke kelas untuk dievaluasi bersama. Menurut Roestiyah, metode
eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Mestika Zed (2003), Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan
sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini
merupakan jenis kualitatif melalui studi pustaka. Tahapan penelitian dilaksanakan
dengan menghimpun sumber kepustakaan, baik primer maupun sekunder. Penelitian
ini melakukan klasifikasi data berdasarkan formula penelitian (Darmalaksana, 2020).
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEPUTAR MINYAK KAYU PUTIH


Dasar teknik penguapan minyak kayu putih secara sederhana sudah ada sejak
zaman dulu dengan cara menghidup uap air minyak kayu putih. Hingga saat ini teknik
tersebut masih digunakan untuk meringankan gejala gangguan pernapasan, yaknik
dengan cara menghidup uap dari sebaskom air panas yang dicampur dengan beberapa
tetes minyak kayu putih.
Efek dari penghirupan uap air minyak kayu putih adalah meredakan
pembengkakan dinding ronga hidung. Teknik penghirupan uap minyak kayu putih ini
adalah Teknik yang efektif karena dapat dilakukan secara sederhana, dimana saja,
tanpa mengeluarkan banyak biaya, dan tidak menimbulkan efek samping.
Obat-obatan oral/minum seperti tablet dan sirup sebenarnya hanya dapat
meringankan gejala seperti hidung tersumbat dan mencairkan lender. Obat-obatan ini
akan melalui berbagai organ terlebih dahulu seperti lambung, ginjal, jantung, dan
pembuluh darah sebelum sampai ke sasarannya. Saat obat sampai ke paru-paru,
obatnya relative tinggal sedikit. Hal tersebut mengakibatkan obat memakan waktu
yang lama untuk memberikan efek pada tubuh.

B. KANDUNGAN
Minyak kayu putih mengandung cineole, pinene, benzaldehide, limonene, dan
sesquiterpentes. Komponen yang memiliki kandungan cukup besar di dalam minyak
kayu putih yaitu sineol sebesar 50% sampai dengan 65%. Cara kerja Eucalyptus oil
adalah kandungan 1,8 cineole yang memiliki efek mukolitik (mengencerkan dahak),
efek bronchodilating 18 (melegakan pernafasan), membunuh virus dan bakteri
penyebab common cold. Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan
Melaleuca leucadendra dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole).
Hasil penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan efek
mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating (melegakan pernafasan), anti
inflamasi dan menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan
baik seperti pada kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis.

4
Minyak kayu putih yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
mengandung cineole, linalool, dan terpineol yang memberikan sensasi hangat Ketika
dioleskan pada kulit. Dengan aromanya yang melegakan, minyak kayu putih juga
dijadikan Pereda ISPA.

C. KARAKTERISTIK
Kayu putih merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan. Tanaman kayu
putih merupakan tanaman daerah tropik yang berumur panjang dan pertumbuhannya
cepat, dapat beradaptasi di daerah yang tergenang air dan di tanah yang memiliki
kandungan air yang tinggi. Pohon minyak kayu putih bersifat lapuk atau mudah
dibelah dan mudah retak.
Pohon minyak kayu putih yang ada di sekitar kita memiliki tinggi kurang lebih
3 meter dengan batang yang berbentuk runcing dan panjang serta terdapat daun-daun
dengan tangkai pendek di bagian atasnya yang terlihat seperti daun singkong. Batang
minyak kayu putih berwarna sangat putih dan wangi.
Sedangkan kayu putih sebagai pohon secara umum memiliki tinggi kurang
lebih 30 meter. Daunnya berwarna hijau, tidak mengkilap, dan tepi daun rata dengan
panjang daun antara 5-10 sentimeter. Bunga pohon minyak kayu putih bersifat
biseksual, serta kelopak dan mahkota bunganya kecil. Bunga kayu putih terdapat
hampir di setiap pucuk ranting pohon. Bunga kayu putih berwarna merah tua keabu-
abuan. Akar pohon minyak kayu putih merupakan akar serabut.
Minyak kayu putih dihasilkan dari daun dan ranting-rantingnya yang disuling.
Proses pembuatan minyak kayu putih secara tradisional dilakukan dengan cara
mengerikan ranting dan daun kayu putih, bahan-bahan yang diperlukan kemudian
ditumbuk dan diperas untuk mendapatkan sari-sarinya. Berikut langkah-langkah
penyulingan minyak kayu putih :
1. Menyiapkan peralatan penyulingan yang terdiri dari ketel suling,
kondensor, dan kompor. Mengisi ketel dengan air sampai permukaannya
tidak jauh dari bagian bawah saringan dimana bahan ditempatkan,
kemudian memasukkan bahan baku ke dalam katel penyulingan.
2. Memasang tutup ketel pada alat penyulingan dan dikaitkan dengan baut.
Pemasangan baut ketel dilakukan dengan hati-hati agar tidak terdapat
celah yang dapat menyebabkan keluarnya uap.

5
3. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan lewat melalui
saringan lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak
atsiri dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut menuju
kondensor (pendingin) sehingga terjadi pengembunan (uap air dan minyak
akan mengembun).
4. Setelah 1 jam keluar embun pada kondensor yang diikuti dengan tetesan
air yang tercampur minyak. Pada ujung kondensor diletakkan erlenmenyer
untuk menampung air beserta minyak yang keluar, mulut erlenmenyer
ditutup alumunium foil supaya tidak ada celah untuk menguapnya minyak
atsiri.
5. Penyulingan dilaksanakan selama 3-4 jam. Lama penyulingan dimulai
ketika minyak keluar pertama kali sampai minyak tidak keluar lagi. Proses
pemisahan air dan minyak atsiri menggunakan alat corong pemisah.
Pemisahan ini dilakukan berdasarkan perbedaan bobot jenisnya.

D. MANFAAT
Uap minyak kayu putih bermanfaat untuk meredakan pembengkakan pada
dinding rongga hidung sehingga dapat membuat pernapasan lancar. Uap minyak kayu
putih juga dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan ISPA yang paling sederhana
dengan tingkat keefektivitasan yang cukup tinggi. Uap minyak kayu putih dapat
membuat penghirupnya merasa lega saat bernapas dalam keadaan sakit ISPA.

E. KEEFEKTIVITASAN UAP MINYAK KAYU PUTIH


Dalam praktik penyembuhan penyakit ISPA terdapat satu teknologi Bernama
nebulizer yang merupakan perangkat yang digunakan untuk terapi inhalasi atau terapi
aerosol. Alat ini tersedia dalam dua versi yaitu listrik dan portable. Pada jenis
pertama, ukurannya lebih besar dan harus mencolokkannya ke stop kontak sebab
kebutuhan listriknya cukup besar sehingga tidak bisa hanya menggunakan baterai.
Adapun untuk jenis portabel bisa menggunakan baterai atau hanya mencolokkannya
ke stop kontak mobil. Nebulizer berfungsi untuk mengubah obat cair menjadi uap
hirup. Harga nebulizer sendiri berada dalam kisaran Rp. 500.000,00- sampai Rp.
1.000.000,00-.
Dibandingkan dengan menggunakan uap minyak kayu putih sederhana
nebulizer jelas lebih tidak efisien karena membutuhkan biaya yang lebih besar dan
6
cara kerja yang lebih rumit. Nebulizer juga dapat menyebabkan efek samping yang
fatal, seperti : tangan gemetar, sakit kepala, detak jantung tidak beraturan, kram otot,
mual, mulut kering, batuk, dan diare.
Dalam proses pembuatannya, uap minyak kayu putih tidak memerlukan energi
yang cukup besar karena hanya dilakukan dengan cara memanaskan air dan
menuangkan beberapa tetesan minyak kayu putih dibandingkan dengan menggunakan
nebulizer yang memerlukan energi listrik yang sangat besar. Maka, kami simpulkan
bahwa, pengobatan ISPA menggunakan uap minyak kayu putih lebih efektif
dibandingkan dengan nebulizer atau alat inhalasi lain.

F. ALTERNATIF PENGOBATAN SINUSITIS


Penyakit ISPA merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
dari anak kecil sampai dewasa dan akan membahayakan jika tidak ditangani secara
cepat, tepat, dan benar. Metode terapi penghirupan uap air minyak kayu putih dapat
menjadi salah satu alternatif bagi penderita ISPA karena mudah untuk dilakukan dan
memiliki tingkat keefektivitasan yang tinggi.

G. BAHAN
1. Minyak kayu putih
2. Air
3. Kain

H. URUTAN KERJA
1. Menampung air dalam panci secukupnya kemudian merebus air hingga mendidih
pada suhu 100℃.

2. Jika air sudah mendidih, angkat panci dari kompor dan letakkan di suatu tempat
yang tahan panas.

7
3. Teteskan beberapa tetes minyak kayu putih ke dalam panci berisi air panas yang
sudah disiapkan sebelumnya.

4. Posisikan kepala diatas wadah kemudian tutup kepala menggunakan kain hingga
kepala tertutup sempurna.

5. Hirup uap air minyak kayu putih berulang selama 3 – 5 menit atau hingga
penghirup merasa lebih baik.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa
uap minyak kayu putih mengandung zat-zat yang dapat meredakan gejala penyakit
ISPA termasuk sinusitis. Dengan menghirup uap minyak kayu putih dengan cara yang
sudah kami jabarkan sebelumnya, pembengkakan dinding rongga hidung dapat
diredakan. Teknik penghirupan uap minyak kayu putih juga dapat menjadi salah satu
alternatif pengobatan ISPA yang paling sederhana.

B. DAFTAR PUSTAKA
https://www.tokopedia.com/blog/manfaat-minyak-kayu-putih-hlt/?
utm_source=google&utm_medium=organic. 23 Januari 2023.
https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/sinusitis/
epidemiologi. 26 Desember 2020.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Minyak_kayu_putih. 29 Juni 2022.
https://www.halodoc.com/kesehatan/sinusitis. 12 Juli 2022.
Balai Besar Penelitian dan Pemuliaan Tanaman Hutan dengan Direktorat Jenderal
Bina Usaha Kehutanan. 2014. Budidaya dan Prospek Pengembangan Kayu Putih
(Melaleuca cajuputi). Bogor : IPB Press.
Metson, Ralph B. 2005. The Harvard Medical School, guide to healing your sinuses.
New York : McGraw Hills.
Metson, Ralph B dan Seteven Mardon. (2005). Menyembuhkan Sinusitis. Jakarta
Pusat : Buana Ilmu Populer.

9
C. LAMPIRAN

10

Anda mungkin juga menyukai