Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR

PEMUCATAN MINYAK SAWIT (BLEACHING)

(Mata Kuliah Pengolahan Turunan Kelapa Sawit)

Dosen Pengampu : Ika Kusuma Nugraheni, S.Si., M.Sc

Kelompok 1:

Mahmudi 2202301046
Muhammad Nur Aini Haris D 2202301003
Zainal Abidin 2202301047
Rahmaniah 2202301032
Siti Nurhaliza 2202301040

POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI

PELAIHARI

2023
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non
migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit (Kemenperin, 2007). Pada tahun 2015 luas
total luas areal perkebunan kelapa sawit (minyak sawit) di Indonesia mencapai 11 juta
hektar dengan produksi sebesar 31 ton per tahun dan diperkirakan mencapai 35 ton pada
tahun 2017 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016).
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak mentah atau yang dikenal dengan
nama Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit Palm Kernel Oil (PKO). CPO yang masih
mengandung pengotor sehingga sebelum dikonsumsi minyak sawit harus dimurnikan
terlebih dahulu. Perlakuan pendahuluan yang umum dilakukan terhadap minyak yang
akan dimurnikan dikenal dengan proses degumming. Degumming adalah proses
pemisahan gum, yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin
sehingga dapat meningkatkan mutu dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada minyak.
Selanjutnya adalah pemucatan (bleaching) minyak kelapa sawit yang merupakan salah
satu proses pemurnian dengan tujuan menghilangkan partikel-partikel zat warna alami
dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah
kecil adsorben seperti arang aktif, bentonit dan alumina. Pada penelitian ini proses
degumming dan bleaching dilakukan bersamaan dengan tujuan untuk menghemat biaya
dan waktu. Pada penelitian ini, proses penghilangan gum dan bleaching dilakukan dengan
menggunakan campuran adsorben bleaching earth.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari paktikum ini adalah :
1. Untuk menghilangkan warna pada CPO menggunakan Bleaching Earth.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak

Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu
senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam udara, tetapi larut dalam pelarut
organik non-polar misalnya dietil eter, kloroform, bennzena dan hidrokarbon lainnya yang
polaritasnya sama (Taiz & Zeiger, 2006).

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya, minyak
sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak sawit berwarna merah jingga
karena kandungan karotenoid (terutama B-karoten) berkonsistensi setengah padat pada suhu
kamar (Mangoensoekarjo & Semangun, 2003). Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai
industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang
banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri
kosmetik dan industri farmasi (Suheri, 2012).

Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak mentah atau yang dikenal dengan
nama Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit Palm Kernel Oil (PKO). CPO merupakan minyak
kelapa sawit mentah yang diperoleh dari hasil ekstraksi bagian mesokarp buah atau dari
proses pengempaan daging buah kelapa sawit dan belum mengalami pemurnian.

Degumming adalah proses pemisahan gum, yaitu proses pemisahan getah atau lendir
yang terdiri dari fosfolipid, protein, residu, karbohidrat, air dan resin (Lin et al., 1998).
Degumming biasanya dilakukan dengan cara dehidrasi gum agar bahan non trigliserida
tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan proses pemisahan yang
dapat dilakukan dengan cara sentrifusi (Ketaren, 1986).

Komponen-komponen fosfatida membentuk lendir (gum) pada CPO dan tidak


dikehendaki karena trigliserida yang akan terhidrasi sehingga menimbulkan emulsi pada saat
pengolahannya, mempersulit adsorpsi tanah pemucat. Fosfatida yang terlarut dalam minyak
dapat dipisahkan dengan menyalurkan uap air panas ke dalam minyak sehingga terpisah dari
minyak, sedangkan fosfatida yang tidak larut air dapat dipisahkan dengan penambahan asam
phospat (H3PO4) (Sumarna, 2006).
Pemucatan (bleaching) minyak kelapa sawit merupakan salah satu proses pemurnian
yang bertujuan menghilangkan partikel-partikel zat warna alami dalam minyak. Pemucatan
ini dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah kecil adsorben seperti arang aktif,
bentonit dan alumina. Zat warna dalam minyak terdiri dari dua golongan yaitu zat warna
alamiah dan warna hasil degradasi zat warna alamiah (Ketaren, 1986).

Metode adsorpsi dapat terjadi antara permukaan padat-padat, gas- padat, gas-cair,
cair-cair atau cair-padat (Cheremisinoff & Ellerbusch, 1978). Pada proses pemucatan minyak,
mekanisme terjadi adalah cair- padat. Pemucatan dapat dilakukan dengan cara mencampur
minyak dan adsorben pada suhu tertentu kemudian disaring dengan penyaringan vakum.

