Anda di halaman 1dari 2

Megawati Soekarnoputri merupakan putri presiden pertama Republik Indonesia, Ir.

Soekarno. Megawati Soekarnoputri menjadi presiden pada periode 2001–2004 menggantikan


Presiden Abdurrahman Wahid. Presiden Megawati Soekarnoputri mengawali tugasnya
dengan membentuk Kabinet Gotong Royong. Dalam menjalankan pemerintahannya,
Megawati Soekarnoputri menetapkan lima agenda kabinet gotong royong. Agenda-agenda
tersebut yaitu menghapus KKN, menyelamatkan rakyat Indonesia dari penderitaan akibat
krisis yang berkepanjangan, menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, menciptakan situasi sosial
kultural yang kondusif, serta menjaga pertahanan keamanan dan hak-hak asasi manusia.
Masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri diwarnai dengan berbagai kebijakan. Salah satu
kebijakan pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri adalah amendemen UUD 1945.
Bentuk amendemen tersebut yaitu pembatasan masa jabatan presiden dan pelaksanan
pemilihan presiden dan wakil Republik Indonesia secara langsung oleh rakyat. Selanjutnya,
pemerintah dan MPR sepakat untuk membatasi wewenang MPR, kesejajaran kedudukan
presiden dan DPR, serta penetapan APBN yang diajukan presiden. Masa pemerintahan
Megawati Soekarnoputri juga ditandai dengan naiknya pendapatan per kapita, privatisasi
BUMN, dan mengatasi masalah utang pemerintah Orde Baru. Meskipun diwarnai dengan
sejumlah hal positif, pemerintahan Megawati Soekarnoputri menjaga kedaulatan NKRI
sempat diuji saat Indonesia bersengketa dengan Malaysia terkait Pulau Sipadan dan Ligitan.
Pada perkembangannya hasil keputusan Mahkamah Internasional tidak menguntungkan
bangsa Indonesia. Mahkamah Internasional memutuskan Pulau Sipadan dan Ligitan menjadi
milik Malaysia. Selain itu, pada masa pemerintahannya muncul sejumlah aksi terorisme
seperti Bom Bali pada tahun 2002. Akhir masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri
ditandai dengan pelaksanaan pemilu 2004. Dalam pemilu tersebut, Megawati yang
mencalonkan diri sebagai presiden kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono. Berbagai
kebijakan presiden Megawati Soekarnoputri akan dibahas lebih lanjut dalam buku ini. Dalam
buku ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri
yang mewarnai era reformasi.

Dyah Permata Megawati Soekarnoputri atau yang kerap disapa Megawati adalah
Presiden Republik Indonesia yang ke-5. Beliau adalah presiden wanita pertama di Indonesia.
Megawati lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947 dari pasangan Soekarno dan Fatmawati.
Megawati adalah anak kedua dari presiden pertama Indonesia. Mega bisa dibilang sebagai
titisan bapaknya. Menindak lanjuti perjuangan bapaknya, saat aktif di GMNI, dia terjun ke
partai politik. Pada usia 39 tahun ia menjadi pengurus PDI Jakarta Pusat pada tahun 1986.
Setahun kemudian, dia menjadi anggota DPR RI 1987-1992. Karier politiknya semakin kuat
setelah setahun kemudian dalam kongres PDI, 22 Desember 1993, dia terpilih menjadi Ketua
Umum PDI 1993-1998.
Pada masa pemerintahan Megawati terdapat pembentukan 2 lembaga pemerintah
yang sangat penting yaitu Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK
didirikan pada tahun 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pendirian KPK ini didasari
karena Megawati melihat banyak institusi saat itu terlalu kotor, sehingga dibentuklah KPK.
Jauh sebelumnya, ide awal pembentukan KPK sudah muncul di era Presiden BJ Habibie yang
mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
bebas dari KKN. Habibie kemudian mengawalinya dengan membentuk berbagai komisi atau
badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman. Agar lebih serius lagi dalam
penanganan pemberantasan korupsi, presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK). Badan ini
dibentuk dengan Keppres di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan dipimpin Hakim
Agung Andi Andojo.

KPK merupakan lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya
guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:
kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK
mempunyai empat tugas penting yakni, koordinasi dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak
pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Sementara dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang mengoordinasikan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi; menetapkan sistem
pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi; meminta informasi tentang
kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai