PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika
suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan
berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal
tersebut.
Sistem Tata Negara / Sistem Pemerintahan memiliki tujuan untuk menjaga kestabilan
suatu negara. Di dunia ini terdapat beberapa macam sistem pemerintahan yang masing-masing
mempunyai kelebihan, kekurangan, karakteristik, serta perbedaan masing-masing. Sehingga
diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing negara, sistem ini dapat dibedakan menjadi :
• Parlementer
• Presidensial
• Semipresidensial
• Komunis
• Liberal
• Demokrasi liberal
Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan
mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari masyarakat.
Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan utuh yang terdiri
dari bermacam macam komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan serta
memengaruhi dalam mencapaian fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk
menjaga kestabilan pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
• Sistem Konstitusional.
• Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
• Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).
• Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
• Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR
(Majelis Permusyawaratan Rakyat)
2
• Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan
Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru.
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan yang sangat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut
UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan persetujuan maupun pertimbangan DPR
sebagai wakil rakyat. Karena tidak adanya pengawasan dan persetujuan DPR, maka kekuasaan
presiden sangat besar dan cenderung mudah disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat
mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan
pemerintahan yang solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh
atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa
itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan
negara daripada keuntungan yang didapatkan.
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang lebih baik (demokratis). Untuk itu, harus disusun pemerintahan yang
berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah konstitusional). Pemerintah konstitusional memiliki
ciri bahwa konstitusi negara itu berisi :
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD 1945.
Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru,
kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan
yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat
menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi negara hukum dan
negara demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
3
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan
sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan
sejajar, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Mahkamah Agung (MA),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK), Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945
hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada
UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem
pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini diharapkan berjalan mulai tahun
2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.
4
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:
5
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:
a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden
menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN
yang merupakan wewenang MPR.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet
parlementer berdasarkan usul BP – KNIP.
7
Pada masa Orde Baru(1966-1998), pemerintah menyatakan akan menjalankan
UUD 1945 dan pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran pasal 23
(hutang konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33
UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancurkan hutan
dan sumber daya alam kita. Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi
yang sangat “sakral”, diantara melalui sejumlah peraturan :
1. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya
2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
Masa ini merupakan masa dimana telah berakhrirnya rezim orde baru dan
dimulainya masa reformasi. Pasca orde baru UUD 1945 telah diamandemen sebanyak
empat kali. Sejak 2002, dengan berlakunya UUD hasil amandemen keempat, berlaku
sistem presidensial. Posisi MPR sebagai pemegang kedaulatan negara tertinggi dan
sebagai perwujudan dari rakyat dihapus, dan badan legislatif ditetapkan menjadi badan
bi-kameral dengan kekuasaan yang lebih besar (stong legislative). UUD 2002 hasil
amandemen bahkan telah menimbulkan kompleksitas baru dalam hubungan eksekutif
dan legislative, bila presiden yang dipilih langsung dan mendapat dukungan popular
yang besar tidak mampu menjalankan pemerintahannya secara efektif karena tidak
mendapat dukungan penuh dari koalisi partai-partai mayoritas di DPR. Political
gridlocks semacam itu telah diperkirakan dan karenanya ingin dihindari oleh para
perancang UUD 1945, hampir 6 dekade yang lalu, sehingga akhirnya tidak memilih
sistem presidensial sebagai sistem pemerintahan untuk negara Indonesia yang baru
merdeka. (Setneng RI, 1998 dan Kusuma, FH-UI, 2004). Setelah MPR mengesahkan
amandemen ketiga dan keempat UUD 1945, sistem pemerintahan negara Indonesia
berubah menjadi sistem presidensial. Perubahan tersebut ditetapkan dengan Pasal 1
ayat (2) UUD baru. MPR tidak lagi merupakan perwujudan dari rakyat dan bukan locus
of power, lembaga pemegang kedaulatan negara tertinggi. Pasal 6A ayat (1)
menetapkan “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat”. Dua pasal tersebut menunjukkan karakteristik sistem presidensial yang
jelas berbeda dengan staats fundamental norm yang tercantum dalam Pembukaan dan
diuraikan lebih lanjut dalam Penjelasan UUD 1945. Pelaksanaan demokrasi pancasila
pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak pada parpol maupun DPR
untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa. Sistem
Pemerintahan setelah amandemen (1999 – 2002) :
8
• MPR bukan lembaga tertinggi lagi.
• Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh
rakyat.
• Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
• Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
• Kekuasaan Legislatif lebih dominan.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan Makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa Sistem
pemerintahan Negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan
berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan
negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok,
yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur
lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.
Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lebaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis.
Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan yang
dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan
negara. Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan
kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi
antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis ekonomi.
Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi yang
telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia. Unsur-unsur
demokrasi yangkadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki,
karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa dirubah. Ia harus bersifat dinamis
dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang menggunakannya sebagai asas
Negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering dilakukan dan sayangnya malah
menjadi ancaman bukan kenyamanan.Rakyat perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan
alat kekuasaan yang dengan mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa
bekerja sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.
10
Daftar Pustaka
• https://www.haruspintar.com/sistem-pemerintahan-indonesia/
• https://ope-opeland.blogspot.com/2016/10/sistem-pemerintahan-indonesia-sejak.html
• http://www.academia.edu/30700244/Perkembangan_sistem_pemerintahan_Indonesia
_dari_tahun_1945_hingga_sekarang
• http://www.markijar.com/2016/06/sistem-pemerintahan-indonesia-lengkap.html
• http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2014/06/sistem-
pemerintahan-indonesia-dari-masa.html
11