M
A
K
A
L
A
H
Disusun oleh:
Muhammad Rizky
Randa afriyan
Pada dasarnya, ada 2 jenis pemerintahan yakni Presidensial dan Parlementer. Kedua jenis
pemerintahan memiliki kelebihan dan kekurangan serta karakteristik dan sistem berbeda.
Sistem tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi negara masing-masing. Sistem
Pemerintahan Parlementer mencakupi di mana parlemen memiliki peran penting dalam
pemerintahan. Parlemen dapat mengangkat perdana menteri ataupun dapat
menjatuhkannya. Berbeda dengan Sistem Parlementer, Sistem Presidensial dikenal dekat
dengan trias politica, sebuah konsep pemerintahan bahwa suatu kekuasaan tidak
diperbolehkan untuk dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik, akan tetapi harus
terbagi menjadi tiga lembaga negara yang berbeda.
Sistem Presidensial ini lebih dikenal lagi oleh masyarakat karena sistem inilah yang
digunakan oleh Indonesia. Sistem presidensial dianggap cocok dengan sistem Demokrasi
Pancasila yang telah kita anut serta sesuai budaya politik Indonesia maka dari itu telah
ditulis dalam UUD 1945. Sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 telah
menganut sistem pemerintahan presidensial. Pada awalnya tahun 1945-1949 Indonesia
pernah menganut sistem pemerintahan presidensial. Namun Indonesia beberapa kali
mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan hingga akhirnya pada 1966-1998
(Orde Baru) Indonesia kembali lagi menganut sistem pemerintahan presidensial di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto.
Dalam suatu lembaga negara, dapat dipastikan adanya persimpangan atau masalah yang
pada akhirnya dapat terjadi. Maka itu sebuah konstitusi atau UUD 1945 dibuat agar
pemerintahan Indonesia dapat berjalan dengan adil, stabil dan sejahtera. Dapat diambil
sebuah contoh permasalahan yang terjadi pada lembaga negara Presiden/Wapres di
Indonesia pada masa lalu, yakni pada saat Orde Baru. Kekuasaan pada sistem pemerintahan
pada saat itu dimiliki oleh lembaga kepresidenan. Tanpa pengawasan dan persetujuan dari
DPR, sebagai wakil rakyat, akibatnya kekuasaan presiden besar serta cenderung dapat
disalahgunakan. Itulah yang terjadi pada Orde Baru, segala wewenang presiden yang telah
di atur oleh UUD 1945 dilakukan tanpa melibatkan campur tangan atau intervensi DPR.
Berdasarkan penelitian Transparency International 2004, Mantan Presiden Soeharto
ditempatkan sebagai presiden terkorup abad-20 dengan total perkiraan korupsi sebesar 15-
25 miliar dolar AS. Hasil dari dana tersebut diketahui untuk membiayai tujuh yayasan milik
Soeharto.
Presiden Indonesia merupakan kepala pemerintahan sekaligus kepala negara yang memiliki
kekuasaan pemerintah eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden
Indonesia memiliki kekuasaan tertinggi dari angkatan darat, laut, dan udara. Presiden dan
Wakilnya dipilih secara langsung melalui Pemilu sesuai UUD 1945. Masa jabatan presiden
dan wakil presiden selama lima tahun setelah mengucap janji. Selama melaksanakan
kegiatan, tugas dan program harus sesuai UUD 1945 beserta tujuan negara. Presiden dan
wakil presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR jika: terbukti
mengkhianati negara, korupsi, dan tindak pidana lainnya atau jika tidak memenuhi syarat
sebagai presiden. Lembaga presiden mengalami beberapa perubahan cara kerja pasca
amandemen: masa jabatan presiden maksimal dua periode, wewenang presiden harus
memperhatikan pertimbangan DPR, serta perbaikan syarat dan mekanisme pengangkat
calon presiden dan wakil presiden menjadi secara langsung melalui pemilu.
Amandemen UUD 1945 yang telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali pada 1999,
2000, 2001, 2002 memiliki beberapa fungsi yang mempengaruhi lembaga presiden. Dalam
menjalankan pemerintahan, presiden beserta wakilnya tidak boleh bertentangan dengan
UUD 1945. Sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara, presiden memiliki kekuasaan
tertinggi untuk menyelenggarakan segala kegiatan pemerintahan negara. Lagi pula seorang
presiden merupakan panglima tertinggi angkatan perang. Wewenang, hak serta kewajiban
seorang presiden harus dilaksanakan dengan adil dan sebaik-baiknya.
Masalah di mana presiden memiliki kekuasaan besar akibat wewenang yang tidak ada
persetujuan dari DPR, sebagai wakil rakyat, secara langsung adalah bentuk ancaman
kedaulatan, ancaman pecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai contoh
ternama, melalui gerakan separatis akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan
pemerintah pusat dapat menghasilkan disintegrasi negara. Masalah yang ada pada lembaga
presiden, di mana pada saat Mantan Presiden Indonesia Soeharto menjabat, terjadi banyak
kasus kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Hal tersebut merugikan negara dan bangsa
karena dapat menghambat pembangunan nasional. Pada akhirnya pun akan ada
kesenjangan ekonomi, pemerataan pendapatan tidak adil antarkelompok golongan
masyarakat.
Agar pelanggaran pada sistem pemerintahan dapat diselesaikan, maka dari itu dibutuhkan
sebuah solusi. Yakni sebuah perombakan atau perubahan susun secara revolusioner di
mana yang dapat menyebabkan para pejabat dapat melakukan segala aksinya dengan
leluasa, termasuk perombakan sistem-sistem yang berlaku di Indonesia. Termasuk sistem
aparat penegak hukum, sistem penggajian serta sistem terkait lainnya. Diikut serta dengan
mensosialisasikan dan mengembangkan budaya dan lingkungan yang ‘bersih’ dan disiplin
agar tindakan KKN dapat terhindar. Jika dapat dihubungkan dengan teori terbentuknya
negara; teori perjanjian masyarakat, maka sebelum adanya negara, manusia hidup sendiri-
sendiri dan kekacauan mudah terjadi. Maka dari itu dibuatnya perjanjian masyarakat akan
adanya sebuah negara yang diatur oleh masyarakat serta peraturan yang berlaku.