Faktor yang dapat mempengaruhi berjalannya adsorpsi antara lain (Cookson, 1978):

1. Sifat fisika dan kimia adsorben yaitu luas permukaan, ukuran pori, komposisi kimia.
2. Konsumsi adsorben dalam fasa cair (larutan).
3. Sifat fasa cair seperti pH dan temperatur.
4. Lamanya proses adsorpsi.

Adsorben yang sering digunakan adalah tanah pemucat dan karbon aktif. Karbon aktif
adalah suatu bentuk karbon yang telah diaktifkan menggunakan panas uap air atau bahan
kimia sehingga daya adsorpsinya tinggi (Jacobs, 1951). Adsorpsi arang aktif disebabkan
karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar dan adsorpsi akan terjadi karena
adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan zat yang diserap (Arfian,
2001). Bleaching earth merupakan bahan yang digunakan terutama dalam pemurnian minyak
dan lemak nabati. Selain itu, bleaching earth juga dapat digunakan untuk pemurnian minyak
kelapa sawit Bleaching earth diproses dari tanah yang mengandung kalsium bentonit. Karbon
aktif sangat baik digunakan sebagai adsorben pada larutan yang mengandung gugus
karboksil, phenol, karbonil, normal lakton dan Asam karboksilat anhidrida, sehingga sesuai
digunakan pada minyak yang banyak mengandung klorofil dan tokoferol (Pasaribu, 2004).

Kualitas minyak sawit umumnya dinilai dari kadar free fatty acids (FFA),
deterioration of bleachability index (DOBI), dan peroxide value (PV) Kadar FFA menjadi
parameter yang paling umum digunakan dalam pengukuran mutu minyak kelapa sawit. FFA
adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak oleh enzim. Jika dinding sel
pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena pelukaan mekanik karena benturan,
terjadi kontak antara enzim dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan
cepat sehingga membentuk gliserol dan FFA (Mangoensoekarjo & Semangun, 2003).
Keberadaan FFA dapat menurunkan citarasa dari produk turunan CPO. Selain itu FFA juga
dapat menimbulkan masalah kesehatan apabila terlalu banyak dikonsumsi.

Berdasarkan hasil studi pustaka, penelitian-penelitian yang telah dilakukan umumnya


membahas tentang pengaruh degumming terhadap karakteristik CPO dengan berbagai
metode. Sumarna (2006) mempelajari proses degumming CPO dengan menggunakan
membran ultrafiltrasi. Anton (2001) melakukan penelitian tentang proses pemucatan minyak
goreng bekas dengan bentonit. Astuti dkk. (2006) mempelajari tentang pemucatan CPO
dengan cara adsorpsi menggunakan zeolit alam Lampung. Dari penelitian yang ada, hanya
beberapa yang membahas tentang pengaruh degumming dan bleaching menggunakan
kombinasi karbon aktif komersial dan bleaching earth.
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 26 September 2023 pada pukul
10.00 - selesai. Dilaboraturium Bioproses dan Bioenergi, Program Studi Agroindusri Jurusan
Teknologi Industri Pertanian Politknik Negeri Tanah Laut.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Gelas kimia 250 ml
2. Neraca analitik
3. Pengaduk
4. Hot plate
5. Erlenmeyer
6. Corong

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

1. CPO hasil degumming


2. Tanah liat yang telah diaktivasi (Bleaching Earth)

3.3 Langkah Kerja

1. Disiapkan CPO hasil degumming.


2. Dipanaskan hingga ± 100℃ sampai mencair.
3. Ditambahkan Bleaching Earth yang telah diasamkan sebanyak 1%.
4. Dipanaskan ± 100℃ selama 30 menit, di aduk, kemudian disaring.
5. Minyak yang telah diperoleh kemudian disimpan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
- Massa CPO hasil degumming = 260,22 gram
- Massa Bleaching = 2,6 gram

Hasil pegamatan secara fisik dari CPO hasil Bleaching :

- Warna = Kuning orange


- Tekstur = Kental

Massa Deodorasi = 216,52 gram

Hasil Tabel Pengamatan

Kelompok 1 2 3 4 5 6
Awal 4,85% 4,18% 5,52% 4,47% 4,93% 4,68%
Bleaching 4,54% 5,08% 4,58% 4,40% 4,78% 4,62%
% 89,54% 102,22% 82,97% 98,43% 97,03% 98,71%

4.2 Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai